Professional Documents
Culture Documents
Isi
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata.Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri
umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup
oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada
beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian
kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada
anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir
tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan.Kulit pada reptil memiliki sedikit
sekali kelenjar kulit (Cambell: 2008)
2.1 Ciri-ciri Umum
Memiliki kulit yang keras kering dan bersisik untuk membrikan pertahanan
Sisik yang mengandung protein keratin
Menghasilkan telur yang mengandung cangkan di darat
Fertilisasi secara internal, sebelum cangkang telur disekresikan
Memiliki amnion, alantois dan koiron dalam cangkang telurnya
Reptil sebagian besar karnivora, namun ada bebrapa yang memakan segala
(omnivira)
Reptil merupakan hewan berdarah dingin/ poikiloterm/ektotermik
Tidak memiliki mekanisme pengaturan panas tubuh (termoregulasi)
Mampu mengatur temperatur tubuhnya dengan menggunakan radiasi sinar matahari
dan radiasi panas dari tanah
Memiliki kelenjar endokrin yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan kelenjar
pada vertebrata tingkat tinggi
Ordo Protosauria
Subkelas
Synaptosauria
(Punah) Ordo
Sauropterygia
Subkelas
Ordo
Ichthyopterygia
Ichthyosauria
(Punah)
Ordo Eosuchia
(Punah)
Subkelas Ordo
Diapsida Rhynchocephalia
Ordo
Thecodontia
(Punah)
Ordo Crocodilia
Ordo Saurischia
(Punah)
Ordo
Orbithischia
(Punah)
Ordo
Subkelas Pelycosauria
Synapsida (pada
mamalia)
Ordo Therapsida
2.4 Morfologi dan Anatomi
Berdasarkan klasifikasi diatas ada beberapa spesies yang mengalami kepunahan,
evolusi, mupun yang masih hidup dan berkembang pada saat ini. Oleh karena itu berikut
akan dibahas struktur morfologi dan anatomi dari anggota reptile yang masih hidup dan
berdasarkan bentuk atau tipe tengkoraknya , yaitu dari sub kelas Anapsida (memiliki
lubang spesifik didaerah temporal) dan sub kelas Diapsida (memiliki lubang
supratemporal dan infratemporal).
Morfologi
Secara eksternal, tubuh terlindungi oleh karapaks dan plastron. Plastron tersusun secara
tranversal sehingga memudahkan dalam pergerakannya, sedangkan karapaks kurang
memungkinkan dalam gerak penyu. Panjang tubuh 1 m, dengan berat 200 kg. Kepala dengan
leher, ekor dan kaki semuanya menonjol ke luar di antara karapaks dan plastron. Dua lubang
hidung di dekat ujung anterior kepala. Mata lateral, dengan kelopak mata atas dan bawah,
mempunyai membran niktitans. Tidak memiliki telinga luar. Membran timpani tertutup dengan
selapis kulit. Pinggiran mulut terbentuk dari rahang zat tanduk, tidak memiliki gigi.kaki dengan 5
jari, yang dilengkapi dengan cakar. Lubung kloaka ventral pada dasar ekor.
Gambar 2.3 : Penyu Hijau
Anatomi
Sistem Skeleton
Rusuk dan sebagian besar vertebrata bersatu dengan karapaks. Sbuk-sabuk pektoral dan pelvik
berpola primitif, yaitu tersusun tiga tulang. Sabuk pektoral terdiri dari skapula (bersatu dengan
karapaks), p rokorakoid dan korakoid. Sabuk pelvik terdiri dari ilium (bersatu dengan karapaks),
tulang pubik dan tulang isikum (ventral). Tulang tengkorak merupakan sebuah kotak yang
kompak dengan muskulatur rahang yang kuat.
Gambar 2.3 : Sistem Skeleton Secara Umum Anggota Sub
Kelas Anapsida
Sistem Pencernaan
Memiliki tidak memiliki gigi, lidah lebar tetapi tidak dapat ditonjolkan ke luar. Sistem
pencernaan terdiri dari faring yang dapat dibesarkan , esofagus berdinding tebal, lambung, usus
halus dan usus besar serta kloaka. Kelenjar yang dimliki berupa hati yang besar dna pankreas.
