You are on page 1of 35

ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA

DI SUSUN OLEH:

1. ANGGA DWIEKY HERMAWAN


2. YOGA PRATAMA
3. RETI ANDRIA

DOSEN PEMBIMBING : RIKO SANDRA PUTRA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

PALEMBANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena

berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan

Keperawatan Hemodialisa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan

informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan

peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisa.................................................................................. 4
2.1.1 Definisi hemodialisia........................................................ 4
2.1.2 Tujuan hemodialisia ......................................................... 4
2.1.3 Indikasi hemodialisia ....................................................... 5
2.1.4 Prinsip hemodialisia ........................................................ 5
2.1.5 Perangkat hemodialisa...................................................... 6
2.1.6 Pedoman perawatan hemodialisa ..................................... 7
2.1.7 Komplikasi yang terjadi .................................................. 9
2.1.8 Interpretasi hasil .............................................................. 10
2.2 Asuhan Keperawatan Hemodialisis ............................................. 11
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan ................................................................................ 31
1.2 Saran ........................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemodialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi
secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju
kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua
tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik
tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai
respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. Hemodialisa
didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati
membran semi permeabel (alat dialisis) ke dalam dialisat. Alat dialisis juga
dapat digunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan.
Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik
menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit
larutan) melalui membran semipermeabel.
Hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan
gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat. Hemodialisa memerlukan
sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu
membran semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah, darah
dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar
tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat
suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui
pembedahan. Pasien hemodialisa sangatlah tergantung dengan mesin semasa
sisa umurnya. Dalam pelaksanaan hemodialisa sangatlah banyak komplikasi
dan kemungkinan yang terjadi, sehingga diperlukan asuhan keperawatan

1
untuk membantu pasien menjalani hemodialisa dengan komplikasi yang
minimal.
Hemodialisis (hd) adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk
memisahkan darah dari zat-zat sisa / racun yang dilaksanakan dengan
mengalirkan darah melalui membran semipermiabel dimana zat sisa atau
racun ini dialihkan dari darah ke cairan dialisat yang kemudian dibuang,
sedangkan darah kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo yang
berarti darah dan dialisis yang berarti memindahkan. Hemodialisis adalah
prosedur penyelamatan jiwa yang mahal dan akhir-akhir ini dilakukan pada
lebih dari 100.000 orang di amerika. Hemodialisis memungkinkan sebagian
penderita hidup mendekati keadaan yang normal meskipun menderita gagal
ginjal yang tanpa terapi hemodialisis dapat menyebabkan kematian. Sebagian
pasien lainnya memiliki prognosis yang tidak begitu optimistik. Sebagai
contoh pasien dengan kegagalan sistem organ yang multipel hanya
memperpanjang proses kematiannya jika di lakukan hemodialisis.
Dialisis merupkan prosedur medik yang mahal dalam abad ini di mana biaya
perawatan kesehatan yang semakin teliti terus meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa itu hemodialisis?
2. Bagaimana prinsip-prinsip hemodialisis?
3. Bagaimana penatalaksanaan pasien hemodialsis?
4. Apa saja komplikasi hemodialisis?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hemodialisis?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hemodialisis
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip hemodialisis
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien hemodialsis
4. Untuk mengetahui komplikasi hemodialisis
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hemodialisis

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hemodialisis
2.1.1 Definisi Hemodialisis
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisa = pemisahan
atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan
dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau
selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu
atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau
zat, bahan melalui membran semi permeabel (Pardede, 1996).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).
2.1.2 Tujuan Hemodialisis
Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik
dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis
aliran darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari
dalam tubuh ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian
dikembalikan ke dalam tubuh.
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa
antara lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.

