You are on page 1of 22

TUGAS 2

KIMIA KLINIK PRAKTEK


ANALISA SPERMA

Disusun oleh :

KELOMPOK 5 - C1 D3 Analis Kesehatan


1. Rina Cahyaningsih NIM :1163127
2. Rini Hartiningrum NIM :1163128
3. Serli Cahyaningtia NIM :1163129
4. Sholikin NIM :1163130
5. Sri Handayani NIM :1163131
6. Waljiningsih NIM :1163132
7. Yuni Tri Mujiastuti NIM :1163133

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................ i

Daftar Pustaka................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Spermatozoa................................................................................................................ 2

2.2 Struktur Sel Sperma..................................................................................................... 3

2.3 Tahap Pembentukan Sperma........................................................................................ 4

2.4 Analisa Sperma............................................................................................................ 5


2.4.1 Sampling Sperma.............................................................................................. 5
2.4.2 Tempat Penampungan Sperma.......................................................................... 6
2.4.3 Cara Penampungan Sperma............................................................................... 6
2.4.4 Waktu Pemeriksaan........................................................................................... 7
2.4.5 Pemeriksaan Parameter Sperma........................................................................ 7

2.5 Kelainan Sperma.......................................................................................................... 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 19

3.2 Saran............................................................................................................................ 19

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani Kuno yang
berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan
membentuk zigot.
Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.
Peran aktif spermatozoa adalah sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan
munculnya individu baru. Oleh karena itu, di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar
kualitas spermatozoa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sel sperma?
2. Bagaimana struktur sel sperma ?
3. Bagaimana proses spermatogenesis ?
4. Bagaimana pemeriksaan laboratorium analisis pada sperma?
5. Bagaimana kelainan pada sel sperma?

1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian dari sel sperma.
2. Dapat menjelaskan struktur sel sperma.
3. Dapat menjelaskan proses spermatogenesis.
4. Dapat menjelaskan tentang pemeriksaan laboratorium analisis pada sperma
5. Dapat menjelaskan tentang kelainan-kelainan pada sel sperma.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Spermatozoa

1
Pengertian Sperma
Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Sel ini mempunyai
ukuran panjang keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala,
bagian tengah (leher) dan ekor.Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5 mikrometer, lebar 2.5 - 3.5
mikrometer, dengan rasio antara panjang dan lebar yaitu 1.50 - 1.75. Spermatozoa atau sperma
dihasilkan oleh testis, sedangkan cairan seminal diproduksi oleh kelenjar tambahan di sepanjang
saluran reproduksi pria, yaitu kelenjar vesikula seminalis, prostat, kelenjar bulbo
urethralis (Cowpers) dan kelenjar urethra (Littres), (Anonim, 2009).

Pematangan Sperma
Setelah terbentuk dalam tubulus seminiferus sperma membutuhkan waktu beberapa hari
untuk melewati epididimis yang panjangnya 6 meter. Sel-sel Sertoli dan epitel epididimis
menyekresikan suatu cairan makanan khusus yang diejakulasikan bersama dengan sperma. Cairan
ini mengandung hormon (baik testosteron maupun estrogen), enzim-enzim, dan nutrisi khusus
yang mungkin penting atau bahkan sangat penting untuk pematangan sperma. Aktivitas sperma
sangat ditingkatkan dalam medium netral dan sedikit basa tetapi akan sangat ditekan dalam
medium yang agak asam.

Penyimpanan Sperma
Kedua testis dari seorang manusia dewasa muda dapat membentuk kira-kira 120 juta sperma
setiap harinya. Sejumlah kecil sperma disimpan dalam epididimis, tetapi sebagian besar sperma
disimpan dalam vas diverens dan ampula ves diverens. Sperma dapat disimpan dan
mempertahankan fasilitasnya dalam duktus genitalis paling aktif selama satu bulan. Selama waktu
ini, sperma disimpan dalam keadaan inaktif yang sangat ditekan karena banyak bahan
penghambat dalam bahan sekresi duktus. Sebaliknya, dengan aktivitas seksualitas yang tinggi,
penyimpanan yang paling lama tidak lebih dari beberapa hari. Walaupun sperma dapat hidup
selama beberapa minggu dalam duktus genitalis testis, hidup sperma pada traktus genetalia wanita
hanya 1 sampai 2 hari.

