Professional Documents
Culture Documents
OLEH
1211013007
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Tinjauan Botani
1.1.1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L. (Backer,1963).
Habitat
Habitat : banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan Asia
Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam dan
Kamboja (Hartanto, 2011).
Tumbuhan manggis tersebar luas di Indonesia, baik di habitat alami
maupun yang dibudidayakan, tumbuhan ini dapat ditemukan sampai
ketinggian 600 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 20-
30C (Mardiana, 2011).
Nama ilmiah :
Manggis : Garcinia mangostana L.
Xanthone
Menurut Obolskiy et al. (2009), xanthone merupakan kelas
utama phenol dalam tanaman. Xanthone memiliki kandungan
senyawa yang meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A,
mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alpha-
mangostin, -mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid
epicatechin, dan gartanin. Senyawa tersebut sangat bermanfaat
untuk kesehatan. Dari seluruh senyawa yang ada, turunan xanthone
berupa alpha-mangostin merupakan komponen yang paling
banyak terdapat pada kulit manggis. Selain jumlahnya yang lebih
banyak, alpha-mangostin juga memiliki aktivitas biologi yang
paling baik.
Alpha-mangostin
1.4.Teori
Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari
campuran (padat, cair,terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam
beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahanmenurut
kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot dari
tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang
fraksi yang lebih ringan akan berada diatas.Fraksinasi bertingkat
biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton,
benzena,etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam
lemak, asam resin, lilin, tanin, danzat warna adalah bahan yang penting
dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik (Adijuwanadan Nur
1989).
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang
kurang polar dan dilanjutkandengan pelarut yang lebih polar. Tingkat
polaritas pelarut dapat ditentukan dari nilai konstantadielektrik pelarut
(Lestari dan Pari 1990).
Empat tahapan fraksinasi bertingkat dengan menggunakan empat
macam pelarut yaitu:
(1) ekstraksi aseton
(2) fraksinasi n-heksan
(3) fraksinasi etil eter
(4)fraksinasi etil asetat (Lestari dan Pari 1990).
Macammacam proses fraksinasi:
a) Proses Fraksinasi Kering (Winterization)
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang
didasarkan pada berat molekul dankomposisi dari suatu material.
Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang
lain,namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.
b) Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination)
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan
menggunakan zat pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga
proses Hydrophilization atau
detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses
fraksinasi kering.
c) Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut)/ Solvent
Fractination
Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan
pelarut. Dimana pelarut yang digunakanadalah aseton. Proses
fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi
lainnya karena menggunakan bahan pelarut
d) Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang
didasarkan pada titik didih dari sustu zat / bahan sehingga
dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi
pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun
proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan tertentu dengan
menggunakan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini. Cara- cara
kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat- sifat dari fasa
gerak, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap
berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi
serapan (absorption chromatography) dan jika zat cair maka
kromatografi tersebut dikenal dengan kromatografi partisi
(partition chromatography) (Sastrohamidjojo,H.,1996).
Kromatografi Lapisan Tipis
b. Silika gel H
Perbedaan silika gel G dan silika gel H ialah, bahwa silika gel H
tidak menngandung perekat kalsium sulfat. Silika gel H dipakai
untuk pemisahan yang bersifat spesifik, terutama lipida netral
(Keese,R. dkk, 1982).
c. Silika gel PF
2. Alumina
Penggunaan alumina dalam TLC, yang semula diperkenalkan oleh
peneliti dari Cekoslowakia, tidak sesering silika gel. Sebenarnya
alumina netral mempunyai kemampuan untuk memisahkan
bermacam-macam senyawa, seperti terpena, alkaloid, steroid, dan
senyawa-senyawa alisklik, alifatik, serta aromatik. Sebagai zat
perekat alumina tidak mengandung zat perekat, memepunyai sifat
alkalis dan dapat digunakan baik tanpa maupun dengan aktivasi
(Keese,R. dkk, 1982).
3. Kieselguhr
Kieselguhr merupakan adsorben yang lebih lemah dari silika gel
dan alumina, oleh karena itu lebih cocok untuk memisahkan
senyawa-senyawa polar (Adnan, M., 1997).
Menurut Markham, KLT memiliki peranan penting dalam metoda
pemisahan dan isolasi yaitu :
a. Pada UV 254 nm
b. Pada UV 366 nm
(Sastrohamidjojo, 2001)
BAB II
PROSEDUR KERJA
Alat:
Wadah untuk maserasi,
corong,
botol 500 mL,
botol 100 mL,
vial,
pipet tetes
alat rotary evaporator,
chamber,
penotol.
