You are on page 1of 3

Angkatan Darat telah menerima 37 sistem self-propelled CAESAR kaliber 155mm /

52 yanag dibangun Nexter Prancis.


Sistem ini ditempatkan pada chassis Renault Trucks Defense Sherpa (66) dan di TNI AD
dikerahkan dengan dua resimen masing-masing memiliki 18 sistem, ditambah satu untuk
pelatihan.
Jangkauan maksimum tergantung pada kombinasi proyektil 155mm dan kekuatan, jika
menembakkan proyektil high-explosive (HE) base bleed (BB) 55mm, jangkauan maksimum
bisa 39km.
Sementara jika menggunakan proyektil HE extended range full bore BB (ERFB BB) bisa
mencapai jangkauan maksimum 42km.
Selain proyektil HE, berbagai proyektil 155mm lainnya bisa dipecat, termasuk asap,
illuminating dan proyektil yang menyerang dari atas dan membawa dua peledak Nexter
Munitions Bonus.
CAESAR juga telah bisa menembakkan amunisi presisi dipandu M982 Excalibur 155mm
yang dibangun AS Raytheon. CAESAR total membawa 18 x 155mm proyektil, modular
artillery charges dan fuzes.
Selain digunakan oleh Indonesia, CAESAR juga digunakan Prancis (77), Saudi Arabia (136)
dan Thailand (enam).
Sementara Prancis, Indonesia dan Thailand menggunakan chassis truk Sherpa (66), National
Guard Saudi Arabia menggunakan cross-country chassis UNIMOG Jerman (66).
Sebagaimana dilaporkan IHS Janes Rabu 3 November 2016, Baru-baru ini, Nexter Systems
telah mengembangkan CAESAR dalam konfigurasi 88, yang menggunakan chassis Tatra
yang memiliki tingkat mobilitas yang lebih tinggi, pasokan amunisi meningkat menjadi 30 x
155mm proyektil, dan sistem penanganan amunisi untuk mengurangi kelelahan.
Indonesia juga telah menerima pengiriman 36 AVIBRAS Artillery Saturation Sistem Rocket
(Astros) Brasil yang terpasang pada chassis Tatra (66).
Indonesia juga tertarik untuk mengakuisisi hingga 40 sistem artileri tracked Surplus seri
M109 155mm untuk lebih meningkatkan kemampuan tembakan.

kementerian Pertahanan Indonesia dikabarkan telah mengakuisisi sistem pertahanan udara


jarak pendek Thales ForceSHIELD (integrated air defence system/IADS), Thales Group
mengabarkan di laman resminya pada 15 Januari 2014.

Kontrak disebutkan senilai lebih dari USD 163,4 juta (sekitar 1,97 triliun rupiah).
Berdasarkan kontrak tersebut, Thales yang beroperasi di Inggris dan Prancis akan melengkapi
lima baterai TNI AD dengan sistem pertahanan udara ForceSHIELD, yang terdiri dari rudal
pertahanan udara jarak pendek STARStreak, sistem radar CONTROLMaster200 dan sistem
koordinasi senjata, RAPIDRanger mobile weapon system, Lightweight Multiple Launcher
(LML) system, STARStreakman-portable surface-to-air missile (SAM) system, serta
perangkat komunikasi terkait, pelatihan dan peralatan pendukung lainnya.
Kesepakatan yang diumumkan ini merupakan gabungan dari dua kontrak, kontrak pertama
terjadi pada November 2011 yang mana Indonesia memperoleh lima baterai pertama.

Sistem pertahanan udara ForceSHIELD merupakan modifikasi dan gabungan berbagai


peralatan seperti radar, komunikasi, sistem kontrol tembak dan keterlibatan, serta peluncur
dan rudal. Memberikan kemampuan efektif bagi operator dalam hal ini TNI AD dalam
mengatasi ancaman udara asimetris dan konvensional.

CONTROLMaster200 terdiri dari radarsolid-state generasi terbaru, yang mampu mendeteksi


dan melacak 200 target secara simultan pada ketinggian hingga 25.000 meter di rentang
hingga 250 kilometer. Dikombinasikan dengan CONTROLView engagement control
system yang akan mengevaluasi ancaman, dan mengkoordinasi manajemen tempur - untuk
cepat mengambil keputusan yang komplek dan kritis dengan tingkat presisi dan keamanan
yang lebih baik.

RAPIDRanger merupakan kendaraan peluncur ringan dan sistem kontrol tembak yang unik,
dapat diintegrasikan dalam struktur jaringan dan dikoordinasikan dengan berbagai sistem
kontrol dan komando. Kendaraan penampilannya mirip dengan Humvee Amerika Serikat.
Dilengkapi dengan empat tabung rudal STARStreak jarak pendek berkecepatan tinggi,
RAPIDRanger mampu mengatasi berbagai ancaman udara seperti pesawat serangan darat,
helikopter serang, UAV dan rudal jelajah.

Rudal STARStreak mampu terbang di kecepatan Mach 3 (3.675 km/jam) untuk mengatasi
ancaman yang bergerak cepat dan waktu melintas yang pendek. Sekaligus menjadi rudal
jarak pendek permukaan ke udara yang tercepat di dunia. Konfigurasi three-dart pada rudal
STARStreak menjadikan rudal ini sangat akurat dan mematikan dengan bimbingan laser, juga
memungkinkan untuk terlibat dengan target yang minim terdeteksi radar dan yang kebal
terhadap semua jenis usaha pertahanan udara umum saat ini.

You might also like