Komposisi Sperma
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian yaitu
plasma sperma (plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar prostat, vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa
dihasilkan oleh aktivitas tubuli seminiferus.

Analisa Sperma

2
Analisa sperma adalah suatu pemeriksaan laboratoris yang penting untuk menilai fungsi
organ reproduksi pria. Dari hasil analisa sperma dapat memberikan kualitas informasi yang
banyak kepada kita tentang keadaan testis baik kuantitas maupun kualitas spermatozoanya, fungsi
sekretoris kelenjar seks aksesori pria (baik kelenjar prostat, vesikula seminalis, parauretra littre &
cowpri), juga epididimis maupun kemungkinan adanya kesalahan fungsi seksual.
Analisa sperma merupakan pemeriksaan yang relatif sederhana dan tidak hanya diperlukan
dalam masalah penanganan infertilitas saja, tetapi juga dalam hal-hal lain seperti post vasektomi,
hernia inguinalis, gangguan desensus testis, pra klinefelter, kasus-kasus medikolegal, beberapa
keluhan seksual, dan sebagainya.

2.2 Struktur Sel Sperma


Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami
pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium, spermatosit
primer dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi
spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan
ekor (Anonim, 2009).
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor
(flagellata).Kepala sperma mengandung nukleus.Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom
yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisanlapisan sel telur pada waktu
fertilisasi.Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai
sumber energi untuk pergerakan sperma.Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak (Anonim,
2009).
1. Kepala
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3
mikron dan tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat
penurunan ayah. Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian
anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang
menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik
antara lain: hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam hidrolase dan Corona
Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk penembusan ovum (sel telur) pada
proses fertilisasi (Anonim, 2009).
2. Ekor
Ekor dari sel sperma dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Bagian tengah (midpiece)
2) Bagian utama (principle piece)
3) Bagian ujung (endpiece).

3
Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter yang makin ke ujung
makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung 0,1 mikron. Panjang bagian tengah: 5-7 mikron,
tebal 1 mikron; bagian utama panjang 45 mikron, tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang
4-5 mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya
tetapi harus dengan mikroskop electron (Anonim, 2009).

2.3 Tahap Pembentukan Sperma


Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif
sebagai akibat dari rangsangan hormon gonadotropin hipofisis anterior dimulai rata-rata pada usia
13 tahun dan berlanjut sepanjang hidup.

Proses pembentukan sel sperma melalui 3 fase yaitu fase pertumbuhan, fase pembelahan
dan fase diferensiasi.
1. Fase Pertumbuhan
Pada fase pertumbuhan selsel calon indung sperma tumbuh, membesar dan
berduplikasi.Pada fase ini juga terjadi penambahan materi inti, sintesis DNA dan sintesis
organel sel. Fase ini juga disebut fase persiapan sebelum melakukan pembelahan. Akhir dari
fase pertumbuhan terbentuklah spermatogonium (sel induk sperma) yang sudah siap untuk
melakukan pembelahan (Anonim, 2009).
2. Fase Pembelahan
Tiap spermatogonium yang sudah terbentuk akan mengalami proses pembelahan.
Spermatogonium yang terbentuk akan menjadi spermatosit primer.Spermatosit primer inilah
yang akan mengalami pembelahan. Pembelahan yang tejadi adalah pembelahan meiosis, yaitu
pembelahan yang terjadi pada pembentukan gamet yang bertujuan untuk mereduksi jumlah
kromosom. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I membentuk 2 buah
spermatosit sekunder. Jumlah kromosom sel spermatosit sekunder adalah setengah dari sel
spermatosit primer. Pembelahan belum selesai, speratosit sekunder yang tebentuk akan segera
mengalami pembelahan menjadi 4 buah spermatid. Spermatid inilah sel yang akan menjadi sel
sperma.

