You are on page 1of 16

I.

KONSEP DASAR MEDIS


A. Pengertian
Trombektomi adalah suatu tindakan bedah untuk mengeluarkan
embolus thrombus dari arteri atau vena yang tersumbat melalui suatu
arteriotomi atau venotomi.
Thrombektomi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengangkat
sumbatan (thrombus) dari pembuluh darah. Thrombus menghalangi aliran
darah dan mungkin dapat menyebabkan kematian jaringan dan bahkan
terjadi kehilangan cabang jika sirkulasi tidak diperbaiki segera.16
B. Ruang Lingkup
Sumbatan akut arteri pada ekstremitas bernanifestasi sebagai gejala-
gejala iskemi yang timbulnya mendadak , meliputi 6 P: pain, palor, parestia,
poikilotermi, pulselesness, paralysis. Lokasi paling sering adalah cabang
arteri femoralis. Pada pemeriksaan terabanya denyut nadi femoral yang
bersifat water hammer yaitu hilangnya denyut didaerah distal.
C. Prosedur Trombektomi
Ada empat tahap pelaksanaan prosedur thrombektomi yaitu :
venografi untuk mengevaluasi vena central dan perifer, mengangkat
thrombus, pengobatan yang signifikan dari stenosis dengan angioplasti atau
stent dan pelepasan sumbatan arteri. 3
Teknik perkutaneus thrombektomi dapat dikategorikan menjadi 3
tipe yang berbeda : aspirasi / balon thrombektomi; thrombolisis farmako
mekanik; alat mekanik thrombektomi. Patensi jangka panjang dari autogen
fistula atau graft tidak tergantung dari metode menghilangkan thrombus.
Patensi jangka panjang tergantung dari identifikasi dan kesuksesan terapi
stenosis baik vena dan arteri, dan menghilangkan sumbatan arteri secara
lengkap.3,7
1. Venografi
Untuk membuat fistula kolaps, tourniquet latex steril diletakkan
dengan kuat pada lengan atas atau regio shoulder.18 Lokasi penusukan
dianestesi dengan 2% lidokain hydroklorid.7,18 Diawali dengan penusukan
jarum ke arteri lengan dengan arah antegrade. 3,5 Lokasi penusukan dipilih
sejauh mungkin dari anastomosis. Pada sebagian besar pasien, lokasi
penusukan pada region elbow.18 Arah dan lokasi penusukan awal tergantung
pemeriksaan klinis dan atau dengan ultrasound fistula dengan frekuensi
tinggi (7 MHz) dari anastomosis AVF.7,18 Melalui observasi fluoroskopi
yang dimasuki guidewire dan kemudian sebuah Multipurpose
Angiographc Catheter (MPA) dimasukkan lebih jauh ke akses vaskuler
melalui anastomosis vena. Kontras non ionik Xray disuntikkan dan
dilakukan diagnostik venogram untuk mengevaluasi aliran keluar native
vena termasuk vena sentral ipsilateral. Pada umumnya, diagnostik
venogram menunjukkan single focal stenosis pada anastomosis vena yang
dapat dengan mudah diterapi dengan teknik standar angioplasty. Akan
tetapi jika venogram menunjukkan long-segmen stenosis, multiple
sequential stenosis, atau oklusi dalam native vena akan sulit diterapi dan
bahkan jika sukses diterapi, hasilnya mungkin tidak dapat bertahan lama.
Pasien dengan patologi vena yang luas, lebih baik diterapi dengan operasi
revisi atau pasien mungkin memerlukan akses vaskuler di lokasi lain.3
Prosedur perkutaneus thrombektomi biasanya dilakukan terlebih
dahulu untuk mengobati stenosis aliran keluar vena. Stenosis vena yang
sempit dapat menahan thrombus dalam akses, karenanya siap untuk
diambil dan juga dapat mencegah embolisasi thrombus ke sirkulasi vena.3
Situasi ini memberikan keuntungan dalam penilaian hasil
angioplasti sebelum dilakukan thrombektomi. Jika angioplasti tidak
berhasil, prosedur dapat diakhiri terlebih dahulu untuk menilai ulang
aliran darah dalam akses vaskuler. Beberapa intevensionalis melebarkan
stenosis vena sebelum mengangkat thrombus.
2. Pengangkatan Thrombus : Segmen Vena
Setelah diagnostik venogram lengkap, kateter angiografi dilepaskan
dan diganti dengan vascular sheath. Sheath 6 atau 7 French akan
menyediakan akses untuk mayoritas kateter angiografi dan balon
angioplasti. Heparin (2000-5000 unit) umumnya disarankan untuk prosedur
thrombektomi, yang diberikan melalui intravena atau secara perlahan
dimasukkan ke akses vaskuler melalui sisi samping sheath.3
Prosedur perkutaneus thrombektomi sebaiknya dilakukan dengan
observasi fluoroskopi pada fistula atau graft. Hal ini sering membantu
untuk injeksi sejumlah cairan kontras melalui sisi samping sheath untuk
