You are on page 1of 15

I.

KONSEP DASAR MEDIS


A. Definisi
Debridement adalah menghilangkan jaringan mati juga membersihkan luka
dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh. Caranya
yaitu dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material
perwatan luka yang fungsinya utuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka
yang nekrotik. (Brunner & Suddarth, 2002)
Setelah dilakukan debridement, luka harus dilakukan irigasi larutan garam
fisiolofis atau larutan lain dan dilakukan dressing atau juga disebut dengan kompres
dan dibalut sampai luka tertutup untuk mencegah resiko infeksi setelah
pembedahan. (Sjamsuhidajat, 2012)
B. Klasifikasi Debridement
Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan
surgikal. Metode debridement yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan
nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik.
1. Debridement Otolitik
Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement otolitik
bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga
tidak nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan
menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan
luka kontak dengan jaringan nekrotik. Debridement otolitik dapat dilakukan
dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent films.
Indikasi :
Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.
Keuntungan:
a. Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.
b. Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk
membersihkan luka debris nekrotik .
c. Efektif dan mudah
d. Sedikit atau tanpa nyeri.
Kerugian :
a. Tidak secepat debridement surgikal.
b. Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.
c. Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif
digunakan.
2. Debridement Enzymatik:
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk
merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement
enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau debridement otolitik
dan mekanikal. Debridement enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis.
Indikasi :
a. Untuk luka kronis
b. Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.
c. Pembentukan jaringan parut
Keuntungan :
a. Kerjanya cepat
b. Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang
tepat.
Kerugian:
a. Mahal
b. Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.
c. Memerlukan balutan sekunder
d. Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.
3. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat
pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan
anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman
akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa
yang lain viable. Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara
jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti
balutan yang sering.
Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai
persiapan untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe
debridement mekanik.Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan.
Indikasi :
Luka dengan debris nekrotik moderat.
Keuntungan:
Materialnya murah (misalnya tule)
Kerugian:
a. Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan
penyembuhan
b. Lambat
c. Nyeri
d. Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran
melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi
tambahan dapat menjadi sitotoksik.
4. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement surgikal
merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik.
Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian
avital yang dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan
mati dan dapat mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat dilakukan di
tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap
awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika
di insisi tidak/sedikit mengeluarkan darah. Debridement dilakukan sampai
jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang sehat
dan perdarahan lebih banyak pada jaringan yang dipotong.
Indikasi :
a. Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
b. Jaringan terinfeksi.
Keuntungan:
a. Cepat dan selektif
b. Efektif
Kerugian :
a. Nyeri
b. Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi
C. Tujuan Debridement
Tujuan dilakukannya debridement yaitu untuk mengeluarkan kontaminan
dengan rasa nyeri yang minimal pada pasien serta trauma jaringan yang minimal
pula untuk luka yang kotor, mencelupkan bagian yang cidera ke dalam air yang
sama dengan suhu tubuh, dapat meredakan nyeri dan dapat membantu
menghilangka debris (J Morison, 2004)
D. Prinsip-prinsip dalam tindakan debridemen pada terapi fraktur terbuka
Penatalaksanaan debridemen pada luka fraktur terbuka ;
Meskipun infeksi pada luka akibat kontaminasi bakteri yang biasanya
berlangsung pada saat cedera, namun jaringan mati serta benda asing yang
tertinggal di dalam luka merupakan faktor predisposisi terjadinya sepsis. Oleh
karena itu, pembedahan segera merupakan indikasi untuk menghilangkan pabulum
atau unsur-unsur yang menyebabkan sepsis ini.
Kulit di daerah yang luka dibersihkan secara luas dan diteliti untuk persiapan
operasi. Luka ditutup dengan duk steril sehingga cairan yang digunakan untuk
mencuci kulit tidak mengalir ke dalam luka. Bulu-bulu pada kulit di sekitar luka
harus dicukur. Tepi kulit yang rusak haus dieksisi dengan memperhatikan bahwa
kulit sangat penting artinya dan diperlukan bagi kesembuhan luka primer ;bagian
tepi yang harus dibuang hanyalah bagian yang sudah hancur dan tidak vital
lagi.Insisi pada kulit dan pascia harus cukup panjang sehingga seluruh luka laserasi
jaringan yang dalam dapat terbuka. Semua jaringan yang mati dan tidak vital harus
dikeluarkan. Otot yang tidak berdarah ketika terpotong atau otot yang tidak
mengerut ketika dijepit oleh pinset merupakan otot yang sudah mati dan harus