Aluminium foil
Penangas air (Water bath)
plat KLT.
Bahan:
Kulit buah manggis kering (100 g),
n-heksan,
etil asetat,
2.2. Cara Kerja
Kulit buah manggis yang sudah digrinder ditimbang 150 gram.
Kemudian dimasukkan ke dalam botol 500mL dan dimaserasi dengan n-
heksan. Tutup dengan penutup botol + plastic. Sampel dalam botol
dikocok.
Selanjutnya sampel disaring menggunakan kertas saring dan
corong, kemudian di masukkan ke dalam botol 500mL. kemudian ampas
di maserasi lagi dengan pelarut etil asetat hingga 1cm diatas ampas.
Sampel dalam botol dikocok.
Sampel disaring, maserat etil asetat di rotary dengan menggunakan
alat rotary evaporator sampai sampel kental.
Kemudian dilakukan rekristalisasi yaitu dengan menambahkan
pelarut etil asetat dan dipanaskan, lalu tambahkan n-heksan dan
dipanaskan lagi.
Larutan bagian atas dimasukkan ke dalam botol 100mL sedangkan
larutan bagian bawah yang berwarna lebih gelap dimasukkan ke dalam
vial. Untuk sampel yang ada di dalam botol 100mL dilakukan
rekristalisasi berulang-ulang dengan penambahan n-heksan.
Kemudian setelah amorf terbentuk, amorf ditimbang dan dilakukan
pengecekan dengan KLT sehingga didapat nilai Rf -mangostin.
BAB III
3.1. Hasil
1. Organoleptis
Bentuk : Amorf
Warna : kuning pucat
Rasa :-
Bau :-
2. Berat Senyawa Isolat
Berat Isolat + botol = 103,7163 g
Berat botol kosong = 101, 7780 g
Jadi berat isolat = 103,7163 g - 101, 7780 g = 1,9383 g
3. Randemen
berat isolat yang didapatkan
x100%
berat sampel awal
1,9383 g
x100% = 1,9383%
100 g
= 1,9383 %
4. Kelarutan
Senyawa alfa mangostin tidak larut dalam air, larut dalam alkohol,
eter, aseton, etil, asetat dan Kloroform.
5. Profil KLT
Jadi, nilai Rf dari alfa mangostin dari kulit buah manggis adalah 0,3846
yaitu nilai Rf dari noda ke 2 ( noda yang paling besar) karena senyawa alfa
mangostin merupakan senyawa mayor dalam kulit buah manggis sehingga
memiliki bercak noda yang paling besar. Adapun eluan yang digunakan Adalah n-
heksan : etil asetat dengan perbandingan 4:1.
3.2. Pembahasan
4.1. Kesimpulan
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa
kimia -mangostin yang merupakan salah satu senyawa golongan
fenolik.
Isolat -mangostin yang diperoleh berupa amorf yang berwarna kuning
dan bersifat semi polar yang larut dalam etil asetat.
Hasil isolasi -mangostin dari kulit buah manggis adalah sebanyak
1,9383 g atau sekitar 1,9383 % dalam 100 g sampel yang digunakan.
Nilai Rf yang didapat dari cek KLT pada -mangostin yaitu 0,3846.
4.2. Saran
Pahami teori dasar objek praktikum dengan baik
Pahami prosedur kerja dengan baik
Berhati-hati dan teliti dalam bekerja
Mentaati dan melaksanakan semua peraturan yang ada jika sedang
berada di dalam labor untuk keamanan diri dan sekitar
.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M., 1997, Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid III, Departemen
Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Larson, Ryan T., Jeffrey M. Lorch., Julia W. Pridgeon., dkk. 2010. The Biological
Activity of alpha-Mangostin, a Larvicidal Botanic Mosquito Sterol Carrier
Protein-2 Inhibitor. J. Med. Entomol. 47(2): 249257 (2010); DOI:
10.1603/ME09160.
Nakasone, H. Y and R.E. Paull. 1999. Tropical Fruits. GAB Inc. New York. p:
359-369.
Nugroho, Agung Endro. 2011. Manggis (Garcinia mangostana L.) : dari Kulit
Buah yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Permana, Asep W., Siti Mariana Widayanti., Prabawati Sulusi., dan Dondy A S.
2012. Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional
Berkarbonasi. Bogor: J. Pascapanen 9(2) 2012: 88 95.
Rahmah, Sylvia Aulia., Suharti dan Subandi. 2012. Uji Aantibakteri dan Daya
Inhibisi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap
Aktivitas Xantin Oksidase Yang Diisolasi dari Air Susu Sapi Segar.
Malang: Universitas Negeri Malang.