You are on page 1of 17

PENILAIAN STATUS GIZI

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH KESEHATAN


(Focus Group Discusssion)

Dosen Pembimbing :
Ratih Putri Damayati, S.Gz, M.Si
Golongan : C
Kelompok : 4
Anggota :
1. Sarah Shintyane Kahfi (G42161679)
2. Qomariana Like Yuliatiningsih (G42161695)
3. Reta Qoirin Nisah (G42161697)
4. Dini Eka Putri Marwani (G42161721)
5. Fatimah ZukaA (G42161734)
6. Diajeng Meidia Damaris (G42161743)
7. Ayu Kusumaning Dewi (G42161753)

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai Focus Group Discussion (FGD)
saat ini sangat populer dan banyak digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam
penelitian sosial. Pengambilan data kualitatif melalui FGD dikenal luas karena kelebihannya
dalam memberikan kemudahan dan peluang bagi peneliti untuk menjalin keterbukaan,
kepercayaan, dan memahami persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki informan.

Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi karena FGD memang tidak
bertujuan menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski demikian, arti penting
FGD bukan terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada kedalaman informasinya.
Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat
seseorang atau kelompok. FGD merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang
secara teori mudah dijalankan, tetapi praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang
tinggi. Pada kali ini kita memilih tema kehamilan remaja dengan metode pengumpulan data
menggunakan Focus Group Discussion (FGD)

Masa remaja merupakan masa peralihan/masa transisi yaitu dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa mandiri. Kehamilan merupakan hal yang diinginkan setiap wanita yang
sudah menikah. Tetapi mungkin juga bisa dianggap malapetaka apabila kehamilan itu sendiri
tidak/belum diinginkan. Program pendidikan seks di sekolah berperan besar di kalangan
remaja. Tanpa adanya pengetahuan yang cukup bagi remaja, maka remaja dapat terjun ke hal-
hal yang tidak semestinya seperti seks bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan remaja.
Para psikolog menyatakan bahwa masa remaja adalah masa stres emosional yang dapat
mengakibatkan perubahan psikologis dan fisiologis yang cepat. Sejumlah bayi di panti
asuhan diyakini hasil dari kehamilan remaja.
Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan
hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan tema
untuk Hari Kependudukan Dunia yaitu Kehamilan Remaja. Hal ini menandakan kasus
tersebut perlu diperhatikan oleh seluruh warga dunia. Secara global, diperkirakan bahwa 16
juta anak perempuan berusia 15-19 tahun melahirkan setiap tahun (WHO, 2012). Kejadian
kehamilan remaja banyak terjadi di negara dengan penghasilan rendah dan menengah,
termasuk Indonesia. Di Indonesia jumlah remaja berusia 15-19 tahun menurut Badan Pusat
Statistik, sebesar 20,9 juta atau 9 % dari total penduduk (BPS, 2010).
Masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan pada remaja makin meningkat
dan menjadi masalah. Terdapat dua faktor yang mendasari perilaku seks pada remaja.
Pertama, harapan untuk kawin dalam usia yang relatif muda (20 tahun). Kedua, makin
derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja terutama remaja
di daerah perkotaan yang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pra nikah
dimana pada akhirnya memberikan pada dampak terjadinya penyakit hubungan seks dan
kehamilan diluar kehamilan remaja
Pada akhirnya, masalah kehamilan remaja mempengaruhi diri remaja itu sendiri dari
masyarakat mereka mendapat pandangan telah berperilaku di luar normal dan nilai-nilai yang
wajar, sehingga memberikan konflik kepada mereka seperti masalah putus sekolah,
psikologis, ekonomi dan masalah dengan keluarga serta masyarakat disekitarnya.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kehamilan remaja


