You are on page 1of 33

2.

Isi
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata.Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri
umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup
oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada
beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian
kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada
anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir
tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan.Kulit pada reptil memiliki sedikit
sekali kelenjar kulit (Cambell: 2008)
2.1 Ciri-ciri Umum
Memiliki kulit yang keras kering dan bersisik untuk membrikan pertahanan
Sisik yang mengandung protein keratin
Menghasilkan telur yang mengandung cangkan di darat
Fertilisasi secara internal, sebelum cangkang telur disekresikan
Memiliki amnion, alantois dan koiron dalam cangkang telurnya
Reptil sebagian besar karnivora, namun ada bebrapa yang memakan segala
(omnivira)
Reptil merupakan hewan berdarah dingin/ poikiloterm/ektotermik
Tidak memiliki mekanisme pengaturan panas tubuh (termoregulasi)
Mampu mengatur temperatur tubuhnya dengan menggunakan radiasi sinar matahari
dan radiasi panas dari tanah
Memiliki kelenjar endokrin yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan kelenjar
pada vertebrata tingkat tinggi

2.2 Habitat dan Penyebarannya


2.2.1 Habitat
Sebagai hewan ektotermal, reptil tersebar pada berbagai macam habitat.
Jenis-jenis reptil dapat hidup di laut, perairan tawar, gurun, bahkan pegunungan.
Penyu hidup di laut dan hanya naik ke pantai untuk bertelur. Kura-kura dan labi-
labi terdiri dari jenis akuatik dan semi-akuatik yang hidup pada daerah perairan
tawar. Baning atau kura-kura darat hidup sepenuhnya di darat. Kadal hidup pada
berbagai habitat. Jenis terestrial hidup di pepohonan maupun di dalam tanah.
Jenis-jenis lain merupakan semi-akuatik. Dengan kulit mereka yang impermeabel
dan kemampuan untuk menyimpan air, kadal juga dapat hidup di daerah gurun.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan
lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara.
Sebagian besar ular merupakan jenis terestrial, tetapi terdapat beberapa jenis yang
hidup di tanah. Jenis ular yang paling berbisa merupakan ular air yang hidup di
laut. Selain itu ada juga jenis ular yang hidup di air perairan tawar dan pada
pepohonan. Hutan tropis memiliki keanekaragaman jenis ular yang lebih banyak
dibandingkan dengan hutan temperat karena penetrasi cahaya matahari dan suhu
yang lebih rendah pada hutan temperat. Daerah pegunungan dengan temperatur
yang ekstrim bukan merupakan habitat yang ideal untuk ular, tetapi seekor ular
jenis Agkistrodon himalayanus pernah ditemukan pada ketinggian 4.900 m dpl
(Halliday dan Adler, 2000).
2.2.2 Penyebaran
Cox (1998) menjelaskan bahwa penyebaran reptil dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti tipe vegetasi, ketinggian, iklim, batas alam seperti laut,
jumlah cahaya matahari pada daerah tersebut dan habitat mikro. Ketergantungan
hidup reptil terhadap faktor di atas menyebabkan penyebaran reptil terbatas dan
spesifik sesuai daya dukung habitat dan penyesuaian hidup dari jenis itu sendiri.
Pola vegetasi dari suatu wilayah terus berubah seiring berkembangnya zaman.
Wilayah yang terdegradasi menyebabkan habitat dari reptil berkurang. Kurakura
terdapat di semua wilayah perairan laut (Halliday dan Adler, 2000). Di Indonesia
terdapat sekitar 39 jenis kura-kura, yang terdiri dari enam jenis penyu, enam jenis
labi-labi, dua jenis baning atau kura-kura darat, dan 25 jenis kura-kura air tawar
(Iskandar, 2000). Ular tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kutub, Islandia,
Irlandia, dan Selandia Baru. Ular tersebar di seluruh Indonesia, termasuk daerah
lautan (Halliday dan Adler, 2000). Ular laut tersebar pada bagian tropis Laut
Pasific, laut India, Indonesia sampai Australia Utara, dan Amerika Selatan. Buaya
tersebar di benua Asia, Australia, Amerika dan Afrika. Penyebarannya di Asia
mencakup Indonesia sampai Cina dan India. Buaya juga terdapat di bagian Utara
Australia. Di Afrika buaya terdapat di bagian Tengah dan Selatan, dan juga
Amerika Selatan, Tengah, dan bagian Tenggara Amerika Serikat (Halliday
danAdler, 2000). Di Indonesia terdapat 6 jenis buaya yang terdiri dari 2 genus
yaitu Crocodylus dan Tomistoma (Iskandar, 2000).
2.3 Klasifikasi
Menurut Sukiya (2005: 54) Kelas reptile dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 2.3 : Klasifikasi Kelas Reptil

Sumber ( Hickmann : 2001)


Ordo
Cotylosauria
Subkelas (Punah)
Anapsida
Ordo Chelonia

Ordo Protosauria
Subkelas
Synaptosauria
(Punah) Ordo
Sauropterygia

Subkelas
Ordo
Ichthyopterygia
Ichthyosauria
(Punah)

Ordo Eosuchia
(Punah)

Subkelas Ordo
Diapsida Rhynchocephalia

Kelas Reptilia Ordo Squamata

Ordo
Thecodontia
(Punah)

Ordo Crocodilia

Subkelas Ordo Pterosauria


Archosauria (Punah)

Ordo Saurischia
(Punah)

Ordo
Orbithischia
(Punah)

Ordo
Subkelas Pelycosauria
Synapsida (pada
mamalia)
Ordo Therapsida
2.4 Morfologi dan Anatomi
Berdasarkan klasifikasi diatas ada beberapa spesies yang mengalami kepunahan,
evolusi, mupun yang masih hidup dan berkembang pada saat ini. Oleh karena itu berikut
akan dibahas struktur morfologi dan anatomi dari anggota reptile yang masih hidup dan
berdasarkan bentuk atau tipe tengkoraknya , yaitu dari sub kelas Anapsida (memiliki
lubang spesifik didaerah temporal) dan sub kelas Diapsida (memiliki lubang
supratemporal dan infratemporal).