4
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
lain.
2.1.3 Indikasi Hemodialisis
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA
apabila terdapat indikasi :
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
4. Kelebihan cairan.
5. Perikarditis dan konfusi yang berat.
6. Hiperkalsemia dan hipertensi.
2.1.4 Prinsip Hemodialisa
Prinsip mayor/proses hemodialisa
1. Akses Vaskuler :
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik
biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf sementara.
Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.
2. Membran semi permeable
Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk mengadakan
kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.
3. Difusi
Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan
pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi

5
tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan pemindahan zat
pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.
4. Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan
akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam
cairan tersebut.
5. Ultrafiltrasi
Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai
ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk
tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane :
a. Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat
cairan dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan
dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir balik ke fistula
tekanan positip mendorong cairan menyeberangi membrane.
b. Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar
membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan
negative menarik cairan keluar darah.
c. Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan
yang berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan
tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik
cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang
menyebabkan membrane permeable terhadap air.
2.1.5 Perangkat Hemodialisa
A. Perangkat khusus
1) Mesin hemodialisa
2) Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk
mengeluarkan sisa metabolisme atau zat toksin laindari dalam tubuh.
Didalamnya terdapat 2 ruangan atau kompartemen :
a. Kompartemen darah

6
b. Kompartemen dialisat.
3) Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer
dan kembali ke tubuh. Mempunyai 2 fungsi :
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa
metablolisme.
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama
dialysis.
B. Alat-alat kesehatan :
1. Tempat tidur fungsional
2. Timbangan BB
3. Pengukur TB
4. Stetoskop
5. Termometer
6. Peralatan EKG
7. Set O2 lengkap
8. Suction set
9. Meja tindakan.
C. Obat-obatan dan cairan :
1. Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.
2. Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
3. Dialisat
4. Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
5. Obat-obatan emergency.
2.1.6 Pedoman Perawatan Hemodialisa
A. Persiapan sebelum hemodialisa
1. Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
2. Kran air dibuka.
3. Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk
keluar atau saluran pembuangan.

7
4. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
5. Hidupkan mesin.
6. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
7. Matikan mesin hemodialisis.
8. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
9. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin
hemodialisis.
10. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).
B. Menyiapkan sirkulasi darah.
1. Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.
2. Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi inset (tanda
merah) diatas dan posisi outset (tanda biru) dibawah.
3. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung inset dari dialiser.
4. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung outset adri dialiser
dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah.
5. Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
6. Hubungkan set infuse ke slang arteri.
7. Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu
klem.
8. Memutarkan letak dialiser dengan posisi inset dibawah dan ouset
diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari udara.
9. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
10. Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
11. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt,
kemudian naikkan secara bertahap sampai 200 ml/mnt.
12. Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
13. Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan
udara dari dalam dialiser, dilakukan sampai dengan dialiser bebas
udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).

8
14. Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak
500 cc yang terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada gelas
ukur.
15. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.
16. Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan
menggunakan konektor.
17. Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-
20 menit, untuk dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.
18. Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana inset diatas
dan outset dibawah.
19. Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10
menit siap untuk dihubungkan dengan pasien (soaking).
C. Persiapan pasien.
1. Menimbang BB
2. Mengatur posisi pasien.
3. Observasi KU
4. Observasi TTV
5. Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah
ini:
a. Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
b. Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
c. Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).
2.1.7 Komplikasi yang terjadi
1. Hipotensi
Penyebab : terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi
berlebihan, obat-obatan anti hipertensi.

9
2. Mual dan muntah
Penyebab : gangguan GI, ketakutan, reaksi obat, hipotensi.
3. Sakit kepala
Penyebab : tekanan darah tinggi, ketakutan.
4. Demam disertai menggigil.
Penyebab : reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada
sirkulasi darah.
5. Nyeri dada.
Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu
cepat.
6. Gatal-gatal
Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse
kulit kering.
7. Perdarahan amino setelah dialysis.
Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama,
dosis heparin berlebihan, tekanan darah tinggi, penekanan, tekanan tidak
tepat.
8. Kram otot
Penyebab : penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan cairan
terlalu cepat (UFR meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB naik
> 1kg. Posisi tidur berubah terlalu cepat.
2.1.8 Interpretasi Hasil
Hasil dari tindakan dialysis harus diinterpretasikan dengan mengkaji
jumlah cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa.
Darah yang diambil segera setelah dialysis dapat menunjukkan kadar
elektrolit, nitrogen urea, dan kreatinin rendah palsu. Proses penyeimbangan
berlangsung terus menerus setelah dialysis, sejalan perpindahan zat dari dalam
sel ke plasma.