2. Untuk mengetahui faktor terjadinya kehamilan remaja
3. Untuk mengetahui dampak kehamilan remaja
4. Untuk pencegahan kehamilan remaja
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Focus Group Discussion (FGD) merupakan suatu metode diskusi yang dilakukan
secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. FGD adalah proses
pengumpulan data dan informasi yang sitematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang
sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Pengertian FGD mengandung memiliki beberapa kata kunci :
1. Diskusi (bukan wawancara atau obrolan)
2. Kelompok (bukan individual)
3. Terfokus atau terarah (bukan bersifat bebas)
FGD dapat dipertimbangkan untuk digunakan apabila :
1. Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan
pengalaman yang dimiliki informan.
2. Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif diantara kelompok atau
kategori masyarakat.
3. Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari penelitian kuantitatif
yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan berimplikasi luas.
4. Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi dengan mendengar
pendapat langsung dari subyek penelitiannya.
Namun demikian, FGD sebaiknya tidak digunakan sebagai metode dalam penelitian
sosial apabila :
1. Peneliti ingin memperoleh konsensus dari masyarakat atau peserta.
2. Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta.
3. Peneliti akan mengajukan pertanyaan yang bersifat sensitive yang tidak akan bisa
dibagikan dalam sebuah forum bersama kecuali jika pertanyaan tersebut diajukan secara
personal antara peneliti dan informan.
4. Peneliti tidak dapat menjamin kerahasiaan informasi yang bersifat sensitive
5. Ada metode lain yang dapat menghasilkan informasi yang lebih baik.
6. Ada metode lain yang lebih efisien dan dapat menghasilkan informasi yang sama, karena
metode FGD membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu antara 1-3 jam.
Persiapan dan Desain FGD
Sebagai suatu metode penelitian, FGD memerlukan suatu perencanaan yang matang,
antara lain :
1. Membentuk tim atau kelompok.
Tim FGD pada umumnya meliputi : moderator, asisten moderator, notulen, penghubung
peserta, penyedia logistik, dokumentasi, dll.
2. Memilih dan mengatur tempat.
FGD sebaiknya dilaksanakan ditempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising,
berventilasi cukup, dan bebas dari gangguan. Selain itu, posisi tempat duduk peserta
diatur dalam setengah atau tiga perempat lingkaran dengan posisi moderator sebagai
fokusnya.
3. Penyiapan logistik.
Logistic merupakan keperluan teknis yang diperlukan sebelum, selama, dan sesuadah
FGD berlangsung. Logistik umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi, dan
kebutuhan peserta (transportasi, alat ibadah, makanan, minuman, insentif, dll).
4. Menentukan jumlah peserta.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan peserta :
Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan tujuan awal
diadakan FGD.
5. Melakukan rekruitmen peserta (homogen atau heterogen).

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan rekruitmen peserta,
antara lain :
1. Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan tujuan awal
diadakan Focus Group Discussion (FGD).
2. Pertimbangan persoalan homogenitas dan heterogenitas melibatkan variabel tertentu yang
diupayakan untuk homogen atau heterogen. Variabel sosial ekonomi atau gender dapat
heterogen tetapi peserta harus memahami masalah yang didiskusikan.
3. Dalam memahami masalah makro (krisis ekonomi atau bencana alam besar), FGD dapat
dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial ekonominya, akan tetapi
dalam persoalan spesifik sebaiknya peserta lebih homogen.
4. Semakin heterogen peserta maka semakin sulit untuk menganalisa hasil FGD karena
variasinya terlalu besar.
5. Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas atau heterogenitas adalah ciri-ciri
mana yang harus boleh atau tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang harus atau tidak
boleh homogen.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan
Pokok bahasan : Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan
Acara praktikum : Focus Group Discussion (FGD)
Tempat : Laboratorium Pendidikan Gizi
Hari/Tanggal : Senin, 25 September 2017
Alokasi waktu : 1 x 2 jam (120 menit)
Dosen Pembimbing : Ratih Putri Damayati, S.Gz, M.Si

3.2. Alat dan Bahan


Beberapa kebutuhan yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan praktikum ini,
antara lain:

1. Buku kegiatan praktek mahasiswa (BKPM) Pendidikan dan Konsultasi Gizi Dasar
2. Kertas HVS atau Polio
3. Seperangkat alat tulis

3.3. Prosedur Kerja

Mahasiswa bekerja secara kelompok.

Melakukan diskusi dengan metode Focus Group Discussion (FGD)

Membuat laporan praktikum.


