Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
NAMA NIM
Jenny Banfatin 201508110240
Karolina Fasak 20150811024100
Melani G Manemi 201508110240
Loisa Lutlutur 20150811024103
Nursiah A Musu 20150811024055
Panduwinata Mabel 20150811024056
Roy M Bagre 20150811024017
Vonny V Runtuboy 20150811024066
Wehelmina Latuputty 20150811024067
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL .........................................................................................
B. TUJUAN ...........................................................................
A. DEFENISI .........................................................................
C. PATOFISIOLOGI ..........................................................
F. PENATALAKSANAAN .................................................
KESIMPULAN ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah
kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang
berkembang.
Setiap orang mempunyai risiko untuk terkena malaria, wanita
hamil dan anak di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rawan.
Wanita hamil memiliki kemungkinan terserang malaria falciparum lebih
sering dan lebih berat dibandingkan wanita tidak hamil. Konsentrasi
eritrosit yang terinfeksi parasit banyak ditemukan dalam plasenta
sehingga diduga respon imun terhadap parasit di bagian tersebut
mengalami supresi. Hal tersebut berhubungan dengan supresi sistem imun
baik humoral maupun selular selama kehamilan yang dihubungkan dengan
adanya fetus dalam tubuh ibu. Plasenta dengan konsentrasi eritrosit ini
dapat menyebabkan terjadinya malaria kongenital pada bayinya (Warouw,
2010)
Untuk itu penting mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian malaria pada anak.
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Malaria
2. Mengetahui Agen Penyakit Malaria
3. Mengetahui Patofisiologi Malaria
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Malaria
5. Mengetahui Cara Penularannya
6. Mengetahui Penatalaksanaan Malaria
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia
dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok
mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium. Malaria
menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah,
dan sakit kepala. Dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kulit
kuning, kejang, koma, atau kematian. Gejala biasanya muncul sepuluh
sampai lima belas hari setelah digigit. Jika tidak diobati, penyakit mungkin
kambuh beberapa bulan kemudian
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan
tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki endemisitas tinggi.
Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui
ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di
daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama
berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun
1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran
tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava
menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih mudah
dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari
oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900
oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor
penular malaria. Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo
Feletti adalah dua peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua
parasit penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan
Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama
William H. Welch memberi nama parasit penyebab malaria tertiana
sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William Watson
Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium
ovale.
Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai
negara, terutama di kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai
negara, malaria bukan hanya permasalahan kesehatan semata. Malaria
telah menjadi masalah sosial-ekonomi, seperti kerugian ekonomi,
kemiskinan dan keterbelakangan.
C. Patofisiologi Malaria
D. Manifestasi Klinis
Penderita malaria biasanya menunjukan gejala utama
1. Demam tinggi yang bersifat paroksismal disertai menggigil,
2. berkeringat
3. nyeri kepala.
4. Selain itu, sering ditemukan kelelahan
5. Anoreksia
6. Nyeri punggung
7. Mialgia
8. pucat, dan muntah
E. Penularan Malaria
Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit
plasmodium melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya
dapat berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari
15 spesies nyamuk Anopheles yang dilaporkan merupakan vektor malaria
di Indonesia. Penularan malaria dapat juga terjadi dengan masuknya
parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi darah, suntikan atau
melalui plasenta (malaria congenital). Dikenal adanya berbagai cara
penularan malaria:
1) Penularan Secara Alamiah (Natural Infection)
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan
ikut terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh
nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian
nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit
ditularkan ke orang lain.
2) Penularan Yang Tidak Alamiah
Malaria Bawaan (Congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar
plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada
bayi yang dikandungnya.
Secara Mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum
suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para
pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak
steril.
Secara Oral (Melalui Mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet
(P.Knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada
manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan
gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagi simpanse di
Afrika yang dapat terinfeksi oleh penyakit malaria, belum
diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi
plasmodium yang biasanya menyerang manusia.
Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P. vivax,
P. malariae dan P. ovale semuanya ditularkan oleh nyamuk
anopheles. Nyamuk yang menjadi vektor penular malaria adalah
Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles
barbirostris, Anopheles subpictus, dan sebagainya.
F. Penatalaksanaan
Tenaga kesehatan perlu memperhatikan informasi terbaru tentang
malaria karena pola resistensi obat anti-malaria terus berubah.
Penatalaksanaan malaria tidak berat (tanpa komplikasi) adalah secara
rawat jalan dengan obat anti-malaria yang direkomendasikan WHO.
Klorokuin dan sulfodoksin-pirimetamin tidak lagi digunakan karena
tingginya resistensi P. falciparum terhadap obat ini di banyak negara.