10
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISIS
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
a. Sindrom uremia
b. Mual, muntah, perdarahan GI.
c. Pusing, nafas kusmaul, koma.
d. Perikarditis, cardiar aritmia
e. Edema, gagal jantung, edema paru
f. Hipertensi
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual,
muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar
serum yang meningkat. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1397)
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium
terminal). (Brunner & Suddarth, 2001: 1398)
3. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus
dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering
merupakan bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah satu
contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat
memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan
minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat
antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani
hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. (Brunner &
Suddarth, 2001: 1401)

11
4. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan
kondisi penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya
menghadapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan
pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi,
dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap
kematian.(Brunner & Suddarth, 2001: 1402)
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami
pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis. (Muttaqin, 2011:
267)
5. ADL (Activity Day Life)
Nutrisi : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan
pembatasan cairan masuk untuk meminimalkan gejala seperti
penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan gagal jantung
kongesti serta edema paru, pembatasan pada asupan protein akan
mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian
meminimalkan gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 :
1400)
Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
Aktivitas : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada
keluarga. Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan
mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial
dan dapat menciptakan konflik, frustasi. Karena waktu yang terbatas
dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
6. Pemeriksaan fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan
menurun.
TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi
dan tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur

12
kembali pada saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra
dan sesudah prosedur. (Muttaqin, 2011: 268)
Manifestasi klinik
a. Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik,
pruritus atau gatal-gatal
b. Kuku : kuku tipis dan rapuh
c. Rambut : kering dan rapuh
d. Oral : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
e. Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
f. Pulmonary : uremic lung atau pnemonia
g. Asam basa : asidosis metabolik
h. Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan
otot : pegal
i. Hematologi : perdarahan
7. Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada
perempuan, dan GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre HD
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema paru, asidosis
metabolic, Hb 7 gr/dl, Pneumonitis dan Perikarditis
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, diet cairan berlebih, retensi cairan & natrium
c. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual & muntah, pembatasan diet dan perubahan
membrane mukosa oral
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

13
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gangguan sirkulasi,
Iritasi zat kimia, Defisit cairan
2. Intra HD
a. Resiko cedera berhubungan dengan akses vaskuler & komplikasi
sekunder terhadap penusukan & pemeliharaan akses vaskuler.
b. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penggunaan heparin
dalam proses hemodialisa
3. Post HD
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis
b. Risiko Harga diri rendah berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran dan perubahan citra tubuh dan fungsi seksual
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif berulang

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pre HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan 1. Observasi 1. Untuk
efektif asuhan keperawatan penyebab nafas menentukan
berhubungan selama 1x24 jam tidak efektif tindakan yang
dengan edema diharapkan harus segera
paru, asidosis Pola nafas efektif dilakukan
metabolic, Hb 7 setelah dilakukan 2. Observasi 2. Menentukan
gr/dl, Pneumonitis tindakan HD 4-5 jam, respirasi & nadi tindakan
dan Perikarditis dengan Kriteria hasil: 3. Berikan posisi 3. Melapangkan
a. Nafas 16-28 x/m semi fowler dada klien

14
b. Edema paru hilang sehingga nafas
b. Tidak sianosis lebih longgar
4. Ajarkan cara 4. Hemat energi
nafas yang sehingga nafas
efektif tidak semakin
berat
5. Berikan O2 5. Hb rendah,
edema, paru
pneumonitis,
asidosis,
perikarditis
menyebabkan
suplai O2 ke
jaringan <
6. Lakukan SU 6. SU adalah
pada saat HD penarikan secara
cepat pada HD,
mempercepat
pengurangan
edema paru
7. Kolaborasi 7. Untuk menaikkan
pemberian Hb, sehingga
tranfusi darah suplai O2 ke
jaringan cukup
8. Kolaborasi 8. Untuk mengatasi
pemberian infeksi paru &
antibiotic perikard
9. Kolaborasi foto 9. Follou up

