Professional Documents
Culture Documents
Oleh
UNIVERITAS JEMBER
2017
PRAKATA
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan pada
masalah pernapasan dengan gangguan pertusis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami definisi pertusis
2. Mengetahui etiologi terjadinya pertusis
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya pertusis
4. Mengetahui manifestasi klinik dari pertusis
5. Mengetahui komplikasi dari pertusis
6. Mengetahui penatalaksanaan klien anak dengan pertusis
7. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
pertusis
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. Stadium kataralis
Stadium ini berlangsung 1 2 minggu ditandai dengan adanya
batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia,
dan demam ringan. Stadium ini menyerupai influenza. Menyerupai
gejala ispa: rinore dengan lender cair, jernih, terdapat injeksi
konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan intermiten, panas
tidak begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius.
2. Stadium spasmodium
Berlangsung selama 2 4 minggu, batuk semakin berat sehingga
pasien gelisah dengan muka merah dan sianotik. Batuk terjadi
paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan batuk panjang dan
tidak ada inspirasi di antaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah
disertai sputum kental. Anak-anak dapat sempat terberak-berak dan
terkencing-kencing. Akibat tekanan saat batuk dapat terjadi perdarahan
subkonjungtiva dan epistaksis. Tampak keringat, pembuluh darah
leher dan muka lebar.
3. Stadium konvalesensi
Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan beratnya
serangan batuk berkurang, muntah berkurang, dan nafsu makan timbul
kembali.
2.5 Komplikasi
1. Alat Pernafasan
Bronchitis, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus,
emfissema, bronkiektasis dan bronkopneumonia yang disebabkan
infeksi sekunder, misalnya karena streptokokkus hemolitik,
pneumukokkus, stafilokokkus, dll.
2. Saluran Pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaps
rectum atau hernia, ulkus pada ujung lidah dan stomatitis.
3. Sistem Saraf Pusat
Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit
akibat muntah-muntah. Kejang berat bisa terjadi karena penyebab
anoksia. Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak, serta
dapat pula terjadi perdarahan otak.
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut Suryanah, 1999 yaitu:
1. Anak sebaiknya diisolasi dengan cara cukup istirahat, kurangi
kontak dengan teman sebayanya, alat makan dan minum dipisahkan,
tidak dipakai oleh orang lain, setelah dicuci kemudian
direbus/disiram dengan air panas.
2. Membebaskan jalan napas dengan cara meletakkan anak dalam
posisi yang nyaman, longgarkan pakaian bayi/anak, bersihkan
saluran pernapasan dari lendir, ajarkan anak untuk membatkkan
batukan lendirnya dengan cara anak menarik napas panjang
kemudian batukan sambil mengeluarkan dahak/spuktum. Sediakan
tempat sputum yang diberi disinfektan dan tertutup, guna mencegah
penularan.
3. Hindarkan dari hal-hal yang merangsang sehingga menimbulkan
batuk dengan cara memandikan anak dengan air yang hangat,
makanan diberikan dalam keadaan hangat, jumlah sekit dan
diberikan dengan frekuensi sering. Hindarkan kena udara dingin,
tidak tidur ditempat yang langsung kena angin. Memberikan
lingkungan yang tenang
4. Awasi adanya tanda-tanda komplikasi. Bila keadaan semakin parah
rujuk ke rumah sakit.
a. Terapi Kausal.
1. Anti Mikroba.Agen anti mikroba diberikan karen kemungkinan
manfaat klinis dan membatasi penyebaraninfeksi. Entromisin 40
50 mg/kg/34 jam secara oral dalam dosis terbagi empat (max.
29/24jam) selama 14 hari merupakan pengobatan baku. Beberapa
pakar lebih menyukai preparatestolat tetapi etil suksinal dan stearat
juga manjur.
2. Salbutamol.Cara kerja salbutamol:
(1) Stimulan Beta 2 adrenalgik.
(2) Mengurangi proksimal.
(3) Mengurangi frekwensi apnea.
Dosis yang dianjurkan 0,3 0,5 mg / kg BB / hari di bagi dalam
3 dosis.
3. Globulin imun pertusis
Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat
berkurang pada bayi yang diobati padaminggu pertama,
penggunaan preparat imunoglobulin jenis apapun tidak dibenarkan.
b. Terapi suportif (Perawatan Pendukung)
1. Lingkungan perawatan pasien yang tenang.
2. Pembersihan jalan nafas .
3. Istirahat yang cukup.
4. Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.
5. Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan.
