You are on page 1of 9

Tantut Susanto JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071

PENGARUH TERAPI KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT


KEMADIRIAN KELUARGA DENGAN PERMASALAHAN KESEHATAN
REPRODUKSI PADA REMAJA DI KELURAHAN RATUJAYA
KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK

Effect Of Family Nursing Therapy To Family Self Sufficiency Level With Adolescent
Reproductive Health Issues In Ratujaya, Depok

Tantut Susanto

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember


Jl. Moch. Seruji 182 Jember 68111
e-mail: susanto_unej@yahoo.com

ABSTRAK

Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi mendatang yang baik. Perubahan alamiah
dalam diri remaja sering berdampak pada permasalahan remaja yang cukup serius. Perilaku remaja saat ini
sudah sangat mengkhawatirkan, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya kasus-kasus seperti aborsi,
kehamilan tidak diinginkan (KTD), dan penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS. Penelitian
bertujuan mengaplikasikan terapi keperawatan keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga dengan
permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross
sectional. Sample pada penelitian ini adalah 10 keluarga dengan tahap perkembangan remaja yang berisiko
mengalami permasalahan kesehatan reproduksi di Kelurahan Ratujaya Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok. Hasil penelitian tingkat kemandirian keluarga dalam mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi
remaja dikaitkan dengan 5 tugas keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga. Lima keluarga
dengan kemadirian tingkat III, empat keluarga dengan tingkat kemandirian II, dan satu keluarga dengan
tingkat kemandirian I. Kesimpulan penelitian tehnik pemberian pendidikan kesehatan (KIE: komunikasi,
informasi dan edukasi), coaching dan conseling dalam pengembangan dan ketrampilan hidup remaja
(tanggung jawab, kepercayaan diri, dan penolakan ajakan pergaulan bebas secara asertif), dan pengembangan
ketrampilan orang tua dalam berkomunikasi secara efektif dengan remaja. Saran perlu adanya program peer
group dan social support group untuk remaja dalam menjalani pertumbuhan dan perkembangan terutama
dalam masalah kesehatan reproduksi.

Kata kunci: remaja, terapi keluarga, kesehatan resproduksi

ABSTRACT

Adolescent represent nation asset for the creation of generation come good. Natural change in
adolescent often affect at serious adolescent problems enough. Adolescent behavior in this time have very
is feeling concerned about, this matter is marked with growing of case like abortion, pregnancy do not be
wanted, and sexual transmitted diseases including HIV/AIDS. Objective therapy application treatment of
family to family independence level with problems of health of adolescent reproduction. Method analytic
descriptive with sectional cross device. Sample at this research are 10 family with adolescent growth
phase which is natural at risk of problems of health reproduce in Sub-District of Ratujaya District of
Pancoran Mas Town Depok. Result family independence level in overcoming problems of health of related
to adolescent reproduction 5 family duty in overcoming the problem of health of family. Five family with
independent level III, four family with II independence level, and one family with independence level I.
Conclusion technique of giving education of health (KIE: communications, information and education),
counseling and coaching in development and is skilled of adolescent life (responsibility, trust of self, and
deduction of free association invitation by asertif), and skilled development of old fellow in communicating
effectively adolescently. Suggestion need the existence of group peer program and group support social
to adolescent in experiencing growth and develop especially in problem of health of reproduction.