15
torak penyebab nafas
tidak efektif
10. Evaluasi kondisi 10. Mengukur
klien pada HD keberhasilan
berikutnya tindakan
11. Evaluasi kondisi 11. Untuk follou up
klien pada HD kondisi klien
berikutnya
2 Kelebihan volume Setelah diberikan 1. Observasi status 1. Pengkajian
cairan asuhan keperawatan cairan, timbang merupakan dasar
berhubungan selama 1x24 jam BB pre dan post untuk
dengan penurunan diharapkan HD, memperoleh data,
haluaran urine, diet Keseimbangan volume keseimbangan pemantauan 7
cairan berlebih, cairan tercapai setelah masukan dan evaluasi dari
retensi cairan & dilakukan HD 4-5 jam haluaran, turgor intervens
natrium dengan Kriteria Hasil: kulit dan edema,
a. BB post HD sesuai distensi vena
dry weight leher dan monitor
b. Edema hilang vital sign
c. Retensi 16-28 x/m 2. Batasi masukan 2. Pembatasan
d. Kadar natrium darah cairan pada saat cairan akan
132-145 mEq/l priming & wash menetukan dry
out HD weight, haluaran
urine & respon
terhadap terapi.
3. Lakukan HD 3. UF & TMP yang
dengan UF & sesuai akan
TMP sesuai mengalami

16
dengan kenaikan penurunan
bb interdialisis kelebihan volume
cairan sesuai
dengan target BB
edeal/dry weight
4. Identifikasi 4. Sumber
sumber masukan kelebihan cairan
cairan masa dapat diketahui
interdialisis
5. Jelaskan pada 5. Pemahaman akan
keluarga & klien menambah
rasional kerjasama klien
pembatasan & keluarga dalam
cairan pembatasan
cairan
6. Motivasi klien 6. Kebersihan mulut
untuk mengurangi
meningkatkan kekeringan
kebersihan mulut mulut, sehingga
menurunkan
keinginan klien
untuk minum

3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1. Observasi status 1. Sebagai dasar


nutrisi, kurang dari asuhan keperawatan nutrisi: untuk memantau
perubahan &
kebutuhan tubuh selama 1x24 jam a. Perubahan
intervensi yang
berhubungan diharapkan BB sesuai
dengan anoreksia, Keseimbangan nutrisi b. Pengukuran

17
mual dan muntah, tercapai setelah antropometri
pembatasan diet dilakukan HD yang c. Nilai lab.
dan perubahan sdekuat (10-12 jam/mg) (elektrolit,
membrane mukosa selama 3 bulan, diet BUN,
oral protein terpenuhi, kreatinin,
dengan kadar
Kriteria Hasil: albumin,
a. Tidak terjadi protein
2. Pola diet dahulu
penambahan atau 2. Observasi pola
& sekarang
penurunan BB yang diet berguna untuk
cepat menentukan
b. Turgor kulit normal menu
3. Memberikan
tanpa udema 3. Observasi faktor informasi, faktor
c. Kadar albumin yang berperan mana yang bisa
plasma 3,5-5,0 gr/dl dalam merubah dimodifikasi.

d. Konsumsi diet nilai masukan nutrisi


protein tinggi 4. Kolaborasi 4. Tindakan HD
menentukan yang adekuat,
penurunan
tindakan HD 4-5
kejadian mual-
jam 2-3 minggu muntah &
anoreksia,
sehingga
menaikkan nafsu
makan
5. Kolaborasi 5. Pemberian
pemberian infus albumin lewat
infus iv akan
albunin 1 jam
menaikkan
terakhir HD albumin serum
6. Tingkatkan 6. Protein lengkap
akan menaikkan

