You are on page 1of 4

Terapi Farmakologi Obesitas

Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu makan golongan
simpatomimetik dan pemberiannya sementara. Obat ini dapat menimbulkan toleransi
dan lama-lama efek obat ini akan berkurang. Umumnya obat-obat ini merangsang
SSP sehingga akan menyebabkan adiksi. Obat ini sering bekerja dengan
meningkatkan neurotransmitter anoreksigenik seperti NE, serotonin, dan dopamin.

Obat Antiobesitas
Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:
Golongan nonadrenergik: amfetamin (tidak diizinkan), fentermin (meningkatkan
pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol.
Golongan serotonergik: fenfluramin (meningkatkan pelepasan serotonin dan
menginhibisi reuptakenya) dan fluoksetin.
Campuran noradrenergik dan serotonergik: sibutramin (menginhibisi reuptake
serotonin dan NE).
Gastrointestinal lipase inhibitor: orlistat (menginhibisi lipase lambung dan
pankreas).

Obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang
memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah penggolongan obat
berdasarkan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya
maka semakin bahaya untuk disalahgunakan.

Orlistat adalah yang paling aman digunakan karena tidak bekerja pada SSP,
sedangkan sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk golongan IV yang
berarti kemungkinan penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat digunakan
untuk jangka panjang (lebih dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya
lebih kecil dan efek kerjanya akan hilang setelah 1 tahun.
Berikut ini merupakan obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh
FDA:

Nama Generik Nama Dagang DEA Schedule Lama Penggunaan Disetujui


Orlistat Xenical Tidak ada Jangka panjang 1999
Sibutramin Meridia IV Jangka panjang 1997
Dietilpropion Tenuate IV Jangka pendek 1973
Fentermin Adipex, Ionamin IV Jangka pendek 1973
Fendimetrazin Bontril, Prelu-2 III Jangka pendek 1961
Benzfetamin DIldrex III Jangka pendek 1960

Sedangkan di bawah ini adalah merk dagang dari masing-masing obat antiobesitas
yang beredar di Indonesia, antara lain:
Sibutramin: ReductilR, RedufastR
Orlistat: XenicalR
Dietilpropion: ApisateR
Fenfluramin: PonderalR
Mazindol: TeronacR
Fentermin: MiraprontR

Fenilpropanolamin yang digunakan oleh wanita obesitas dalam dosis besar (lebih dari
75 mg sehari), ternyata menyebabkan peningkatan kejadian stroke. Karena itu,
indikasi obat ini untuk obesitas telah ditarik, dan hanya boleh digunakan dalam dosis
maksimal 75 mg sehari sebagai dekongestan.
Fenfluramin sebagai obat antiobesitas telah ditarik dari peredaran karena diperkirakan
menyebabkan hipertensi pulmonal dan kerusakan katup jantung.
Obat antiobesitas yang diizinkan untuk digunakan di Indonesia ialah campuran
golongan noradrenergik dan golongan serotonergik, yaitu sibutramin; dan golongan
gastrointestinal lipase inhibitor, yaitu orlistat.

Sibutramin
Pada tahun 1997, FDA mengizinkan dipasarkannya merk obat Meridia yang
mengandung sibutramin di dalamnya. Obat yang memiliki rumus molekul
C17H29Cl2NO ini bekerja dengan cara menghambat reuptake norepinefrin,
serotonin, dan dopamin di sistem saraf pusat; dengan inhibisi yang terjadi pada
reuptake norepinefrin dan serotonin 3 kali lebih besar dibandingkan pada dopamin.
Dua molekul metabolit aktif sibutramin (M1 dan M2) juga merupakan inhibitor
reuptake norepinefrin dan serotonin.
Sibutramin menghambat norepinefrin yang akan menimbulkan rasa kenyang dan
menekan nafsu makan dan mengurangi asupan kalori oleh karena efek anoreksan
yang dikandung oleh obat ini. Selain itu, sibutramin juga meningkatkan pengeluaran
energi dan mengurangi kecepatan metabolisme yang turun terkait penurunan berat
badan.
Sibutramin cocok jika diberikan kepada pasien yang memiliki nafsu makan yang sulit
dikendalikan, suka mengemil, sering makan di malam hari, memerlukan penurunan
berat badan dalam waktu singkat untuk alasan medis, memiliki kadar HDL rendah,
atau tidak memiliki kontraindikasi terhadap penggunaan sibutramin (terutama
kelainan jantung atau tekanan darah tinggi).

Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi secara cepat dengan pemakaian secara oral. Waktu yang
diperlukan sibutramin untuk mencapai kadar puncaknya ialah 1 hingga 2 jam.
Metabolisme lintas pertama terjadi di hati, terutama oleh CYP3A4. Obat ini
diekskresi terutama melalui urin. Makanan dapat mengurangi kadar puncak M1 (27%)
dan M2 (32%) dalam darah, dan waktu untuk mencapai kadar puncak memanjang
menjadi 3 jam.

Indikasi
Obat yang digunakan pasien obesitas untuk mengurangi berat badan ini dapat
mengurangi risiko gangguan kesehatan terkait obesitas, dengan catatan hipertensi
harus terkontrol. Sibutramin dianjurkan untuk penderita obesitas dengan IMT lebih
dari sama dengan 30 kg/m2, atau dengan IMT 27 dan disertai faktor risiko lain seperti
diabetes, hipertensi, arthritis, sleep apneu, dan dislipidemia.
Puncak penurunan berat badan terjadi setelah sekitar 6 bulan pemakaian dan berat
badan dapat dipertahankan untuk sekurangnya 1 tahun. Sibutramin dikenal efektif
untuk mempertahankan penurunan berat badan. Karena efek sibutramin berakhir
minimal 1 tahun, maka sibutramin dianjurkan untuk pengobatan obesitas jangka
panjang.

