Professional Documents
Culture Documents
NIM : 150810301026
KELAS :A
PENJUALAN ANGSURAN
Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian
dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa
diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran
pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus menunggu
beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya, maka biasanya pihak penjual akan
membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.
Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi, mungkin saat akan
dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survai atas pembeli dan memperoleh hasil yang baik.
Karena penagihan piutang usaha angsuran memakan waktu yang cukup lama (beberapa periode),
hal tersebut kemungkinan dapat merubah hasil survai yang telah dilakukan semula terhadap
pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya akan membuat kontrak jual beli
(security agreement), yang memberikan hak kepada penjual untuk menarik kembali barang yang
telah di jual dari pembeli.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang, pihak penjual
dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran tersebut diasuransikan untuk
kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang
atau terbakar, pihak asuransi akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli. Kadang
kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan premi auransi
atas tanggungan si pembeli.
Sesuai prinsip akuntansi maka pendapatan baru akan di akui apabila 2 kriteria berikut
sudah di penuhi yaitu :
Apabila ke dua syarat tersebut sudah terpenuhi berarti pendapatan sudah di realisir dan
pendapatan akan diakui. Sesuai denga terpenuhinya kriteria relisasi maka ada 4 dasar pengakuan
pendapatan:
1) Dasar penjualan
2) Dasar penerimaan kas / tunai
3) Dasar produk selesai
4) Dasar presentase produk
1. Dasar Penjualan
Laba kotor atas penjualan diakui dalam periode penjualan angsuranyang terjadi tanpa
memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atautidak.Agar laporan rugi-
laba dapat mencerminkan Proper matching revenue with expenses sebaiknya
peruahaan mencadangkan biaya penagihan dan biaya lain-lain yang berhubungan
dengan penjualan tersebut.
Contoh :
2. Dasar Kas
Laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayarandari piutang
penjualan angsuran sudah diterima, dan penerimaan kas tersebutterdiri dari 2 unsur
yaitu :
Penerimaan kas dari penjualan angsuran, baik uang muka maupun pembayaran
angsuran pertama-tama dianggap sebagai pembayaran atas harga pokok
penjualan. Selama harga pokok penjualan angsuran tersebut belum selesai
diterima pembayarannya perusahaan belum mengakuinya sebagai laba kotor.
Metode ini tidak dapat mencerminkan propermatching revenue with exspenses
karena terlalu konservatif. Dalam metode ini laba kotor akan diakui apabila
harga pokok sudah terbayarkan.
Contoh :
Contoh :
Dari data pada contoh ini apabila dipakai metode ini maka untuk tahun
1991 PT ABC akan mengakui laba kotor sebesar Rp. 2.500.000. untuk
tahun-tahun 1992 sampai dengan tahun 1994 perusahaan sudah tidak
mengakui laba kotor lagi atas penjualan tersebut, sedangkan untuk tahun
selanjutnya pembayarannya diakui sebagai harga pokok penjualan.
Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran dianggap terdiri dari 2 unsur
yaitu pembayaran atas harga pokok penjualan dan pembayaran atas laba kotor
secara proporsional.
Dalam hal ini pembayaran angsuran untuk setiap periode terdiri dari dua unsur
yaitu, Pembayaran atas harga pokok penjualan dan Pembayaran atas laba kotor,
secara proposional.
Contoh :
Kas..................................................................... xxxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX................... xxxx
Penjualan Angsuran.................................................... xxxx
Apabila perusahaan menggunakan sistem perpetual maka perusahaan juga harus mencatat
harga pokok penjualan, yaitu :
Untuk penjualan real estate (harta tak bergerak) dapat langsung mengkredit rekening
aktiva yang bersangkutan sebesar harga pokok. Selisih antara harga pokok dengan harga
jual langsung di kredit ke rekening laba kotor ang belum di realisir dengan demikian jurnal
untuk penjualan angsuran real estate adalah:
Kas................................................................. xxxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX .............. xxxx
Aktiva .................................................................. xxxx
Laba kotor belum direalisir................................... xxxx
Apabila perusahaan menggunakan sistem fisik, maka pada akhir periode perusahaan harus
membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat harga pokok penjulan angsuran dan harga
pokok penjualan biasa, yaitu :
HPP xxxx
HPP-Penjualan angsuran xxxx
Persediaan xxxx
Pengembalian Pembelian xxxx
Potongan Pembelian xxxx
Persediaan xxxx
Pembelian xxxx
Biaya angkut pembelian xxxx
Laba kotor yang diperoleh dari penjualan tunai dan kredit biasa
Laba kotor penjualan angsuran yang direalisir selama tahun yang bersangkutan,
baik yang berasal dari penjualan tahun yang bersangkutan maupun tahun-tahun
sebelumnya.