Keywords: adolescent, family therapy, health of reproduction

190 Juli 2010: 190 - 198


Versi online:
Volume 1, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/412

LATAR BELAKANG sehingga mendorong adanya perilaku seks


bebas di kalangan remaja.
Remaja merupakan aset bangsa untuk Menurut Sardyansyah (2003) banyak
terciptanya generasi mendatang yang baik. faktor yang menjadi penyebab perilaku seks
Perubahan alamiah dalam diri remaja sering bebas di kalangan remaja. Faktor-faktor
berdampak pada permasalahan remaja yang tesebut antara lain adalah kurangnya
cukup serius. Menurut Dehne & Riedner pengetahuan tentang seks, latar belakang
(2005) masalah remaja sampai saat ini kurang lingkungan, kurang pengawasan, narkoba, dan
mendapatkan perhatian secara baik sebagainya. Media massa merupakan salah
dibandingkan dengan masalah anak, satu penyebab paling utama yang disebut
kesehatan keluarga dan wanita, serta dalam penelitian tentang perilaku seks bebas
kesejahteraan. Menurut Wibowo (2006) kaum remaja di Indonesia. Pengaruh
perilaku remaja saat ini sudah sangat informasi global (paparan media audio-visual)
mengkhawatirkan, hal ini ditandai dengan yang semakin mudah diakses memancing
semakin meningkatnya kasus-kasus seperti anak dan r emaja untuk mengadaptasi
aborsi, kehamilan tidak diinginkan (KTD), dan kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti
penyakit menular seksual (PMS) termasuk merokok, minum minuman beralkohol,
HIV/AIDS. penyalahgunaan obat, perkelahian antar
Menurut WHO (2006) populasi remaja remaja atau tawuran (Iskandar, 1997).
usia 10-19 tahun akan berjumlah 1,21 milyar Kebiasaan-kebiasaan remaja tersebut akan
dan akan terus meningkat mencapai 1,23 mempercepat usia awal seksual aktif serta
milyar pada tahun 2040. Menurut Sudardjat mengantarkan mereka pada kebiasaan
(2002) data profil kesehatan Indonesia tahun berperilaku seksual yang berisiko tinggi. Hal
2000 menunjukkan jumlah dan persentase ini dikarenakan kebanyakan remaja tidak
penduduk Indonesia golongan usia 10-24 memiliki pengetahuan yang akurat mengenai
tahun (definisi WHO untuk young people) kesehatan reproduksi dan seksualitas serta
adalah 64 juta atau sekitar 31% dari total tidak memiliki akses terhadap informasi dan
seluruh populasi. Remaja yang berusia 10-19 pelayanan kesehatan reproduksi. Lingkungan
tahun (definisi WHO untuk adolescence) merupakan salah satu penyebab timbulnya
berjumlah 44 juta atau 21% dari total seluruh pergeseran perilaku remaja saat ini.
populasi. Data tersebut menunjukkan bahwa Globalisasi menyebabkan aksesibilitas remaja
remaja menempati porsi yang cukup besar terhadap pornografi menjadi lebih mudah.
dalam susunan penduduk di Indonesia. Perkembangan teknologi komunikasi yang
Menurut Kamaruzzaman (2004) sekitar 60% menyebar berbagai informasi dan hiburan
kelahiran anak di kalangan remaja di dunia budaya, kini semakin deras dan takkan
adalah kehamilan yang tak diharapkan. Satu mungkin bisa dibendung hanya dengan
di antara r emaja usia 19 tahun tidak mengurung anak di rumah atau dengan
mempunyai akses untuk mendapat menyediakan berbagai fasilitas canggih di
kontrasepsi. Remaja putr i di negara rumah. Hampir semua remaja berada dalam
berkembang yang terpaksa keluar dari situasi yang penuh godaan dengan semakin
sekolah sudah melakukan hubungan seks di banyaknya hiburan di media massa. Dengan
bawah usia 20 tahun, menikah muda dan tidak informasi yang terbatas dan perkembangan
pernah menggunakan kontrasepsi. Menurut emosi yang masih labil, remaja menjadi lebih
WHO (2006) masalah kesehatan reproduksi mempercayai sumber-sumber informasi yang
remaja merupakan strategi global WHO tidak seharusnya dijadikan bahan rujukan
untuk kesehatan reproduksi. Hal ini seperti VCD porno, internet, dan media
dikarenakan oleh rendahnya pengetahuan massa. Saat ini sarana-sarana konseling
remaja tentang masalah kesehatan reproduksi

Pengaruh Terapi Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemadirian Keluarga dengan Permasalahan Kesehatan 191
Reproduksi pada Remaja di Kelurahan Ratujaya Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tantut Susanto JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071