Udara masuk melalui nostril, mengalir kedalam celah suara (glotis) dan memasuki faring. Dari
faring, udara masuk ke dalam trakea (cincing kartilago, dilanjutkan ke dalam bronkhi yang
kemudian bercabang-cabang dalam paru-paru. Paru-paru terbagi menjaddi kompartemen-
kompartemen (lobus). Laring dari kartilago terdapat di ujung anterior trakea.
Sistem Sirkulasi
Secara fundamental, sistem peredarahan darah penyu tidak banyak berbeda dengan sistem
peredaran darah katak, kecuali arteri pulmonar dan aorta terpisah dari ventrikel (bilik). Saluran
pencernaan mendapat darah dari cabang lengkung aorta kiri tetapi kurang mendapat darah dari
aorta dorsal seperti pada katak. Sistem peredaran darah renal sangat tereduksi. Porta renal
dihubungkan oleh sistem porta hepatika dan sepasang vena abdominal ventral.
Sistem Eskresi
Penyu memiliki ginjal dengan tipe metanefros, dengan saluran kemih (ureter) yang menyurkan
kemih ke kloaka, tidak langsung ke kandang kemih. Kandung kemih berstruktur bilobat di sisi
ventral dekat kloaka.
Sistem Saraf
Dibanding dengan ikan dan katak, hemisfer dan serebllum penyu itu lebih besar. Sistem saraf
pada reptil memiliki 12 pasang saraf kranial karena ada tambahan saraf spinal dan saraf
hipoglossal.
Sistem Sensori
Sistem sensori pada penyu berupa mata, hidung dan telinga. Penyu juga memiliki kelenjar
lakkrimal atau kelenjar air mata, meatus auditori eksternal atau lubang telinga luar dan membran
timpani yang terletak dan melekat dibawah kulit.
Penyu melakukan pembuahan secara internal namun organ kopulasi masih primitif berupa penis
beralur yang terbentuk dari dinding kloaka. Telur dengan dinding seperti kulit, diletakkan dalam
lubang galian (oleh induknya) di tepi pasir laut. Embrio terbungkus dalam membran yang
disebut amnion dan bernafas dengan allantois.
b. Subkelas Diapsisd
Ordo Squamata
Reptil yang termasuk ordo ini memiliki sisik yang fleksibel dengan tidak adanya rusuk
abdominal. Terdiri dari sub-ordo :
Tubuh panjang, tetapi kurang dari 30 cm, kaki 4 buah yang kadang-kadang tereduksi atau hilang.
Mandibula bersatu dibagian anterior. Tulang kuadrat berkontak dengan pterigoid sehingga
terbukanya mulut terbatas tidak seperti ular. Kelopak mata biasanya dapat digerakkan. Sabuk
pektoral tumbuh baik atau tinggal sebagai sisa (vastigum). Bentuk lidah bercabang. Mempunyai
kandung kemih. Contoh spesies dari ordo ini adalah kadal/bengkarung (Lacerta sp.), tokek
(Hemidactylus turcicas), bunglon (Agama sp., Draco sp.), komodo (Varanus komodoensis),
kamelion/ cleret gombel (Chameleon chameleo).
Morfologi
Tubuh memanjang, terletak lateral. Kaki empat, kuat dapat digunakan untuk memanjat.
Mandibula bersatu di bagian anterior, dengan tulang ptrigoid berkontak dengn tulang kuadrat.
Mulut lengkap dan memiliki kandung kemih. Gendang telinga terlihat dari luar. Ekornya
digunakan untuk keseimbangan gerak ketika berlari. Kulit tertutup oleh sisik yang tersusun
seperti susunan genting dengan sisik-sisik ynag lunak. Terdapt 3000 spesies kadal.