dibuang. Otot yang berdarah tetapi tidak mengerut ketika dijepit mungkin masih
hidup, namun semua ujung otot yang robek atau serabut-serabut otot yang terpisah
harus digunting engan rapih. Semua benda asing, kecusli pecahan peluru yang
tertanam sngat dalam atau sulita dicapai, juga perlu dikeluarkan. Semua tempat
yang berdarah haruus dicari dan diikat.
Bagian-bagian yang penting-nervus, tendon, pembuluh-pembuluh darah yang
besar dan liganemtum-harus harus dibersihkan secara mekanis ;daerah tendon dan
ligamentum yang compang-camping harus di rapihkan sehemat mungkin sedangkan
strukturnya dibiarkan.pecahan tulang yang kecil dan sudah terlepas dari jaringan
lunak dapat dikeluarkan. Fragmen tulang yang besar, sekalipun sudah terpisah dari
bagian lunak harus dibiarkan pada tempatnya. Fragmen tulang yang besar dan
mengalami avulsio total harus dicelupkan dengan segera kedalam larutan antibiotik
dan dibiakan di dalam larutan tersebut sampai lukanya selesai dipersiapkan untuk
tindakan operasi mengembalikan fragmen tulang tersebut. Tulang merupakan
struktur yang amat penting. Secara umum, lebih baik membuat kesalahan dengan
membuang terlalu sedikit fragmen tulang daripada terlalu banyak. Ujung tulang
yang kotor harus dibersihkan secara cermat, kalau perlu dengan menggunakan sikat
atau alat curett sehingga kotoran yang terbenam dapat dikeluarkan.
Rongga luka yang telah menjalani debridement harus dibersihkan oleh lvage
mekanis, dari dalam ke luar. Dengan larutan garam fisiologis hangat dalam jumlah
yang berlebihan. Tindakan lavage akna mengeluarkan kuman-kuman yang
mencemari luka dan menghilangkan banyak partikel halus yang sudah terlepas
tetapi belum dikeluarkan karena tidak kelihatan.
Preparat antibiotik tidak mencegah terjadinya sepsis luka. Antibiotik tidak
memiliki pengaruh atas nekrosis jaringan yang progresif akibat enzim proteolitik
dekomposisi hematoma dan jaringan mati. Juga, jaringan mati dalam luka tidak
dapat disterilisasi. Pecursor infeksi lokal trsebut harus dilenyapkan dengan tindakan
debridement yang memadai. (Perawatan Dini Penderita Cedera, American College
Of Surgeons, yayasan essentia medica 1983 )
E. Tindakan Debridemen dan posisi terbuka
1. Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globuli.
2. Antibiotika untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi
3. Kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka
4. Torniquet disiapkan tetapi tidak perlu ditiup
5. Setelah dalam narkose seluruh eksremitas dicuci selama 5-10 menit dan di
cukur
6. Luka diiirigasi dengan cairan NaCl steril atau air matang 5-10 liter. Luka
derajat 3 harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi (jet lavage)
7. Tindakan desinfeksi dan pemasangan duk (draping)
8. Eksisi luka lapis demi lapis. Eksisi kulit, subkutis, fassia, otot. Otot-otot
yang tidak vital dieksisi. Tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada
periosteum dibuang. Fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas
dipertahankan
9. Bila letak luka tidak menguntungkan maka untuk reposisi terbuka dibuat
insisi baru yang biasa dipergunakan,misalnya fraktur femur dengan
fragmen distal menembus dekat lipat paha, untuk reposisi terbuka dipakai
approach posterolateral biasa
10. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila ditutup setelah satu
minggu setelah oedema menghilang. Luka untuk reposisi terbuka dijahit
primer
11. Fiksasi yang baik adalah fiksasi eksterna. Bagi yang sudah berpengalaman
dan di rumah sakit dengan perlengkapan yang baik, pengguna fiksasi
interna dapat dibenarkan. Bila fasilitas tidak memadai, gips sirkuler dengan
jendela atau traksi dapat digunakan dan kemudian dapat diencanakan untuk
fiksasi interna setelah luka sembuh (delayed interna fixation). Pemakaian
antibiotika diteruskan untuk 3 hari dan bila diperlukan debridement harus
diulang. (Ilmu bedah, 1995.Bina Rupa Aksara,FKUI Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran UI/RS. Dr.CiptoMangun Kusumo)
F. Post Debridement
a. Definisi
Post debridement merupakan tindakan atau tahapan setelah dilakukan
pembedahan yaitu proses pemulihan.
b. Tujuan perawatan post debridement
Tujuan dari dilakukannya perawatan post debridement yaitu :
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
3. Mengurangi infeksi akibat pembedahan
4. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin
5. Mempertahankan konsep diri pasien
6. Mempersiapkan pasien pulang
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien post debridement yaitu :
1. Nyeri pada kaki akibat insisi pembedahan
2. Perdarahan kecil akibat pembedahan
3. Kelemahan
4. Konstipasi
d. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien post debridement yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan akibat penurunan aliran darah ke kaki.
a) Infeksi
Infeksi bedah merupakan penyulit pembedahan yang sering
dijumpai pada praktek sehari hari infeksi dapat terbatas di tempat
pembedahan, luka insisi atau menyebar secara sistematik (sepsis).
Infeksi dapat terjadi 20 apabila dalam perawatan luka post debrid
ulkus tidak dilakukan secara multidisiplin, dan tidak teliti dalam
memberikan antiseptik maupun penggunaab alat medikasi.
b) Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan
Kerusakan intergritas kulit akibat dehisiensi luka. Dehisiensi luka
merupakan luka yang terbuaka di bagaian tepi tepi luka. Factor
penyebab terjadinya infeksi karena penutupan luka tidak rapat atau
tidak benar.
e. Perawatan pasca bedah
1. Perawatan post pembedahan
a) Memonitor tanda tanda vital pasien, kesadaran dan input output
pasien.
b) Observasi balutan post operasi pada tungkai kaki.
c) Melakukan perawatan luka dengan prinsip steril
d) Makanan
Setelah dilakukan pembedahan pasien biasanya tidak
diperbolehkan makan terlebih dahulu. Dan setelah diperbolehkan
pasien makan sesuai diit yang telah diberikan.
2. Mobilisasi