Penatalaksanaan malaria tidak berat meliputi pengobatan simptomatik dan
pengobatan anti-malaria bertujuan untuk eradikasi parasit dalam tubuh dan
mencegah terjadinya komplikasi.
1) Pengobatan Simptomatik
Pemberian antipiretik pada anak demam untuk mencegah
hipertermia dengan dosis paracetamol 15 mg/kgBB/dosis setiap 4-6
jam. Apabila terjadi hipertermia (suhu rektal >40C), berikan
paracetamol dosis inisial 20 mg/kgBB/dosis dilanjutkan dengan dosis
rumatan 15 mg/kgBB/dosis.
Pada anak kejang, sebaiknya berikan diazepam intravena
perlahan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/dosis atau diazepam rektal 5
mg (berat badan <10 kg) atau 10 mg (berat badan >10 kg), dan segera
rujuk ke rumah sakit, karena kejang merupakan salah satu gejala
malaria berat yang membutuhkan penanganan lanjutan. Suplementasi
zat besi dengan atau tanpa zinc secara bermakna meningkatkan kadar
hemoglobin pada penderita malaria tropikana di daerah endemis.
Namun, pemberian zat besi pada malaria dengan anemia ringan tidak
dianjurkan, kecuali bila disebabkan oleh defi siensi besi.
2) Pengobatan Anti-Malaria
Lini pertama:
Dehidroartemisin + piperakuin (fi xed dose combination)
Dosis dehidroartemisin 2-4 mg/kgBB dan piperakuin 16-32
mg/kgBB/dosis tunggal, diberikan selama 3 hari. Saat ini, rutin
digunakan di Papua dan Papua Barat.Penggunaan
dehidroartemisin-piperakuin pada anak lebih ditoleransi karena
adverse event yang lebih rendah dari artesunatamodiakuin.
Artesunat + amodiakuin (tablet 50 mg artesunat dan 153 mg
amodiakuin) Dosis artesunat 4 mg/kgBB/dosis tunggal selama 3
hari, dan amodiakuin 10 mg- basa/ kgBB/dosis tunggal juga
selama 3 hari.
Lini kedua:
Kina (tablet 200 mg kina fosfat/sulfat) Dosis kina 10
mg/kgBB/dosis, diberikan 3 kali sehari selama 7 hari. Kina
harus dikombinasikan dengan doksisiklin pada P. falciparum,
dengan dosis doksisiklin: 2 mg/kgBB/dosis (usia >14 tahun), 1
mg/kgBB/dosis (8-14 tahun), 2 kali sehari selama 7 hari. Pada
ibu hamil dan anak kurang dari 8 tahun direkomendasikan
mengganti doksisiklin dengan klindamisin. Kombinasi kina dan
klindamisin aman, efektif, dan memiliki adverse event lebih
sedikit. Dosis klindamisin: 20 mg basa/kgBB/hari dibagi 3 dosis
selama 7 hari Obat anti-malaria lini pertama dan kedua (blood
schizonticidal) harus ditambah
Primakuin. Primakuin bermanfaat untuk eradikasi Plasmodium
yang dorman dalam jaringan, terutama hepar (tissue
schizonticidal). Untuk P. falciparum khusus untuk anak >1
tahun, dosis primakuin: 0,75 mg-basa/kgBB/ dosis tunggal 1
hari. Sedangkan untuk P. vivax, P. ovale dan P. malariae
dikombinasikan dengan primakuin 0,25 mg/kgBB/dosis tunggal
selama 14 hari. Primakuin tidak boleh diberikan untuk anak usia
<1 tahun, ibu hamil, dan defi siensi G6PD.
Kondisi klinis malaria pada anak dapat cepat memburuk. Edukasi
orang tua pasien penting sebagai partner pemantauan selama rawat jalan.
Apabila anak tidak bisa menoleransi obat oral atau muncul gejala-gejala
malaria berat sebaiknya dirujuk untuk pemberian antimalariaintravena
dengan dosis terukur. WHO merekomendasikan pemberian artesunat rektal
dosis tunggal pada anak dengan malaria sebelum dirujuk ke pusat
pelayanan lanjutan. Data menunjukan kematian akibat malaria pada anak
menurun dengan pemberian artesunat per rektal jika waktu rujuk melebihi
6 jam.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Siahaan L. Malaria pada anak usia sekolah di kabupaten Nias Selatan. 188th ed.
Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran; 2011. p. 513-5.
Malaria. Pedoman pelayanan medis ilmu kesehatan anak. Denpasar: SMF IKA FK
UNUD/RSUP Sanglah; 2011. p. 219-23.
Laksono RD. Profi laksis malaria di perbatasan Indonesia-Timor Leste. 188th ed.
Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran; 2011.p.503-7.
WHO. Hospital care of children. 2nd ed. Geneva, Switzerland: World Health
Organization; 2013. p. 156-66.