3.4 Langkah-Langkah dalam Persiapan dan Design FGD
1. Membentuk tim/ kelompok.
Tim FGD pada umumnya meliputi: moderator, asisten moderator, notulen,
penghubung peserta, penyedia logistik, dokumentasi, dll.
2. Memilih dan mengatur tempat.
FGD sebaiknya dilaksanakan di tempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising,
berventilasi cukup, dan bebas dari gangguan. Selain itu, posisi tempat duduk
peserta diatur dalam setengah atau tiga perempat lingkaran dengan posisi
moderator sebagai fokusnya.
3. Menyiapkan logistik.
Logistik merupakan keperluan teknis yang diperlukan sebelum, selama, dan
sesudah FGD berlangsung. Logistik umumnya meliputi peralatan tulis (ATK),
dokumentasi, dan kebutuhan peserta (transportasi, alat ibadah, makanan,
minuman, insentif, dan lain-lain).
4. Menentukan jumlah peserta.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan peserta:
Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan
tujuan awal diadakan FGD.
5. Melakukan rekruitmen peserta (homogen atau heterogen).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

NO Pendapat Keterangan
1. Kehamilan di usia remaja sangat berpotensi BBLR (Bayi Berat Persepsi Sarah
Lahir Rendah), selain zat gizi untuk si ibu, yang masih tentang kehamilan
membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhannya sendiri dan juga remaja.
harus memberi zat gizi kepada janin yang dikandungnya. Karena
nutrisi yang kurang terpenuhi untuk janin, maka janin
dikhawatirkan mengalami kelainan bawaan, begitu pula zat gizi
sang ibu pasti mengalami undernutrition.

2. Informan kedua menambahkan risiko lainnya yang akan Persepsi Fazuka


berdampak pada kehamilan remaja, informan kedua mengatakan, tentang kehamilan
Hamil pada usia remaja memiliki tingkat risiko yang sangat remaja.
tinggi baik bagi ibu maupun bagi anak. Umumnya usia hamil itu
antara 20-30 tahun. Pada umur sekian ibu sudah memiliki
kesiapan fisik, mental, maupun kesiapan ekonomi. Sedangkan
pada remaja itu rata rata masih tidak memiliki 3 kesiapan
tersebut. Kenapa sekarang banyak terjadi kehamilan di usia
remaja?. Ujarnya, Kurangnya pengetahuan tentang hubungan
seksual, kurangnya peran orang tua dalam keluarga. Dampak dari
ketidaksiapan remaja yaitu penguguran kandungan karena
ekonomi keluarga dan karena mereka malu hamil, pasangan yang
tidak bertanggung jawab, risiko persalinan yang akan terjadi
besar, hubungan seks muda menyebabkan kanker.

3. Informan ketiga menghubungkan BBLR dengan penilaian status Persepsi Dini Eka
gizi berdasarkan pita LILA, menurut informan ketiga, Saya tentang kehamilan
setuju dengan pendapat informan pertama, namun status gizi remaja.
buruk juga dapat diukur dengan LILA. Kehamilan remaja dapat
menyebabkan anemia dan berdampak terhadap bayi dengan
kondisi BBLR. Remaja cenderung memiliki gizi kurang. Namun
anemia tadi dapat diatasi dengan mengkonsumsi tablet tambah
darah. Persentase kematian ibu hamil muda lebih tinggi daripada
ibu hamil dewasa ( lebih dari 20 tahun).
4. Sedangkan informan keempat menambahkan dampak dari risiko Persepsi
kehamilan remaja dibawah umur 19 tahun. Informan keempat Qomariana
berpendapat. Menurut saya kehamilan dan melahirkan di usia tentang kehamilan
belasan tahun mengandung risiko tertentu. Usia 15-19 tahun remaja.
kemungkinan dua kali lebih besar meninggal dunia saat hamil/
melahirkan dibanding usia 20 tahun. Persepsi remaja yang salah
tentang hubungan seksual dan kehamilan membuat remaja tidak
mempertimbangkan usia aman untuk melakukan hubungan
seksual sehingga dapat mengakibatkan kehamilan remaja yang
tidak dikehendaki. Sehingga dampaknya yaitu penguguran
kandungan karena status ekonomi, keadaan emosional, dan
pasangan yang tidak bertanggung jawab, risiko persalinan besar
dapat menyebabkan anemia, bayi prematur, bayi BBLR, dan
kematian bayi. Selain itu remaja yang hamil akan sangat berisiko
untuk menederita penyakit saya lupa nama penyakitnya. Ujar
informan keempat sambil memikirkan nama penyakitnya. Tidak
lama kemudian informan keempat mengingat nama penyakit yang
ia maksud. Oh iya disproporsi pelviks nama penyakitnya atau
karena tulang panggul belum tumbuh sempurna. Kata informan
keempat menjelaskan nama penyakit yang ia maksud.