Pasien setelah menjalani operasi biasanya diposisikan untuk bedrest
dan aktivitas di tempat tidur dengan dibantu keluarga dan perawat.
3. Pemenuhan kebutuhan eliminasi.
Untuk kebutuhan BAK diperkenankan untuk di tempat tidur
menggunakan pispot jika tidak menggunakan DC kateter dan dihitung
berapa jumlah keluarannya. Begitu juga untuk BAB dilakukan di atas
tempat tidur menggunakan pispot.
4. Proses penyembuhan luka
Menurut Sjamsuhijajat & Jong (2005) proses penyembuhan luka dibagi
beberapa fase antara lain :
a) Fase inflamasi
Fase ini dihitung dari waktu terjadinya luka sampai dengan kira-
kira hari ke lima. Sel-sel darah baru akan berkembang dan menjadi
melkaukan proses penyembuhan.
b) Fase proliferasi
Fase ini juga disebut fase fibroplasias dimana berlangsung pada
akhir fase pertama / inflamasi sampai kira-kira akhir minggu
ketiga. Pada fase ini serat akan terbentuk dan dihancurkan kembali
sebagai penyesuaian diri dengan luka dan biasanya cenderung
mengerut. Biasanya luka kemerahan dan muncul benjolan halus
yang disebut jaringan granulasi.
c) Fase penyudahan
Proses pematangan diantaranya penyerapan kembali jaringan yang
berlebih, pengerutan sesuai gravitasi, dan jaringan baru mulai
terbentuk. Waktu yang diperlukan pada fase ini bisa berbulan-
bulan bahkan bertahuntahun.
f. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pasien post debridement ulkus ini diharapkan
sebagai berikut :
1. Tidak timbul nyeri selama dilakukan perawatan luka
2. Luka pada insisi tanpa infeksi
3. Tidak timbul komplikasi
4. Kriteria luka bagus
5. Pasien setelah pulang dari rumah sakit diharapkan :
a) Mengetahui tentang pengobatan/perawatan lanjutan yang harus
dijalani.
b) Mengetahui jenis diit yang harus dilakukan
c) Mengetahui jenis terapi obat/non obat yang diberikan.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama
untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan
data dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi :
1. Biodata
a. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis)
b. Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian. Pada pasien post debridement yaitu nyeri 5 6
(skala 0 -10)
b. Riwayat kesehatan sekarang : Data diambil saat pengkajian berisi
tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai
dengan mendapatkan perawatan di bangsal.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien
tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di
RS berapa kali.
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola Fungsional
a. Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya, persepsi
pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota
keluarganya.
b. Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari-hari, jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jenis makanan dan minuman,
waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan
yang disukai, penurunan berat badan.
c. Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
sakit, mencatat konsistensi, warna, bau, dan berapa kali sehari,
konstipasi, beser.
d. Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat
dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas,
kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.
e. Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
f. Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan
mengetahui tentang penyakitnya.
g. Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.
h. Pola reproduksi dan seksual
i. Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,
kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
j. Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,
komunikasi, car berkomunikasi.
k. Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah
selama sakit, ketaatan dalam berdoa dan beribadah.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat
pembedahan skala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada
balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi),
kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.
b. Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh obat
anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan semi
fowler untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
c. Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi meningkat.
d. Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa
bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu makan,
bising usus, berat badan.
e. Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini
karena pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 4
dapat menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada
bagian kaki yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
f. Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output
yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas untuk
membuka jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
debridement
3. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post debridement
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil/ Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 1400. Management nyeri
insisi pembedahan 3 x 24 jam maka diharapkan (2102) tingkat 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
nyeri dengan kriteria : karakteristik, durasi, frekuensi Kaji ulang skala nyeri
(210201) nyeri yang dilaporkan ringan 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
(210201) panjangnya episode nyeri ringan pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
(210206) ekspresi nyeri wajah ringan 3. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan
nyeri
4. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan klien agar menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi rasa nyeri
6. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (terapi latihan aktivitas
7. Anjurkan kompres hangat
8. Kolaborasi pemberian analgetik
9. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval
yang spesifik