melihat luas dan lokasi thrombus dalam fistula (atau graft) dan native vena.
Kateter aspirasi,balon embolektomi, atau alat thrombektomi sebaiknya
dimasukkan ke fragmen thrombus yang terbesar. Kecepatan saat
thrombektomi dilakukan tergantung spesifikasi alat yang digunakan.
Sebagian kateter dan alat ditekan atau ditarik pelan-pelan, tetapi alat
yang lain dapat dimanipulasi secara cepat.3
Pada penggunaan pharmakomekanikal thrombolysis bolus
urokinase (10.000 unit/ml) atau 100.000 750.000 IU (25.000 IU/ml
dalam normal saline) diinjeksi dengan kuat ke segmen thrombus dengan
kateter tipe pulse spray (1ml/dosis ,2 bolus/menit dengan spuit 1ml) atau
12.500 IU setiap 20 detik dengan spuit tuberculin selama intervensi.5,7 Dosis
urokinase ditentukan berdasar kebijaksanaan radiologis dan berdasarkan
pada panjang oklusi.7 Sisa thrombus dimaserasi dengan balon PTA dan atau
diaspirasi melalui sheat introducer atau end hole kateter.5 Pada segmen oklusi
yang panjang infus kateter awalnya diletakkan pada vena segmen akhir oklusi
dan di pindah ke arteri segmen akhir oklusi setelah thrombolisis vena
berhasil.7
Pada metode mekanikal murni, termasuk ekstraksi bekuan atau
metode disruption dengan metode balon Treotola dan Sharaffuddin,
metode cairan the beathard spray, kateter manual tromboaspirasi, the
Schmitz rode rotating pig tail, dan semua jenis alat declotting. Teknik-
teknik ini utamanya mengarah pada emboli paru yang berpengaruh
secara klinis. Untuk mengurangi kemungkinan besar terjadinya emboli
paru, alat harus terdiri dari ujung yang berputar dengan kecepatan tinggi
yang dapat menghancur leburkan sumbatan menjadi partikel yang kecil
sekali, seperti ArrowTretola PTD, Hydrolyser, Amplatz Thrombectomy dan
lain-lain.19
Setelah memindahkan thrombus dari vena, sebaiknya dilakukan
prosedur venous angioplasty. Hal ini menguntungkan dalam melengkapi
intervensi vena sebelumnya untuk memasukkan vascular sheath yang kedua.
Sheath yang kedua ini, dimasukkan ke vena dengan arah retrograde, yang
akan digunakan untuk memindahkan thrombus dari proksimal arteri dari
fistula atau graft.3
3. Pengobatan Stenosis Vena
Sebagian besar lokasi stenosis adalah di anastomosis vena. Lesi
neointimal hyperplastic dapat sulit melebar dan sering memerlukan balon
3,5,7
angioplasty bertekanan tinggi (>20atm) untuk pengobatan yang efektif .
Diameter balon sebaiknya 10 20 % lebih lebar dibanding diameter vena
yang berdekatan. Stenosis yang signifikan (>50%) pada aliran keluar vena
atau pada vena sentral sebaiknya diterapi menggunakan ballon angioplasty
yang tepat.3 Ukuran balon ditentukan berdasar pada ukuran vena distal
area yang dilebarkan. Umumnya lesi dekat anasomosis vena dilebarkan
dengan balon kateter 4-6 mm,lesi pada aliran keluar vena AVF dilebarkan
dengan balon kateter 6-10 mm.7 Bolus intravena fentanyl sitrat (0,05 mg
sampai total dosis 0,15 mg) jika pasien merasa nyeri saat balon
dilebarkan,dan bolus intra arteri nitrogliserin 0,25 mg ke arteri radialis pada
kasus spasme. Balon dikembangkan selama 2-4 menit untuk kasus yang
rutin, pada kasus-kasus elastic recoil dan pembedahan aliran yang
terbatas, balon dikembangkan selama 15 menit.5 Jika diperlukan, prosedur
diulang sampai control angiogram dinyatakan memuaskan dalam hal
pengurangan stenosis.7
4. Pengangkatan Thrombus :Segmen Arteri
Setelah prosedur angioplasty vena seorang interventionalis akan
memindahkan thrombus dari bagian arteri proksimal. Untuk mencapai arteri
proksimal, dibuat tusukan yang kedua dengan arah retrograde, ke arah
segmen vena dari fistula atau graft dan disisipkan sheath pembuluh
darah yang kedua. Kateter trombektomy dimasukkan melalui sheath yang
kedua ini dan berlanjut ke segmen arteri proksimal untuk memindahkan
sisa thrombus. Sheath vaskuler yang pertama yang berada dalam segmen
arteri,dapat memindahkan thrombus untuk sementara dengan menggunakan
guide wire. Ketika memindahkan thrombus dari arteri proksimal,satu hal
yang harus dihindari yaitu tidak hati-hati dalam mengeluarkan sumbatan
arteri sampai ke arteri asli yang berdekatan.3
5. Pengeluaran Sumbatan Arteri.