b. Laporan Perubahan Modal / Laba Ditahan
c. Neraca
Besarnya pembayaran yang diterima dari pembeli terdiri dari 2 unsur yaitu bunga yang
diperhitungkan dan angsuran pokok pinjaman. Besarnya pembayaran yang diterima setiap saat
tergantung pada 2 hal :
Besarnya bunga dihitung berdasarkan sisa pinjaman pada periode awal. Karena
sisa pinjaman ini dari setiap periode selalu menurun maka besarnya bunga juga selalu
menurun. Oleh karena itu sistem ini sering disebut dengan sistem bunga menurun. Cara
ini sering dipakai dalam penjualan angsuran jangka yang panjang seperti perumahan
dan sejenisnya. Dan cara ini juga lebih meringankan pembeli.
2. Sistem anuitet
Dalam sistem ini besarnya pembayaran untuk setiap periode akan selalu tetap,
yang terdiri atas bunga pinjaman yang selalu menurun dan angsuran pokok pinjaman
yang semakin besar. Jumlah pembayaran tersebut dihitung dengan mengunakan rumus
anuitet. Sistem anuitet ini hanya dipakai pada sistem bunga menurun. Ditinjau dari segi
besarnya bunga dan angsuran pokok pinjaman, maka sistem anitet dapat disebut sebagai
sistem bunga menurun dan angsuran meningkat.
Dengan memperhatikan sistem perhitungan bunga dan sistem pokok pinjaman tersebut
maka terdapat 3 alternatif yaitu :
Besarnya angsuran pokok pinjaman dan besarnya bunga untuk setiap periodenya
selalu tetap. Dengan demikian jumlah angsurannya juga tetap. Besarnya angsuran ini
dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:
Menghitung bunga
Dalam sistem ini besarnya bunga per periode selalu menurun, sedangkan besarnya
angsuran pokok pinjaman tetap, sehinga jumlah angsuran secara keseluruhan selalu
menurun. Besarnya jumlah angsuran per periodenya dapat dihitung dengan prosedur
sebagai berikut:
Menghitung pokok angsuran pinjaman
Menghitung bunga
Besarnya bunga Sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan sisa pokok
pinjaman pada awal periode yang bersangkutan
Dalam sistem ini, biasanya besar angsuran per tahun dihitung dengan
menggunakan pendekatan anuitet.
DITUKAR TAMBAH
Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang serupa dengan barang
yang diangsur pembayarannya. Untuk menarik pembeli biasanya dihargai lebih barang tersebut
sehingga harga jualnya terlalu tinggi, oleh karena itu perlu dicatat berdasarkan nilai realisasi
bersihnya saja. Besarnya itu tentunya tidak boleh lebih dari harga pokok penggantinya.
Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai realisasi bersih adalah
sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran biaya perbaikan sebelum dijual, biaya
pemasaran dan laba normal. Selisih antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati dikelompokkan
dalam rekening cadangan kelebihan harga. Transaksi yang berhubungan dengan tukar tambah
pencatatannya adalah :
Hal ini terjadi karena pembatalan atas penjualan angsuran yang belum dilunasi. Dengan
demikian perusahaan akan menerima kembali barang yang sudah dijual, menghapus piutang
penjualan angsuran yang belum direalisasi, dan juga mengakui laba/rugi pembatalan penjualan
angsuran.
Metode Accrual
Di dalam metode ini, semua laba penjualan angsuran sudah diakui pada saat penjualan,
sehingga saldo piutang penjualan angsuran menunjukkan besarnya harga pokok penjualan yang
belum diterima pembayarannya.
Maka besarnya laba atau rugi yang diakui dari pembatalan penjualan angsuran adalah sama
dengan selisih antara nilai pasar barang bekas yang diterima dengan saldo piutang penjualan
angsuran yang belum diterima pembayarannya.
Di dalam metode ini perusahaan baru mengakui laba kotor penjualan angsuran secara
proporsional dengan besarnya penerimaan kas. Dengan demikian saldo piutang penjualan angsuran
terdiri atas dua unsur,yaitu harga pokok penjulan angsuran dan laba kotor yang belum direalisasi.
Besarnya harga pokok penjualan angsuran yang belum diterima pembayarannya adalah sama
dengan saldo piutang penjualan angsuran dikurangi dengan saldo laba kotor belum direalisir atas
penjualan angsuran yang dibatalkan tersebut. Besarnya laba atau rugi pembatalan penjualan
angsuran dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
PPA : Saldo piutang penjualan angsuran atas penjualan angsuran yang dibatalkan
LBBR : Laba kotor yang belum direalisir atas penjualan angsuran yang dibatalkan