kesehatan reproduksi masih terbatas dan mendapat pendidikan, sosial, kesehatan akan
peran orang tua dan masyarakat dalam dapat memfasilitasi kebutuhan kesehatan
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi reproduksi remaja (Husni, 2005). Remaja
kepada anak dirasa masih kurang. Hal ini selama masa pertumbuhan dan
dikarenakan alasan budaya, tabu dan perkembangan membutuhkan perhatian dan
kekhawatiran kesehatan reproduksi yang pengawasan yang baik ter kait dengan
diajarkan justru mendorong terjadinya permasalahan kesehatan r eproduksi.
hubungan seks pra-nikah. Keengganan Kemudahan akses informasi, memungkinkan
orangtua dalam membicarakan masalah remaja Kota Depok untuk berperilaku bebas
reproduksi menyebabkan remaja mencari dan menyimpang. Pengaruh informasi global
alternatif sumber informasi lain seperti teman (paparan media audio-visual) yang semakin
atau media massa. Tidak jarang, remaja mudah diakses memancing anak dan remaja
mendapatkan informasi mengenai kesehatan untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan
reproduksi dari sumber-sumber yang tidak tidak sehat seperti merokok, minum minuman
bisa dipertanggungjawabkan karena ketiadaan berakohol, penyalahgunaan obat, perkelahian
layanan dan informasi bagi remaja serta antar-remaja atau tawuran. Pada akhirnya,
kurangnya komunikasi antara anak remaja secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan
dan orang tua. Menurut Iskandar (1997) anak tersebut akan mempercepat usia awal seksual
yang mendapatkan pendidikan seks dari aktif serta mengantarkan mereka pada
orang tua atau sekolah cenderung berperilaku kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko
seks yang lebih baik daripada anak yang tinggi, karena kebanyakan remaja tidak
mendapatkannya dari orang lain. Di Indonesia memiliki pengetahuan yang akurat mengenai
kasus-kasus tersebut diperparah dengan kesehatan reproduksi dan seksualitas serta
kurang adanya komitmen dan dukungan tidak memiliki akses terhadap informasi dan
pemerintah dalam bentuk kebijakan yang pelayanan kesehatan reproduksi.
mengatur tentang pendidikan seksual dan
reproduksi bagi remaja terutama di tiap METODE
sekolah. Norma adat dan nilai budaya leluhur
yang masih dianut sebagian besar masyarakat Desain penelitian ini adalah kuantitatif
Indonesia juga masih menjadi kendala dalam dengan rancangan deskriptif analitik. Metode
penyelenggaraan pendidikan seksual dan yang digunakan adalah metode survey dengan
reproduksi berbasis sekolah. pendekatan cross sectional yaitu mengamati
Salah satu solusi yaitu dengan variable yang diteliti di suatu populasi pada
memberikan pendidikan dan pengetahuan suatu saat.
kesehatan reproduksi yang benar perlu Jumlah sample dalam penelitian ini
diberikan sejak dini agar remaja memiliki adalah 10 keluarga dengan karakteristik:
pengetahuan dan pemahaman tentang keluarga dengan tahap perkembangan remaja
kesehatan reproduksi sehingga mereka yang beresiko mengalami permasalahan
mampu menjaga, memelihara, dan berperilaku kesehatan reproduksi pada remaja di RW 03,
positif serta bertanggung jawab berkenaan RW 04, dan RW 09 Kelurahan Ratujaya
dengan masalah-masalah kesehatan Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.
reproduksinya. Dukungan sumber informasi Penelitian dilakukan dari bulan September
yang benar ditambah peran serta yang dimulai sampai dengan bulan Desember 2009.
dari lingkungan rumah tangga sangat Data dikumpulkan melalui suatu angket
diperlukan dalam pendidikan kesehatan yang dikembangkan dari community as
reproduksi. Perhatian terhadap pendidikan partner model dari Anderson dan Mc Farland
dengan menyediakan akses cukup untuk (2004) dan family center nursing dari Marlyn