Gambar 2.3 : Klasifikasi Kelas Reptil

Sumber ( Hickmann : 2001)


a. Subkelas Anapsida
Ordo Chelonia
Skeleton pada reptilia pada ordo ini sebagian mengalami modifikasi menjadi karapaks (perisai
dorsal) dan plastron (perisai ventral). rahang-rahang tidak bergigi, tetapi berzat tanduk. Hidup di
laut, di air tawar atau di darat. Tubuh lebar. Karapaks keras dan bersatu di sisi tubuh dengan
plastron. Perisai tertutup dengan skutum poligonal. Tulang kuadrat tidak dapat digerakkan.
Rusuk-rusuk bersatu dengan perisai dorsal. Anus berupa celah melintang. Bersifat ovipar
dengan fertilisasi secara internal. Telur-telur diletakkan di dalam lubang-lubang galian yang
dibuat oleh hewan betina. Ada 263 spesies yang sekarang hidup seperti kura-kura berlukis
(Chrysemys picta), kura-kura air tawar (Chelydra serpentina), penyu (Caretta sp., Chelonia
mydas) dan lain-lain.

Penyu (Chelonia mydas)

Morfologi

Secara eksternal, tubuh terlindungi oleh karapaks dan plastron. Plastron tersusun secara
tranversal sehingga memudahkan dalam pergerakannya, sedangkan karapaks kurang
memungkinkan dalam gerak penyu. Panjang tubuh 1 m, dengan berat 200 kg. Kepala dengan
leher, ekor dan kaki semuanya menonjol ke luar di antara karapaks dan plastron. Dua lubang
hidung di dekat ujung anterior kepala. Mata lateral, dengan kelopak mata atas dan bawah,
mempunyai membran niktitans. Tidak memiliki telinga luar. Membran timpani tertutup dengan
selapis kulit. Pinggiran mulut terbentuk dari rahang zat tanduk, tidak memiliki gigi.kaki dengan 5
jari, yang dilengkapi dengan cakar. Lubung kloaka ventral pada dasar ekor.
Gambar 2.3 : Penyu Hijau

Sumber ( Hickmann : 2001)

Anatomi

Sistem Skeleton

Rusuk dan sebagian besar vertebrata bersatu dengan karapaks. Sbuk-sabuk pektoral dan pelvik
berpola primitif, yaitu tersusun tiga tulang. Sabuk pektoral terdiri dari skapula (bersatu dengan
karapaks), p rokorakoid dan korakoid. Sabuk pelvik terdiri dari ilium (bersatu dengan karapaks),
tulang pubik dan tulang isikum (ventral). Tulang tengkorak merupakan sebuah kotak yang
kompak dengan muskulatur rahang yang kuat.
Gambar 2.3 : Sistem Skeleton Secara Umum Anggota Sub
Kelas Anapsida

Sumber ( Hickmann : 2001)

Sistem Pencernaan

Memiliki tidak memiliki gigi, lidah lebar tetapi tidak dapat ditonjolkan ke luar. Sistem
pencernaan terdiri dari faring yang dapat dibesarkan , esofagus berdinding tebal, lambung, usus
halus dan usus besar serta kloaka. Kelenjar yang dimliki berupa hati yang besar dna pankreas.

Gambar 2.3 : Sistem Pencernaan Secara Umum Anggota


Sub Kelas Anapsida

Sumber ( Hickmann : 2001)


Sistem Respirasi

Udara masuk melalui nostril, mengalir kedalam celah suara (glotis) dan memasuki faring. Dari
faring, udara masuk ke dalam trakea (cincing kartilago, dilanjutkan ke dalam bronkhi yang
kemudian bercabang-cabang dalam paru-paru. Paru-paru terbagi menjaddi kompartemen-
kompartemen (lobus). Laring dari kartilago terdapat di ujung anterior trakea.

Sistem Sirkulasi

Secara fundamental, sistem peredarahan darah penyu tidak banyak berbeda dengan sistem
peredaran darah katak, kecuali arteri pulmonar dan aorta terpisah dari ventrikel (bilik). Saluran
pencernaan mendapat darah dari cabang lengkung aorta kiri tetapi kurang mendapat darah dari
aorta dorsal seperti pada katak. Sistem peredaran darah renal sangat tereduksi. Porta renal
dihubungkan oleh sistem porta hepatika dan sepasang vena abdominal ventral.

Sistem Eskresi

Penyu memiliki ginjal dengan tipe metanefros, dengan saluran kemih (ureter) yang menyurkan
kemih ke kloaka, tidak langsung ke kandang kemih. Kandung kemih berstruktur bilobat di sisi
ventral dekat kloaka.

Sistem Saraf

Dibanding dengan ikan dan katak, hemisfer dan serebllum penyu itu lebih besar. Sistem saraf
pada reptil memiliki 12 pasang saraf kranial karena ada tambahan saraf spinal dan saraf
hipoglossal.

Sistem Sensori

Sistem sensori pada penyu berupa mata, hidung dan telinga. Penyu juga memiliki kelenjar
lakkrimal atau kelenjar air mata, meatus auditori eksternal atau lubang telinga luar dan membran
timpani yang terletak dan melekat dibawah kulit.

Reproduksi dan Perkembangan

Penyu melakukan pembuahan secara internal namun organ kopulasi masih primitif berupa penis
beralur yang terbentuk dari dinding kloaka. Telur dengan dinding seperti kulit, diletakkan dalam
lubang galian (oleh induknya) di tepi pasir laut. Embrio terbungkus dalam membran yang
disebut amnion dan bernafas dengan allantois.

b. Subkelas Diapsisd

Ordo Squamata

Reptil yang termasuk ordo ini memiliki sisik yang fleksibel dengan tidak adanya rusuk
abdominal. Terdiri dari sub-ordo :

Sub-ordo Lacertilia (Sauria)

Tubuh panjang, tetapi kurang dari 30 cm, kaki 4 buah yang kadang-kadang tereduksi atau hilang.
Mandibula bersatu dibagian anterior. Tulang kuadrat berkontak dengan pterigoid sehingga
terbukanya mulut terbatas tidak seperti ular. Kelopak mata biasanya dapat digerakkan. Sabuk
pektoral tumbuh baik atau tinggal sebagai sisa (vastigum). Bentuk lidah bercabang. Mempunyai
kandung kemih. Contoh spesies dari ordo ini adalah kadal/bengkarung (Lacerta sp.), tokek
(Hemidactylus turcicas), bunglon (Agama sp., Draco sp.), komodo (Varanus komodoensis),
kamelion/ cleret gombel (Chameleon chameleo).