Gambar 2.3 : Kadal
Anatomi
Sistem Skeleton
Tulang vertebrae ekor tidak menulang secara sempurna, ekor sehingga ekor mudah putus namun
setelah putus akan mengalami regenerasi. Kolumna vertebrae terbagi menjadi servikal, toraks,
lumbar, sakral dan kaudal. Memiliki tulang rusuk yang bebas. Memiliki tulang kartilago yang
menyususn sebagian dari tubuhnya. Kolumna vertebralis tersusun oleh otot-otot segmental yang
nampak jelas.
Gambar 2.3 : Sistem Rangka Pada Kadal
Sistem pencernaan
Lidah dapat dijulurkan ke luar dengan mudah (bebas). Gigi-gigi melekat pada rahang. Dari mulut
dilanjutkan ke faring, esofagus, dan lambung. Lambung dengan bagian fundus dan pilorus. Dari
lambung kemudian ke intestin, rektum, dan kloaka. Hati dan pankreas berpembuluh ke intestin.
Kloaka untuk mengeluarkan sisa pencernan, ekskret dan untuk reproduksi.
Gambar 2.3 : Sistem Pencernaan Kadal
Sistem respirasi
Udara masuk melalui lubang hidung ke hidung dalam (di belakang veum) kemudian ke glottis
(dalam faring), trakea, bronki memiliki 2 cabang dan berlanjut ke paru-paru (dengan kapiler-
kapilernya).
Sistem sirkulasi
Jantung terdiri dari sinus venosus, 2 aurikel dan 2 ventrikel yang terbagi sempurna. Darah dari
sinus venosus ke aurikel kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonar (bercabang 2), vena paru-paru,
aurikel kiri kemudian ke ventrikel kiri. Dari ventrikel kiri keluar lengkung aorta menuju bagian
dorsal, arteri karotis menuju kepala dan kaki depan. Yang ke belakang memberi darah untuk
ruang tubuh, kaki belakang dan ekor. Darah vena berkumpul dalam vena cava anterior (di kedua
belah sisi kepala dan leher), vena cava posterior, vena porta hepatica, yang kemudian menjadi
vena heptais, dan dalam vena epigastrikum yang semuanya dialirkan kembali ke sinus venosus
tersebut.
Sistem eskresi
Memiliki kandung kemih, tetapi kotoran atau esket bersifat semisolid (setengah keras) seperti
burung dan dikeluarkan langsung bersama tinja melalui kloaka. Eskret ini mengandung urat
(bagian dari air kencing) yang bewarna putih, seperti garam Na dan mengandung kapur.
Otak terdiri dari 2 lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer, 2 lobus optikus, sereblum dan
medula oblongta yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer terdapat indundibulum dan
hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf kranial dan pasangan-pasangan saraf spinal pada tiap somit
tubuh. Lidah sebagia organ perasa dan hidung dengan organ olfaktori (pembau). Mata dengan
kelenjar air mata. Telinga denga saluran auditori eksternal dan membran timpani (dibawah kulit
). Selain itu memiliki 3 buah saluran semisirkular yang merupakan organ pendengar. Terdapat
saluran Eustachius yang bermuara pada atap faring di belakang hidung dalam.
Fertilisasi dilakukan secara internal. Pada kadal jantan memiliki hemipenis (seperti pada penyu)
di belakang kloaka. Pada waktu kopulasi, organ tersebut dimasukkan dalam kloaka betina.
Kebanyakan perkembnagan telur terjadi di alam bebas, tetapi kadang-kadang jika lingkungan
tidak sesuai, kadal betina menahan telur-telur yang telah dibuahi dalam tubuh (ovovivipar). Telur
yang diletakkan dalam tanah, rata-rata bercangkang keras. Embrio dalma telur dikelilingi oleh
amnion, korion dan alantois. Menetasnya hewan muda sama seperti pada burung yaitu kulit
cangkang dipecahkan lalu akan keluar hewan muda yang merupakan miniatur dari hewan
dewasa.
Ciri yang paling menonjol dari hewan pada subordo ini adalah tidak adanya kai beserta
telapaknya. Lubnag telinga, tulang dada dan kandung krmih juga tidak ada. Mandibula
dihunungkan di bagian anterior oleh ligamentum. Bola mata tidak dapat digerakkan, tertutup
oleh sisik transparan. Tidak memiliki kelopak mata, lidah panjang dan bercabang sehingga dapat
dijulurkan keluar. Paru-paru kiri tereduksi, gigi panjang dan gilig, terdapat pada rahang atas,
langit-langit mulut dan juga tulang pterigoid. Tedapat kurang lebih 2500 spesies yang masih
hidup.