192 Juli 2010: 190 - 198


Versi online:
Volume 1, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/412

Friedman (2005). Data dianalisis secara Prosentase Berdasarkan Sumber


univariat terhadap pencapaian kemandirian Informasi
keluarga. Kemandirian keluarga dianalisis dari
pencapaian lima tugas kesehatan keluarga, Sumber informasi remaja mengenai
yaitu mengenal masalah, mengambil pubertas di RW 03, RW 04 dan RW 09
keputusan, merawat, memelihara lingkungan, Kelurahan Ratu Jaya yang pertama dari guru
dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. sebesar 55,6% dan yang kedua dari teman
Terapi keperawatan yang utama dilakukan sebesar 28,6% sedangkan yang paling disukai
pada 10 keluarga dengan anak remaja remaja juga dari teman sebesar 38,1%.
mengenai kesehatan reproduksi adalah Teman menjadi pilihan remaja sebagai sumber
melakukan konseling kepada remaja dan informasi tentang pubertas karena remaja
orang tua, terapi modifikasi perilaku dalam berasal dari kelompoknya sehingga remaja
mendisiplinkan remaja, pengembangan merasa memiliki kesamaan dalam
ketrampilan hidup dengan pengembangan pengalaman, sikap, dan tujuan tentang
tanggung jawab dan peningkatan kepercayaan pubertas remaja.
Sumber informasi remaja mengenai
diri remaja, mengajarkan tehnik komunikasi kesehatan reproduksi di RW 03, RW 04 dan
yang efektif dengan remaja, dan mengajarkan RW 09 Kelurahan Ratu Jaya yang pertama
tekhnik nafas dalam (pernafasan diafragma) dari guru sebesar 47,6%. Guru menjadi pilihan
untuk mengurangi stres pada remaja dan pertama karena remaja mendapatkan
orang tua akibat konflik yang terjadi diantara informasi tentang pubertas tersebut sewaktu
keduanya (orang tua dengan anak). di kelas biologi atau sains serta bimbingan
konseling di sekolah. Sumber informasi kedua
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dipilih remaja tentang kesehatan
repr oduksi dari teman sebesar 30,2%
Hasil sedangkan yang paling disukai oleh remaja
Prosentase Berdasarkan Usia Dan adalah juga teman sebesar 42,9%. Teman
Tingkat Pengetahuan menjadi pilihan remaja sebagai sumber
informasi tentang kesehatan reproduksi
Remaja di RW 03, RW 04 dan RW 09 karena remaja berasal dari kelompoknya
Kelurahan Ratu Jaya terbanyak pada usia sehingga remaja merasa memiliki kesamaan
antara 17-19 tahun sebesar 58,7%. Pada usia dalam pengalaman, sikap, dan tujuan tentang
ini remaja telah melewati masa pubertas dan kesehatan reproduksi.
pertumbuhan perkembangan kematangan
organ reproduksi sehingga memerlukan Prosentase Berdasarkan Penggunaan
pemantauan untuk menjaga status kesehatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
repr oduksi yang adekuat. Tingkat
pengetahuan remaja mengenai kesehatan Remaja yang menggunkan fasilitas
reproduksi di RW 03, RW 04, dan RW 09 pelayanan kesehatan terkait dengan masalah
Kelurahan Ratu Jaya yang kurang sebesar kesehatan reproduksi di RW 03, RW 04 dan
6,3%. Pengetahuan remaja mengenai RW 09 Kelurahan Ratu Jaya sebesar 17,5%
kesehatan reproduksi akan membantu remaja dengan frekuensi kunjungan antar 4-6 kali
dalam melakukan suatu sikap dalam bertindak dalam setahun sebesar 15,8%. Tempat
dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan pelayanan kesehatan yang diakses oleh
reproduksinya. remaja terkait dengan kesehatan reproduksi
adalah Puskesmas sebesar 9,5% dengan
alasan kunjungan terbanyak karena alasan
kontrasepsi dan penyakit menular seksual

Pengaruh Terapi Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemadirian Keluarga dengan Permasalahan Kesehatan 193
Reproduksi pada Remaja di Kelurahan Ratujaya Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tantut Susanto JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071