Obstruksi saluran pernapasan Transport O2 keparu Melekat pada silia epitel Pemecahan karbo,protei,lemak,
fungsi pernapasan Paru2 kekurangan O2 Di saluran napas dan adanya penekanan sarap pusat
sesak Napas Iskemia jarianagan Paru Bermultipliasi dan menyebar lapar otak
Bersiha Jalan Napas Terganggunya Fungsi Merangsang peningkatan Intake makanan menurun
Seorang anak perempuan bernama An.X berumur 1 tahun 2 bulan, datang berobat
dengan keluhan batuk-batuk kuat yang berulang diikuti bunyi melengking pada
saat tarik nafas selama 1 minggu. Satu minggu sebelumnya didahului dengan
gejala pilek, batuk ringan, dan panas yang tidak terlalu tinggi. Ny. X mengeluh
anak selama batuk, wajah tampak merah kebiruan hingga terlihat urat pembuluh
darah di leher menonjol dan disertai muntah. Keadaan ini berlangsung berulang-
ulang, dan anak menjadi malas makan dan minum. Pada saat diperiksa anak
tampak sesak disertai panas tinggi. Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap, hanya
diberikan satu kali selama usia 1 tahun. Tetangga anak ini banyak yang
mengalami batuk dan pilek. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapat bahwa anak
tersebut kesadaran apatis, suhu 400 C, nafas cepat dan dangkal, RR 18x/menit, dan
isi cukup dan tekanan 90/60 mmHg. Tampak lakrimasi dan saliva, disertai nafas
cuping hidung dan retraksi pada daerah suprastenal, sela iga dan epigastrium.
3.2 Pengkajian
3.2.1 Identitas Pasien :
a. Nama : An. Ny. X
b. Tanggal Lahir : 18 Agustus 2016
c. Umur : 1 tahun 2 bulan
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Anak Ke : Pertama
f. No RM : 1234
g. Diagnose Medis : Pertusis
h. Tgl Masuk : 18 September 2016
i. Agama : Islam
j. Alamat : Jember
3.2.2 Identitas Penanggung Jawab :
a. Nama : Ny. X
b. Umur : 26 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Guru
f. Alamat : Jember
g. Hub dengan klien : Ibu kandung
3.2.3 Keluhan Utama
Ny. X mengeluh anak selama batuk, wajah tampak merah
kebiruan hingga terlihat urat pembuluh darah di leher menonjol dan
disertai muntah.
3.2.4 Riwayat Penyakit Sekarang
An.X berumur 1 tahun 2 bulan, datang berobat dengan keluhan
batuk-batuk kuat yang berulang diikuti bunyi melengking pada saat
tarik nafas selama 1 minggu. Pada saat diperiksa anak tampak sesak
disertai panas tinggi. Ny. X mengeluh anak selama batuk, wajah tampak
merah kebiruan hingga terlihat urat pembuluh darah di leher menonjol
dan disertai muntah. Keadaan ini berlangsung berulang-ulang, dan anak
menjadi malas makan dan minum.
3.2.5 Riwayat Peyakit Dahulu
An. X pernah mengalami batuk dan panas ringan, batuk mula-mula
timbul pada malam hari, kemudian siang hari dan menjadi hebat.
3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dan ayah An. X mengatakan tidak pernah mengalami gejala
penyakit pertusis, namun nenek An.X pernah mengalami penyakit ini
sejak umur 1 tahun. Keluarga lain tidak mempunyai riwayat penyakit
yang serius seperti DM, Stroke, Hipertensi, dan lain-lain.
3.2.6 Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap, hanya diberikan satu kali selama
usia 1 tahun. Tetangga anak ini banyak yang mengalami batuk dan
pilek.
3.2.7 Riwayat Tumbuh Kembang
a. Personal sosial
Ibu An. X mengatakan kalau dirumah anaknya lincah, tidak mau
diam dan aktif bergerak
b. Motorik Halus
An. X terbiasa melakukan gerakan seperti memasukkan benda
kedalam mulutnya, menagkap objek atau benda-benda. Memegang
kaki dan mendorong kearah mulutnya
c. Motorik Kasar
Anak dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak
mendekati benda atau seseorang.
d. Kognitif
An. X berusaha memperluas lapangan pandangan, tertawa dan
menjerit karena gembira bila diajak bermain, mulai berbicara tapi
belum jelas bahasanya.
e. Prenatal
Ibu by. X mengatakan selama kehamilan itu merasakan mual dan
muntah yang berlebih (hiperemesis) pada usia kandungan 1-4
bulan. Selama itu ibu tidak nafsu makan dan hanya mengkonsumsi
susu ibu hamil saja. Dan pernah bedrest selama beberapa minggu.
b. Natal
Ibu melahirkan secara normal. Persalinan dibantu oleh bidan di
rumah sakit. Kehamilannya berusia 32 minggu dengan berat bayi
baru lahir yaitu 2300 gram. Panjang badan bayi yaitu 45 cm.
c. Post Natal
Ibu By. X mengatakan bayi lahir dengan berat badan kurang dari
normal, sucking dan rooting pada By. X lemah, ASI Ny. X kurang
dan saat ini bayi dibantu dengan susu formula. By. X pernah
mengalami sesak nafas saat umur 3 bulan
3.2.8 ADL
a. Nutrisi : Muntah, anoreksia
b. Aktivitas : Pada stadium akut proksimal terjadi lemas
atau lelah
c. Istirahat tidur : terganggu, akibat serangan batuk panjang
dan berulang-ulang.
d. Personal hygiene : lidah menjulur keluar dan gelisah yang
berakibat keluar liur berlebihan
e. eliminasi : terkencing-kencing bila sedang batuk
3.2.9 Genogram
Keterangan Gambar :
= Perempuan
= Laki-laki
a) Tanda-tanda vital
1) Keadaan umum : compomentis, lemah
2) Tekanan darah : 90/60 mmHg
3) Nadi : 80 x/menit
4) Suhu : 400C
5) Respirasi : 18 x/menit
b) Pemeriksaan Kepala
1) Kulit dan rambut
Warna kulit merah muda (normal) tidak ada lesi,
penyebaran merata, warna rambut hitam, rambut bersih, kulit
normal sawo matang.
