You are on page 1of 16

BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

BAB IV
GALVANIC CORROSION
4.1. Tujuan :
1. Mengetahui dan memahami prosese terjadinya korosi galvanik
2. Mengetahui reaksi reaksi yang terjadi pada korosi galvanik
3. Mengetahui dan memahami prinsip korosi galvanik
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi korosi galvanik
5. Memahami cara pengukuran pH meter dan potensiometer pada korosi
galvanik

4.2. Dasar Teori :


Korosi galvanik atau Galvanic Corrosion adalah jenis korosi yang
terjadi ketika dua buah logam atau paduan yang berbeda, saling kontak atau
bersentuhan dalam suatu larutan elektrolit. Elektrolit dapat berupa larutan air
garam, asam atau basa. Proses korosi ini melibatkan reaksi elektrokimia oksidasi-
reduksi (redoks). Kedua logam yang berada dalam larutan elektrolit akan
membentuk sebuah sel galvanik. Logam yang memiliki nilai potensial elektroda
yang lebih rendah yaitu logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri
Elektrokimia akan menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi, sedangkan logam
yang memiliki nilai potensial elektroda lebih tinggi atau lebih mulia akan
menghasilkan reaksi katodik atau reduksi pada permukaannya.Perbedaan potensial
elektroda antara kedua logam yang membentuk sel gavanik merupakan penentu
daya dorong untuk terjadinya korosi.
Sifat korosi galvanik telah di lakukan secara luas untuk melindungi struktur
logam. Sebagai contoh struktur baja di hubungkan dengan logam seng yang
berfungsi sebagai anoda yang di korbankan (anoda tumbal). Laju korosi baja sangat
menurun karena potensial antar muka baja terpolarisasi katodik sehingga mendekati
daerah immunnya. Sebagaimana halnya korosi galvanik, potensial antar muka
setempat pada permukaan struktur yang di lindungi oleh terdistribusi secara tidak
merata. Semakin jauh jarak lokasi pada permukaan struktur yang di lindungi dari
anoda tumbal, semakin rendah arus proteksi yang dapat menjangkau lokasi tersebut.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 51


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

Oleh karena itu sebaran potensial antar muka akan menentukan letak anoda-anoda
korban yang harus di pasang.
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada
umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu
lingkungan berfungsi sebagai anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan
terkorosi akan tetapi jika keduanya dihubungkan maka Zn akan terrkorosi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan
temperature 180 oF, terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi sedangkan
Zn terlindungi. Rupanya dalam kasus ini produk korosi pada Zn bertindak sebagai
permukaan yang lebih mulia terhadap baja. Menurut Haney, Zn menjadi kurang
aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika ada ion-ion penghalang seperti
nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam air.Berdasarkan dibeberapa macam kondisi
lingkungan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Zn bersifat anodik terhadap baja pada semua kondisi
2. Al sifatnya bervariasi
3. Sn selalu bersifat sebagai katodik
4. Ni selalu bersifat sebagai katodik

Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena
tidak ada elektrolit yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda.
Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang
penggabungan dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk
mendapatkan gambaran logam-logam atau paduan-paduan yang dapat di
gabungkan untuk meminimumkan terjadinya serangan korosi galvanik, sebagai
langkah awal biasanya di perhatikan deret galvanik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik
yaitu diantaranya:

1. Lingkungan, tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari


lingkungannya. Pada umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah
dalam suatu lingkungan berfungsi sebagai anoda.
2. Jarak, laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan
kedua logam. Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 52


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

pertemuan kedua logam tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas
larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan adanya serangan korosi lokal
pada daerah dekat pertemuan logam.
3. Luas penampang, yang dimaksud dengan luas penampang elektroda
terhadap korosi galvanik adalah pengaruh perbandingan luas penampang katodik
terhadap anodik. Jika luas penampang katodik jauh lebih besar dari pada katoda.
Makin besar rapat arus pada daerah anoda mengakibatkan laju korosi makin cepat
pula. Korosi di daerah anodik akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang anodik dan katodik.
Adapun cara penanggulangan korosi galvanik yaitu:

a. Menghindari kontak antar logam yang berbeda (logamnya harus sama)