sebesar 9,5%. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam sebulan 11,1%, remaja yang merokok
seperti Puskesmas dapat digunakan oleh 1-5 batang dalam seminggu 7,9%, dan remaja
remaja untuk mendapatkan informasi dan yang sudah mengkonsumsi narkoba 3,2%.
melakukan pemeriksaan kesehatan Perilaku sexual remaja di RW 03, RW 04,
reproduksi secara baik dan benar sehingga dan RW 09 Kelurahan Ratu Jaya. Perilaku
deteksi dini terhadap permasalahan dapat sexual remaja menunjukkan dari cuma
dilakukan oleh Puskesmas. berpacaran dengan pegangan sebesar 36,5%,
kemudian berpacaran dengan berpelukan
Prosentase Berdasarkan Pola tangan diluar dan didalam baju sebesar 27%
Komunikasi Keluarga dan berciuman bibir sebesar 7,9% sampai
yang melakukan hubungan badan atau coitus
Pola komunikasi keluarga ter kait sebesar 3,2%. Perilaku onani remaja laki-laki
kesehatan reproduksi remaja di RW 03, RW di RW 03, RW 04, dan RW 09 Kelurahan
04, dan RW 09 Kelurahan Ratu Jaya Ratu Jaya sebesar 27% dan perilaku
menunjukkan kemudahan remaja masturbasi remaja perempuan sebesar
mendiskusikan masalah dengan ayah 28,6%. Perilaku seksual remaja merupakan
terbanyak kadang-kadang sebesar 36,5% dan suatu bentuk aktivitas r emaja dalam
frekuensi remaja mendiskusikan kesehatan memenuhi kebutuhan seksual dalam
reproduksi dengan ayah terbanyak tidak pertumbuhan dan perkembangannya.
pernah sebesar 65,1%. Kemudahan remaja Pembinaan dilakukan pada 10 keluarga
mendiskusikan masalah dengan ibu terbanyak di wilayah RW 03 dan RW 09 Kelurahan Ratu
kadang-kadang sebesar 36,5% dan frekuensi Jaya yang meliputi 2 keluarga di RW 03 dan
remaja mendiskusikan kesehatan reproduksi 8 keluarga di RW 09. Hasil pengkajian pada
dengan ibu terbanyak kadang-kadang juga keluarga yang kemudian dirumuskan kedalam
sebesar 38,1%. Pola komunikasi yang terbuka suatu diagnosis keperawatan keluarga
dan dua arah didalam keluarga akan dapat ditemukan beberapa permasalahan atau
membantu penyampaian informasi yang baik diagnosis keperawatan keluarga dengan anak
dari orang tua kepada remaja dalam remaja.
penjelasan masalah kesehatan reproduksi. Diagnosis keperawatan keluarga yang
Prosentase Berdasarkan Kebiasaan ditemukan pada keluarga dengan masalah
Dan Gaya Hidup, Pengetahuan Kesehatan atau berisiko terhadap masalah kesehatan
Reproduksi Dan Perilaku Seksual reproduksi antara lain: 1) pola kebutuhan
Hasil pengkajian di Kelurahan Ratu seksual tidak efektif pada keluarga X
Jaya, Kecamatan pancoran Mas Kota Depok khususnya remaja Y berhubungan dengan
tahun 2009 khususnya di RW 03, RW 04, dan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
RW 09 didapatkan data tentang kebiasaan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan
dan gaya hidup remaja, pengetahuan kesehatan reproduksi; 2) pola asuh tidak
kesehatan reproduksi dan perilaku seksual efektif pada keluarga X khususnya remaja Y
remaja. Frekuensi remaja pergi ke pesta berhubungan dengan ketidakmampuan
remaja dalam sebulan 20,6%. Frekuensi keluarga dalam merawat anggota keluarga
remaja dalam menonton film di bioskop dalam dengan kebutuhan per tumbuhan dan
sebulan 25,4%. Gaya hidup remaja akan perkembangan anak remaja; 3) pola koping
menetukan kehidupan remaja dalam tidak efektif pada keluarga X khususnya
pergaulan diluar r umah terkait dalam remaja Y berhubungan dengan
kebebasan remaja dalam menjalin hubungan ketidakmampaun keluarga dalam merawat
dengan teman sebayanya. Remaja yang anggota keluarga dalam perkembangan
mengkonsumsi alkohol terbanyak 1-5 kali remaja; dan 4) harga diri rendah pada