18
masukan protein keseimbangan
dengan nilai nitrogen

biologi tinggi:
telur, daging,
produk susu
7. Kalori akan
7. Anjurkan
menaikkan
camilan rendah energi,
protein, rendah memberikan
kesempatan
natrium, tinggi
protein untuk
kalori diantara pertumbuhan
waktu makan 8. Menambah
8. Jelaskan rasional pemahaman klien
sehingga mudah
pembatasan diet, menerima
hubungan masukan
dengan penyakit
ginjal dan
menambah urea
dan kreatinin
9. Untuk
9. Anjurkan
menentukan
timbang BB tiap status cairan &
hari nutrisi
10. Penurunanprotein
10. Observasi
dapat
adanya masukan menurunkan
protein yang albumin,
tidak adekuat, pembentukan
udema &
edema,
perlambatan
penyembuhan penyembuhan
yang lama,

19
albumin serum
turun
4 Ansietas Setelah dilakukan 1. Evaluasi respon 1. Ketakutan dapat
berhubungan asuhan keperawatan verbal dan non terjadi karena
dengan krisis selama 1x24 jam verbal pasien. nyeri hebat,
situasional diharapkan kesadaran meningkatkan
pasien terhadap perasaan sakit,
perasaan dan cara yang dan
sehat untuk menghadapi kemungkinan
masalah pembedahan.
Kriteria hasil : 2. Berikan 2. Meningkatkan
a. Melaporkan ansietas penjelasan pemahaman,
menurun sampai hubungan antara mengurangi rasa
tingkat dapat proses penyakit takut karena
ditangani. dan gejalanya. ketidaktahuan,
b. Tampak rileks. dan dapat
membantu
menurunkan
ansietas.
3. Berikan 3. Mengungkapkan
kesempatan rasa takut secara
pasien untuk terbuka dimana
mengungkapkan rasa takut dapat
isi pikiran dan ditujukan.
perasaan
takutnya.
4. Catat perilaku 4. Orang
dari orang terdekat/keluarga

20
terdekat/keluarga mungkin secara
yang tidak sadar
meningkatkan memungkinkan
peran sakit pasien untuk
pasien. mempertahankan
ketergantungan
dengan
melakukan
sesuatu yang
pasien sendiri
mampu
melakukannya.
5. Identifikasi 5. Memberikan
sumber yang keyakinan bahwa
mampu pasien tidak
menolong. sendiri dalam
menghadapi
masalah
5. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Observasi kulit 1. Mengetahui efek
integritas kulit asuhan keperawatan dengan sering yang terjadi pada
berhubungan selama 3x24 jam terhadap efek kulit.
dengan kerusakan diharapkan integritas samping kanker
jaringan akibat kulit pasien terjaga 2. Mandikan 2. Mengurangi
radiasi dengan criteria hasil : dengan iritasi pada kulit.
Kulit pasien nampak menggunakan air
bersih. hangat dan sabun
Menunjukkan ringan
3. Mencegah
perubahan yang 3. Hindari

21
minimal pada kulit menggosok atau terjadinya
dan menghindari menggaruk area. perlukaan pada
trauma pada area kulit.
kulit yang sakit. 4. Anjurkan pasien 4. Mencegah iritasi
untuk pada kulit pasien.
menghindari
krim kulit
apapun, bedak,
salep apapun
kecuali diijinkan
dokter.
5. Hindarkan 5. Mencegah
pakaian yang terjadinya
ketat pada aea perlukaan.
tersebut.
6. Oleskan vitamin 6. Memberikan
A dan D pada asupan nutrisi
area tersebut. pada kulit dan
mencegah agar
kulit tidaak
kering.
7. Tinjau ulang 7. Mengetahui
efek samping perubahan yang
dermatologis terjadi pada kulit
yang dicurigai pada saat
pada kemoterapi. pengobatan
kemoterapi.