b. Mencegah kontak listrik antara 2 komponen logam
c. Penggunaan pengaruh luas permukaan
d. Menghindari daerah yang basah pada logam
e. Menghindarkan terjadinya hubungan galvanik logam, hal ini dapat
dilakukan dengan cara memilih material yang memiliki potensial yang ridak jauh
berbeda (berdekatan pada galvanik) pada saat perencanaan.
f. Mengotrol anoda, apabila hubungan galvanik tidak dapat dihindarkan maka
logam yang menjadi daerah anoda hendaknya diperluas/dibuat lebih tebal. Secara
ekonomi akan lebih baik lagi melakukan dengan membuat anoda menjadi bagian
yang mudah diganti.
g. Menghindarkan terjadinya cacat lapisan, pada pelapisan logam hubungan
galvanik akan terjadi apabila lapisannya pecah, oleh karena itu pada saat proses
pelapisan dilakukan harus dihindarkan terjadinya cacat pelapisan yang dapat
menjadi anoda yang sangat kecil.
Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi
dwilogam. Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda
dalam suatu lingkungan yang sama dan saling berhubungan.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 53


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

Gambar 4.1 Proses terjadinya korosi galvanic

Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih
rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki
potensial yang lebih tinggi. Contoh korosi galvanik misalnya pada seng terjadi
akibat perbedaan potensial lokal yang dimilikinya. Perbedaan potensial tersebut
dapat berasal dari fasa fasa, batas batas butir, impurity dan bagian bagian lain.
Dengan demikian akan terbentuk suatu anoda dan katoda lokal pada permukaan
logam tersebut. Selanjutnya terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda yan dimiliki
oleh oksidasi dari anoda lokal. Pada keadaan tertentu, misalnya seng tercelup dalam
larutan asam klorida pekat, Zn akan terkorosi maka terus sampai habis. Korosi
galvanic corrosion dipengaruhi oleh, lingkungan, jarak, area/luas
Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang
penggabungan dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk
mendapatkan gambaran logam-logam atau paduan-paduan yang dapat di
gabungkan untuk meminimumkan terjadinya serangan korosi galvanik, sebagai
langkah awal biasanya di perhatikan deret galvanik.
Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan
paduan yang terekspose ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial korosi dapat
di ukur ddengan bantuan elektroda standar (acuan). tabel I menunjukkan deret
galvanik dari logam dan paduan di dalam air laut. Logam dengan potensial yang
lebih positif biasanya di sebut lebih nobel dan akan bersifat lebih katodik bila di
hubungkan dengan logam yang potensial korosinya lebih negatif yang di sebut lebih
aktif. Logam atau paduan yang paling aktif selalu akan bersifat anodik bila kontak
listrik dengan logam atau paduan lainnya. Pemilihan paduan dengan perbedaan
potensial korosi yang minimum akan meminimumkan korosi galvanik. Sebagai
contoh korosi galvanik akan nyata (significant) bila beda potensial korosi antara

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 54


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

dua logam yang di hubungkan adalah sebesar 250 mV atau lebih. Deret galvanik
hanya memberikan informasi kecenderungan korosi galvanik dan tidak
memberikan informasi tenyang laju serangannya. Hal yang menarik dari deret
galvanik adalah tanda kurung (bracket) yang mengelompokkan logam atau paduan.
Material dalam kelompok ini mempunyai ketahanan yang hampir sama
khususnya karena kompossi dasar materialnya sama, misalnya tembaga dan paduan
tembaga. Pengelompokkan tersebut menunjukkan pada penerapan praktisnya,
bahaya korosi galvanik kecil bila logam atau paduan dalam satu kelompok di
hubungkan satu dengan lainnya.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 55