194 Juli 2010: 190 - 198


Versi online:
Volume 1, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/412

keluarga X khususnya remaja Y berhubungan dalam pemenuhan kebutuhan perkembangan


dengan ketidakmampuan keluarga merawat dan kesehatan reproduksi remaja.
anggota keluarga dengan perkembangan Pola asuh tidak efektif pada keluarga
remaja. Keempat diagnosis keperawatan khususnya remaja merupakan
keluarga tersebut adalah diagnosis ketidakmampuan keluarga ataun orang tua
keperawatan keluarga yang muncul pada sebagai pemberi perawatan utama, untuk
remaja terkait dengan kesehatan reproduksi menciptakan, memelihara atau mendapatkan
dan tumbuh kembang remaja sebagai bagian kembali lingkungan yang meningkatkan
dalam suatu sistem keluarga. Selain keempat pertumbuhan dan perkembangan anak remaja
diagnosis keperawatan keluarga tersebut yang optimal (NANDA, 2002).
muncuul beberapa diagnosa keperawatan Permasalahan ini dialami oleh 6 keluarga yang
keluarga terkait dengan masalah yang dibina mahasiswa selama 4 bulan di
dihadapi oleh anggota keluarga yang lain selain Kelurahan Ratu Jaya. Intervensi
masalah remaja dengan kesehatan keperawatan yang dilakukan dalam
reproduksi. Fokus permasalahan yang mengatasi masalah ini antara lain: 1)
dibahas peneliti adalah masalah keluarga pengenalan pola asuh dan ciri-ciri
dengan remaja yang berkaitan dengan perkembangan keluarga dengan remaja; 2)
kesehatan reproduksi dan perkembangan diskusi tentang akibat ketidakterpenuhinya
remaja. perkembangan remaja; 3) pengajaran pola
asuh dan pola komunikasi yang efektif dengan
Pembahasan remaja; 4) penyusanan jadwal aktivitas
kegiatan remaja; 5) penggunaan pusat
Pola kebutuhan seksual tidak efektif konseling dalam pengasuhan remaja di
pada remaja merupakan suatu keadaan keluarga.
dalam mengekspresikan keprihatinan Pola koping tidak efektif pada keluarga
penghargaan seksualitas (NANDA, 2002). khususnya remaja merupakan tingkah laku
Pada masalah ini remaja mengalami kesulitan, dari orang terdekat (anggota keluarga atau
keterbatasan atau perubahan dalam aktivitas orang terdekat) yang memperlihatkan perilaku
atau perilaku atau kebiasaan seksual terhadap destruktif dalam berespons terhadap
perubahan dan adaptasi pertumbuhan ketidakmampuan untuk menangani stresor-
perkembangan seksualnya termasuk masalah stresor internal atau eksternal karena sumber-
kesehatan reproduksi. Permasalahan ini sumber yang tidak adekuat baik fisik,
dialami pada 10 keluarga binaan yang dibina psikologis, atau kognitif (NANDA, 2002).
peneliti selama 4 bulan di Kelurahan Ratu Keadaan ini biasanya muncul ketika orang
Jaya. Intervensi keperawatan yang dilakukan yang memberikan dukungan utama (anggota
untuk mengatasi masalah pola kebutuhan keluarga atau teman dekat), memberikan
seksual tidak efektif pada remaja adalah: 1) bantuan, dukungan kenyamanan yang tidak
pengenalan mengenai kesehatan reproduksi mencukupi, tidak efektif, atau melemah, atau
dan tumbuh kembang remaja; 2) pemenuhan memberikan dorongan yang tidak mencukupi
kebutuhan kesehatan reproduksi remaja; 3) yang mungkin diperlukan oleh klien untuk
pengelolaan kebersihan dan hiegenitas organ mengatur atau menguasai tugas-tugas yang
reproduksi; 4) pola perilaku kesehatan berhubungan dengan tantangan kesehatan.
reproduksi yang baik dengan penolakan Masalah ini muncul pada 2 keluarga yang
ajakan sexualitas yang asertif; 5) pelibatan dibina oleh mahasiswa selama 4 bulan di
kelompok sebaya yang sehat dalam Kelurahan Ratu Jaya. Intervensi
pemenuhan kebutuhan reproduksi remaja; dan keperawatan yang dilakukan dalam
6) pemanfaatan akses pelayanan kesehatan mengatasi masalah ini adalah: 1) pengenalan

Pengaruh Terapi Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemadirian Keluarga dengan Permasalahan Kesehatan 195
Reproduksi pada Remaja di Kelurahan Ratujaya Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tantut Susanto JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071

