You are on page 1of 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk


menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan
segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi
peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai salah
satu kunci pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju di masa yang akan
datang. jika guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, maka bangsa
dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang kian waktu tidak terbendung lagi perkembangannya. Di samping peran guru
yang sangat besar, mereka juga dapat menjadi cerminan bagi peserta didiknya
oleh karena itu sangat penting untuk guru mengetahui dan mengenal lebih dalam
mengenai etika dan moral secara keseluruhan.
Etika dan moral sendiri sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat
karena manusia merupakan makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri manusia tidak
bisa terlepas dari manusia yang lain. Hal tersebut memiliki arti yaitu mutlak
membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Manusia tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Kebiasaan yang benar dalam
berkehidupan di masyarakat kunci utamanya yaitu penerapan etika seperti
memperlihatkan sikap penuh sopan santun, rasa hormat terhadap keberadaan
orang lain dan mematuhi tata krama yang berlaku pada lingkungan tempat kita
berada.
Dalam melakukan hubungan sosial di masyarakat diperlukan etika sebagai
pedoman hidup dan kebiasaan yang baik untuk dianut dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Fakta tersebut menguatkan anggapan bahwa
masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang berbudaya dan memiliki
etika luhur dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Maka dari itu,
pemahaman akan etika dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat sangat
penting untuk dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika dan moral?
2. Bagaimana membedakan etika dengan moral?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika dan moral
2. Untuk mengetahui perbedaan etika dan moral

BAB II

PEMBAHASAN
3

A. Pengertian Etika dan Moral

Pengertian Etika

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan. Yang pertama kali menggunakan kata-kata itu adalah seorang filosof
Yunani yang bernama Aris Toteles ( 384 322 SM ). Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya, etika
membahas tentang tingkah laku manusia (Srijanti, 2007).
Menurut K. Bertens, Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya. Menurut
Martin (dalam Saondi & Suherman, 2010:89) etika didefinisikan sebagai the
discipline which can act as the performance index or reference for our control
system. Dengan demikian etika akan memberikan semacam batasan maupun
standar yang akan mengatur pergaulan manusia dalam kelompok sosialnya yang
dapat dianggap sebagai sebuah pedoman. Maksud pedoman pergaulan tidak lain
untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang,
tenang, tenteram, terlindungi tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar
perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.

Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan


sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif, yaitu melihat perbuatan
3 manusia dari sudut baik dan buruk
(Sujarwo, 2009).
4

Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa Etika merupakan ajaran baik


dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku (akhlak). Jadi, Etika membicarakan
tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sadar di pandang dari sudut baik dan
buruk sebagai suatu hasil penilaian.
Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa
apapun mempunyai etika ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika
yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi,
menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada
masyarakat dan bangsa lain. Kerajinan, gotong royong, saling membantu,
bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya
adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan
pada bangsa lain tidak.
Etika dalam perkembangannya sangat memengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita. Dengan demikian, etika
ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya.
Guru adalah salah satu profesi penting dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga
meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi
kesejahteraan, tetapi juga profesionalnya. UU N0. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat
(1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menulai, dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan siswa usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar , dan pendidikan menengah. Sebagai siswa profesional guru
harus memiliki kompetensi kebelajar yang cukup. Kompetensi kebelajar itu
tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas belajar sebagai
guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan yang
menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten (Sagala, 2009:39).
5

Klasifikasi Etika

Menurut pembagiannya etika terbagi menjadi empat jenis yaitu etika


normatif, etika terapan, etika deskriptif, dan metaetika.

1. Etika Normatif

Etika normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.Dalam perbincangan
dan diskusi diskusi yan gacap kali ditampilkan dan diugkapakan di media masa
baik cetak , elektronik maupun virtual, kaitan Etika normatif yang berkaitan
dengan masalah moral maerupakan topik bahasan yang paling menarik.

