You are on page 1of 30

REFRESHING

ABORTUS

Disusun oleh :

Sabrina Qurrotaayun

2013730173

Pembimbing :

dr. Eko H Sutanto, Sp.OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan refreshing ini. Penulisan
dan pembuatan refreshing yang berjudul Abortus ini merupakan bagian dari tugas pendidikan
Kepaniteraan Klinik pada Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Sayang Cianjur.
Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada dr. Eko H Sutanto, Sp.OG, M.Kes selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasehat sehingga penulisan Refreshing ini dapat
terselesaikan dengan baik. Saya juga ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan refreshing ini.

Saya menyadari bahwa refreshing ini memiliki banyak kekurangan, untuk itu saya
mengaharapkan kritik dan saran agar dapat lebih baik lagi dalam penulisan refreshing
selanjutnya. Semoga refreshing ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai tambahan
informasi mengenai abortus yang masih menjadi salah satu masalah kesehatan di bidang obstetri
dan ginekologi.
Wassalamualaikum Wr Wb.

Cianjur, Oktober 2017

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Anak baru hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai
lebih dari 500 gram atau umur kehamilan lebih dari 20 minggu. Abotus dibagi kedalam abortus
spontan, yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya, kurang lebih 20% dari semua abortus,
sedangkan abortus buatan (provocatus), yaitu abortus yang terjadi disengaja, digugurkan, dan
80% dari semua abortus adalah abortus provocatus.1,2

Sebagian besar studi mengatakan kasus abortus spontan antara 15-20 % dari semua
kehamilan. Jika dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Kejadian
abortus habitualis sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah satu kali
abortus spontan, pasangan punya risiko 15 % untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila
pernah 2 kali, risikonya meningkat 25 %. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus
setelah 3 kali abortus berurutan adalah sekita 30-45 %. 1,2

Kejadian abortus di Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya terdapat 43
kasus abortus per 100 kelahiran hidup. Menurut sensus penduduk tahun 2000, terdapat
53.783.717 perempuan usia 15 49 tahun, dan dari jumlah tersebut terdapat 23 kasus abortus
per 100 kelahiran hidup.1

Penyebab abortus sendiri multifaktorial dan masih diperdebatkan, umumnya terdapat


lebih dari satu penyebab. Penyebabnya seperti Faktor genetik, kelainan kongenital uterus,
autoimun, infeksi, defek luteal.2

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di bawah 20
minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang. Sedangkan Llewollyn & Jones (2002)
mendefenisikan abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa
gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram.3 WHO
merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih dan
berat janin 500 gram atau lebih.1

II. Klasifikasi

Klasifikasi menurut terjadinya abortus adalah sebagai berikut :1,2

A. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun
mekanis.
B. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau abortus
therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya : penyakit
jantung, hipertensi esential, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh
tim ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau
psikolog.

4
Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan
dilarang oleh hukum.

Klasifikasi Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:


1. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana
terjadi perdarahan pervaginam, Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita
hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina.
Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai
sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi.
ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.5

Gambar 1. Abortus Imminen

2. Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam


dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri. Abortus insipiens didiagnosis apabila pada
wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan
darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya
dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba.
Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan
yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera
dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada
keadaan ini merupakan kontraindikasi.5

5
Gambar 2. Abortus Insipien

3. Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil


konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering
serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap
sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri,
namun tidak sehebat pada abortus insipiens. 5

Gambar 3. Abortus Inkomplit

4. Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar
(desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong. Perdarahan segera berkurang
setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan
epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10

6
hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau
endometritis pasca abortus harus dipikirkan5

Gambar 4. Abortus Komplit

5.Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.5

Gambar 5. Missed Abortion

6.Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga


kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau
spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis.
Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu
tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum
atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.5

7
7. Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi
genital.5
8. Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.5

III. Etiologi1,2,3,4
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya disebabkan oleh
faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 12minggu), abortus yang terjadi
disebabkan oleh faktor maternal.
a. Faktor ovofetal :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus
adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast
untuk melakukan implantasi dengan adekuat.

b. Faktor maternal :
Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik
maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu lainnya.
8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital,
mioma uteri submukosa, inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwa masalah
psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus meskipun sulit untuk
dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.

Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:

1. Faktor janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-60%
kasus keguguran.

8
2. Faktor ibu:

a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.


b.Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti phospholipid
syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman, toksoplasma ,
herpes, klamidia.
d.Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.

Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:

1. Faktor genetik
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya kromosom
trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah
abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester
pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.

Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi (abnormalitas


komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang menyebabkan lebih dari 50% abortus
spontan. Poliploidi menyebabkan sekitar 22% dari abortus spontan yang terjadi akibat kelainan
kromosom. Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan yang berulang salah
satu dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang abnormal. Identifikasi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan kariotipe dimana bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi
pasangan tersebut. Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesiadan
biayanya cukup tinggi.

2. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita
dengan abortus spontan yang rekuren.

1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta). Duktus
mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.

9
2) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium.
3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis.
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus spontan
yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus yang didapatkan
(acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat
menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda. Defek pada uterus yang acquired
yang sering dihubungkan dengan kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan
uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari
pemeriksaan ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi
(prosedur diagnostik). Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah
pemeriksaan USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya
suatu mioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor
mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya mioma pada
pasien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan apakah
mioma ini berhubungan langsung dengan adanya ROB pada pasien ini. Hal ini penting
karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan operasi.

3. Faktor endokrin:
a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.

b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya
produksi progesteron).

c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium merupakan


faktor kontribusi pada keguguran. Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh
hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi progesteron. Hipotiroidismus
tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981).
Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland
dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut
darikorpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormone tersebut

10
secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut
berperan dalam peristiwa kematiannya.

4. Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella,Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan
abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab
antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria
monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan
berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat
dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan
endometrial.

5. Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang
ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari-ari
tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi
cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat menyebabkan
abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi
antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin
mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.

6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan


Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu,
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus;
sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan. Adanya
penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis) dapat
diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik. Penting juga diketahui
bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita infeksi berat, seperti

11
apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat. Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan
beberapa pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan
tes fungsi ginjal untuk menilai apakah ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes
melitus yang kemudian dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti persalinan
prematur.

7. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan
bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab
abortus yang penting.

8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.


Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik
harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada
mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.

9. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan
mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya
abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam
menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan
menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu. Pada penderita ini, penyebab
yang menetap pada terjadinya abortus spontan yang berulang masih belum dapat
dipastikan. Akan lebih baik bagi penderita untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam
usaha mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus yang berulang tersebut,
sebelum penderita hamil guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.

10. Faktor trauma


Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang yang
diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi maternoplasental, dan infeksi.1
Namun secara statistik, hanya sedikit insiden abortus yang disebabkan karena trauma .1

12
IV. Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atauseluruh bagian embrio akibat adanya
perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya prosesabortus.7,8

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu : Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian
desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil
konsepsi.6,7,8

Pada kehamilan 8-14 minggu : Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput
ketubantelebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namunplasenta masih tertinggal dalam
cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkanperdarahan pervaginam banyak.8

Pada kehmilan minggu ke 14-22 :Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya
plasentabeberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalamuterus sehingga menimbulkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih
sedikit namun rasa sakit lebih menonjol. 7,8

V. Gambaran Klinis
1. Amenore
2. Perdarahan pervaginam
3. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
4. Pemeriksaan ginekologi
a. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak ada jaringan konsepsi, tercium
atau tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium
c. Vagina toucher (VT): portio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,

13
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglas,
tidak menonjol dan tidak nyeri5-6

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Abortus Spontan10


Jenis Demam Nyeri/kr Perdarah Jaringan Jaringan Ostium Besar
Abortus am an ekspulsi pada uteri uterus
abdomen vagina

Imminen Tidak Sedang Sedikit Tidak Tidak Tertutu Sesuai


s ada ada ada p usia
ekspulsi kehamilan
jaringan
konsepsi

Insipien Tidak Sedang- Sedang- Tidak Tidak Terbuk Sesuai


ada hebat banyak ada ada a, usia
ekspulsi ketuban kehamilan
jaringan menonj
konsepsi ol

