You are on page 1of 9

Asuhan Keperawatan Reumatik

pada Lansia
Posted on 11 Mei 2012 by cinehel Galeri

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan
penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Dari
berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati
urutan kedua (14,5%) setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit
masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996).
Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme
menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al,
1991). Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang
penyakit reumatik dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal yaitu Rheumatoid Artritis (Reumatik).
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi penyakit Reumatik
b. Etiologi penyakit Reumatik
c. Manifestasi Klinik Reumatik
d. Patofisiologi penyakit Reumatik
e. Komplikasi penyakit Reumatik
f. Pemeriksaan diagnostik penyakit Reumatik
g. Penatalaksanaan penyakit Reumatik
h. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Reumatik
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Reumatik
1. PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam
Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial
yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan
Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C.
Baughman. 2000 )Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif
Mansjour. 2001 )

A. konsep Dasar Reumatik


B. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun
(Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat
(1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2),
(3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
3. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam
tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan,
yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
5. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut
:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam,
2008).
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK
A. Pengkajian
Nama panti werdha : UPT PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru
Tanggal pengkajian : 31 Mei 2011
Ruangan/wisma : Seroja
Tingkat : III A Akper Universiras Abdurrab
B. Data Biografis
Nama : Ny. M
Umur : 83 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SD
Suku/bangsa : Minang
Tanggal Masuk Panti : Tahun 2010
Status Perkawinan : Janda
C. Riwayat Kesehatan
Dikirim dari : Rumah sendiri
Alasan masuk ke panti: karena alasan ekonomi keluarga
D. Riwayat Keluarga
Genogram :
E. Status Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian, Keadaan umum klien Baik, tingkat kesadaran
Composmentis (kesadaran penuh), klien mengatakan sering sakit pada daerah
pinggang. bila timbul serangan nyeri pada pinggangnya klien tidak mampu
melakukan aktivitasnya. Klien juga mengatakan kurang paham dan mengerti
dengan penyakit yang dideritanya serta pencegahan dan pengobatan. Pada saat
pengkajian berikutnya pasien bertanya pada mahasiswa tentang pengobatan
tradisional.
Pada saat dilakukan pemeriksaan, didapatkan data:
Pasien terlihat meringis kesakitan, skala nyeri 6 (sedang), Pemeriksaan TTV:
TD = 130/90mmHg, RR = 22 x/menit, T = 36,70C, HR = 86 x/menit, pasien
tampak bingung saat ditanya tentang penyakit yang dideritanya dan kurang paham
tentang cara pencegahan dan pengobatannya. Klien terlihat bertanya pada
mahasiswa tentang penyakitnya.
F. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Mandiri Bantuan Bantuan orang Bantuan
perawatan alat lain orang lain
mandiri dan
peralatan
Makan/minum
Mandi
Berpakaian
Ke WC
Transfer/pindah
Ambulanci
G. Pola Nutrisi
Selera makan : Normal
Kesulitan menelan : Tidak
H. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB : normal
Kebiasaab BAK : normal
I. Pola Persepsi Kognitif
Pendengaran : mulai menurun
Penglihatan : mulai menurun
Vertigo : tidak ada
J. Pola Kepercayaan
Agama : Islam
Ritual Agama : Ada (sholat 5 waktu)
K. Pengakajian Fisik
Tanda- Tanda vital : TD = 130/90mmHg, HR = 86x/menit, T = 36,70C, RR =
22x/menit.
Tinjauan Sistem
Umum Ya Tidak
Kelemahan
Perubahan nafsu makan
Demam
Keringat malam
Kesulitan tidur
Sering pilek/infeksi
Keterangan :
Penilaian status kesehatan klien secara keseluruhan baik, kemampuan untuk
melakukan ADL mampu, namun ketika timbul serangan nyeri klien tidak mampu
melaukukan aktivitas secara normal.
Tinjauan muskuloskletal
Muskuloskletal Ya Tidak
Nyeri persendian
Kekakuan
Pembengkakan sendi
Deformitas
Spasme
Kram
Kelemahan otot
Masalah cara berjalan
Nyeri punggung
Keterangan :
Penilaian status kesehatan klien secara keseluruhan mengalami masalah yaitu