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

4.3. Metodologi Praktikum


4.3.1. Skema Proses

Persiapan alat dan bahan

Spesimen dibersihkan dengan menggunakan amplas

Kaitkan kawat tembaga pada spesimen

berat awal spesimen


Ukur dimensi dan timbang berat awal

Buat larutan NaCl 0,1 M

Celupkan spesimen pada masing masing larutan

Amati secara visual, ukur pH dan Potensial spesimen setiap 1x


24 jam selama 5 hari

Bersihkan dan keringkan

Ukur dimensi dan timbang berat spesimen akhir

Plot hasil pengamatan ke diagram pourbaix

Analisa dan pembahasan

kesimpulan

Gambar 4.2 Skema Proses Galvanic Corrosion

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 56


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

4.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Persiapan alat dan bahan
2. Spesimen dibersihkan dengan menggunakan amplas 240,600, dan 800
mesh
3. Spesimen diukur dimensinya dan ditimbang berat awal dengan
menggunakan neraca digital dan jangka sorong
4. Lilitkan kawat tembaga pada spesimen
5. Buat larutan NaCl 0,1 M
6. Celupkan spesimen ke dalam masing masing larutan sebelumnya
disemprot dengan alkohol untuk menghilangkan kotoran
7. Amati secara visual, ukur pH larutan dengan menggunakan pH meter dan
ukur potensial spesimen menggunakan potensiometer setiap 1x24 jam
selama 5 hari
8. Bersihkan spesimen dengan Aqua DM dan keringkan mengunakan tisu
9. Ukur dimensi spesimen dengan jangka sorong dan timbang berat akhir
spesimen
10. Plotkan hasil pengamatan ke diagram pourbaix
11. Analisa hasil percobaan
12. Hasil analisa disimpulkan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 57


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

4.3.2. Gambar Proses

Spesiem dibersihkan terlebih dahulu


dengan menggunakan amplas
340,600,800 mesh

Lilitkan kawat tembaga pada


spesimen

Spesimen diukur dimensi dan


ditimbang berat awal, dengan
menggunakan neraca digital dan
jangka sorong

Buat larutan NaCl 0,1 M


NaCl

Celupkan spesimen ke
larutan

NaCl

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 58


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

Ukur pH larutan dan


potensial spesimen serta
amati perubahan secara
visual 1x24 selama 5 hari

Spesimen dibersihkan
dengan aqua dm dan
dikeringkan dengan
menggunakan tisu

Spesimen diukur dimensi


dan timbang berat akhir
dengan menggunakan
jangka sorong dan neraca
digital

Gambar 4.3. Galvanic Corrosion

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 59


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

4.4. Alat Dan Bahan


4.4.1. Alat
1.Neraca digital (1buah)
2.Potensiometer (1 buah)
3.pH meter (1buah)
4.Refference electrode (1buah)
5.Gelas kimia (1 buah 600 mL)
6.Batang pengaduk (1buah)
7.Kaca arloji (1buah)

4.4.2. Bahan
1. HCl 0,1 M
2. Kawat tembaga (1buah)
3. Alkohol 96% (secukupnya)
4. Amplas (240,600,800 mesh) (1 lembar)
5. Spesimen logam baja ST-37 (1buah)

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 60


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

4.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data


4.5.1. Pengumpulan Data

Tabel 4.1. Data Awal Pengujian


Panjang
Lebar (mm) Tebal (mm) Berat
No (mm)
larutan
W0 W1 W
P0 P1 L0 L1 T0 T1
(gr) (gr) (mg)
1 NaCl 59,8 59,6 40,20 40,35 1,24 1,20 21,24 21,18 60
2 HCl 59,20 59,10 40,70 40,55 1,22 1,10 21,24 20,74 500
3 NaOH 59,50 59,85 39,74 39,8 1,10 1,20 21,28 21,28 0
4 K2CrO4 60,90 60,75 40,04 40,2 1,22 1,30 22,38 22,37 10
Aqua
5 58,90 59,20 40,92 40,95 1,14 1,10 21,41 21,31 100
DM

Tabel 4.2. Data Pengamatan Secara Visual, potensial, dan pH


Gambar intensitas dalam larutan Pengamatan
No Tanggal Potensial pH
Depan Belakang secara visual
Terdapat
endapan
Larutan
masih
berwarna
1 28-11-16 -0,61 8,31 bening
Spesimen
belum
terindikasi
akan korosi

Terdapat
endapan

2 29-11-16 -0,62 7,26 Larutan


menjadi
keruh

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 61


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

Sepseimen
terkorosi
pada bagian
depan saja

Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
3 30-11-16 -0,60 7,12 kuning keruh
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
4 1-12-16 -0,56 7,32 kuning keruh
Spesimen
terkorosi
pada bagian
depan saja
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
5 2-12-16 -0,59 7,50 kuning keruh
Spesimen
terkorosi
pada bagian
depan saja

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 62


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

4.5.2. Pengolahan Data


- Diagram pourbaix

Gambar 4.3 Diagram Pourbaix pada Larutan NaCl (korosi galvanik)

Hari pertama

Hari kedua
Hari ketiga
Hari keempat
Hari kelima
Hari ketujuh

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 63


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

Perhitungan larutan NaCl (Korosi Galvanik)