Inkompl Tidak Sedang- Sedang- Ekspulsi Mung Terbuk Sesuai


it ada hebat banyak sebagian kin a usia
jaringan masih kehamilan
konsepsi ada

Komplit Tidak Tanpa/se Sedikit Ekspulsi Mung Terbuk Lebih


ada dikit seluruh kin a/ kecil dari
jaringan ada Tertutu usia
konsepsi p kehamilan

Missed Tidak Tidak Tidak ada Jaringan Tidak Tertutu Lebih


ada ada telah ada p kecil dari
mati tapi usia

14
tidak ada kehamilan
ekspulsi
jaringan
konsepsi

Sepsis Ada Ada Ringan- Masih Jaring Tertutu Kecil


DIC an p, dibanding
lekore Terbuk usia
a bau a bau kehamilan

Habitual Tidak Tidak Tidak ada Tidak Tidak Tidak -


is ada ada ada ada

VI. Diagnosis
a. Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian bawah
terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong dan perineum,
perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi.11 Gejala ini terutamanya khas pada abortus
dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim. Selain itu, ditanyakan adanya
amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT.10 Perdarahan pervaginam dapat
tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah
berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram
bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.10

Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi traktus genitalis harus
diperhatikan.10 Riwayat kepergian ke tempat endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui
jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.11

b. Pemeriksaan Fisik

15
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi abdomen dapat
memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan
bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan konsistensinya.4
Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan serviks dapat dinilai
samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam uterus
yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.4

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan Diagnosis
tanda
Bercak sedikit Tertutup Sesuai dengan Kram perut Abortus immines
hingga sedang usia gestasi bawah, uterus
lunak
Tertutup/terbuka Lebih kecil dari Sedikit/tanpa Abortus komplit
usia gestasi nyeri perut
bawah, riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang hingga Terbuka Sesuai dengan Kram atau nyeri Abortus insipien
masif usia kehamilan perut bawah,
belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
Kram atau nyeri Abortus
perut bawah, incomplit
ekspulsi
sebahagian hasil
konsepsi
Terbuka Lunak dan lebih Mual/muntah, Abortus mola
besar dari usia kram perut
gestasi bawah, sindroma

16
mirip PEB, tidak
ada janin, keluar
jaringan seperti
anggur

C. Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus imminens, abortus


habitualis dan missed abortion:5-6
1. Tes kehamilan : positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2.Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
4. Pemeriksaan lain sesuai dengan keadaan dan diagnosis pasien.

VII. Diagnosis Banding


1. Kehamilan Ektopik Terganggu : nyeri lebih hebat dibandingkan abortus.
2. Mola Hidatidosa : uterus biasanya lebih besar daripada lamanya anmenore dan muntah
lebih sering.
3. Kehamilan dengan kelainan serviks seperti karsinoma servisi uteri, polipus uteri, dan
sebagainya.
Tabel 2.2. Diagnosis Banding Abortus

Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan


Banding penunjang

Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai - tes kehamilan


iminens uterus pada dengan umur urin masih
kehamilan sebelum kehamilan positif
20 minggu berupa - Dilatasi serviks - USG :
flek-flek (-) gestasional sac
- nyeri perut ringan (+), fetal plate
- keluar jaringan (-) (+), fetal
movement (+),

17
fetal heart
movement (+)

Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai - tes kehamilan


insipien dari uterus pada dengan umur urin masih
kehamilan sebelum kehamilan positif
20 minggu - Dilatasi serviks - USG :
- nyeri perut berat (+) gestasional sac
- keluar jaringan (-) (+), fetal plate
(+), fetal
movement (+/-),
fetal heart
movement (+/-)

Abortus - perdarahan banyak - TFU kurang dari - tes kehamilan


inkomplit / sedang dari uterus umur kehamilan urin masih
pada kehamilan - Dilatasi serviks positif
sebelum 20 minggu (+) - USG : terdapat
- nyeri perut ringan - teraba jaringan sisa hasil
- keluar jaringan dari cavum uteri konsepsi (+)
sebagian (+) atau masih
menonjol pada
osteum uteri
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan urin masih
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks positif
(-) bila terjadi 7-10
hari setelah
abortus.