2) Kepala
Bentuk lonjong, simetris, ukran normacephali, tidak ada nyeri
tekan.
3) Mata
simetris, palpebra tidak ada edema dan lesi, bulu mata bersih dan
tidak rontok, konjungtiva pucat dan tidak terdapat edema, sclera putih,
pupil reflek cahaya baik, ukuran isokor.
4) Telinga
Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen
pada lubang telinga, tidak ada benjolan, tes pendengaran Rinne +, Weber
lateralisasi Swabach memanjang.
5) Hidung
Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi. Palpasi Tidak ada
benjolan.
6) Mulut
Inspeksi bentuk mulut simetris, lidah bersih dan merah, gigi bersih,
bibir kering, tidak ada karang gigi. Tes perasa normal.
7) Leher
Bentuk leher kurang simetris, terdapat benjolan di leher, ada
pembesaran di kelenjar tiroid.
8) thoraks
Pemeriksaan paru
Inspeksi : simetris, pola nafas reguler, batuk tidak ada
Palpasi : getaran lokal femitus sama antara kanan dan kiri
Perkusi : tidak terkaji
Auskultasi : tidak terkaji
Pemeriksaan jantung
Inspeksi :tidak terkaji
Palpasi :tidak terkaji
Perkusi :tidak terkaji
Auskultasi :s1 dan s2 normal
9) Abdomen
Inspeksi : perut datar, simetris, tidak ada massa dan benjolan
Auskultasi : bising usus 7x/menit, kualitas adekuat
Palpasi : tidak ada nyeri dan benjolan
Perkusi : bunyi timpani
10) Pemeriksaan kelamin
Tidak terkaji
Do :
- Wajah tampak merah
kebiruan
- suhu tubuh 40 oC
- tampak lakrimasi dan
saliva
- muntah
- gejala pilek, batuk
ringan, dan panas yang
tidak terlalu tinggi,
keadaan ini berlangsung
berulang-ulang.
3. Ds : Intake Perubahan nutrisi SA
- Ibu mengeluh anak makanan kurang dari
menjadi malas makan menurun kebutuhan
dan minum
Do :
- Suhu 40 oC
- TD 90/60 mmHg
- Kesadaran apatis
4.1 Kesimpulan
Pertusis atau batuk rejan merupakan infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran
pernafasan yang mudah sekali menular. Penyakit ini dapat mengancam nyawa bila terjadi
pada lansia dan anak-anak, khususnya bayi yang blum cukup umur untuk mendapat vaksin
pertusis. Gejala batuk rejan akan muncul antara 7-21 hari usai bakteri Bordetella pertusis
yang menyebar melalui udara dan masuk ke pernapasan seseoarng. Batuk rejan yang cukup
parah pada bayi dan anak-anak bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Penderita batuk
rejan yang beresiko besar mengalami komplikasi bayi dan anak-anak dengan napas tersengal-
sengal, pneumonia, tekanan darah rendah, dehidrasi, mengalami kejang-kejang, kerusakan
otak, dan gagal ginjal. Pencegahan batuk rejan dapat diatasi dengan memberikan vaksinasi
pertusis pada anak dan juga pada ibu hamil.
4.2 Saran
Bagi para pembaca disarankan untuk dapat memahami penyakit pertusis yang dapat
membahayakan anak-anak agar bisa mencegah sedini mungkin agar tidak terserang batuk
rejan ini. Sedangkan bagi para perawat diharapkan lebih mampu dalam mengatasi dan
memahami konsep-konsep asuhan keperawatan pada penderita pertusis dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Andareto Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda (Begitu Mudah Menular dan
Berbahaya, Kenali, Hindari, dan Jauhi jangan sampai Tertular). Jakarta: Pustaka
Ilmu Semesta. [Serial Online]
https://books.google.co.id/books?id=FR7nCgAAQBAJ&pg=PT77&dq=definisi+p
ertusis+pada+anak&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjoq8jHh8jWAhWHKY8KHRwI
A70Q6AEIJjAA#v=onepage&q=definisi%20pertusis%20pada%20anak&f=false
(Diakses pada 28 September 2017)
Behram, Klieman & Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. Tanpa Tahun. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarat:Salemba. [Serial Online]
https://books.google.co.id/books?id=LhzANK2oLfoC&pg=PA86&dq=patofisiolog
i+pertusis+pada+anak&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=patofisiologi%2
0pertusis%20pada%20anak&f=false [Diakses pada 24 September 2017].
Manjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius
Sunayah. 1999. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC [Serial online]
https://books.google.co.id/books?id=i7iF6JaezwgC&printsec=frontcover&hl=id#v
=onepage&q&f=false (Diakses pada 28 September 2017)