5. Menurut informan yang kelima sebagai penutup persepsi dari Persepsi Reta
informan yang lain, yaitu menurutnya. Kehamilan remaja sangat Qoirin tentang
berisiko tinggi. Adanya perkawinan usia muda yang biasanya kehamilan remaja.
terjadi karena minimnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang risiko dan bahaya perkawinan muda dan kehamilan diusia
dini. Perkawinan ini menyebabkan periode melahirkan yag
dihadapi oleh seorang wanita yang menikah usia dini lebih
panjang. Selain itu, risiko persalinan juga tinggi karena mereka
belum siap secara fisik untuk melahirkan. Selain dari segi fisik,
mereka juga belum siap secara mental atau emosi atau
psikologisnya. Seperti terjadinya perkawinan di usia muda akan
sangat tinggi karena pola pikir yang belum dewasa. Secara fisik,
hamil usia dini biasanya rahim dan panggul belum mencapai
ukuran dewasa. Hal ini menyebabkan wanita berisiko terkena
anemia, bayi prematur, BBLR meningkat pada remaja yang hamil
sebelum usia 19 tahun. Adapun beberapa faktor yang
menyebabkan remaja tidak mengetahui risiko kehamilan di usia
muda anatara lain ialah kurangnya info tentang kesehatan dan
kurangnya perhatian orang tua atau keluarga.

6. Simpulan moderator Kesimpulan


Disimpulkan oleh moderator, Jadi setelah semua informan persepsi
memaparkan persepsi-persepsinya ditarik kesimpulan bahwa kehamilan remaja
kehamilan remaja membawa banyak dampak buruk bagi menurut
kesehatan diantaranya yaitu BBLR, pkematian pada seorang ibu, moderator.
anemia, kanker rahim/ serviks, disproporsi selviks, bayi prematur
dan kematian bayi.
Ditambahkan lagi oleh moderator, Ada juga kesamaan persepsi
menurut informan kedua dan keempat dampak dari kehamilan
remaja yaitu penguguran remaja karena status ekonomi, keadaan
sosial, mental dan fisik serta pasangan yang tidak bertanggung
jawab. Dari itu perlu adanya perhatian pemerintah mengenai
batasan umur pernikahan dini agar lebih dipertegas . Ujarnya.

Pada praktikum Penilaian Status Gizi ini kita menerapkan metode Focus Group
Discussion (FGD). Metode FGD ini merupakan suatu diskusi yang dilakukan secara
sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. FGD ini dilakukan dengan
cara pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu
yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Pada praktikum ini kelompok kami
sebelumnya menentukan moderator, notulen, dan peserta. Kemudian kami menentukan topik.
Topik yang kami angkat dalam kelompok kami adalah Kehamilan Remaja. Kehamilan remaja
telah dijuluki sebagai suatu wabah. Namun, problem ini akan terasa lebih tragis lagi apabila
melihat dampak kehamilan atas seorang remaja putri yang ketakutan. Setidaknya,
kehidupannya akan berubah drastis, dan hal itu tidak hanya sangat mempengaruhi dirinya
tetapi juga keluarganya dan orang-orang yang ia kasihi.