Morfologi

Tubuh memanjang, terletak lateral. Kaki empat, kuat dapat digunakan untuk memanjat.
Mandibula bersatu di bagian anterior, dengan tulang ptrigoid berkontak dengn tulang kuadrat.
Mulut lengkap dan memiliki kandung kemih. Gendang telinga terlihat dari luar. Ekornya
digunakan untuk keseimbangan gerak ketika berlari. Kulit tertutup oleh sisik yang tersusun
seperti susunan genting dengan sisik-sisik ynag lunak. Terdapt 3000 spesies kadal.
Gambar 2.3 : Kadal

Sumber ( Hickmann : 2001)

Anatomi

Sistem Skeleton

Tulang vertebrae ekor tidak menulang secara sempurna, ekor sehingga ekor mudah putus namun
setelah putus akan mengalami regenerasi. Kolumna vertebrae terbagi menjadi servikal, toraks,
lumbar, sakral dan kaudal. Memiliki tulang rusuk yang bebas. Memiliki tulang kartilago yang
menyususn sebagian dari tubuhnya. Kolumna vertebralis tersusun oleh otot-otot segmental yang
nampak jelas.
Gambar 2.3 : Sistem Rangka Pada Kadal

Sumber ( Hickmann : 2001)

Sistem pencernaan

Lidah dapat dijulurkan ke luar dengan mudah (bebas). Gigi-gigi melekat pada rahang. Dari mulut
dilanjutkan ke faring, esofagus, dan lambung. Lambung dengan bagian fundus dan pilorus. Dari
lambung kemudian ke intestin, rektum, dan kloaka. Hati dan pankreas berpembuluh ke intestin.
Kloaka untuk mengeluarkan sisa pencernan, ekskret dan untuk reproduksi.
Gambar 2.3 : Sistem Pencernaan Kadal

Sumber ( Hickmann : 2001)

Sistem respirasi

Udara masuk melalui lubang hidung ke hidung dalam (di belakang veum) kemudian ke glottis
(dalam faring), trakea, bronki memiliki 2 cabang dan berlanjut ke paru-paru (dengan kapiler-
kapilernya).

Sistem sirkulasi

Jantung terdiri dari sinus venosus, 2 aurikel dan 2 ventrikel yang terbagi sempurna. Darah dari
sinus venosus ke aurikel kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonar (bercabang 2), vena paru-paru,
aurikel kiri kemudian ke ventrikel kiri. Dari ventrikel kiri keluar lengkung aorta menuju bagian
dorsal, arteri karotis menuju kepala dan kaki depan. Yang ke belakang memberi darah untuk
ruang tubuh, kaki belakang dan ekor. Darah vena berkumpul dalam vena cava anterior (di kedua
belah sisi kepala dan leher), vena cava posterior, vena porta hepatica, yang kemudian menjadi
vena heptais, dan dalam vena epigastrikum yang semuanya dialirkan kembali ke sinus venosus
tersebut.

Sistem eskresi
Memiliki kandung kemih, tetapi kotoran atau esket bersifat semisolid (setengah keras) seperti
burung dan dikeluarkan langsung bersama tinja melalui kloaka. Eskret ini mengandung urat
(bagian dari air kencing) yang bewarna putih, seperti garam Na dan mengandung kapur.

Sistem saraf dan sensori

Otak terdiri dari 2 lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer, 2 lobus optikus, sereblum dan
medula oblongta yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer terdapat indundibulum dan
hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf kranial dan pasangan-pasangan saraf spinal pada tiap somit
tubuh. Lidah sebagia organ perasa dan hidung dengan organ olfaktori (pembau). Mata dengan
kelenjar air mata. Telinga denga saluran auditori eksternal dan membran timpani (dibawah kulit
). Selain itu memiliki 3 buah saluran semisirkular yang merupakan organ pendengar. Terdapat
saluran Eustachius yang bermuara pada atap faring di belakang hidung dalam.

Reproduksi dan perkembangan

Fertilisasi dilakukan secara internal. Pada kadal jantan memiliki hemipenis (seperti pada penyu)
di belakang kloaka. Pada waktu kopulasi, organ tersebut dimasukkan dalam kloaka betina.
Kebanyakan perkembnagan telur terjadi di alam bebas, tetapi kadang-kadang jika lingkungan
tidak sesuai, kadal betina menahan telur-telur yang telah dibuahi dalam tubuh (ovovivipar). Telur
yang diletakkan dalam tanah, rata-rata bercangkang keras. Embrio dalma telur dikelilingi oleh
amnion, korion dan alantois. Menetasnya hewan muda sama seperti pada burung yaitu kulit
cangkang dipecahkan lalu akan keluar hewan muda yang merupakan miniatur dari hewan
dewasa.

Sub-ordo Ophidia (Ular)

Ciri yang paling menonjol dari hewan pada subordo ini adalah tidak adanya kai beserta
telapaknya. Lubnag telinga, tulang dada dan kandung krmih juga tidak ada. Mandibula
dihunungkan di bagian anterior oleh ligamentum. Bola mata tidak dapat digerakkan, tertutup
oleh sisik transparan. Tidak memiliki kelopak mata, lidah panjang dan bercabang sehingga dapat
dijulurkan keluar. Paru-paru kiri tereduksi, gigi panjang dan gilig, terdapat pada rahang atas,
langit-langit mulut dan juga tulang pterigoid. Tedapat kurang lebih 2500 spesies yang masih
hidup.
Ular (Ophidia sp.)

Morfologi

Ular adalah reptil yang tidak memiliki apendiks, sternum, kelopak mata, telinga luar, dan
kandung kemih. Tengkorak yang dimiliki oleh ular bersifat lemah karena bagian-bagian tulang
tulangnya dapat digerakkan. Gigi tumbuh pada rahang dan tulang langit-langit mulut. Posisi gigi
mengarah kebelakang untuk menahan mangsannya. Ular berbisa memiliki gigi taring pada
bagian maksila mulutnya untuk menyalurkan bisa. Pada ular kobra, taring dapat dilipat
kebelakang bila tidak digunakan, memiliki lidah panjang, sempit dan bercabang dua yang dapat
dijurkan keluar melalui rahang bawah.
Gambar 2.3 : Beberapa Contoh Ular

Sumber ( Hickmann : 2001)


Sistem Muskulus

Jumlah vertebrae tergantung pada panjang ular (ada yang berjumlah 200 sampai 400). Otot-otot
tubuh menghubungkan vertebrae dengan vertebrae, vertebrae dengan rusuk, rusuk dengan rusuk,
rusuk dengan kulit dan kulit dengan kulit. Otot-otot itu ada yang panjangnya melebihi jarak yang
ada, sehingga memungkinkan ular dapat bergerak melingkar-lingkar. Ular juga dapat bergerak
lurus ke depan, dengan jalan meluncur yang dibantu oleh sisik-sisik ventral di tanah, atau
melekukkan tubuh dengan membuat sudut yang tajam, contoh rattle snake.

Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan berupa saluran lurus dari mulut ke anus. Semua organ internal pada ular
membentuk memanjang sebuai dengan kondidi tubuhnya. Hanya memiliki satu paru-paru (kiri).
Pada ular jantan terdapat hemipenis yang berperan dalam proses kopulasi.Ular tidak mengunyah
atau merobek mangsanya, tetapi menelannya secara utuh. Mangsa yang dimakan oleh ular
terkadang lebih besar dibandingkan ukuran tubuhnya. Hal ini mungkin karena

1. Adanya pertautan 2 ujung mandibula yang dihubungkan oleh ligamentum yang elastis
2. Tulang kuadrat bebas dari tulang kepala dan mandibula
3. Tulang langit-langit bergerak bebas karena mulut dapat bergerak lebar
4. Tidak ada tulang dada (starnum) dan rusuk-rusuk bebas, sehingga dada dapat dilatasi
5. Kulit lunak dan elastis
6. Esofagus dan lambung dapat melebar ketika menelan mangsa yang besar sehingga
pernafasan tidak terganggu dan glotis terletak jauh di depan, diantara rahang dibelakang
lidah
Gambar 2.3 : Sistem Pencernaan Pada Ular

Sumber ( Hickmann : 2001)

Sistem respirasi

Udara masuk melalui lubang hidung ke hidung dalam (di belakang veum) kemudian ke glottis
(dalam faring), trakea, bronki memiliki 2 cabang dan berlanjut ke paru-paru (dengan kapiler-
kapilernya).

Sistem Sirkulasi

Jantung terdiri dari sinus venosus, 2 serambi dan 2 bilik. Bilik terpisah secara sempurna menjadi
2 bagian. Darah dari sinus venosus ke serambi kanan, bilik kanan, 2 arteri paru-paru, 2 vena
paru-paru, kemudian menuju serambi kiri dan bilik kiri. Dari bilik kiri keluar sepasang lengkung
aorta. Satu ke dorsal kemudian menjadi arteri karotis dan mengalirkan darah ke kepala, leher dan
kaki depan. Darah dari ginjal dan alat reproduksi terkumpul dalam vena cava posterior. Darah
dari saluran pencernaan terkumpul dalam vena hepatis terus ke hati. Vena epigratica menerima
darah vena dari kaki belakang, ekor dan rongga tubuh. Semua darah vena terkumpul dalam sinus
venosus.

Sistem Eskresi

Memiliki kandung kemih, tetapi kotoran atau esket bersifat semisolid (setengah keras) seperti
burung dan dikeluarkan langsung bersama tinja melalui kloaka. Eskret ini mengandung urat
(bagian dari air kencing) yang bewarna putih, seperti garam Na dan mengandung kapur.

Sistem Saraf dan Sensori

Sistem saraf pada reptil memiliki 12 pasang saraf kranial karena ada tambahan saraf spinal dan
saraf hipoglossal.Di dalam rongga hidung terdapat organ Jacobson yang dapat terangsang secara
kimiawis untuk membau. Rangsangan tersebut akan diteruskan oleh lidah dan akirnya akan
diterjemahkan di dalam otak.
Gambar 2.3 : Sistem Sensori

Sumber ( Hickmann : 2001)

Reproduksi dan perkembangan

Fertilisasi dilakukan secara internal. Pada kadal jantan memiliki hemipenis (seperti pada penyu)
di belakang kloaka. Pada waktu kopulasi, organ tersebut dimasukkan dalam kloaka betina.
Kebanyakan perkembnagan telur terjadi di alam bebas, tetapi kadang-kadang jika lingkungan
tidak sesuai, kadal betina menahan telur-telur yang telah dibuahi dalam tubuh (ovovivipar). Telur
yang diletakkan dalam tanah, rata-rata bercangkang keras. Embrio dalma telur dikelilingi oleh
amnion, korion dan alantois. Menetasnya hewan muda sama seperti pada burung yaitu kulit
cangkang dipecahkan lalu akan keluar hewan muda yang merupakan miniatur dari hewan
dewasa.

Beberapa golongan ular yang perlu diketahui:

a. Phyton. Ular yang tidak berbisa dan dapat memangsa hewan yang lebih besar dari ukuran
tubuhnya seperti babi, kambing, sapi dan lain-lain. Contoh spesies dari Phyton yang lain
adalah Phyton reticulatus (panjag tubuh 9-10 m), P. Molurus (panjang tubuh 8 m),
terdapat di seluruh dunia kecuali di Selandia Baru.
b. Aglypha. Ular ini tidak berbisa. Contoh : Natrix sp. (ular air), Thamnophis sp. (Ular anak
gembala) dan Lampropeltis sp. (Ular raja)
c. Ophistoglypha. Ular golongan ini agak berbisa, contohnya seperti ular pohon (Boiga sp.)
d. Proteroglypha. Ular yang sangat berbisa, seperti ular laut (Hydropus sp.) dan kobra (Naja
tripudians)
e. Solenoglyphus. Ular yang tergolong berbisa dan bersifat vivipar, contoh Vipera sp.(di
Eropa dan Asia) dan ular gemercak (Crotalus viridis)
Hal Khusus
Hibernasi pada reptile sering disebut brumasi. Pada kebanyakan jenis ular, brumasi
merupakan bagian penting dari cara hidup dan mereka harus berbrumasi tiap tahun untuk
menghindari stress dan penyakit. Beberapa ular tidak memerlukan brumasi, tapi pemilik ular
biasanya memilih untuk membrumasikan ularnya untuk bermacam alasan. Walau tidak
sepenuhnya penting, brumasi bisa menghemat jumlah makanan dan perawatan yang diperlukan
dan juga lebih alami. Brumasi juga bisa digunakan sebagaian dan untuk memulai siklus kawin
bagi beberapa spesies ular.