2. Kerusakan integritas kulit Integritas kulit Perawatan luka dan pertahanan kulit
berhubungan dengan luka post Clien Outcome : 1. Observasi lokasi terjadinya kerusakan integritas kulit
operasi debridement Integritas kulit utuh 2. Kaji faktor resiko kerusakan integritas kulit
3. Lakukan perawatan luka
4. Monitor status nutrisi
5. Atur posisi klien tiap 1 jam sekali
6. Pertahankan kebersihan alat tenun
3. Hambatan Mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1800. Bantuan Perawatan Diri
berhubungan dengan nyeri akut 3 x 24 jam, klien akan : Aktivitas Keperawatan:
0206. Pergerakan sendi halaman 452 , yang 1. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri mandiri
dibuktikan dengan indicator sebagai berikut 2. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu kebersihan diri,
(4-5: deviasiasi ringan dari kisaran normal - berpakaian, berhias, toileting, dan makan.
tidak ada devisiasi dari kisaran normal). 3. Melakukan perawatan diri klien.
0300. Perawatan Diri :Aktivitas Sehari 4. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien jika mengalami
Hari halaman 435, dibuktikan dengan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya.
indicator sebagai berikut (4-5 : sedikit 0840. Pengaturan Posisi
terganggu tidak terganggu) Aktivitas Keperawatan
Krtieria Hasil 1. Monitor kemampuan otot ekstremitas.
Terjadi peningkatan dalam aktivitas fisik 2. Monitor kemampuan klien dalam pengaturan posisi
Klien dapat melakukan aktivitas mobilisasi 3. Berikan posisi miring kiri dan miring kanan setiap 2 jam
secara mandiri 4. Ajarkan ROM pasif
Dapat melakukan ADLs tanpa bantuan. 5. Anjurkan keluarga untuk membantu klien merubah posisi

4. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 6550 perlindungan infeksi
dengan adanya luka post selama 2x 24 jam maka diharapkan (1908) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
debridement deteksi resiko dengan kriteria: 2. Monitor kerentangan terhadap infeksi
190801 mengenali tanda dan gejala yang 3. Jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana
mengidikasikan resiko infeksi secara 4. Ajarkan anggota kluarga bagaiman cara menghindari infeksi
konsisten menunjukan 6540 Kontrol infeksi
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan merawat pasien
2. Ganti peralatan perawatan perpasien sesuai protokol instusi
3. Pastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
4. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth , 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC

J.Morison,2004. Manajemen luka Moya. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong , Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta. 2012.

A.K. Muda, Ahmad. 2005. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta :
Gitamedia Press.

Carpenito, Lynda Juall RN.2003. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Ed 3. Jakarta :


Media Aesculappius.

Doenges, Marilynn E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

You might also like