2. Etika Terapan

Etika terapan (applied ethics) sama sekali bukan hal yang baru dalam
sejarah filsafat moral. Sejak Plato dan Aristoteles, etika merupakan filsafat praktis,
artinya, filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia
dengan memperlihatkan apa yang harus dilakukan. Sifat praktis ini bertahan
selama seluruh sejarah filsafat. Dalam abad pertengahan, Thomas Aquinas
melanjutkan tradisi filsafat praktis ini dan menerapkannya di bidang teologi
moral. Pada awal zaman modern muncul etika khusus (ethica specialis) yang
membahas masalah etis suatu bidang tertentu seperti keluarga dan negara. Namun
pada dasarnya etika khusus dalam arti sebenarnya sama dengan etika terapan.

3. Etika Deskriptif

Etika deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasionalsikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup
ini sbagai sesuatuyang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusantnatang prilaku atau siikap yang mau diambil. Etika
deskriptif merupakan penggambarandan penelaahan secara utuh dan kritis tentang
tingkah laku moral manusia secara universalyang dapat kita temui sehari - hari
dalam kehidupan masyarakat.
6

4. Metaetika

Metaetika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya
suatu tindakan atau peristiwa. Dalam meta-etika, tindakan atau peristiwa yang
dibahas dipelajari berdasarkan hal itu sendiri dan dampak yang dibuatnya.

Bagaimanapun juga hal-hal seperti ini tidak akan pernah menemui


kejelasannya hingga salah satu pihak terpaksa kalah atau mungkin masalah
menjadi berlarut-larut. Mungkin juga kedua pihak dapat saling memberi maklum.
Metaetika atau etika analitis tidak berkaitan fakta-fakta empiris atau historis, dan
juga tidak melakukan penilaian evaluasi atau normatif. Meta-etika lebih suka
mengkaji persoalan-persoalan etika, seperti pertanyaan: apa makna dari
penggunaan ungkapan benar atau salah?. Merupakan etika yang berusaha
memberikan arti istilah dan bahsa yang di pakai dalam pembicaraan etika , serta
cara berfikir yang di pakai untuk membenarkan pernyataan-pernyataan etika.

Metaetika merupakan hasil kajian dari etika deskriptif dengan etika


normatif, menjelaskan tentang ciri-ciri serta istilah yang berkaitan dengan
tindakan bermoral atau sebaliknya seperti kebaikan, kejahatan, tanggung jawab
dan kewajiban. Penjelasan lain metaetika yakni mempertanyakan makna yang di
kandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat tanggapan-
tanggapan kesusilaan (Bambang Rudito dan Melia Famiola:2007).

Pengertian Moral

Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia


yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan
kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan
dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral.

Menurut asal katanya moral dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian
diterjemahkan menjadi kebiasaan, adat (Bertens, 2007). Moral juga diartikan
sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya (Poerwadarminta, 1971). Dalam moral didiatur segala perbuatan yang
dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan
perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara
7

perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan demikian moral merupakan
kendali dalam bertingkah laku.

Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai
suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati
nurani.
2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran berbagai ajaran
filosofis, agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia. Moral adalah
istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang
mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Seperti yang diungkapkan Bertens (2007) yaitu kata amoral dijelaskan
sebagai tidak bermoral atau tidak berakhlak dan jika diberi contoh dalam
kalimat memeras para pensiunan adalah tindakan amoral. Kata amoral ini
dimuat dalam kamus bahasa indonesia yang baru.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai
moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan
Agama.

Moral dalam istilah dipahami juga sebagai:

1. prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.

2. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.

3. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.

Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku
yang telah ditentukan oleh etika ada baik atau buruk dinamakan moral. Moral
8

terbagi menjadi dua yaitu : a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh
etika sebagai baik b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai
buruk.

Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu
dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral
berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan
perbuatan yang salah. Dengan demikian moral merupakan kendali dalam
bertingkah laku.

Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati
nurani memberikan ukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran
yang obyektif (Hardiwardoyo,1990).

Kemoralan merupakan sesuatu yang berkait dengan peraturan-peraturan


masyarakat yang diwujudkan di luar kawalan individu. Sinaga (2004) mengatakan
bahwa manusia bergantung kepada tatasusila, adat, kebiasaan masyarakat dan
agama untuk membantu menilai tingkah laku seseorang.

Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas menurut Bertens (2007)


berasal dari kata latin moralis mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan
moral. Jika berbicara tentang moralitas suatu perbuatan artinya segi moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens,
2007). Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai
apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral. Moralitas dapat berasal dari
sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa
sumber.

Standar moral ialah standar yang berkaitan dengan persoalan yang


dianggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik
bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak dan
pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, menyesal, dan
lain-lain.

B. Perbedaan Etika dan Moral


9

Pandangan filsafat terhadap tujuan etika ialah mendapatkan ide yang sama
bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang
baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi
dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan
masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran
(kriteria) yang berlainan (Nurdin dkk., 1995).

Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat
hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika
berupaya membahas perbutaan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, dilihat dari
segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak pula universal.
Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, terhina dsb. Dan keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif
yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman. Dengan ciri-ciri yang demikian
itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau
buruk (Nurdin dkk., 1995).

Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia. Moral sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Etika lebih
banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut
pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara
universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika
menjelaskan ukuran itu (Nurdin dkk., 1995).

Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang


dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan
bahasa arab disebut dengan qalb, fu'a d. Dalam kesadaran moral mencakup tiga
hal, yaitu:

1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.


10

2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal
yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat
disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang
berada dalam situasi yang sejenis.

3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan,


bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang
dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut
diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya
kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan
perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut
telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran
moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan
suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar (Berten, 2011).

Dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Dalam
pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya
yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran
filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan moral berada dalam dataran
realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat (Nurdin
dkk., 1995).

Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
11

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Etika merupakan ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku
( akhlak ). Jadi, Etika membicarakan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan
sadar di pandang dari sudut baik dan buruk sebagai suatu hasil penilaian.
Sedangkan adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Moral ialah
tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Moral atau moralitas dipakai untuk
perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system
nilai yang ada.
B. Saran
Seorang calon guru seharusnya mengetahui dengan baik apa pengertian etika
dan moral dan juga apa perbedaan dari dua hal tersebut agar ketika kelak menjadi
seorang guru dapat menjadi panutan dan contoh teladan yang baik bagi murid-
muridnya.
12

DAFTAR PUSTAKA

11 Inspirasional, Etika, Moral,


Bertens, K. Tilburg. 2011. Pengembangan Diri,
Filsafat. Nederland: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bertens, K. Tilburg.2007.Etika.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hardiwardoyo, Purwa.1990.Moral dan Masalahnya.Yogyakarta:Kanisius

Nurdin, Muslim, dkk. 1995. Moral dan Kognisi Islam. Bandung : CV Alvabeta.

Oemar, Akbar. 2012. Teori-teori Etika. Semarang; Universitas Pandanaran

Poerwadarminta, W. J. S.1971.Kamus Latin Indonesia.Jakarta: Cypress

Rudito Bambang, Famiola Melia, 2013, CSR (Corporate Social Responsibility),


Penerbit Rekayasa Sains

Saondi, dan Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama

Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin. 2004. Pengatar Studi Akhlak, Jakarta: PT


Raja Grafmdo Persada

Srijanti, Purwanto, & Artiningrum. 2007. Etika Membangun Sikap dan


Profesionalisme Sarjana. Jakarta: Univ. Mercu Buana

Sujarwo, Anton.2009. Etika Profesional dalam Pendidikan.


http://www.tugaskuliah.info/2009/06/etika-profesional-dalam-
pendidikan.html

Syaiful, Sagala. 2009. Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan.


Bandung: Alfabeta
13

You might also like