22
2. Intra HD

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


hasil
1 Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Observasi 1. AV yang sudah
berhubungan asuhan keperawatan kepatenan AV tidak baik bila
akses vaskuler & selama 1x24 jam shunt sebelum dipaksakan bisa
komplikasi diharapkan pasien tidak HD terjadi rupture
sekunder terhadap mengalami cedera 2. Monitor vaskuler
penusukan & dengan Kriteria hasil: kepatenan kateter 2. Posisi kateter
pemeliharaan a. Kulit pada sekitar sedikitnya setiap yang berubah
akses vaskuler. AV shunt utuh/tidak 2 jam dapat terjadi
rusak rupture
b. Pasien tidak vaskuler/emboli
mengalami 3. Observasi warna 3. Kerusakan
komplikasi HD kulit, keutuhan jaringan dapat
kulit, sensasi didahului tanda
sekitar shunt kelemahan pada
kulit, lecet
bengkak,
penurunan
sensasi
4. Monitor TD 4. Posisi baring
setelah HD lama setelah HD
dapat
menyebabkan
orthostatik
hipotensi

23
5. Lakukan 5. Shunt dapat
heparinisasi pada mengalami
shunt/kateter sumbatan dan
pasca HD dapat
dihilangkan
dengan heparin
6. Cegah terjadinya 6. Infeksi dapat
infeksi pada area mempermudah
shunt/penusukan kerusakan
kateter jaringan
2 Resiko terjadi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Penurunan
perdarahan asuhan keperawatan tanda penurunan trombosit
berhubungan selama 1x4jam, trombosit yang merupakan tanda
dengan diharapkan tidak terjadi disertai tanda adanya
penggunaan perdarahan dengan klinis. kebocoran
heparin dalam Kriteria hasil : pembuluh darah
proses hemodialisa 1. TD 120/80 mmHg, yang pada tahap
N: 80-100x/menit tertentu dapat
reguler, pulsasi kuat menimbulkan
2. Tidak ada tanda tanda-tanda
perdarahan lebih klinis seperti
lanjut, trombosit epistaksis, ptekie
meningkat. 2. Anjurkan pasien 2. Aktifitas pasien
untuk banyak yang tidak
istirahat (bedrest) terkontrol dapat
menyebabkan
terjadinya
perdarahan.

24
3. Berikan 3. Keterlibatan
penjelasan pasien dan
kepada klien dan keluarga dapat
keluarga untuk membantu untuk
melaporkan jika penaganan dini
ada tanda bila terjadi
perdarahan perdarahan
seperti:
hematemesis,
melena,
epistaksis.
4. Antisipasi 4. Mencegah
adanya terjadinya
perdarahan: perdarahan lebih
gunakan sikat lanjut.
gigi yang lunak, 5. Dengan
pelihara trombosit yang
kebersihan dipantau setiap
mulut, berikan hari, dapat
tekanan 5-10 diketahui tingkat
menit setiap kebocoran
selesai ambil pembuluh darah
darah dan
5. Kolaborasi, kemungkinan
monitor perdarahan yang
trombosit setiap dialami pasien.
hari

25
3. Post HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi faktor 1. Menyediakan
aktivitas tindakan keperawatan yang informasi tentang
berhubungan dan HD, selama 1x24 menimbulkan indikasi tingkat
dengan keletihan, jam diharapkan klien keletihan: keletihan
anemia, retensi mampu berpartisipasi Anemia,
produk sampah dalam aktivitas yang Ketidakseimbang
dan prosedur dapat ditoleransi, dengan an cairan dan
dialisis Kriteria Hasil: elektrolit,
a. Berpartisipasi dalam Retensi produk
aktivitas perawatan sampah depresi
mandiri yang dipilih 2. Tingkatkan 2. Meningkatkan
b. Berpartisipasi kemandirian aktifitas
dalam menambah dalam aktifitas ringan/sedang
aktivitas dan latihan perawatan diri dan memperbaiki
yang dapat harga diri
c. Istirahat dan aktivitas ditoleransi, bantu
seimbang/bergantian jika keletihan
terjadi
3. Anjurkan 3. Mendorong
aktivitas latihan dan
alternatif sambil aktifitas yang
istirahat dapat ditoleransi
dan istirahat
yang adekuat