tentang intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum.
Dampak pada ADL mengalami gangguan namun tidak terlalu bermasalah atau
fatal.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Proses penyakit Gangguan rasa
-Klien mengatakan nyaman : Nyeri
pinggangnya sering
terasa sakit
-Klien mengatakan
skala nyeri nya
sedang
DO :
- Pasien terlihat
meringis
-Skala nyeri 6
-TD = 130/90mmHg
RR = 22x/i
T = 36,7c
HR = 86x/i
2. DS : Kelemahan otot, kekauan Gangguan
-Klien mengatakan sendi Intoleransi
bila serangan nyeri Aktifitas
timbul klien tidak
dapat melakukan
aktifitas
-Pasien mengatakan
tubuhnya terasa
lemah dan sendinya
terasa kaku
DO :
-Pasien terlihat
dibantu oleh
mahasiswa dalam
melakukan
aktifitasnya
3. DS : Kurangnya Informasi Kurang
-Klien mengatakan Pengetahuan
tidak faham dan
tidak mengerti
tentang penyakit
yang diderita nya
-Klien mengatakan
bagaimana cara
pencegahan dan
pengobatan tentang
penyakitnya
DO :
-Klien terlihat
bertanya pada
mahasiswa tentang
pencegahan dan
pengobatan
penyakitnya
-klien terlihat
bingung saat ditanya
tentang penyakitnya
oleh mahasiswa
Diagnosa Keperatan dan Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria
1. Gangguan rasa Setelah - kaji - untuk
nyaman nyeri dilakukan lokasi nyeri dan menentukan tindakan
b/d proses tindakan tingkatan nyeri pengontrolan nyeri
penyaki keperawatan - ajarkan - bertujuan
224 jam tehnik relaksasi untuk pengontrolan
diharapkan - ukur nyeri dan mengurangi
masalah klien TTV klien rasa nyeri
dapat teratasi - berikan - untuk
atau berkurang, kompres hangat mengetahui respon
dengan KH: pada daerah tubuh terhadap nyeri
- Nyeri nyeri - bertujuan
berkurang - Berikan untuk pelebaran
- klien masase yang pembulu darah dan
tampak rileks lembut stimulasi
- nyeri pengurangan nyeri
dapat teratasi - meningkatkan
relaksasi atau
mengurangi nyeri
2 Gangguan Setelah - - bertujuan
intoleransi dilakukan pertahankan untuk mentoleransi
aktivitas b/d tindakan istirahat tirah kemampuan tubuh
kelemahan dan keperawatan baring yang - meningkatkan
kekakuan sendi 224 jam cukup kekuatan otot
diharapkan - bantu - bertujuan
masalah klien klien dengan untuk mengurangi ke
dapat teratasi, rentang gerak gelisahan pasien dan
dengan KH: aktif/ pasif merileksasikan kerja
- klien secara bertahap tubuh
mampu - berikan - bertujuan
beraktivitas lingkungan yang untuk menentukan
secara normal tenang dan kekuatan otot
- klien nyaman
dapat melakukan - nilai
aktivitas secara kekuatan otot
mandiri
3 Kurangnya Stelah dilakukan - berikan - untuk
pengetahuan tindakan penyuluhan menambah
b/d kurangnya keperawatan kesehatan pengetahuan pasien
pengetahuan 224 jam tentang rematik terhadap penyakit
terhadap proses masalah - berikan yang dideritanya
penyakit keperawatan penjelasan - tekhnik
dapat teratasi, tentang tekhnik relaksasi dapat
dengan KH: relakksasi yang membantu
- pasien telah di ajarkan mengurangi nyeri
mengerti tentang - ajarkan dalam beraktivitas
penyakitnya pasien untuk - ramuan
- klien membuat tradisional dapat
mampu ramuan digunakan sebagai
mengulang tradsisional pengobatan yang
kembali seperti merica, alami tanpa
pengertian daun belimbing, efeksamping
tenntang cengkeh, dan air - senam rematik
penyakitnya saat cuka dapat meminimalkan
di tanya kembali - ajarkan gejala rematik
oleh mahasiswa pasien mengenai
senam rematik
IMPLEMENTASI
NO Dx TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
1 I Senin 1. menkaji lokasi S: klien
2 2 06/06/2011 nyeri dan tingkatan mengatakan nyeri
3 3 Selasa nyeri hilang
07/06/2011 2. mengajarkan O: Klien tampak
Rabu tehnik relaksasi tenang
08/06/2011 3. mengukur TTV A: masalah dapat
klien teratasi
4. memberikan P: Intervensi
kompres hangat pada dilanjutkan,
daerah nyeri lanjutkan ke DX 2
5. Berikan masase S: pasien
yang lembut mengatakan masih
1.mempertahankan lelah jika
istirahat tirah baring beraktvitas
yang cukup berlebihan
2. membantu klien O: klien tampak
dengan rentang gerak jarang beraktivitas
aktif/ pasif secara TTV:
bertahap TD: 110/80
3. memberikan mmHg
lingkungan yang N : 99 x/i
tenang dan nyaman RR: 22 x/i
4. menilai kekuatan S : 37 x/i
otot A: Masalah belum
1. memberikan teratasi
penyuluhan kesehatan P: Intervensi
tentang rematik dilanjutkan,
2. memberikan anjurkan pasien
penjelasan tentang untuk istirahat
tekhnik relakksasi S: pasien
yang telah di ajarkan mengatakan
3. mengajarkan mengerti tentang
pasien untuk apa yang di
membuat ramuan ajarkan
tradsisional seperti O: pasien tampak
merica, daun tenang, bingung
belimbing, cengkeh, (-)
dan air cuka A: masalah telah
4. mengajarkan teratasi
pasien mengenai P: Intervensi
senam rematik dilanjutkan fokus
ke DX 2

Share this:

You might also like