Ular (Ophidia sp.)
Morfologi
Ular adalah reptil yang tidak memiliki apendiks, sternum, kelopak mata, telinga luar, dan
kandung kemih. Tengkorak yang dimiliki oleh ular bersifat lemah karena bagian-bagian tulang
tulangnya dapat digerakkan. Gigi tumbuh pada rahang dan tulang langit-langit mulut. Posisi gigi
mengarah kebelakang untuk menahan mangsannya. Ular berbisa memiliki gigi taring pada
bagian maksila mulutnya untuk menyalurkan bisa. Pada ular kobra, taring dapat dilipat
kebelakang bila tidak digunakan, memiliki lidah panjang, sempit dan bercabang dua yang dapat
dijurkan keluar melalui rahang bawah.
Gambar 2.3 : Beberapa Contoh Ular
Jumlah vertebrae tergantung pada panjang ular (ada yang berjumlah 200 sampai 400). Otot-otot
tubuh menghubungkan vertebrae dengan vertebrae, vertebrae dengan rusuk, rusuk dengan rusuk,
rusuk dengan kulit dan kulit dengan kulit. Otot-otot itu ada yang panjangnya melebihi jarak yang
ada, sehingga memungkinkan ular dapat bergerak melingkar-lingkar. Ular juga dapat bergerak
lurus ke depan, dengan jalan meluncur yang dibantu oleh sisik-sisik ventral di tanah, atau
melekukkan tubuh dengan membuat sudut yang tajam, contoh rattle snake.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan berupa saluran lurus dari mulut ke anus. Semua organ internal pada ular
membentuk memanjang sebuai dengan kondidi tubuhnya. Hanya memiliki satu paru-paru (kiri).
Pada ular jantan terdapat hemipenis yang berperan dalam proses kopulasi.Ular tidak mengunyah
atau merobek mangsanya, tetapi menelannya secara utuh. Mangsa yang dimakan oleh ular
terkadang lebih besar dibandingkan ukuran tubuhnya. Hal ini mungkin karena
1. Adanya pertautan 2 ujung mandibula yang dihubungkan oleh ligamentum yang elastis
2. Tulang kuadrat bebas dari tulang kepala dan mandibula
3. Tulang langit-langit bergerak bebas karena mulut dapat bergerak lebar
4. Tidak ada tulang dada (starnum) dan rusuk-rusuk bebas, sehingga dada dapat dilatasi
5. Kulit lunak dan elastis
6. Esofagus dan lambung dapat melebar ketika menelan mangsa yang besar sehingga
pernafasan tidak terganggu dan glotis terletak jauh di depan, diantara rahang dibelakang
lidah
Gambar 2.3 : Sistem Pencernaan Pada Ular
Sistem respirasi
Udara masuk melalui lubang hidung ke hidung dalam (di belakang veum) kemudian ke glottis
(dalam faring), trakea, bronki memiliki 2 cabang dan berlanjut ke paru-paru (dengan kapiler-
kapilernya).
Sistem Sirkulasi
Jantung terdiri dari sinus venosus, 2 serambi dan 2 bilik. Bilik terpisah secara sempurna menjadi
2 bagian. Darah dari sinus venosus ke serambi kanan, bilik kanan, 2 arteri paru-paru, 2 vena
paru-paru, kemudian menuju serambi kiri dan bilik kiri. Dari bilik kiri keluar sepasang lengkung
aorta. Satu ke dorsal kemudian menjadi arteri karotis dan mengalirkan darah ke kepala, leher dan
kaki depan. Darah dari ginjal dan alat reproduksi terkumpul dalam vena cava posterior. Darah
dari saluran pencernaan terkumpul dalam vena hepatis terus ke hati. Vena epigratica menerima
darah vena dari kaki belakang, ekor dan rongga tubuh. Semua darah vena terkumpul dalam sinus
venosus.