18
USG : sisa hasil
konsepsi (-)

Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan


abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan urin negatif
- biasanya tidak - Dilatasi serviks setelah 1 minggu
merasakan keluhan (-) dari terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan - USG :
kehamilannya tidak gestasional sac
seperti yang (+), fetal plate
diharapkan. (+), fetal
movement (-),
DJJ (-)
Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
Banding penunjang

Missed - Bila kehamilannya


abortion > 14 minggu - 20
minggu penderita
merasakan
rahimnya semakin
mengecil dengan
tanda-tanda
kehamilan sekunder
pada payudara
mulai menghilang.
Mola - Tanda kehamilan - TFU lebih dari - tes kehamilan
hidatidosa (+) umur kehamilan urin masih
- Terdapat banyak - Terdapat banyak positif

19
atau sedikit atau sedikit (Kadar HCG
gelembung mola gelembung mola lebih dari
- Perdarahan banyak - DJJ (-) 100,000
/ sedikit mIU/mL)
- Nyeri perut (+) - USG : adanya
ringan pola badai salju
- Mual dan muntah (Snowstorm).
(+)

Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari - tes kehamilan


ovum flek-flek usia kehamilan urin positif
- Nyeri perut ringan - OUE menutup - USG :
- Tanda kehamilan gestasional sac
(+) (+), namun
kosong (tidak
terisi janin).

Kehamilan - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen - Lab darah : HB


Ektopik - Tanda kehamilan (+) rendah, eritrosit
Terganggu (+) - Tanda-tanda dapat meningkat,
- Perdarahan syok (+/-) : leukosit dapat
pervaginam (+/-) hipotensi, pucat, meningkat.
ekstremitas - Tes kehamilan
dingin. positif
- Tanda-tanda - USG :
akut abdomen gestasional sac
(+) : perut diluar cavum
tegang bagian uteri.
bawah, nyeri
tekan dan nyeri

20
lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan
servik.
- Uterus dapat
teraba agak
membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba

VIII. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Umum
- Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda
vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
- Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan darah sistolik <90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
- Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

21
- Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
- Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.
- Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.6,7,9,10
2. Metode Bedah dan medis
Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk mengobati abortus spontan serta
terminasi yang dilakukan pada keadaan lain, dan hal ini diringkas sebagai berikut:2,6,7,9,10

- Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus


Kuretase
Aspirasi vakum (kuretase isap)
Dilatasi dan evakuasi (D&E)
Dilatasi dan Curretase (D&C)
- Aspirasi haid
- Laparatomi
Histerotomi
Histerektomi
Teknik Medis

- Oksitosin intravena
- Cairan hiperosmotik intraamnion
Salin 20%
Urea 30%
- Prostaglandin E2, F2, dan analognya
Injeksi intraamnion
Injeksi ekstraovular
Insersi vagina
Injeksi parenteral
Ingesti oral
- AntiprogesteronRU 486 (mifepriston) dan epostan
- Berbagai kombinasi dari di atas.
3. Tatalaksana sesuai jenis abortus

22
a. Abortus imminens
- Pertahankan kehamilan
- Tidak perlu pengobatan khusus
- Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau berhubungan seksual
- Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
- Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
- Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (salbutamol
atau indometasin) karena obat ini tidak dapat mencegah abortus.
- Bila reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus
dikosongkan (kuret)6,7,9,10

b. Abortus Insipiens
- Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi
pascakeguguran.
- Jika usia kehamilan < 16 minggu: lakukan evaluasi isi uterus. Jika evakuasi
Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi
pascakeguguran.
- Jika usia kehamilan < 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus dengan aspirasi
vakum manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
Berikan Ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
atau Misoprostol 400 mg per oral dan bila masih diperlukan dapat diulang
setelah 4 jam jika perlu.
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
- Jika usia kehamilan > 16 minggu:

23
Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan spontan kemudian
dilakukan evakuasi uterus dengan AVM.
Bila perlu, berikan Induksi oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai
8 tetes sampai 40 tetes/ menit, sesuai kondisi kontraksi uterus sampai terjadi
pengeluaran hasil konsepsi.
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
- Lakukan pemantauan pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi
ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.6,7,9,10
-
c. Abortus inkomplit
- Lakukan konseling.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
- Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedi. Jika
evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat
diulang 15 menit kemudian bila perlu).
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1
liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
- Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.