Ordo Crocodililia (Loricata)

Reptil ini tergolong reptil yang memiliki urkuran tubuh besar jika dibandingkan dengan reptil
jenis lain. Memiliki kulit tebal, dengan rusuk-rusuk abdominal. Ilik (ventrikel) jantung tebagi
sempurna menjadi ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Hidup di perairan tawar dan laut. Tubuh
panjang dengan kepala yang besar. Memiliki gigi-gigi konis tumpul, pada rahangnya yang sangat
kuat. Memiliki kaki berjumlah 4 yang pendek dengan jari-jari pada kuku. Ekor panjang dan
pipih, kulit tebal dengan skutum/ lapisan yang mengalami penandukan. Lubang telinga sangat
kecil, tertutup oleh kulit. Lidah tidak dapat dijulurkan dan tidak bercabang. Tidak memiliki
kandung kemih. Ordo Crocodililia bersifat ovipar dengan telur diletakkan di dalam daun-daunan
yang membusuk. Ada 23 buaya yang sekarang masih hidup. Contohnya adalah Crocodylus sp.
dan Alligator sp.

Buaya (Crocodylus sp.)

Morfologi

Tubuh terbagi atas kepala, leher, badan dan ekor. Kaki dengan jari yang bercakar kuat. Mulut
yang panjang dengan moncong ynag panjang pula. Terdapat 2 lubang hidung di depan ujung
moncongnya. Mata besar lateral, memiliki kelopak mata atas dan bawah. Membran niktitan yang
dimilikinya dapat ditembus oleh cahaya. Lubang telinga tertutup oleh lipatan kulit. Anus
merupakan celah longitudinal di belakang pangkal kaki belakang. Kulit-kulit dengan lempengan-
lempengan berzat tanduk, tersusun membujur tubuh. Buaya dewasa memiliki eksoskeleton yang
berupa papan-papan dermal. Buaya memiliki 3 pasang kelenjar kasturi yang terletak di sisi
kepala, dalam mulut dan dalam kloaka.
Gambar 2.3 : Buaya

Sumber ( Hickmann : 2001)

Anatomi

Sistem skeleton

Tulang tengkorak yang dimiliki berupa tengkorak dengan moncong kuat. Rahang bawah
bersendi pada tulang kuadrat dengan tulang kepala. Kranium dengan tulang langit-langit yang
keras dan di atas langit-langit terdapat saluran udara. Kolumna vertebralis dengan 5 tipe
vertebrae : 9 servikal, 10 toraks, 5 lumbar, 2 sakral dan kira-kira 39 kaudal. Pada vertebrata
servikal ada rusuk-rusuk pendek dan rusuk-rusuk tersebut tersusun secara bebas. Vertebrae
torakal dan sternum dihubungkan oleh rusuk dada. Antara sternum dan tulang pubik terdapat 7
paang rusuk abdominal berbentuk huruf V.
Gambar 2.3 : Sistem Rangka Buaya

Sumber ( Hickmann : 2001)

Sistem Otot

Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena gerakkannya lebih
kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh dn berkembang lebih baik meskipun tidak
sebaik mamalia. Segmentasi otot jelas pada kolumna vertebralis dan rusuk.

Sistem pencernaan

Memiliki mulut yang lebar dengan gigi kuat untuk menerkam dan memutar mangsanya. Lidah
pipih dan tidak dapat dijulurkan ke luar. Di belakang pangkal lidah terdapat lipatan tranversal
yang jika tertekan akan menutup lubang faring. Hal ini berarti di dalam air, buaya dapat
membuka mulutnya tetapi tidak memungkinkan air masuk ke dalam paru-paru. Dari faring,
menuju ke esofagus, lambung, menuju usus halus, usus besar dan yang terakhir menuju kloaka
serta anus. Memiliki hati dan pankreas sebagai kelenjar yang membantu pencernaannya. Kloaka
digunakan untuk membuang sisa pencernaan, sekret dan reproduksi.
Gambar 2.3 : Sistem Pencernaan Buaya

Sumber ( Hickmann : 2001)

Sistem Sirkulasi

Jantung terdiri dari sinus venosus, 2 serambi dan 2 bilik. Bilik terpisah secara sempurna menjadi
2 bagian. Darah dari sinus venosus ke serambi kanan, bilik kanan, 2 arteri paru-paru, 2 vena
paru-paru, kemudian menuju serambi kiri dan bilik kiri. Dari bilik kiri keluar sepasang lengkung
aorta. Satu ke dorsal kemudian menjadi arteri karotis dan mengalirkan darah ke kepala, leher dan
kaki depan. Darah dari ginjal dan alat reproduksi terkumpul dalam vena cava posterior. Darah
dari saluran pencernaan terkumpul dalam vena hepatis terus ke hati. Vena epigratica menerima
darah vena dari kaki belakang, ekor dan rongga tubuh. Semua darah vena terkumpul dalam sinus
venosus.

Sistem respirasi

Udara masuk ke dalam lubang hidung, menuju hidung dalam (di belakang velum), melalui glotis
(dalam faring) tempat terdapat pita suara, menuju ke trakea, kemudian bronki yang bercabang
dua masing-masingmenuju paru-paru.
Sistem Eskresi

Memiliki ginjal sebanyak dua buah yang berbentuk pipih. Ginjal tersebut berhubungan dengan
kandung kemih yang dihubungkan oleh ureter. Kandung kemih akan bermuara ke samping
kloaka yang dihubungkan oleh ureter.

Sistem saraf dan sensori

Memiliki otak dengan 2 lobus olfakorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus,
sereblum, medula oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral terdapat
traktus optikus dan saraf optikus, infundibulum dan hipofisis. Terdapat 12 paang saraf kranial.
Pasangan-pasangan saraf spinal menuju ke somit-somit tubuh.

Pada lidah terdapat kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ-organ pembau dalam rongga
hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti vertebrata rendah. Saluran auditori
eksternal tertutup kulit dengan terdapat membran timpani. Telinga dalam dengan 3 saluran
semisirkuler untuk mendengar. Dari ruang timpani ada sluran Eustachius bermuara dalam faring
di belakang hidung dalam.