Perkawinan usia muda yang menjadi fenomena sekarang ini pada dasarnya merupakan
satu siklus fenomena yang terulang dan tidak hanya terjadi di daerah pedesaan yang
dipengaruhi oleh minimnya kesadaran dan pengetahuan namun juga terjadi di wilayah
perkotaan yang secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh role model dari dunia hiburan
yang ditonton. Penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) Provinsi Jawa
Barat mengungkapkan fakta masih tingginya pernikahan di usia muda di pulau Jawa dan Bali.
Diantara wilayah- wilayah tersebut, Jawa Barat di posisi pertama dalam jumlah pasangan
yang menikah di usia muda dimana dari 1000 penduduknya dengan usia 15 hingga 19
terdapat 126 orang yang menikah dan melahirkan di usia muda. Kemudian diikuti dengan
DKI Jakarta dengan 44 orang (DEPKES RI, 2006)

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) usia untuk hamil
dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah
berisiko. Kesiapan seseorang perempuan untuk dan melahirkan atau mempunyai anak
ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/ emosi/
psikologis dan kesiapan sosial/ ekonomi. Secara umum, seseorang perempuan dikatakan siap
secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti
tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman
kesiapan fisik (BKKBN, 2005 dalam Rosmawar, 2014)

Menurut Depkes RI risiko kehamilan pada usia dini adalah rahim dan panggul belum
mencapai ukuran dewasa, ditinjau dari segi gizi kehamilan pada remaja merupakan hal yang
berisiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil ini berkompetisi antara
kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan janin.
Berisiko terjadinya anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah, kematian bayi dan
penyakit menular seksual meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 19 tahun
(Manuaba, 2007)

Setelah kelompok kami menentukan notulen dan moderator pada metode FGD ini,
pertama moderator mengucapkan salam sebagai pembuka, dengan mengatakan,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, pada kesempatan kali ini saya sebagai
moderator akan membuka diskusi dalam metode FGD ini dengan mengangkat tema seperti
yang telah kita sepakati yaitu Kehamilan Remaja, selanjutnya kepada informan pertama saya
persilahkan untuk menjelaskan persepsinya mengenai kehamilan remaja. Begitu ujar
moderator sebagai pembuka diskusi.

Menurut informan pertama, Kehamilan di usia remaja sangat berpotensi BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah), selain zat gizi untuk si ibu, yang masih membutuhkan nutrisi untuk
pertumbuhannya sendiri dan juga harus memberi zat gizi kepada janin yang dikandungnya.
Karena nutrisi yang kurang terpenuhi untuk janin, maka janin dikhawatirkan mengalami
kelainan bawaan, begitu pula zat gizi sang ibu pasti mengalami undernutrition.

Persepsi tersebut disetujui oleh informan yang lain, namun informan kedua
menambahkan risiko lainnya yang akan berdampak pada kehamilan remaja, informan kedua
mengatakan, Hamil pada usia remaja memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi baik bagi
ibu maupun bagi anak. Umumnya usia hamil itu antara 20-30 tahun. Pada umur sekian ibu
sudah memiliki kesiapan fisik, mental, maupun kesiapan ekonomi. Sedangkan pada remaja
itu rata rata masih tidak memiliki 3 kesiapan tersebut. Kenapa sekarang banyak terjadi
kehamilan di usia remaja?. Ujarnya, Kurangnya pengetahuan tentang hubungan seksual,
kurangnya peran orang tua dalam keluarga. Dampak dari ketidaksiapan remaja yaitu
penguguran kandungan karena ekonomi keluarga dan karena mereka malu hamil, pasangan
yang tidak bertanggung jawab, risiko persalinan yang akan terjadi besar, hubungan seks muda
menyebabkan kanker.

Informan ketiga menghubungkan BBLR dengan penilaian status gizi berdasarkan pita
LILA, menurut informan ketiga, Saya setuju dengan pendapat informan pertama, namun
status gizi buruk juga dapat diukur dengan LILA. Kehamilan remaja dapat menyebabkan
anemia dan berdampak terhadap bayi dengan kondisi BBLR. Remaja cenderung memiliki
gizi kurang. Namun anemia tadi dapat diatasi dengan mengkonsumsi tablet tambah darah.
Persentase kematian ibu hamil muda lebih tinggi daripada ibu hamil dewasa ( lebih dari 20
tahun).