24
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.6,7,9,10
d. Abortus komplit
- Tidak diperlukan evakuasi lagi.
- Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran.
- Observasi keadaan ibu.
- Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari selama
2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
- Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.6,7,9,10
e. Abortus Habitualis
- Pada serviks inkompeten terapinya operatif Shirodkar atau Mc Donald (cervical
cerclage).
- Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar
hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.6,7,9,10

f. Abortus Infeksious
- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji
kepekaan obat)
Berikan suntikan penisilin 1.000.000 satuan tiap 6 jam
Berikan suntikan streptomisin 500mg setiap 12 jam
Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan kuretase
untuk mengeluarkan hasil konsepsi6,7,9,10

25
g. Abortus Septik
- Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis
antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan
dan uji kepekaan kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut
abdomen.6,7,9,10

26
Gambar 2.2 Algoritme Penatalaksanaan Abortus

Abortus:

- Definisi
- Pembagian menurut:
Penyebab
Gambaran klinis

Abortus Abortus Insipien Abortus Abortus Khusus


Imminens Inkompletus
- Amenorea - Infeksiosus
- Amenorea - Rasa nyeri - Amenorea - Miised
- Rasa nyeri - Perdarahan - Perdarahan abortion
- Perdarahan banyak/meng - Sisa jaringan - Habitualis
- Tanpa gumpal - Terdapat
dilatasi - Terdapat dilatasi
dilatasi

Tatalaksana: Tatalaksana Definitif:

- Konservatif - Persiapan dilatasi dan


Tirah baring kuretase
Obat penenang - Pasang infus jika perlu
- Terapi hormonal: transfusi darah
Derivat - Dilatasi dan kuretase
progesteron
Dupaston
Gestanon
- Pemeriksaan
laboratorium:
Komplikasi tindakan:
Penunjang
diagnostik
- Perdarahan
- Infeksi
- Trauma tindakan
- Kemungkinan
degenerasi
koriokarsinoma

27
IX. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul dari abortus adalah: 11

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula
timbul lama setelah tindakan.
b. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok hemoragik.
c. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan
amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
d. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara
masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium
dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan
kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan
dengan segera.
e. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat
alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas
atau terlalu dingin.
f. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera
yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
g. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,

28
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,
Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska
abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens.
Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan
Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat
membentuk gas.

X. Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya:6
1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai
prognosis yang baik sekitar >90 %.
2. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan
kehamilan sekitar 40-80 %.
3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada
kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak
jelas.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG. Leveno KJ, et al, editors. Williams Obstetrics. 24th ed. New York:
McGraw-Hill Education; 2014
2. Pranata S, Sadewo FS. Kejadian Keguguran, Kehamilan Tidak Direncanakan dan
Pengguguran Di Indonesia [Artikel Serial Online]. Surabaya: Pusat Humaniora,
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Date Review: February 11, 2012
[cited May 30, 2015]. Available from:
http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/2992/2225.

3. Azhari. Seminar: Kelahiran tidak diinginkan (aborsi) dalam kesehatan reproduksi remaja.
Palembang: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI/ RSMH. June, 25 2002 [cited
May 30, 2015]. Available from:
http://digilib.unsri.ac.id/download/MASALAH%20ABORTUS%20DAN%20KESEHAT
AN.pdf

4. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: EGC; 2010.

5. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC;
2007.

6. Manuaba IBG. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta:
EGC; 2004.

7. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2004.

8. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editor. Ilmu Kesehatan


Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.

9. Kepmenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kepmenkes RI; 2013.

10. Abortus Incomplete. Available at http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-inkomplit

11. Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at


http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview

30

You might also like