Tahap akhir dari prosedur trombektomi adalah mengeluarkan
sumbatan arteri. Sumbatan berisi sel darah merah dan bentukan fibrin
yang mengeras, sumbatan yang berbentuk peluru ini melekat erat dengan
dinding fistula atau graft yang berdekatan dengan anastomosis arteri.
Beberapa penelitian menggambarkan ukuran dari sumbatan arteri ini
adalah < 0,5 ml,dan karenanya memberikan gambaran resiko yang minimal
untuk terjadinya embolisasi paru. Fogart Embolektomi adalah jenis alat yang
biasanya digunakan untuk mengeluarkan sumbatan arteri. Diameter alat
embolektomy dapat dibesarkan secara bervariasi untuk menarik plug
seperti menghisap melalui anastomosis arteri ke akses vaskuler.3
Ada 2 jenis balon kateter embolektomi yaitu tipe standar yang
memiliki ujung melingkar dan dapat menarik kembali dan jangkauan yang
lebih jauh tanpa guidewire, dan yang kedua adalah versi over the wire
(OTW) yang lebih disukai dokter karena menggunakan guidewire.3
Untuk mengeluarkan sumbatan arteri,balon embolektomy
dimasukkan melalui sheath dan berlanjut (secara retrograde) ke arteri
asli melewati anatomosis arteri. Dalam pengawasan fluoroscopy balon
dipompa sebagian (dengan larutan garam) dan kemudian ditarik kembali
melalui anastomosis arteri. Sumbatan arteri sering menempel dengan kuat
pada dinding pembuluh darah,tiga atau empat balon embolektomy
mungkin diperlukan untuk memindahkan sumbatan. Pertama kali
dikeluarkan,sumbatan arteri secara cepat melalui akses vaskuler dan menuju
sirkulasi pulmonal.3
Seperti yang sudah diutarakan, mayoritas intervensionalis lebih
menyukai melebarkan anastomosis vena sebelum mengeluarkan sumbatan
arteri. Pembukaan anastomosis vena menyebabkan sumbatan arteri keluar
lebih cepat ke akses vaskuler dan kemudian ke vena asli. Aklan
tetapi,beberapa intervensionalis lebih memilih mengeluarkan sumbatan
arteri sebelum melakukan angioplasty vena. Dengan teknik ini adanya
lekukan dalam stenosis vena,sumbatan arteri dalam graft bisa diaspirasi
atau dipecah menggunakan alat trombektomi mekanik.3
Setelah pengeluaran sumbatan arteri sebaiknya ada perbaikan yang
cepat dari aliran darah melalui akses vaskuler. Fistulogram terakhir,termasuk
pemeriksaan anastomosis arteri adalah dilakukan untuk mengecek bahwa
semua thrombus telah diambil dan stenosis vena telah dilebarkan secara
efektif.3
Setelah intervensi endovaskuler,csheath introduser segera
diangkat,dan lokasi tusukan ditekan secara manual selama 15-20 menit,
kemudian diletakkan pita kompresiv dan dibiarkan selama 6 jam. Pada kasus
trombolytic terapi,introduser sheath tidak diangkat sebelum waktu
pengaktifan bekuan kurang dari 200 detik. Tidak ada antikoagulan
awalan,tetapi 250 mg asetylsalilat acid dianjurkan digunakan setelah
intervensi.5
D. Indikasi
Indikasi dari endovaskuler manajemen adalah stenosis tanpa
terjadinya thrombosis pada graft atau fistula jika stenosis lebih luas daripada
penurunan 50 % diameter lumen dan fungsinya masih signifikan,stenosis
dengan thrombosis,stenosis vena sentral, dan AVF gagal mature setelah 4
6 minggu.14
E. Kontra Indikasi
Kontra indikasi manajemen endovaskuler terdiri dari
kontraindikasi absolute yaitu infeksi aktif dari akses vaskuler dan
kontraindikasi relative yaitu alergi kontras, severe hiperkalemia, acidosis,
atau abnormalitas kimia darah yang mengancam jiwa yang memerlukan
dialysis segera, shunt kanan ke kiri yang telah diketahui,dan severe penyakit
kardiovaskuler14
F. Pemeriksaan penunjang
Doppler, USG,- Doppler, arteriografi
G. Komplikasi
Komplikasi dari trombektomy adalah artery puncture atau
tear,serangan jantung (dari terlepasnya fragmen menuju jantung atau
paru),sumbatan pada arteri yang lebih distal yang berpengaruh pada
ekstremitas,perdarahan,infeksi (jarang) dan bengkak pada ekstremitas setelah
aliran darah diperbaiki.16 Ruptur vena di kelola dengan pemompaan balon
yang lama atau penempatan stent metalik. Tromboemboli arteri dikelola
dengan infuse urokinase lokal.
H. Perawatan Pasca Operasi
a. Kontrol terhadap kemungkinan berbagai penyulit seperti : infeksi dan
perdarahan, re-emboli
b. Kontrol terhadap luka bekas operasi
c. Follow Up : Selain pemantauan AVN distal, saturasi dapat