pola koping yang efektif dalam keluarga; 2) Tingkat kemandirian keluarga dalam
diskusi akibat pola koping yang tidak efektif mengatasi permasalahan kesehatan
dalam keluarga; 3) konseling dalam reproduksi remaja dikaitkan dengan 5 tugas
pembentukan dan penguatan koping yang keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
efektif; 4) analisis siatuasi dan kedaan keluarga. Kelima tugas tersebut diukur
lingkungan yang mempengaruhi koping melalui 7 aspek dalam pelaksanaan tindakan
keluarga; 5) pemanfaatan sarana konseling keperawatan keluarga, yaitu: 1) pengetahuan
kesehatan keluarga dalam penguatan koping keluarga tentang kesehatan reproduksi; 2)
keluarga. coaching dalam pengembangan tanggung
Harga diri rendah pada remaja di jawab dan penolakan ajakan perilaku
keluarga merupakan berkembangnya persepsi pergaulan bebas secara asertif; 3) konseling
negatif remaja terhadap harga dirinya yang tentang kepercayaan diri remaja; 4) pola
berespons untuk situasi sekarang ini komunikasi yang efektif antara orang tua
(penentuan) terkait dengan perkembangan dengan remaja; 5) perubahan perilaku remaja
remaja dalam pencarian identitas dirinya terkait dengan kedisplinan diri; 6) keputusan
(NANDA, 2002). Masalah ini dialami oleh 2 keluarga dalam mengambil tindakan dalam
keluarga yang dibina mahasiswa selama 4 permasalahan remaja; dan 7) penggunaan
bulan di kelurahan Ratu Jaya. Intervensi yang sarana pelayanan di masyarakat oleh keluarga
telah dilakukan antara lain: 1) pengenalan dan untuk mengatasi masalah remaja. Pencapaian
identifikasi harga diri remaja; 2) diskusi akibat ketujuh hal tersebut diukur pada 10 keluarga
harga diri rendah pada remaja; 3) coaching binaan pada akhir pembinaan keluarga. Hasil
pengembangan tanggung jawab remaja dan penilaian tujuh aspek tersebut dapat dilihat
konseling peningkatan kepercayaan diri pada tabel 1.
remaja; 4) sosialisasi r emaja dalam
Tabel 1. Tingkat kemandirian keluarga dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat; dan 5)
mengatasi masalah kesehatan
penggunaan kelompok dan organisasi sosial reproduksi remaja
di masyarakat dalam aspirasi kegiatan remaja.
Implementasi keperawatan dalam No Keluarga Tingkat Skor
Binaan Kemadirian Pencapaian
bentuk aktivitas atau terapi keperawatan
1 Bapak U II 75
untuk mengatasi permasalahan kesehatan 2 Bapak G III 95
reproduksi dan perkembangan remaja di 3 Bapak S III 95
keluarga diutamakan pada tehnik pemberian 4 Bapak N III 82,5
pendidikan kesehatan (KIE: komunikasi, 5 Babak K II 72,5
informasi dan edukasi), coaching dan 6 Bapak M III 92,5
conseling dalam pengembangan dan 7 Bapak Z II 69,5
ketrampilan hidup remaja (tanggung jawab, 8 Bapak AS III 82,5
kepercayaan diri, dan penolakan ajakan 9 Bapak J I 65
pergaulan bebas secara asertif), dan 10 Ibu Y II 77,5
pengembangan ketrampilan orang tua dalam
berkomunikasi secara efektif dengan remaja. Keluarga binaan yang mendapatkan
Hasil yang diperoleh meliputi 10 keluarga skor pencapaian tersebut kemudian dilakukan
melaporkan bahwa terjadi kedisiplinan pengelompokan berdasarkan tingkat
remaja, kegiatan di luar rumah mulai kemandirian keluarga, yaitu: keluarga mandiri
berkurang, keluarga dan orang tua mulai I (skor pencapaian total kurang dari 65),
terjadi komunikasi, remaja terbuka tentang keluarga mandiri II (skor pencapaian total
ketertarikan dengan lawan jenis dan antara 65 80), dan keluarga mandiri III (skor
menceritakan hal tersebut ke orang tua. pencapaian total lebih dari 80). Penjabaran
penilaian keluarga dalam pencapaian tingkat

196 Juli 2010: 190 - 198


Versi online:
Volume 1, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/412

kemandirian keluarga dapat secara rinci dilihat Tingkat Kemandirian Keluarga

pada tabel 2. Hasil kemandirian keluarga dari


Mandiri I
10 keluarga binaan dapat dilihat pada gambar 10%

1. Mandiri III
Mandiri I
Mandiri II
50%
Mandiri II Mandiri III
40%

Gambar 1. Tingkat kemandirian keluaarga


binaan

Tabel 2. Tingkat kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja

Tugas Sub Item Tugas Keluarga Dalam Mengatasi Bo Penampilan Pen


Keluarga Masalah Kesehatan bot cap
Dalam Tidak Ditamp Ditamp aian
Mengatasi Dita ilkan ilkan Tot
Masalah mpilk tapi dengan al
Kesehatan an = tidak sempur
0 sempur na = 2
na = 1
Mengenal Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja 20
masalah Pengetahuan tentang tumbuh kembang remaja
Mengambi Mengetahui akibat tidak terpenuhi kesehatan 10
l keputusan reproduksi remaja
Mengetahui akibat tidak terpenuhinya tumbuh
kembang remaja
Merawat Kebersihan dan hieginitas organ reproduksi 30
anggota remaja
keluarga Peningkatan kepercayaan diri remaja
Pola komunikasi yang efektif antara orang tua dan
remaja
Memodifik Pengembangan tanggung jawab remaja 20
asi Pengembangan penolakan ajakan pergaulan bebas
lingkungan secara asertif
Perubahan perilaku kedisplinan remaja melalui
jadwal aktifitas
Keterlibatan remaja dalam peer group kesehatan
remaja
Memanfaat Menggunakan sarana pelayanan kesehatan untuk 20
kan konseling dan pemeriksaan kesehatan reproduksi
pelayanan remaja
kesehatan Penggunaan sarana konseling remaja di sekolah
dan LSM
Total