Sistem Eskresi
Memiliki kandung kemih, tetapi kotoran atau esket bersifat semisolid (setengah keras) seperti
burung dan dikeluarkan langsung bersama tinja melalui kloaka. Eskret ini mengandung urat
(bagian dari air kencing) yang bewarna putih, seperti garam Na dan mengandung kapur.
Sistem saraf pada reptil memiliki 12 pasang saraf kranial karena ada tambahan saraf spinal dan
saraf hipoglossal.Di dalam rongga hidung terdapat organ Jacobson yang dapat terangsang secara
kimiawis untuk membau. Rangsangan tersebut akan diteruskan oleh lidah dan akirnya akan
diterjemahkan di dalam otak.
Gambar 2.3 : Sistem Sensori
Fertilisasi dilakukan secara internal. Pada kadal jantan memiliki hemipenis (seperti pada penyu)
di belakang kloaka. Pada waktu kopulasi, organ tersebut dimasukkan dalam kloaka betina.
Kebanyakan perkembnagan telur terjadi di alam bebas, tetapi kadang-kadang jika lingkungan
tidak sesuai, kadal betina menahan telur-telur yang telah dibuahi dalam tubuh (ovovivipar). Telur
yang diletakkan dalam tanah, rata-rata bercangkang keras. Embrio dalma telur dikelilingi oleh
amnion, korion dan alantois. Menetasnya hewan muda sama seperti pada burung yaitu kulit
cangkang dipecahkan lalu akan keluar hewan muda yang merupakan miniatur dari hewan
dewasa.
a. Phyton. Ular yang tidak berbisa dan dapat memangsa hewan yang lebih besar dari ukuran
tubuhnya seperti babi, kambing, sapi dan lain-lain. Contoh spesies dari Phyton yang lain
adalah Phyton reticulatus (panjag tubuh 9-10 m), P. Molurus (panjang tubuh 8 m),
terdapat di seluruh dunia kecuali di Selandia Baru.
b. Aglypha. Ular ini tidak berbisa. Contoh : Natrix sp. (ular air), Thamnophis sp. (Ular anak
gembala) dan Lampropeltis sp. (Ular raja)
c. Ophistoglypha. Ular golongan ini agak berbisa, contohnya seperti ular pohon (Boiga sp.)
d. Proteroglypha. Ular yang sangat berbisa, seperti ular laut (Hydropus sp.) dan kobra (Naja
tripudians)
e. Solenoglyphus. Ular yang tergolong berbisa dan bersifat vivipar, contoh Vipera sp.(di
Eropa dan Asia) dan ular gemercak (Crotalus viridis)
Hal Khusus
Hibernasi pada reptile sering disebut brumasi. Pada kebanyakan jenis ular, brumasi
merupakan bagian penting dari cara hidup dan mereka harus berbrumasi tiap tahun untuk
menghindari stress dan penyakit. Beberapa ular tidak memerlukan brumasi, tapi pemilik ular
biasanya memilih untuk membrumasikan ularnya untuk bermacam alasan. Walau tidak
sepenuhnya penting, brumasi bisa menghemat jumlah makanan dan perawatan yang diperlukan
dan juga lebih alami. Brumasi juga bisa digunakan sebagaian dan untuk memulai siklus kawin
bagi beberapa spesies ular.
Reptil ini tergolong reptil yang memiliki urkuran tubuh besar jika dibandingkan dengan reptil
jenis lain. Memiliki kulit tebal, dengan rusuk-rusuk abdominal. Ilik (ventrikel) jantung tebagi
sempurna menjadi ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Hidup di perairan tawar dan laut. Tubuh
panjang dengan kepala yang besar. Memiliki gigi-gigi konis tumpul, pada rahangnya yang sangat
kuat. Memiliki kaki berjumlah 4 yang pendek dengan jari-jari pada kuku. Ekor panjang dan
pipih, kulit tebal dengan skutum/ lapisan yang mengalami penandukan. Lubang telinga sangat
kecil, tertutup oleh kulit. Lidah tidak dapat dijulurkan dan tidak bercabang. Tidak memiliki
kandung kemih. Ordo Crocodililia bersifat ovipar dengan telur diletakkan di dalam daun-daunan
yang membusuk. Ada 23 buaya yang sekarang masih hidup. Contohnya adalah Crocodylus sp.
dan Alligator sp.