dilakukan USG doppler atau angiografi (menilai patensi/run off)
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan
darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.
2. Aktivitas/Istirahat
Gejala : tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama,
Immobilitas lama (contoh trauma ortopedik, tirah baring/perawatan
dirumah sakit lama), Nyeri Karena aktivitas/berdiri lama,
Lemah/kelemahan pada kaki yang sakit.
Tanda : kelemahan umum atau ekstremitas
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat thrombosis vena sebelumnya, ada varises, Adanya
factor pencetus lain, contoh hipeertensi (karena kehamilan;
diabetes mellitus) IM/penyakit katup jantung, cedera
serebrovaskuler trombotik.
Tanda : Takikardi, Penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang
sakit (TVD), Varises/atau pengerasan, gelembung/ikatan vena
(thrombus), kulit/suhu pada ekstremitas yang sakit (betis/paha);
pucat, dingin, edema (TVD); merah, Muda kemerahan, hangat
sepanjang vena (superfisial), Tanda human positif (bila tidak ada
tidak berarti TVD).
4. Makanan/Cairan
Tanda : turgor kulit buruk, membrane mukosa kering (dehidrasi
pencetus untuk hiperkoagulasi), Kegemukan (pencetus untuk stasis
dan tahanan vena pelvis), Edema pada kaki yang sakit (tergantung
pada lokasi thrombus).
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Berdenyut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau
bergerak (ekstremitas yang sakit).
Tanda : melindungi ekstremitas yang sakit
6. Keamanan
Gejala : riwayat cedera langsung atau tak langsung pada ekstremitas
atau vena (contoh trauma mayor/fraktur, bedah ortopedik/pelvis,
kelahiran dengan tekanan kepala bayi lama pada vena pelvik, terapi
intravena). Adanya keganasan (khususnya prankeas, paru, sistem
GI). Tanda : Demam, menggigil.
7. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : penggunaan kontrasepsi/estrogen oral, adanya terapi
antiokoagulan ( pencetus hiperkoagulasi) kambuh atau kurang
teratasinya periode tromboflebolik sebelunya, Pertimbangan :
DRGB menunjukan rerata lama rawat : 7,7 hari,
Rencana pemulangan : bantuan untuk belanja, transpotasi dan
perawatan/ pemeliharaan rumah kusus kaki antiembolik yang tepat
8. Pemeriksaan Diagnostic :
Hemetrokrit : Hemokonsenterasi (peningkatan Ht) potensial resiko
pembentukan thrombus
Pemeriksaan koagulasi : dapat menyatakan hiperkoagulasi
Pemeriksaan vaskuler noninvasive : ( oskilometri Doppler,
toleransi latihan, plestismografi impendan dan skan duplek);
pertumbuhan pada aliran darah dan identifikasi volume vena
tersumbat, kerusakan vaskuler dan kegagalan vaskuler
Tes trendelenburg : dapat menunjukan tidak kompoten pembuluh
katup
Venografi : secara radiografi memastikan dianosa melalui
perubahan aliran atau ukuran saluran
MRI : dapat berguna mengkaji aliran turbulen darah dan gerakan,
kompentensi vena katup
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan pendarahan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anastesi.
6. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual muntah.
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan higiene luka yang buruk.
C. IntervensiKeperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil/ Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Nyeriakut b.d agens cedera Setelah melakukan asuhan keperawatan 1400. Management nyeri
biologis selama 2x24 jam maka diharapkan (2102) 1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
tingkat nyeri dengan kriteria : karakteristik, durasi, frekuensi Kaji ulang skala nyeri
(210201) nyeri yang dilaporkan ringan 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
(210201) panjangnya episode nyeri nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
ringan 3. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
(210206) ekspresi nyeri wajah ringan 4. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan klien agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa
nyeri
6. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (terapi latihan aktivitas
7. Anjurkan kompres hangat
8. Kolaborasi pemberian analgetik
9. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang
spesifik

2. Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan kepperawatan Monitor Tekanan Intra Kranial
serebral berhubungan dengan selama 2x 24 jam maka diharapkan (0406) 1. Monitor TIK klien dan respon neurologis terhadap aktivitas
pendarahan. perfusi jaringan serebral dengan kriteria: 2. Monitor suhu dan angka leukosit
040602 tekanan intrakarnial tidak ada 3. beri jarak antar tindakan keperawatan untuk meminimalkan peningkatan
dari kisaran normal TIK
040617 nilai rata-rata tekanan daran 4. kolaborasi pemberian antibiotik
tidak ada devisisi dari kisaran normal
040619 penurunan tingkat kesadaran
tidak ada 2620. Monitoring Neurologis
1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Observasi kondisi fisik klien

3. Kerusakan integritas kulit Integritas kulit Perawatan luka dan pertahanan kulit
berhubungan dengan luka Clien Outcome : 1. Observasi lokasi terjadinya kerusakan integritas kulit
insisi. Integritas kulit utuh 2. Kaji faktor resiko kerusakan integritas kulit
3. Lakukan perawatan luka
4. Monitor status nutrisi
5. Atur posisi klien tiap 1 jam sekali
6. Pertahankan kebersihan alat tenun

4. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 1. Awasi intake dan out put cairan.
berhubungan dengan jam, klien menunjukkan keseimbangan cairan 2. Awasi TTV, kaji membrane mukosa, turgor kulit, membrane mukosa,
perdarahan post operasi. yang adekuat, denganKH: nadi perifer dan pengisian kapiler.
Tanda-tanda vital stabil. 3. Awasi pemeriksaan laboratorium.
Mukosa lembab 4. Berikan cairan IV atau produk darah sesuai indikasi
Turgor kulit/ pengisian kapiler baik.
Haluaran urine baik.

5. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
berhubungan dengan efek jam, klien menunjukkan pola nafas yang 2. Auskultasi bunyi nafas.
anastesi. efektif. 3. Lihat kulit dan membran mukosa untuk melihat adanya sianosis.
Kriteria hasil: 4. Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan.
1. volume nafas adekuat.
2. klien dapat mempertahankan pola nafas
normal dan efektif dan tidak ada tanda
hipoksia.

6. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan kepperawatan 3140 manajemen jalan nafas
inefektif berhubungan selama 2x 24 jam maka status pernafasan: 1. Monitor status respirasi dan oksigenasi
dengan penumpukan secret. (0410) kepatenan jalan nafas dengan kriteria: 2. Buka jalan nafas dengan tehnik chin lif ataw jaw trust
041004 ferkuensi pernafasan tidak dari 3. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial untuk memasukan alat pembuka
kisaran normal jalan nafas
041005 irama pernafasan tidak dari 4. Masukan alat oropharingeal arway (OPA)
kisaran normal Manajemen jalan nafas buatan
041007 suara nafas tambahan tidak ada 1. Menggunakan alat pelindung diri
2. Monitor suara ronkhi di jalan nafas
3. Memberikan OPA atau alat bantu gigit untuk mencegah tergigitnya
selang ET
4. Lakukan penyedotan ET jika diperlukan
3160 Penghisapan lendir pada jalan nafas
1. Monitor adanya secret
2. Aukultasi suara nafas sebelum melakukan suction
3. Informasikan kepada keluarga pasien tentang tindakan pasien
4. Biarkan pasien tersambung keventilator selama prosedur sucstion

7. ketidakseimbangan nutrisi NOC : Nutrition Management


kurang dari kebutuhan Nutritional Status : food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan mual Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
muntah. Setelah dilakukan tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien.
selama 3x24 jam, diharapkan kebutuhan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil: 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai 5. Berikan substansi gula
dengan tujuan 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi konstipasi
badan 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
nutrisi 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
berarti Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
8. Resiko i Setelah dilakukan tindakan keperawatan 6550 perlindungan infeksi
infeksi berhubungan dengan selama 2x 24 jam maka diharapkan (1908) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
higiene luka yang buruk. deteksi resiko dengan kriteria: 2. Monitor kerentangan terhadap infeksi
190801 mengenali tanda dan gejala yang 3. Jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana
mengidikasikan resiko infeksi secara 4. Ajarkan anggota kluarga bagaiman cara menghindari infeksi
konsisten menunjukan
6540 Kontrol infeksi
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan merawat pasien
2. Ganti peralatan perawatan perpasien sesuai protokol instusi
3. Pastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
4. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA
1. Hybrid surgery versus percutaneous mechanical thrombectomy for the
thrombosed hemodialysis autogenous arteriovenous fistulas
2. Prophlaxia Of Complication In Therapeutic Arteriovenous Fistula
3. Techniques for Pecutaneus Thrombectomy
4. Interventional strategies for haemodialysis fistulae and graft :
interventional radiology or surgery.
5. Brachial Arterial access : Endovascular Treatment of Failing Brescia
Cimino Hemodialysis Fistulas-Initial Success and Long Term Results
6. Percutaneus Treatment of Thrombosed Arteriovenous Fistulas : Clinical
and Economic Implication
7. Percutaneus Treatment of Failed Native Dialysis Fistulas : Use of Pulse
Spray Pharmacomechanical Trombolysis
8. Hand book of Dialysis
9. Oxford Hand book of Dialysis
10. Hemodialysis for Nurses and Dialysis Personnel
11. Angiojet Thrombectomy to Salvage Thrombosed Native Dialysis Fistulas
12. Pre-dialysis Arteriovenous Fistula Creation
13. Arteriovenous Fistula Thrombosis In Patients On Regular Hemodialysis : A
Report Of 171 Patients
14. ACR-SIR PRACTICE GUIDELINE FOR ENDOVASCULAR
MANAGEMENT OF THE THROMBOSED OR DYSFUNCTIONAL
DIALYSIS ACCES
15. Percutaneus Trans-Radial Intervention for Acute Thrombosis of Upper Arm
Grafts : An Outpatient-Based,Effective dan Feasible Option Thrombectomy
16. Mechanical Thrombectomy of Occluded Haemodialysis Grafts and
Native Vessel Fistulas
17. Restoration of Thrombosed Brescia Cimino Dialysis Fistulas by Using
Percutaneous Transluminal Angioplasty
18. Interventional radiology in haemodialysis fistulae and grafts

You might also like