Luas penampang awal
Dik : P = 60,4 mm
L = 39,72 mm
T =1,20 mm
Dit : A0 ?
Jawab :
A0 = 2 (P x L) + 2 (P x T) + 2 (T x L)
= 2 (60,4 x 39,72) + 2 (60,4 x 1,20) +2 (39,72 x 1,20)
= 5133,79 mm2
Luas penampang akhir
Dik : P = 60,4 mm
L = 39,65 mm
T =1,2 mm
Dit : A1 ?
Jawab :
A1 = 2 (P x L) + 2 (P x T) + 2 (T x L)
= 2 (60,4 x 39,65) + 2 (60,4 x 1,2) +2 (1,2 x 39,65)
= 5038,46 mm2
Laju korosi
Dik : = 7,8 gr/cm3
A = 7,8 in2
t = 120 jam
w = 10 mg
Dit : laju korosi ?
Jawab :
534 10
Laju korosi =
7,8 7,8 120
5340
=
7300,8

= 0,73 MPY
Persamaan Reaksi
Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 64


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

4.6. Analisa Dan Pembahasan


Pada praktikum kali ini Spesimen terlebih dahulu dibersihkan dengan
menggunakan amplas dengan tujuan membersihkan kotoran berupa debu, minyak,
karat dan lainnya, sedangkan penambahan alkohol pada saat sebelum spesimen
dimasukkan kedalam larutan bertujuan untuk menghilangkan pengotor seperti
minyak dan lemak dan mempercepat reaksi. Penggunaan kawat tembaga sebagai
penghantar listrik yang baik juga mempermudah pada saat pengukuran potensial,
Serta penambahan kutek untuk mencegah terjadinya korosi galvanik antara
tembaga dan spesimen.
Mekanisme praktikum kali ini menggunakan spesimen ST-37 yang
dililitkan kawat tembaga. Prinsip dari korosi galvanik sendiri yaitu 2 logam yang
berbeda bersentuhan dan memiliki potensial yang berbeda dalam suatu larutan
elektrolit.
Li,K,Ba,Ca,Sr,Ca,Na,Mg,Al,Mn,Zn,Cr,Fe,Cd,Co,Ni,Pb,H,Cu,Hg,Ag,Pt,A
u dalam deret volta semakin kekanan maka potensialnya semakin tinggi dan susah
untuk bereaksi dan bagian sebelah kiri sangat reaktif, apabila dilihat dari deret volta
yang akan terbentuk adalah Fe karena Fe berada di sebelah kiri Cu. Fe akan menjadi
anoda atau akan bereaksi oksidasi dan Cu sebagai katoda yang bereaksi reduksi.
Selama pengamatan 5 hari, awal spesimen berwarna perak tetapi hari ke hari
warna berubah menjadi coklat, pada hari ke-2 terdapat endapan berwarna coklat
pada spesimen, begitu juga dengan larutan pada hari ke-2 larutan mulai berubah
dari warna awal bening berubah menjadi kuning keruh. Hasil yang didapat berat
awal 22,05 dan didapat berat akhir 22,04, dapat disimpulkan bahwa spesimen
mengalami degradasi.
Hasil perhitungan laju korosi didapat sebesar 0,731 MPY, jika di bandingkan
dengan laju korosi pada larutan NaCl modul 1, disimpulkan bahwa laju korosi pada
larutan NaCl modul 1 lebih korosif. Faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan
yang lebih korosif pada larutan NaCl modul 1.
Pencegahan korosi galvanik diantaranya :
Menghindari kontak logam yang berbeda (logam harus sama)
Mencegah kontak listrik antara 2 komponen logam
Menghindari daerah yang basah pada logam

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 65


BAB IV GALVANIC CORROSION Kelompok 18

4.7. Kesimpulan dan Saran


4.7.1. Kesimpulan
1. Pencegahan korosi galvanik diantaranya :
Menghindari kontak logam yang berbeda (logam harus sama)
Mencegah kontak listrik antara 2 komponen logam
Menghindari daerah yang basah pada logam
2. Berat awal = 22,05 gram
Berat akhir = 22,04 gram, disimpulkan bahwa spesimen terkorosi
3. Korosi galvanik terjadi pada logam yang kurang mulia (spesimen)
dibandingkan dengan logam yang lebih mulia (tembaga)
4. Laju korosi = 0,731 MPY

4.7.2. Saran
1. Sebaiknya, sebelum praktikum praktikan terlebih dahulu diberikan
penjelesan mengenai mekanisme dan penggunaan alat ukur

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017 66

You might also like