Morfologi
Tubuh terbagi atas kepala, leher, badan dan ekor. Kaki dengan jari yang bercakar kuat. Mulut
yang panjang dengan moncong ynag panjang pula. Terdapat 2 lubang hidung di depan ujung
moncongnya. Mata besar lateral, memiliki kelopak mata atas dan bawah. Membran niktitan yang
dimilikinya dapat ditembus oleh cahaya. Lubang telinga tertutup oleh lipatan kulit. Anus
merupakan celah longitudinal di belakang pangkal kaki belakang. Kulit-kulit dengan lempengan-
lempengan berzat tanduk, tersusun membujur tubuh. Buaya dewasa memiliki eksoskeleton yang
berupa papan-papan dermal. Buaya memiliki 3 pasang kelenjar kasturi yang terletak di sisi
kepala, dalam mulut dan dalam kloaka.
Gambar 2.3 : Buaya
Anatomi
Sistem skeleton
Tulang tengkorak yang dimiliki berupa tengkorak dengan moncong kuat. Rahang bawah
bersendi pada tulang kuadrat dengan tulang kepala. Kranium dengan tulang langit-langit yang
keras dan di atas langit-langit terdapat saluran udara. Kolumna vertebralis dengan 5 tipe
vertebrae : 9 servikal, 10 toraks, 5 lumbar, 2 sakral dan kira-kira 39 kaudal. Pada vertebrata
servikal ada rusuk-rusuk pendek dan rusuk-rusuk tersebut tersusun secara bebas. Vertebrae
torakal dan sternum dihubungkan oleh rusuk dada. Antara sternum dan tulang pubik terdapat 7
paang rusuk abdominal berbentuk huruf V.
Gambar 2.3 : Sistem Rangka Buaya
Sistem Otot
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena gerakkannya lebih
kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh dn berkembang lebih baik meskipun tidak
sebaik mamalia. Segmentasi otot jelas pada kolumna vertebralis dan rusuk.
Sistem pencernaan
Memiliki mulut yang lebar dengan gigi kuat untuk menerkam dan memutar mangsanya. Lidah
pipih dan tidak dapat dijulurkan ke luar. Di belakang pangkal lidah terdapat lipatan tranversal
yang jika tertekan akan menutup lubang faring. Hal ini berarti di dalam air, buaya dapat
membuka mulutnya tetapi tidak memungkinkan air masuk ke dalam paru-paru. Dari faring,
menuju ke esofagus, lambung, menuju usus halus, usus besar dan yang terakhir menuju kloaka
serta anus. Memiliki hati dan pankreas sebagai kelenjar yang membantu pencernaannya. Kloaka
digunakan untuk membuang sisa pencernaan, sekret dan reproduksi.
Gambar 2.3 : Sistem Pencernaan Buaya
Sistem Sirkulasi
Jantung terdiri dari sinus venosus, 2 serambi dan 2 bilik. Bilik terpisah secara sempurna menjadi
2 bagian. Darah dari sinus venosus ke serambi kanan, bilik kanan, 2 arteri paru-paru, 2 vena
paru-paru, kemudian menuju serambi kiri dan bilik kiri. Dari bilik kiri keluar sepasang lengkung
aorta. Satu ke dorsal kemudian menjadi arteri karotis dan mengalirkan darah ke kepala, leher dan
kaki depan. Darah dari ginjal dan alat reproduksi terkumpul dalam vena cava posterior. Darah
dari saluran pencernaan terkumpul dalam vena hepatis terus ke hati. Vena epigratica menerima
darah vena dari kaki belakang, ekor dan rongga tubuh. Semua darah vena terkumpul dalam sinus
venosus.
Sistem respirasi
Udara masuk ke dalam lubang hidung, menuju hidung dalam (di belakang velum), melalui glotis
(dalam faring) tempat terdapat pita suara, menuju ke trakea, kemudian bronki yang bercabang
dua masing-masingmenuju paru-paru.