4
3. Fase Diferensiasi
Spermatid yang terbentuk pada fase pembelahan harus mengalami perubahan agar
mampu berenang mencari letak sel telur.Bentuk awalnya yang hanya berbentuk bulatan dirasa
tidak mungkin mampu mencapai sel telur. Maka dari itu , spermatid harus mengalami
diferensiasi menjadi selsel sperma yang siap untuk membuahi sel telur. Setelah proses
diferensiasi, terbentuklah 4 buah sel sperma aktif yang strukturnya sudah berubah. Kini
sperma berbentuk seperti seekor berudu, dengan bentuk kepala seperti mata panah dan
berekor panjang.Tentu saja bentuk seperti ini dimaksudkan agar sel sperma bisa dengan
mudah berenang mencapai sel telur.Selain itu pada bagian kepala terdapat organel aparatus
Golgi yang berfungsi pada saat penetrasi (Anonim, 2009).
Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari. Siklus spermatogenesis
berlangsung ratarata 74 hari.Artinya, perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa
matang memerlukan waktu ratarata 74 hari.Sementara itu pemasakan spermatosit menjadi
sperma memerlukan waktu dua hari. Proses pemasakan spermatosit menjadi sperma
dinamakan spermatogenesis dan terjadi di dalam epididimis (Anonim, 2009).

2.4 Analisa Sperma


2.4.1 Sampling Sperma
1) Masturbasi
Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma,
biasanya dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan
suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika
menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain.
2) Coitus Interuptus (CI)
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan
sebab :
Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak
mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke
vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.
3) Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan.
Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan
yang dapat mematikan sperma
4) Reflux poscital

5
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma
tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam
volume konsentrasi dan viskositas.
5) Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum,
disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya
yang keluar adalah cairan prostat.

2.4.2 Tempat Penampung Sperma


Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut tidak mengandung
spermatotoxic. Sperma sangat tidak dianjurkan ditampung pada tempat-tempat yang
terbuat dari :
1) Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga
pergerakannya tergaggu.
2) Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga
sperma akan rusak.
3) Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang
bersih, tidak mengandung spermatotoxic. Syarat tempat penampung sperma :
Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat dari
bahan yang tidak bereaksi apa-apa.
Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis.
Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi
Ukuran tempat penampung sperma 50 ml 100 ml.

2.4.3 Cara Penampungan Sperma


Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Melakukan abstinensia selam 3 5 hari, paling lama selama 7 hari.
2) Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di
laboratorium. Bila tidak mungkin,harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari
saat dikeluarkan.
3) Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril
(jangan sampai tumpah), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang
bersangkutan.
4) Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada
petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2

6
kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup
karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu.
5) Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak
mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan
jangan ada yang tumpah.
6) Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom.

2.4.4 Waktu pemeriksaan


Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat
pengeluaran sperma dan lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat pula ditetapkan.
Hal ini tergantung dari kesiapan pasien dan kesiapan laboratorium. Kalau syarat-syarat
serta semua persiapan baik penderita maupun laboratorium telah dipenuhi, maka
pengeluaran sperma dapat dilakukan.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya
diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh
didinginkan dibawah 20C atau dipanaskan diatas 40C, oleh karena kedua hal ini dapat
mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.

2.4.5 Pemeriksaan Parameter Sperma


A. Pemeriksaan Makroskopis
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah penampung
Ada/tidaknya koagulum
Warna sperma
Bau sperma
Proses likuefaksi sperma
Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut :
Volume sperma
pH sperma
Kekerasan dan warna sperma
Viskositas sperma

1. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
a. Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar
untuk sekali ejakulasi
b. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
c. Kemudian baca hasil.

7
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa
lain volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang
lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut
Hypospermia.

Hypospermia disebabkan oleh :


Ejakulasi yang berturut-turut
Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
Penampung sperma tidak sempurna

Hyperspermia disebabkan oleh :


Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
Minum obat hormon laki laki.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika
seminalis.

2. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk
mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu
penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara kerjanya :
a. Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol
penampung,
b. Baca hasil.

Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 7,8.
pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena
akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan
dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh
kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan
sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar
prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu
dan rusak.
3. Bau Sperma

8
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik.Baunya
Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin
alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya :
a. Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
b. Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
c. Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor / kaporit.

4. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang
normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak
keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat
menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan
menyebabkan sperma berwarna kemerahan.
Cara kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar
belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup.

5. Liquefection
Liquefaction di check 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat
dilihat dengan jalan melihat coagulumnya.Bila setelah 20 menit belum homogen
berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek).Bila sperma yang baru
diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena
saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika
seminalis.

6. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma
sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif :
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.
Cara Pipet Elliason :
Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering.
Mengukur vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan

9
sperma dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari.
Setalah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan
pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma
normal < 2 detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya.
Hal ini mungkin disebabkan karena :
Spermatozoa terlalu banyak
Cairannya sedikit
Gangguan liquedaction
Perubahan komposisi plasma sperma
Pengaruh obat-obatan tertentu.

7. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati
fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena
Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
Kelainan pada kelenjar vesika seminalis

Cara pemeriksaan fruktosa :


a. 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% )
campur sampai rata.
b. Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
c. Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah
coklat atau merah jingga.
d. Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
e. Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada
sperma azoospermia

B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai. Sebelum
pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk
pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 3 mm, diletakan
diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah
itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.
1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan
perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran

10
yang akan digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis
morfologi.
Cara Pemeriksaanya :
a. Aduk sperma hingga homogen
b. Diambil 1 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup
dengan cover glass(ukuran standar)
c. Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X
d. Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang
I = 10 Spermatozoa
II = 5 Spermatozoa
III = 7 Spermatozoa
IV = 8 Spermatozoa
Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 10 spermatozoa perlapang
pandang. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti
perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 5 10 juta/ml.

Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang)


Misalnya Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200
spermatozoa. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti
perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml.

Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak


usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan
reagensia, bila didapatkan nol spermatozoa disebut Azoospermia. Azoospermia
dapat disebabkan oleh karena :
Testisnya kecil atau rusak
Salurannya testis buntu (obstruksi)
Vasectomy bila diperlukan untuk check up, apabila Azoospermia, ini
menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan ini sangat
menggembirakan pasien
Over dosis Androgen dan corticosteroid

2. Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan
spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa
setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga

11
spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah
ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka :
Spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
PH dan bau mungkin akan berubah

Spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus,
gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain
Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa
tidak bergerak Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25
OC).

Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih


spermatozoa menunjukkan pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang
cukup baik atau sangat baik (grade II/III). Gradasi menurut W.H.O. untuk
pergerakan spermatozoa adalah sebagai berikut :
0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan
1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat
2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat
3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat

Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut
astenik. Istilah yang digunakan adalah Astenozoospermia. Bila sperma immotil
>50 % maka dilakukan uji viabilitas. Spermatozoa disebut mempunyai kualitas
bentuk yang cukup baik bila 50% spermatozoa mempunyai morfologi normal.
Pemeriksaan morfologi men-cakup bagian kepala, leher dan ekor dari
spermatozoa. Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka
keadaan ini di sebut teratozoospermia.
Perhitungan :
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang
bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik misal :
Yang tidak bergerak = 25%
Yang bergerak kurang baik = 50%
Yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5
misalnya : 10%,15%, 20%). Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui viabilitas sperma

12
(banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa yang tidak bergerakpun
kemungkinan masih hidup. Sebab menurunnya motilitas spermatozoa :
Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.
Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.

3. Perhitungan Jumlah Sperma


Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan
metode hemositometer atau electronic coulter counter. Metode hemositometer
lebih sering digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa
yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang
memerlukan penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini
dipergunakan di sebagian besar negara. Sperma yang telah diaduk dengan baik
diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100 tergantung pada perkiraan jumlah
spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer berisi 50 gr
NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan aquadestilita
sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila dipergunakan mikroskop fase
kontras. Perlu digunakan 2 pengenceran untuk setiap sperma. Meskipun sering
digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai alat
pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran dipergunakan
pipet mikro modern (10, 50, 100 atau 200ul). Sperma yang diencerkan harus
diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung
Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup. Hemositometer ini diletakan
kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel mengendap
kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dan
pembesaran 100 atau 100X spermatozoa (sel benih yang matang yang
mempunyai ekor yang dihitung). Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua
pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10 % pada sperma yang mempunyai
densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi (> 60
juta/ml).
Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah
spermatozoa/ml sperma. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah
spermatozoa dalam ejakulat. Prosedur perhitungan spermatozoa dengan
menggunakan hemositometer (kamar hitung Neubauer) adalah sebagai berikut :
Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang
saja (tidak perlu 4 bidang)

Perhitungan :

13
Luas = 1 mm2
Tinggi = 0,1 mm
Vol = 0,1 mm3
Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 x pengenceran x N = 10 x N x
pengenceran = 10 N x Pengenceran /mm3
Jumlah spermatozoa / cc = 10 N x Pengenceran x 1000
N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak.

4. Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan
dengan cara : Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5
menit, lalu di fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian
selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna
yang lain menurut kesukaan sendiri.

Spermatozoa Normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


Kepala : bentuk oval, batas teratur, mempunyai tepi akrosom yang
menutupi > 1/3 permukaan kepala. Panjang = 3-5 U dan lebar = 2-3 U.
Leher (neck mid-piece) : ramping, lurus, dan batas teratur. Panjang = 7-8
U dan lebar < 1 U.
Ekor (tail) : ramping (tak tergulung), elegant, batas teratur, panjang
minimal 45 U.
Tanpa adanya Cyptoplasmic-droplet.

Spermatozoa Abnormal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


1) Kepala
Pyroform yaitu kepala berbentuk seperti bola lampu / tetesan air mata
dengan ukuran kepala yang normal.
Tapering / lepto / lisong yaitu kepala berbentuk seperti cerutu dengan
panjang > 7 U dan lebar < 3 U.
Pinhead yaitu kepala berbentuk seperti jarum pentul.
Terato / amorphus yaitu kepala berbentuk aneh sehingga tidak dapat
dikelompokkan.
Macro yaitu kepala dengan ukuran yang lebih besar dari normal dan
batas tidak teratur.
Micro : yaitu kepala dengan ukuran yang lebih kecil dari normal dan
batas tidak teratur.

14
Double/duplicated yaitu kepala berjumlah dua dengan bentuk dan ukuran
yang bermacam-macam. Bagian tengah tidak normal (tidak lurus)
sedangkan ekornya tampak kurang jelas.
2) Leher (neck mid-piece)
Adanya defek berupa leher yang lebih tebal atau patah.
3) Ekor (tail)
Ekor dapat berbentuk bengkok, ganda, pendek, patah, coiled (melingkar).
4) Cyptoplasmic droplet
Yaitu sisa cyptoplasma yang melekat pada bagian antara kepala leher atau
pada bagian proksimal dari ekor. Ukuran lebih kurang 1/2 besar kepala
normal.
Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik
Banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek
Banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan. Misalnya : radang
varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.
5) Lekosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin,
misalnya 3 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat
hubunganya dengan infeksi organ organ spermiogenesis.

Penilaian dari 3 parameter yaitu motilitas, konsentrasi (jumlah), dan


morfologi spermatozoa
1) Normozoospermia : Motilitas, konsentrasi, dan morfologi spermatozoa
dengan hasil normal.
2) Oligozoospermia : Konsentrasi spermatozoa < 20 juta/mL
3) Asthenozoospermia : Motilitas A dan B < 50% dan atau motilitas A <25%
4) Teratozoospermia : Morfologi sperma normal < 30%
5) Oligoasthenoteratozoospermia : Ditemukan kelainan pada ketiga variabel
zoospermia, yaitu konsentrasi, motilitas dan morfologi (kombinasi yang
terdiri dari 2 kelainan, hanya 2 awalan dapat dipakai), seperti :
Oligoasthenozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan motilitas
Oligoteratozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan morfologi
Asthenoteratozoospermia : kelainan dari motilitas dan morfologi
Azoospermia : Tidak ada spermatozoa dalam ejakulat
Cryptozoospermia : Jika ada spermatozoa yang tersembunyi
Nekrozoospermia : Jika spermatozoa 100% mati, diam tidak bergerak
(None 100% dengan Vitalitas/Viabilitas 0%)

15
C. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal
fruktosa adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis

Cara pemeriksaan Fruktosa :


Regensia :
1) Larurtan Ba(OH)2 0,3N
2) Larutan Zn SO4 0,175M
3) Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.
4) Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2
%
5) Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml.
Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.