Reproduksi dan perkembangan

Buaya jantan memiliki penis yang menyaurkan sperma dari testis melalui vas deferens. Buaya
betinaa memliki 2 ovarium dengan oviduk. Telur yang telah dibuahi tertutup albumin dan
membran kulit sebelum diletakkan oleh buaya betina. Seekor betina bertelur sebanyak 30-60
butir telur dan dieramkan dalam dedaunan yang membusuk selama kira-kira 60 hari. Ketika
menetas, panjangnya anak buaya 20-30 cm dan dalam 1 tahun bertambah panjang kira-kira 30
cm. Buaya dewasa jantan beratnya kira-kira 125 kg sedangkan yang betina 60 kg.

2.5 Ciri Khusus


Tubuh reptil secara keseluruhan dilindungi oleh sisik kering sebagai pelindung
tubuh. Sisik ini terbagi menjadi 2 macam yaitu epidermal dan dermal. Tipe sisik reptil
adalah superfisial dan umumnya berganti secara berkala. Sisik dermal adalah lempengan
tulang yang tertanam permanen pada kulit dan tertahan selama hidupnya. Pada bagian
dermis terdapat kromatofor yang berperan dalam memberikan warna tubuh . oleh sebab
itu, adanya konsentrasi dan dispersi granula-granula pigmen dalam kromatofor ini
menjadikan buglon mampu melakukan mimikri yaitu mengganti arna dalam menaggapi
rangsangan dari lingkungan. Pewarnaan mungkin untuk menyamarkan dengan latar
belakang lingkungan sehingga reptil dapat bersembunyi dan berlindung pada lingkungan.

Beberapa spesies kadal, menunjukkan tanda seksual dengan menunjukkan warna


dimorfisme, khususnya dalam masa perkawinan. Waran juga memberikan peran penting
dalam termoregulasi. Jika berada pada temperatur tinggi, terjadi perubahan konsentrasi
granula-granula pigmen dalam kromatofor sehingga menjadi lebih terang. Sedangkan
pada tempetarur rendah menyebabkan lebih gelap. Warna juga berperan dalam
melindungi tubuh dari radiasi sinar matahari dan sebagai perisai organ intermuskuler
bahkan untuk perlindungan jaringan peritoneum.

1. Kelenjar Kulit

Sisik epidermal reptil kering karena didalam tubuh, tepatnya dibagian bawah kulit
memiliki sedikit sekali kelenjar kulit, apalagi untuk ular dan kadal yang kulinya
seringkali berganti. Kelenjar muskus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama
berkecumbu. Beberapa kelenjar juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloakan di masa
kawin. Kadal-ini memiliki lubang-lubng ynag disebut dengan lubang preanal atau lubang
femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar
ini menjadi sangat aktif pada musim kawin. Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan
disebut kelenjar keturunan atau Generation glands. Perubahan sekresi dari kelenjar-
kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada kulit.

2. Sisik Epidermal

Sisik epidermal terlihat nyata pada kadal dan ular. Sisik epidermal secara terus menerus
diproduksi. Sisik ini merupakan perkembangan dari lapisan germinativum epidermis dan
umumnya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain. Saat lapisan sisik
epidermis tumbuh sempurna, akhirnya terpisah dari lapisan germanitivum dan tampak
sebagai benda mati. Reptil akan berganti sisik yang disebut dengan eksidisis, sebelum
eksidisis sisik baru telah menganti sisik lama yang akan terkelupas. Jenis ular atau kadal
yang mengalami pertumbuhan dengan cepat biasanya akan sering mengalami
pengelupasan dan pergantian sisik.
Beberapa ular berbisa seperti Vipers yang sering ditemukan di gurun pasir mengalami
modifikasi sisik pada bagian matanya yakni dengan adanya struktur seperti tanduk di atas
matanya. Tanduk ini bermanfaat untuk melindungi mata ketika ular bergerak melewati
bebatuan, akar maupun belukar yang dapat melukai matanya. Pada kadal, lapisan kulit
epidermal hanya berganti sebagian-sebagian, tidak secara langsung seperti halnya ular.

Karapaks dan plastron adalah tempurung dorsal dan ventral yang melindungi tubuh kura-
kura dan penyu. Strukturnya tersusun sebagian besar oleh tulang dari lempeng kulit luar
dan bagian luar terbungkus oleh lapisan sisik epidermal yang mengalami penandukkan.
Beberpa kura-kura tidak memiliki sisik dan hanya memiliki kulit keras pengganti sisik.
Sedangkan pada buaya dan sejenisnya, tubuh terbungkus oleh sisik epidermal yang tidak
secara bersamaan berganti, tetapi berangsur-angsur mengelupas dan digantikan oleh sisik
baru dibagian bawah sisik lama yang terkelupas. Sisik epidermal reptil lebih
menunjukkan keragaman bentuk dan struktur, terutama pada ular dan kadal. Ssik tersebut
mungkin tersusun secara longitudinal maupuan diagonal. Sisik pada kepala umumnya
berbeda dalam penampilan dari sisik bagian tubuh lain dan memberi nama sesuai dengan
lokasinya. Sisik yang berada di sepanjang bagan bibir atas disebbut sisik labial atas, sisik
yang melingkari mata adalah sisik okuler, sisik diantara kedua mata adalah sisik
interokuler. Perbedaan dalam ukuran, bentuk dan jumlah sisik ini memberikan ciri khusus
dan penting untuk klasifikasi.

Sisik ular biasanya sikloid atau segi empat. Sisik kadal mungkin dikelompokkan dalam
sisik granular, sikloid, quadrangular atau mucromate, yang mungkin halus atau kasar.
Sisik pada bagian tubuh tertentu bisa termodifikasi menjadi seperti duri yang ditemukan
pada iguana. Sisik pada bagian tubuh ventral ular, umumnya lebih besar, pitamoris
melintang (disebut scute) berfungsi untuk memperluas lebar tubuh. Selain itu berperan
dalam membedakan morfologi ular dan kadal. Perkembangan sisik kulit paling sempurna
ditemukan pada kura-kura dan penyu berupa karapaks dan plastron yang bergabung
bersama oleh jembatan pada setiap sisi tubuh. Skeleton bagian vertebrae toraks, lumbar
dan sakral, menyatu dengan karapaks pada reptil ini.
Gambar 2.5 : Lapisan Kulit Pada Reptil

Sumber ( Hickmann : 2001)