Sistem Eskresi
Memiliki ginjal sebanyak dua buah yang berbentuk pipih. Ginjal tersebut berhubungan dengan
kandung kemih yang dihubungkan oleh ureter. Kandung kemih akan bermuara ke samping
kloaka yang dihubungkan oleh ureter.
Memiliki otak dengan 2 lobus olfakorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus,
sereblum, medula oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral terdapat
traktus optikus dan saraf optikus, infundibulum dan hipofisis. Terdapat 12 paang saraf kranial.
Pasangan-pasangan saraf spinal menuju ke somit-somit tubuh.
Pada lidah terdapat kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ-organ pembau dalam rongga
hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti vertebrata rendah. Saluran auditori
eksternal tertutup kulit dengan terdapat membran timpani. Telinga dalam dengan 3 saluran
semisirkuler untuk mendengar. Dari ruang timpani ada sluran Eustachius bermuara dalam faring
di belakang hidung dalam.
Buaya jantan memiliki penis yang menyaurkan sperma dari testis melalui vas deferens. Buaya
betinaa memliki 2 ovarium dengan oviduk. Telur yang telah dibuahi tertutup albumin dan
membran kulit sebelum diletakkan oleh buaya betina. Seekor betina bertelur sebanyak 30-60
butir telur dan dieramkan dalam dedaunan yang membusuk selama kira-kira 60 hari. Ketika
menetas, panjangnya anak buaya 20-30 cm dan dalam 1 tahun bertambah panjang kira-kira 30
cm. Buaya dewasa jantan beratnya kira-kira 125 kg sedangkan yang betina 60 kg.
1. Kelenjar Kulit
Sisik epidermal reptil kering karena didalam tubuh, tepatnya dibagian bawah kulit
memiliki sedikit sekali kelenjar kulit, apalagi untuk ular dan kadal yang kulinya
seringkali berganti. Kelenjar muskus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama
berkecumbu. Beberapa kelenjar juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloakan di masa
kawin. Kadal-ini memiliki lubang-lubng ynag disebut dengan lubang preanal atau lubang
femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar
ini menjadi sangat aktif pada musim kawin. Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan
disebut kelenjar keturunan atau Generation glands. Perubahan sekresi dari kelenjar-
kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada kulit.
2. Sisik Epidermal
Sisik epidermal terlihat nyata pada kadal dan ular. Sisik epidermal secara terus menerus
diproduksi. Sisik ini merupakan perkembangan dari lapisan germinativum epidermis dan
umumnya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain. Saat lapisan sisik
epidermis tumbuh sempurna, akhirnya terpisah dari lapisan germanitivum dan tampak
sebagai benda mati. Reptil akan berganti sisik yang disebut dengan eksidisis, sebelum
eksidisis sisik baru telah menganti sisik lama yang akan terkelupas. Jenis ular atau kadal
yang mengalami pertumbuhan dengan cepat biasanya akan sering mengalami
pengelupasan dan pergantian sisik.
Beberapa ular berbisa seperti Vipers yang sering ditemukan di gurun pasir mengalami
modifikasi sisik pada bagian matanya yakni dengan adanya struktur seperti tanduk di atas
matanya. Tanduk ini bermanfaat untuk melindungi mata ketika ular bergerak melewati
bebatuan, akar maupun belukar yang dapat melukai matanya. Pada kadal, lapisan kulit
epidermal hanya berganti sebagian-sebagian, tidak secara langsung seperti halnya ular.
Karapaks dan plastron adalah tempurung dorsal dan ventral yang melindungi tubuh kura-
kura dan penyu. Strukturnya tersusun sebagian besar oleh tulang dari lempeng kulit luar
dan bagian luar terbungkus oleh lapisan sisik epidermal yang mengalami penandukkan.
Beberpa kura-kura tidak memiliki sisik dan hanya memiliki kulit keras pengganti sisik.