Prosedur Kerja :
a. Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu
mengencerkan 0.1 ml mani dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan
Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian dicentrifuqe.
b. Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko)
Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1
Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa
Tabung B diisi 2 ml aquadest
c. Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl
d. Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit
e. Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer
f. Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl

Kadar Fruktosa sperma normal : 120 450 mg/dl

2.5 Kelainan Sperma


2.5.1 Jumlah Sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan
semen.Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. Cairan semen ini berwarna putih
mutiara dan berbau khas langu dengan pH 7-8. Volume cairan semen dianggap rendah

16
secara abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga dianggap
abnormal. Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa merupakan penentu
keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20
juta/ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau
bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali (azoospermia), (Tri Bowo, 2011).
Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat zat-zat lain yang berasal
dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria.Zat-zat itu berfungsi menyuplai makanan dan
mempertahankan kualitas spermatozoa sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk ke
dalam saluran reproduksi wanita, (Tri Bowo, 2011).

2.5.2 Kelainan Bentuk (Morfologi)


Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong.Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor.
Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan
sperma. Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma mencapai sel telur (Tri Bowo, 2011).

2.5.3 Pergerakan Lemah


Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan panjang.Ini
pun menjadi penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak
dibarengi pergerakan yang normal, membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur.
Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat, bisa mencapai sel
telur (Tri Bowo, 2011).Kasus lemahnya pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap
dijumpai.Adakalanya spermatozoa mati (necrozoospermia). Gerakan spermatozoa dibagi
dalam 4 kategori, yaitu:
1) Bergerak cepat dan maju lurus
2) Bergerak lambat dan sulit maju lurus
3) Tak bergerak maju (bergerak di tempat)
4) Tak bergerak

Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a lebih besar
atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama dengan 50%. Spermatozoa
yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam
keadaan tertentu, spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain, dan tak
bergerak.Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi. Aglutinasi dapat terjadi karena
terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel sperma.

2.5.4 Cairan Semen Terlalu Kental


Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma sulit
bergerak.Pembuahan pun jadi sulit karena sel sperma tak berhasil mencapai sel telur.
Pada kasus normal, saat diejakulasikan, cairan semen dalam bentuk yang kental akan
mencair (liquifaksi) antara 15-60 menit.

2.5.5 Saluran Tersumbat

17
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran yang sangat
halus.Jika saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak bisa keluar.Umumnya hal ini
disebabkan trauma pada benturan.Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan alat
kelamin sehingga menyuburkan kehidupan virus atau bakteri.

2.5.6 Kerusakan Testis


Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti
gondongan, gonorrhea,sifilis, dan sebagainya. Untuk diketahui, testis merupakan pabrik
sperma. Dengan demikian kesehatannya harus dijaga karena testis yang sehat akan
menghasilkan sperma yang baik secara kualitas dan kuantitas. Testis ini sangat
sensitif.Mudah sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor luar.Jika testis terganggu, produksi
sperma bisa terganggu.Mungkin saat berhubungan, pria tetap mengeluarkan
sperma.Hanya saja tanpa sel sperma (azoospermia), (Tri Bowo, 2011).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Sel ini mempunyai ukuran panjang keseluruhan
50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah (leher) dan
ekor.Kepala sperma mengandung nukleus.Bagian ujung kepala atau pada bagian anterior kepala
spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga
bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik.Ekor dibedakan atas 3 bagian
yaitu bagian tengah (midpiece), bagian utama (principle piece), bagian ujung (endpiece). Proses

18
pembentukan sel sperma atau spermatogenesis dilakukan melalui 3 fase yaitu fase pertumbuhan,
fase pembelahan, dan fase diferensiasi.

3.2 Saran

Sebaiknya seorang laki-laki tetap menjaga tingkat kesuburan alat reproduksinya dengan tidak
mengenakan celana ketat agar tidak meningkatkan suhu disekitar selangkangan yang berdampak
pada fungsi pembentukan spermatozoa.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Spermatogenesis (https://en.wikipedia.org/wiki/Spermatogenesis)
2. Proses Pembentukan Sel Sperma (Spermatogenesis) pada Pria / Manusia
(http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/proses-pembentukan-sel-sperma-
spermatogenesis-pada-pria-manusia.html)
3. Spermatogenesis (https://intanriani.wordpress.com/pembentukan-gamet-jantan-
spermatogenesis/)
4. SPERMATOGENESIS (PROSES PEMBENTUKAN SPERMA)
(http://www.ilmuternak.com/2015/04/spermatogenesis-proses-pembentukan-sperma.html
5. http://www.atlm.web.id/2014/11/makalah-sperma.html
6. http://anggraheniheksaningtyas.blogspot.co.id/2011/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
7. Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989
8. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1995

You might also like