Sedangkan informan keempat menambahkan dampak dari risiko kehamilan remaja


dibawah umur 19 tahun. Informan keempat berpendapat. Menurut saya kehamilan dan
melahirkan di usia belasan tahun mengandung risiko tertentu. Usia 15-19 tahun kemungkinan
dua kali lebih besar meninggal dunia saat hamil/ melahirkan dibanding usia 20 tahun.
Persepsi remaja yang salah tentang hubungan seksual dan kehamilan membuat remaja tidak
mempertimbangkan usia aman untuk melakukan hubungan seksual sehingga dapat
mengakibatkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Sehingga dampaknya yaitu
penguguran kandungan karena status ekonomi, keadaan emosional, dan pasangan yang tidak
bertanggung jawab, risiko persalinan besar dapat menyebabkan anemia, bayi prematur, bayi
BBLR, dan kematian bayi. Selain itu remaja yang hamil akan sangat berisiko untuk
menederita penyakit saya lupa nama penyakitnya. Ujar informan keempat sambil
memikirkan nama penyakitnya. Tidak lama kemudian informan keempat mengingat nama
penyakit yang ia maksud. Oh iya disproporsi pelviks nama penyakitnya atau karena tulang
panggul belum tumbuh sempurna. Kata informan keempat menjelaskan nama penyakit yang
ia maksud.

Dan yang terakhir menurut informan yang kelima sebagai penutup persepsi dari informan
yang lain, yaitu menurutnya. Kehamilan remaja sangat berisiko tinggi. Adanya perkawinan
usia muda yang biasanya terjadi karena minimnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang risiko dan bahaya perkawinan muda dan kehamilan diusia dini. Perkawinan ini
menyebabkan periode melahirkan yag dihadapi oleh seorang wanita yang menikah usia dini
lebih panjang. Selain itu, risiko persalinan juga tinggi karena mereka belum siap secara fisik
untuk melahirkan. Selain dari segi fisik, mereka juga belum siap secara mental atau emosi
atau psikologisnya. Seperti terjadinya perkawinan di usia muda akan sangat tinggi karena
pola pikir yang belum dewasa. Secara fisik, hamil usia dini biasanya rahim dan panggul
belum mencapai ukuran dewasa. Hal ini menyebabkan wanita berisiko terkena anemia, bayi
prematur, BBLR meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 19 tahun. Adapun
beberapa faktor yang menyebabkan remaja tidak mengetahui risiko kehamilan di usia muda
anatara lain ialah kurangnya info tentang kesehatan dan kurangnya perhatian orang tua atau
keluarga.

Dari beberapa persepsi diatas dapat disimpulkan oleh moderator, Jadi setelah semua
informan memaparkan persepsi-persepsinya ditarik kesimpulan bahwa kehamilan remaja
membawa banyak dampak buruk bagi kesehatan diantaranya yaitu BBLR, pkematian pada
seorang ibu, anemia, kanker rahim/ serviks, disproporsi selviks, bayi prematur dan kematian
bayi.

Ditambahkan lagi oleh moderator, Ada juga kesamaan persepsi menurut informan kedua
dan keempat dampak dari kehamilan remaja yaitu penguguran remaja karena status ekonomi,
keadaan sosial, mental dan fisik serta pasangan yang tidak bertanggung jawab. Dari itu perlu
adanya perhatian pemerintah mengenai batasan umur pernikahan dini agar lebih dipertegas .
Ujarnya.

Dari hasil metode FGD pada kelompok kami disimpulkan bahwa kehamilan remaja
sangat berdampak buruk baik bagi si ibu maupun calon bayi yang dikandungnya, oleh karena
itu saran kami dalam mengatasi kehamilan remaja tersebut adalah :

1. Bagi pemerintah diharapkan lebih memaksimalkan dalam memberikan


sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat mengenai kesehatan, kejiwaan,
masalah agama, nikah, psikologi, kepada remaja-remaja pra nikah. Agar
remaja mengetahui dampak-dampak nikah dini serta untuk menekan laju
angka pernikahan dini tersebut.
2. Kepada orang tua untuk mengotrol pergaulan anak-anak yang baru beranjak
dewasa, lebih memberikan motivasi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi, dan tidak mendorong anak-anak untuk segera menikah pada usia yang
masih dini karena biasanya anak-anak yang menikah keinginan orang tua.
3. Bagi yang akan menikah, lebih mempertimbangan lehir dan batin maupun
jasmani dan rohani. Sebelum memasuki gerbang pernikahan hendaknya harus
didukung dengan kedewasaan, persiapan mental, pengetahuan serta ekonomi
yang memadai. Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang sesuai dengan
tuntutan dan sunnah Nabi bagi laki-laki barusia 25 tahun dan perempuan di
usia antara 20 tahun serta diharapkan orang yang akan menikah sudah siap
segalanya.