26
4. Anjurkan untuk 4. Istirahat yang
istirahat setelah adekuat
dialisis dianjurkan
setelah dialisis,
karena adanya
perubahan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit yang
cepat pada
proses dialisis
sangat
melelahkan
2 Harga diri rendah Setelah diberikan asuhan 1. Observasi respon 1. Menyediakan
berhubungan keperawatan selama dan reaksi klien data klien dan
dengan 1x24 jam diharapkan dan keluarganya keluarga dalam
ketergantungan, Memperbaiki konsep terhadap menghadapi
perubahan peran diri, dengan penyakit dan perubahan hidup
dan perubahan Kriteria Hasil: penanganannya.
citra tubuh dan a. Pola koping klien dan 2. Observasi 2. Penguatan dan
fungsi seksual keluarga efektif hubungan klien dukungan
b. Klien dan keluarga dan keluarga terhadap klien
bisa mengungkapkan terdekat diidentifikasi
perasaan dan 3. Observasi pola 3. Pola koping yang
reaksinya terhadap koping klien dan efektif dimasa
perubahan hidup keluarganya lalu bisa berubah
yang diperlukan jika menghadapi
penyakit dan

27
penanganan yang
ditetapkan
sekarang
4. Ciptakan diskusi 4. Klien dapat
yang terbuka mengidentifikasi
tentang masalah dan
perubahan yang langkah-langkah
terjadi akibat yang harus
penyakit dan dihadapi
penangannya
Perubahan peran,
Perubahan gaya
hidup, Perubahan
dalam pekerjaan,
Perubahan
seksual dan
Ketergantungan
dengan center
dialisis
5. Gali cara 5. Bentuk alternatif
alternatif untuk aktifitas seksual
ekspresikan dapat diterima.
seksual lain
selain hubungan
seks
6. Diskusikan peran 6. Seksualitas
memberi dan mempunyai arti
menerima cinta, yang berbeda

28
kehangatan dan bagi tiap
kemesraan individu,
tergantung dari
maturitasnya.
3 Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan area 1. Mikroorganisme
berhubungan keperawatan selama steril selama dapat dicegah
dengan prosedur 3x24 jam diharapkan penusukan masuk kedalam
invasif berulang Pasien tidak mengalami kateter tubuh saat insersi
infeksi dengan Kriteria kateter
Hasil: 2. Pertahankan 2. Kuman tidak
a. Suhu tubuh normal teknik steril masuk kedalam
(36-37 C) selama kontak area insersi
b. Tak ada kemerahan dengan akses
sekitar shunt vaskuler:
c. Area shunt tidak penusukan,
nyeri/bengkak pelepasan kateter
3. Monitor area 3. Inflamasi/infeksi
akses HD ditandai dengan
terhadap kemerahan,
kemerahan, nyeri, bengkak
bengkak, nyeri
4. Beri pernjelasan 4. Gizi yang baik
pada pasien menambah daya
pentingnya tahan tubuh
meningkatkan
status gizi
5. Kolaborasi 5. Pasien HD

pemberian mengalami sakit

29
antibiotik kronis,
menurunkan
imunitas

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi atau tindakan yang
direncanakan.

E. EVALUASI
a. Pre HD
1. Nafas kembali normal, tidak terdapat edema paru dan sianosis
2. Volume cairan kembali dalam keadaan seimbang
3. Nutrisi pasien kembali dalam keadaan seimbang
4. Ansietas yang di alami menurun sampai tingkat dapat ditangani
5. Integritas kulit tidak mengalami kerusakan
b. Intra HD
1. Resiko cedera tidak terjadi
2. Tidak terjadi perdarahan
c. Post HD
1. Dapat beraktivitas seperti biasa
2. Harga diri rendah dapat teratasi karena pola koping klien efektif
3. Tidak terjadi infeksi

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik
dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis
aliran darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari
dalam tubuh ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian
dikembalikan ke dalam tubuh

3.2 Saran
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam
membarikan praktik asuhan keperawatan serta pengetahuannya khususnya
tentang keperawatan hemodialisa sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun
keluarganya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J. 2000. Buku Saku Pathofisiologi. EGC. Jakarta

Burrnert and Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. EGC.
Jakarta

NANDA, Nursing Diagnosis: Definition and classification 2005-2006. NANDA


International Philadelphia

Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aeusculapius. Jakarta

Mirzanie, H. Dkk. 2005. Internoid. Tosca Enterprise. Yogyakarta

32

You might also like