Sedangkan pada buaya dan sejenisnya, tubuh terbungkus oleh sisik epidermal yang tidak
secara bersamaan berganti, tetapi berangsur-angsur mengelupas dan digantikan oleh sisik
baru dibagian bawah sisik lama yang terkelupas. Sisik epidermal reptil lebih
menunjukkan keragaman bentuk dan struktur, terutama pada ular dan kadal. Ssik tersebut
mungkin tersusun secara longitudinal maupuan diagonal. Sisik pada kepala umumnya
berbeda dalam penampilan dari sisik bagian tubuh lain dan memberi nama sesuai dengan
lokasinya. Sisik yang berada di sepanjang bagan bibir atas disebbut sisik labial atas, sisik
yang melingkari mata adalah sisik okuler, sisik diantara kedua mata adalah sisik
interokuler. Perbedaan dalam ukuran, bentuk dan jumlah sisik ini memberikan ciri khusus
dan penting untuk klasifikasi.
Sisik ular biasanya sikloid atau segi empat. Sisik kadal mungkin dikelompokkan dalam
sisik granular, sikloid, quadrangular atau mucromate, yang mungkin halus atau kasar.
Sisik pada bagian tubuh tertentu bisa termodifikasi menjadi seperti duri yang ditemukan
pada iguana. Sisik pada bagian tubuh ventral ular, umumnya lebih besar, pitamoris
melintang (disebut scute) berfungsi untuk memperluas lebar tubuh. Selain itu berperan
dalam membedakan morfologi ular dan kadal. Perkembangan sisik kulit paling sempurna
ditemukan pada kura-kura dan penyu berupa karapaks dan plastron yang bergabung
bersama oleh jembatan pada setiap sisi tubuh. Skeleton bagian vertebrae toraks, lumbar
dan sakral, menyatu dengan karapaks pada reptil ini.
Gambar 2.5 : Lapisan Kulit Pada Reptil
3. Gigi
Gigi sama sekali tidak ada pada kura-kura dan penyu, tetapi digantikan dengan lapisan
tanduk baik di rahang maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilian kelompok
lain umumnya mempunyai gigi dan berkembang baik. Gigi segera diganti juka tanggal.
Gigi-gigi Crocodilia agak seragam, berbentuk kerucut, kelengkapan gigi nya mengarah
pada gigi tipe thecodont.
Sebagian besar kadal memiliki gigi yang seragam atau homodont. Ada sedikit reptilia
yang memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga pertumbuhhan gigi ini mengarah
ke tipe heterodont. Sebagian kecil kadal memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit
mulut, tetapi umunya melekat pada rahang. Ada tipe gigi yang hanya melekat pada
rahang, disebut tipe acrodont. Tipe gigi pleurodont yaitu gigi berada dan melekat pada
sisi dalam rahang. Gigi bawah pada genus Holoderma (kadal berbisa) adalah pleurodont.
Racun yang disekresikan oleh kelenjar labial pada rahang bawah Holoderma tidak
melewati lubang taring tetapi mengalir melalui luka akibat tusukan gigi.
Ular umunya memiliki gigi tipe pleurodont, tersusun pada jajaran dirahang atas dan
bawah. Beberapa ular berbisa memiliki gigi berlekuk disebut gigi opistoglifi. Ular berbisa
kuat, umumnya memiliki sepasang taring berlubang terletak pada bagian anterior rahang
atas, bentuk taring seperti jarum hipodermik dan dasar taring berhubungan dengan
kantong kelenjar bisa. Kontraksi otot disekitar kelenjar bisa pada saat ular menyerang ,
bertanggung jawab untuk menyuntikan bisa melewati taring ke korban. Taring, seperti
juga gigi lain, diganti bila tanggal. Taring ular berbisa opistoglifi adalah gigi bisa yang
terletak pada rahang atas bagian posterior, sedangkan gigi bisa yang terletak pada rahang
atas bagian anterior dan dapat dilipat (bisa digerakkan) karena ada engsel disebut gigi
solenogfili. Gigi bisa pada ular kobra dan ular mamba taringnya terletak pada rahang atas
bagian anterior dan gigi bisa ini tidak bisa digerakkan disebut tipe gigi taring proterogfili.