Metode FGD ini mempunyai banyak kelebihan yaitu diantaranya peneliti dapat
memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang
dimiliki informan. Kelebihan yang dirasakan kelompok kami adalah data menghargai
persepsi-persepsi dari orang lain, menambah wawasan atau pengetahuan, memahami sikap
dan merubah perilaku menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Selain memiliki kelebihan, metode FGD ini memiliki kelemahan diantaranya yaitu
metode FGD yaitu waktu yang digunakan memerlukan waktu yang lama, kurangnya
keefektifan saat melakukan metode FGD, dan keterbatasan sumber literarur untuk
memperoleh informasi mengenai tema yang akan dibahas.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Perkawinan usia muda tidak hanya terjadi di daerah pedesaan yang dipengaruhi oleh
minimnya kesadaran dan pengetahuan namun juga terjadi di wilayah perkotaan yang
secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh role model atau tindakan yang
dicontoh dari dunia hiburan yang ditonton.
Usia untuk hamil dan melahirkan seorang wanita adalah 20 sampai 30 tahun, lebih
atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko. Hal ini dilihat dari kesiapan seorang
perempuan untuk dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan
dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi/ psikologis dan kesiapan
sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan di katakana siap secara fisik jika
telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu
sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa di jadikan pedoman kesiapan fisik.
Risiko kehamilan pada usia dini adalah rahim dan panggul belum mencapai ukuran
dewasa. Selain itu jika ditinjau dari segi gizi, kehamilan pada remaja merupakan hal
yang berisiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil akan berkompetisi
antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangannya sendiri serta
perkembangan janin yang dikandungnya. Berisiko pula terjadinya anemia, bayi
prematur, bayi berat lahir rendah, kematian bayi dan penyakit menular seksual
meningkat pada remaja yang hamil sebelumusia 19 tahun.
Kehamilan remaja membawa banyak dampak buruk bagi kesehatan diantaranya yaitu
BBLR, kematian pada seorang ibu, anemia, kanker rahim/serviks, disproporsi selviks,
bayi prematur dan kematian bayi.

5.2 Saran
Sebaiknya, pemerintah maupun lembaga-lembaga yang terkait lebih sering
memberikan penyuluhan tentang bahaya dan berisikonya kehamilan pada remaja, sehingga
sedikit lebih banyak para remaja menjadi tahu apa risiko dan bahaya yang ditimbulkan jika
mereka mengalami kehamilan usia dini. Bagi orang tua, sebaiknya lebih memperhatikan dan
mengontrol pergaulan anaknya. Agar sang anak tidak terjebak dalam pergaulan yang salah
yang dapat berakibat fatal apabila anak berada di lingkungan yang salah dan bergaul dengan
teman-temannya yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA

Martyan Mita.2016. PERAN PEMERINTAH DAERAH (DESA) DALAM MENANGANI


MARAKNYA FENOMENA PERNIKAHAN DINI DI DESA PLOSOKEREP
KABUPATEN INDRAMAYU.Yogyakarta.file:///C:/Users/komputer/Downloads/4026-
8292-1-PB.pdf. (Di akses tanggal 29 September 2017)

Anonim.2004. Kehamilan remaja- Tragedi sedunia. https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-


in/102004722. (Di akses tanggal 29 September 2017)

Anonim.2016. Fenomena Kehamilan Remaja (Kehamilan Usia Dini) dan Faktor


Penyebabnya.http://warungbidan.blogspot.co.id/2016/09/fenomena-kehamilan-remaja-
kehamilan.html#. (Di akses tanggal 29 September 2017)

You might also like