3. Gigi
Gigi sama sekali tidak ada pada kura-kura dan penyu, tetapi digantikan dengan lapisan
tanduk baik di rahang maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilian kelompok
lain umumnya mempunyai gigi dan berkembang baik. Gigi segera diganti juka tanggal.
Gigi-gigi Crocodilia agak seragam, berbentuk kerucut, kelengkapan gigi nya mengarah
pada gigi tipe thecodont.
Sebagian besar kadal memiliki gigi yang seragam atau homodont. Ada sedikit reptilia
yang memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga pertumbuhhan gigi ini mengarah
ke tipe heterodont. Sebagian kecil kadal memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit
mulut, tetapi umunya melekat pada rahang. Ada tipe gigi yang hanya melekat pada
rahang, disebut tipe acrodont. Tipe gigi pleurodont yaitu gigi berada dan melekat pada
sisi dalam rahang. Gigi bawah pada genus Holoderma (kadal berbisa) adalah pleurodont.
Racun yang disekresikan oleh kelenjar labial pada rahang bawah Holoderma tidak
melewati lubang taring tetapi mengalir melalui luka akibat tusukan gigi.
Ular umunya memiliki gigi tipe pleurodont, tersusun pada jajaran dirahang atas dan
bawah. Beberapa ular berbisa memiliki gigi berlekuk disebut gigi opistoglifi. Ular berbisa
kuat, umumnya memiliki sepasang taring berlubang terletak pada bagian anterior rahang
atas, bentuk taring seperti jarum hipodermik dan dasar taring berhubungan dengan
kantong kelenjar bisa. Kontraksi otot disekitar kelenjar bisa pada saat ular menyerang ,
bertanggung jawab untuk menyuntikan bisa melewati taring ke korban. Taring, seperti
juga gigi lain, diganti bila tanggal. Taring ular berbisa opistoglifi adalah gigi bisa yang
terletak pada rahang atas bagian posterior, sedangkan gigi bisa yang terletak pada rahang
atas bagian anterior dan dapat dilipat (bisa digerakkan) karena ada engsel disebut gigi
solenogfili. Gigi bisa pada ular kobra dan ular mamba taringnya terletak pada rahang atas
bagian anterior dan gigi bisa ini tidak bisa digerakkan disebut tipe gigi taring proterogfili.

Gambar 2.5 : Gigi Pada Ular

Sumber ( Hickmann : 2001)

4. Alat gerak (Appendages) dan Lokomosi


Reptile selama sejarah evolusinya telah menggunakan berbagai macam gerakan, ada yang
dapat berenang, berjalan, atau berlari di daratan, menggali liang, memnajat, bahkan dapat
meluncur di udara. Contoh terbaik tipe dasar tungkai reptilian adalah pada kadal. Setiap
tungkai biasanyya memiliki 5 jari dan setiap jari bercakar. Banyak kadal dapat berlari
dengan 4 tungkai, tetapi ada yang hanya menggunakan 2 tungkai belakang saat berlari.
Ada kadal yang mampu memanjat permukaan secara vertical misalnya pada kelompok
tokek karena ada alat tambahan berupa kait. Beberapa kadal dari genus Draco mampu
meluncur di udara, karena memiliki kulit tambahan seperti jarring yang lebar disetiap sisi
tubuh tetapi tidak memiliki tungkai. Dua pasang tungkai pada kadal tak selalu
pentadaktil, terkadang jari-jari pada satu atau kedua pasang tungkai menghilang atau
biasanya disebut kadal tak bertungkai sehingga mirip dengan ular. Buaya mempu berjalan
diatas tanah sebaik berenang di air. Mungkin jaringan selaput antar jari tersebut
bervariasi, akan tetapi kecepatan air disempurnakan oleh gerakan tubuh mengonbak
kesamping.
Reptile yang teradaptasi sangan baik di kehidupan akuatik adalah kura-kura laut.
Tungkainya termodifikasi mejadi sirip, kuku mereduksi, atau tidak ada. Kura-kura tanah
memiliki tungkai yang kuat dan mampu mengangkat tubuh untuk bergerak. Kura-kura
laut dan air tawar dapatt merubah berat badannya secara spesifik sehingga mampu
bertahan dalam air pada kedalaman tertentu, dapat mengambang dipermukaan atau
bergerak di dasar kolam. Kemungkinan ini dicapai dengan merubah volume udara di
paru-paru dan dengan menambah atau mengurangi jumlah air yang tersimpan di kloaka.
Gerakan melata pada ular ada beberapa hal yang menarik. Ada 4 tipe gerakan maju, yaitu
berombak horizontal, rectilinear, concertina, dan siderwinder. Rattlesnake dan ular
berbisa memiliki lubang sensoris khusus disetiap sisi kepala. Dimana walaupun semua
organ utama dirusak atau diblok ternyata ular mampu menemukan atau mengetahu lokasi
dan mematuk mangsanya sebab objek memiliki suhu lebih tinggi atau lebih rendah dari
lingkungan sekitar. Lebang-lubang sensor ini berisi saraf opthithalamic cabang dari saraf
cranial ke V. Organ sensor di kepala ular fiton Australia mampu menerima sinar infra
merah.