Dosis
Dosis awal sebesar 10 mg diberikan 1 kali/ hari dengan atau tanpa makan. Bila
penurunan berat badan tidak signifikan, maka dosis dapat ditingkatkan setelah 4
minggu pemakaian menjadi total 15 mg 1 kali/hari. Tekanan darah dan frekuensi
jantung pasien perlu dipertimbangkan saat titrasi dosis. Tidak dianjurkan pemakaian
dengan dosis di atas 15 mg. Pada kebanyakan uji klinis, pemberian obat dilakukan
pada pagi hari.

Efek samping
Efek samping dari sibutramin antara lain: mulut kering, anoreksia, sakit kepala,
konstipasi, insomnia, peningkatan tekanan darah dan detak jantung, dan aritmia
(memerlukan pengawasan lebih lanjut). Penderita dengan sejarah drug abuse perlu
lebih diperhatikan untuk tanda-tanda gangguan tertentu.

Kontraindikasi
Kontraindikasi dari sibutramin antara lain: hipertensi tidak terkontrol; penderita
dengan sejarah infark miokard, angina, gagal jantung, aritmia jantung, stroke atau
serangan iskemik selintas (Transient Ischaemic Attack), atau penyakit arteri perifer.

Interaksi Obat
Sibutramin akan berinteraksi jika diberikan bersama dengan obat simpatomimetik,
contohnya dekongestan nasal. Jika diberikan bersama dengan obat serotonergik,
contohnya antidepresi golongan Selective Serotonin Reuptake inhibitors (SSRI),
misalnya fluoksetin atau sertalin, dapat mengakibatkan serotonin syndrome yang
mungkin fatal, sehingga hal tersebut juga merupakan kontraindikasi.

Orlistat
Orlistat merupakan suatu derivat sintetik lipstatin (suatu inhibitor lipase) yang
dihasilkan oleh Streptomyces toxytricini. Lipase gastrointestinal (pankreas dan
lambung) penting untuk absorpsi trigliserida rantai panjang dan memfasilitasi
pengosongan lambung.
Orlistat bekerja selektif dalam menghambat lipase gastrointestinal dengan cara
menghambat pembentukan asam lemak bebas dari trigliserida makanan, sehingga
absorpsi lemak makanan menurun dan berat badan dapat berkurang. Obat ini sangat
sedikit diabsorpsi dan digunakan dengan makanan yang mengandung lemak agar
menunjukkan hasil yang diinginkan.
Penurunan berat badan yang terjadi pada pasien yang mengonsumsi orlistat mungkin
disebabkan karena individu tersebut mengurangi asupan lemak mereka untuk
menghindari efek gastrointestinal parah seperti steatorrhea. Suplemen vitamin
(terutama vitamin D) dapat diberikan jika terjadi kekurangan vitamin larut lemak.
Orlistat tidak dapat diberikan lebih lama dari 2 tahun karena kurangnya pengalaman
dalam kurun waktu tersebut.
Orlistat cocok jika diberikan pada pasien yang telah mengalami penurunan berat
badan setidak 2,5 kg akibat penggunaan obat, memerlukan terapi jangka panjang,
yang pada terapi dietnya memerlukan asupan lemak tinggi, memiliki kadar LDL yang
tinggi, memiliki gangguan toleransi glukosa, telah berulang kali kehilangan berat
badan belakangan ini dan dengan cepat mengembalikannya, atau memiliki
kemampuan untuk menjalani diet rendah lemak dalam waktu yang lama.

Dosis
Pemberian orlistat dengan dosis 120 mg yang diberikan segera sebelum, saat, dan
hingga 1 jam setelah setiap makan besar (maksimal 360 mg/hari). Pemberian dosis
tersebut memberikan hasil yaitu lemak dapat berkurang sampai 30%. Maksimal
terapi pengobatan 2 tahun. Tidak direkomendasikan bagi anak-anak.

Efek samping
Efek samping dari orlistat antara lain: feses lunak, nyeri abdomen, flatus, fecal
urgency atau incontinence yang paling sering terjadi selama 1-2 bulan pertama
dengan derajat ringan sampai sedang dan cenderung membaik seiring berlanjutnya
penggunaan.

Kontraindikasi
Kontraindikasi dari pemberian orlistat antara lain: sindrom malabsoprsi kronik,
kolestasis, kehamilan dan menyusui.

Pengawasan Jangka Panjang4


Pasien yang menjalani terapi obat antiobesitas akan diawasi pula berat badannya
(setiap bulan atau tidak kurang dari sekali dalam 2 bulan), diperhatikan nadi dan
tekanan darahnya, risiko terkait obesitas dan penyakit lainnya (misal: dislipidemia,
diabetes tipe 2), serta kemajuan dari penurunan berat badan dan penyesuaiannya
terhadap dosis obat yang dikonsumsi.

Penyalahgunaan Obat1
Penyalahgunaan obat yang dimaksudkan adalah pemakaian obat untuk menurunkan
berat badan namun sebenarnya obat tersebut bukan merupakan agen penurut badan.
Golongan obat tersebut antara lain:
Metilselulosa: mengembang dalam perut sehingga membuat kenyang (tidak boleh
digunakan).
Pencahar: dikonsumsi agar makanan yang dimakan tidak diserap tubuh dan
langsung dibuang.
Diuretik: menyebabkan orang yang mengonsumsi menjadi sering buang air kecil
sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.

You might also like