KESIMPULAN DAN SARAN keperawatan keluarga) dapat diatasi selama


2-3 kali kunjungan rumah. Model community
Pada asuhan keperawatan keluarga, as partner dan family center nursing sangat
keluarga dibina selama 4 bulan dengan sesuai diterapkan dalam mengatasi masalah
kunjungan 8 kali setiap keluarga. Khusus kesehatan reproduksi pada keluarga dengan
masalah pengetahuan keluarga tentang anak remaja di wilayah Kelurahan Ratu Jaya
kesehatan reproduksi (TUK 1 asuhan Kota Depok karena memberikan panduan

Pengaruh Terapi Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat Kemadirian Keluarga dengan Permasalahan Kesehatan 197
Reproduksi pada Remaja di Kelurahan Ratujaya Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tantut Susanto JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071

bagi tenaga kesehatan dalam melakukan Health Services. Geneva: Department


pengkajian secara holistik dan menyeluruh of Child and Adolescent Health and
bukan hanya aspek pengetahuan, persepsi Development (CAH) WHO.
dan kemampuan remaja dan keluarga terkait Husni, F. 2005. Isu Kespro dalam Pilkada.
masalah kesehatan yang dialami, tetapi juga ht t p :/ / w ww. s u a r a mer d ek a . co m.
meliputi seluruh aspek termasuk lingkungan, Diakses pada tanggal 12 Januari 2007.
transportasi, ekonomi, sosial, rekreasi dan Kamaruzzaman, U. (2004). Pendidikan
pemerintahan sebagai faktor yang Kespro Yang Diinginkan Remaja. http:/
berkontribusi terhadap terjadinya masalah /www.yahoo.com. Diakses pada tanggal
kesehatan reproduksi pada remaja. Hal ini 12 Januari 2007.
dikarenakan adanya proses pengkajian hingga NANDA. 2002. Nursing Diagnoses
evaluasi yang secara menyuluruh hingga NANDA: Definition and Clasification
mencakup seluruh sistem kesehatan yang ada. 2001-2002.
Sudardjat, I.A. 2002. Hak Remaja Atas
Perlunya kejasama antara remaja,
Kesehatan Reproduksi. http://
keluarga, tokoh masyarakat, dan puskesmas
www.situs.kesrepro.info.com. Diakses
dalam membina masalah remaja. kerja sama
pada 12 Januari 2007.
ini dapat disusun dan diaspirasikan kedalam
WHO. 2006. Promoting and Safeguarding
suatu aktivitas kegiatan yang disusun oleh
The Sexual and Reproductive Health of
remaja dan disetujui dan diketahui oleh
Adolescents. http://www.who.int/child-
keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang
adolescent-health. Diakses pada tanggal
dilakukan bisa berbentuk aktivitas
10 September 2009.
keagamaan, keolahragaan taupun kegiatan Wibowo, A. 2006. Permasalahan Reproduksi
sosial sehingga r emaja dapat Remaja dan Alternatif Jalan Keluarnya.
mengekspresikan kreasi dan masalahnya http://www.hqweb01.bkkbn.go.id.
melalui kelompok tersebut. Diakses pada diakses 12 Januari 2007.
Perlunya kerjasama antar pihak
kelurahan dan puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
Kegiatan dapat dimulai dengan pembentukan
klinik konseling remaja di puskesmas. Setelah
pusat kesehatan remaja di puskesmas
terbentuk kemudian dapat dibentuk pelayanan
klinik berorientasi remaja (youth oriented
clinic services), Klinik berbasis sekolah
(school based clinic), ataupun program
penjangkauan berbasis masyar akat
(community based outreach program).

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E., & Mc Farlane, J. 2004.


Community as Partner: Theory and
Practice in Nursing. 4 th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Dehne, K.L., Riedner, G. 2006. Sexually
Transmitted Infections Among
Adolescents: The Need for Adequate

198 Juli 2010: 190 - 198

You might also like