2.6 Beberapa hal yang membedakan antara Reptil dan Amfibi


William (2001: 563) menyatakan bahwa:
a. Reptil memiliki kulit yang keras, kering dan bersisik yang berfungsi untuk
melindungi diri dari kekeringan dan saat terluka. Kulit terdiri dari epidermis yang
tipis dan dermis yang berkembang dengan baik. Pada bagian dermis terdapat
kromatopor dan sel warna yang memberikan warna yang bewarna warni pada kadal
dan ular. Sayangnya pada buaya dan ular lapisan kulit ini sering dijadikan domet dan
sepatu yang mahal. Karakteristik dari sisik reptil sebagian besar terbentuk oleh
keratin, yang merupakan derivate dari epidermis namun sisik reptile ini tidak sama
dengan sisik ikan. Pada beberapa reptile seperti alligator memiliki sisik yang tetap
ada sepanjang hidupnya dan tumbuh secara bertahap untuk pergantian kulitnya. Ular
dan kadal memiliki sisik baru yang tumbuh dibawah sisik yang sudah tua dan
mengalami pergantian kulit untuk bebrapa waktu. Dimana pada ular sisik tua akan
terlepas secara terbalik. Kura-kura menambahkan lapisan keratin yang baru dibawah
lapisan yang sudah tua plastron yang merupakan modifikasi dari sisik. Pada buaya
dan kadal memiliki bagian lempengan tulang disebut dengan osteoderm yang
terletak di bagian bawah sisik yang mengalami keratinasi.
b. Ketuban telur reptile berisi makanna dan membrane pelindung untuk mendukung
perkembangan embrio didarat. Reptile meletakkan telur mereka di tempat yang
terlindung didaratan.
c. Rahang reptil yang efisien dirancang untuk menghancurkan makanan atau pun untuk
mencengkeram mangsa. Sedangkan pada ikan maupun amfibi dirancang untuk
menutup secara cepat namun terkadang dihunakan untuk menangkap mangsa dengan
sedikit kekuatan. Pada reptil otot-otot rahangnya menjadi lebih besar, panjang, dan
teratur.
d. Reptile memiliki sistem sirkulasi yang efisien dan memiliki tekanan darah yang
lebih tinggi dibandingkan amfibi. Pada semua reptil antrium kanan darahnya tidak
mengandung darah dari tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah menerima
oksigen dari paru-paru.
e. Paru-paru reptil berkembang lebih baik dibandingkan amfibi. Reptil bergantung pada
paru-paru untuk sistem pernafasan, sedangkan pada kura-kura air melalui membran
faring. Berbeda dengan amfibi yang menghirup udara melaui mulut, reptil
menghirup udara dengan cara memperbesar rongga dada, baik dengan memperluas
tulang rusuk atau dengan gerakan organ internal seperti pada kura-kura dan buaya.
Reptil tidak memiliki otot diafragma, dan struktur tersebut hanya ditemukan pada
mamalia. Pertukaran gas melalui kulit sangat penting untuk amfibi, namun hal itu
sudah ditinggalkan oleh kelompok reptil.
f. Reptile memiliki beberapa bentuk organ kopulasi yang memingkinkan untuk
fertilisasi internal.
g. Semua reptil kecuali anggota tanpa kaki, memiliki tubuh yang lebih baik dari pada
amfibi dan anggota tubuhnya dirancang secara efisien untuk berjalan didaratan.
Namun demikian reptile yang paling modern adalah reptile yang berjalan dengan
kaki terentang keluar dan perut mereka denkat dengan tanah.
h. Sistem saraf reptile jauh lebih kompleks dari pada amfibi, meskipun memiliki otak
yang kecil dan cerebrumnya relative besar untuk istirahat dibandingkan dengan otak.
2.6 Manfaat
Beberapa Reptlia bermanfaat dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut:
a. Salah satu manfaat ular yang sering kita kenal adalah kulitnya. Kulit ular sering
dijadikan sebagai bahan pembuatan tas, sepatu, dompet, ikat pinggang, dan lain-lain.
b. Sebagai predator alami, contohnya ular memekan tikus, bengkarung memakan
serangga.
c. Sebagai bahan pangan, contohnya daging ular, daging kura-kura, dan telur penyu.
d. Minyak ular dapat dimanfaatkan sebagai berbagai pengobatan antara lain:
Mengatasi kulit yang terasa gatal serta mengobati penyakit kulit, misalnya
masalah kudis, koreng, borok, gatal, dan masalah sariawan pada bibir.
Manfaat minyak ular mampu merilekskan bagian tubuh yang terluka selama
proses penyembuhan serta mencegah timbulnya lecet dan bekas luka.
Menyembuhkan luka yang disebabkan oleh gigitan serangga.
Mencegah penyakit herpes agar tidak semakin menyebar.
Menurunkan rasa panas yang timbul akibat luka bakar, baik itu karena tersenggol
knalpot, maupun sengatan serangga.
Minyak ular mampu menghentikan terjadinya pendarahan.
Mengatasi iritasi pada kulit, seperti kulit merah-merah atau gatal-gatal.
Mengobati kulit yang terasa perih akibat luka potong, atau rasa perih akibat
terpukul, tersayat, terjatuh, dan perih karena khitan.
Ketika seseorang terluka, maka mengoleskan minyak ular pada bagian kulit yang
bermasalah sangat efektif dalam menyembuhkan luka lebih cepat dan juga
meningkatkan proses regenerasi kulit yang terluka.
Pada penderita diabetes, luka yang terjadi pada bagian tubuh mereka biasanya
sangat sulit disembuhkan. Bahkan beberapa penderita diabetes mengalami koreng
dan juga amputasi akibat luka tersebut. Namun, ketika minyak ular segera
dioleskan pada luka, maka luka dapat lebih cepat kering sehingga turut
mempercepat proses penyembuhan.
Bagi pria dan wanita yang sering merasa terganggu akibat timbulnya jerawat di
wajah, manfaat minyak ular ini juga dapat digunakan mencegah bakteri masuk
yang dapat membuat jerawat semakin meradang dan iritasi.
Agar kulit Anda dapat tetap mulus, Anda juga dapat menggunakan minyak ular
segera setelah mengalami luka untuk meminimalisir bekas yang mungkin timbul.
Minyak ini juga mencegah bakteri masuk melalui luka.
e. Bisa ular juga dapat dimanfaatkan dalam sejumlah penelitian yang menyatakan
bahwa bisa ular dapat mencegah penyakit jantung dan stroke.
f. Komodo juga dapat digunakan sebagai tempat wisata yang cukup menguntungkan
untuk mengundang para wisatawan contohnya pada pulau komodo.
g. Umumnya kadal bahkan berguna bagi manusia karena mengendalikan aneka hama
yang mengganggu; bernilai tinggi sebagai hewan peliharaan (pet); menghasilkan
kulit untuk aneka bentuk kerajinan; dan ada pula yang dimakan.
h. Kadal (biasanya kadal kebun, tokek, atau cecak) ditangkap atau dikail dengan
mempergunakan umpan capung atau kupu-kupu. Setelah dibersihkan, daging kadal
dibakar atau digoreng, dan dijadikan lauk makan.[3][4]
i. Arab Badui biasa mengkonsumsi semacam biawak herbivora yaitu dhab, dagingnya
dan dianggap sebagai salah satu alternatif sumber protein dan mereka bisa
menunjukkan cara untuk menyembelihnya, kulitnya yang sangat keras sering
digunakan oleh mereka pula.
j. Beberapa reptilia juga merugikan, misalnya ular memangsa hewan ternak dan ular
berbisa dapat membunuh manusia.

You might also like