You are on page 1of 20

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS INFARK MIOKARD


AKUT

Di Susun Oleh : 10. Anang Subandriono


1. Eka Adhe Maulana 11. Ardi
2. Fitria Setyaningrum 12. Danti
3. Freyti Tumanduk 13. Dinda Putih Sari
4. Imelda 14. Yosie Oktapiani
5. Sanny Winda Wacanno 15. Resty Fatimah
6. Sismiyatik 16. Tita Cahya Afriani
7. Zatria N. Manehat 17. Yoke Mayangsari
8. Dwi Nugraha Kabassarang
9. Amalia Nazimatul 18. Dewi Puspitasari

PRODI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2017
KASUS STIMULASI

Seorang perempuan, umur 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan nyeri
dada kiri seperti ditekan benda berat sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit, nyeri dada
tidak menyebar, mual dan muntah. Pasien memunyai riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang
lalu, obesitas sejak remaja dan sudah menopause sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mempunyai
diabetes mellitus sejak 7 tahun yang lalu, pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 128/78
mmHg, nadi 73 kali/menit, pernafasan 17 kali/menit, bunyi jantung S1-S2 normal. Terdapat
luka di dorsalis pedis sinistra dengan pengkajian luka: panjang 10 cm, lebar 6 cm, kedalaman
sampai tendon, 65% jaringan nekrotik,. Hassil pemeriksaan GDS 240 mg/dl, LDL 230 mg/dl.
Gambaran EKG sinus rhythm (SR) dan ST elevasi pada lead II, III, aVF.
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Alamat : Jl. Kompol R. Soekanto No. 46 Semarang
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Menengah Akhir
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / bangsa : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk : 20 Agustus 2017
Diagnosa Medis : .................................................................
No. CM : 58181
B. Identitas Penangguang Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 55 Tahun
Alamat : Jl. Kompol R. Soekanto No. 46 Semarang
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Hubungan dengan Klien : Suami
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri dada kiri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merasakan nyeri seperti di tekan sejak 7 jam yang lalu sebelum di bawa
ke rumah sakit, dan merasakan mual serta muntah. Klien di bawa ke rumah
sakit pada tanggal 20 Agustus 2017 ukul 09.00 WIB masuk melalui IGD
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien memiliki riwayat diabetes melitus sejak 7 tahun silam, hipertensi sejak
sejak 3 tahun silam, menopause sejak 5 tahun silam, dan obesitas sejak remaja.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Nenek penah memiliki riwayat hipertensi dan ibu memiliki riwayat hipertensi
dan diabetes melitus kemudian ayah memiliki riwayat obesitas
III. Kebiasaan Sehari-hari ( Menurut Gordon )Pola
1. Persepsi Kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan sangat penting, jika pasien sakit pasien selalu
membeli obat dan periksa ke dokter.
2. Pola Nutrisi
- Sebelum Di RS :
Sebelum sakit pasien makan 2-3x sehari, pasien minum 6-7 gelas.
- Selama di RS :
Selama sakit keluarga mengatakan setiap kali makan habis porsi.
Pasien minum 3-5 gelas.
3. Pola Aktifitas
- Sebelum Di RS:
Sebelum sakit, pasien mengatakan dapat beraktifitas normal.
- Selama di RS :
Selama sakit, pasien mengatakan tidak bisa beraktifitass normal.
Makan/minum, toileting, berpakaian, mobilisasi dibantu keluarga dan
perawat.
4. Pola Eliminasi
- Sebelum Di RS :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1x sehari dengan BAK
8-15 kali setiap hari
- Selama di RS :
Selama sakit BAB 1x dengan konsistensi padat, BAK 6-8 kali setiap
hari
5. Pola Istirahat dan Tidur
- Sebelum Di RS :
Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari & kadang tidur
siang selama 2 jam.
- Selama di RS :
Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun
tidur siang hanya 1-2 jam
6. Pola Peran
- Sebelum Di RS :
Pasien berperan sebagai nenek dari ke-2 cucunya
- Selama di RS :
Selama di RS selalu ditunggui cucu & anaknya hubungan keluarga
sangat baik
7. Pola Kognitif dan Persepsi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik & lancar. Pasien mengatakan nyeri
pada dada kiri
- P: Pasien mengatakan nyeri saat bergerak
- Q : pasien mengatakan nyeri seperti ditekan ditekan benda berat
- R : pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
- S : skala 6
- T : pasien mengatakan nyeri hilang timbul
8. Pola Kebersihan Diri
- Sebelum Di RS :
Pasien mandi sebanyak 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari
kemudian selalu mengganti pakaian. Pasien selalu menjaga kebersihan
dan kerapian dari kepala (keramas setiap 1 kali/2 hari), gigi
(menggosok gigi 3xsehari) dan badan pasien.
- Selama di RS :
Pasien mandi sebanyak 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari
kemudian selalu mengganti pakaian. Pasien selalu menjaga kebersihan
dengan menggosok gigi dan keramas.

9. Pola Koping terhadap Stress


- Sebelum Di RS :
Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya
- Selama di RS :
Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya /
perawat.
10. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin wanita / perempuan & sudah menikah mempunyai 3
anak
11. Kepercayaan dan Keyakinan
- Sebelum Di RS :
Pasien beragama Islam, pasien menjalankan sholat 5 waktu. Biasanya
sholat maghrib, isya dan shubuh di masjid
- Selama di RS :
Pasien beragama Islam, pasien menjalankan sholat 5 waktu. Pasien
sholat di tempat tidur

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Pasien tampak meringis menahan kesakitan
- P: Pasien mengatakan nyeri saat bergerak
- Q : pasien mengatakan nyeri seperti ditekan ditekan benda berat
- R : pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
- S : skala 6
- T : pasien mengatakan nyeri hilang timbul
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV:
- Nadi : 73 kali/menit
- Suhu : 37 0C
- Tensi : 128/78 mmHg,
- RR : 17 kali/menit
4. Kepala :
- I : Bentuk kepala simetris, rambut hitam, kontribusi rambut tebal
merata, tidak ada jejas, tidak ada kelainan
- A:-
- P : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
- P:-
5. Mata :
- I : Mata simetris, konjungtiva anemis, pupil isokor
- A:-
- P : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata
- P:-
6. Hidung
- I : Hidung simetris, hidung bersih
- A:-
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
- P:-
7. Telinga
- I : Telinga simetris,telinga bersih, tidak terdapat serumen, tidak
terdapat jejas
- A:-
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa
- P:-
8. Bibir dan Mulut
- I : Mulut simetris, tidak ada stomatitis, mukosa lembab
- A:-
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa
- P:-
9. Leher
- I : Tidak terdapat jejas pada leher, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
- A:-
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa
- P:-
10. Payudara
- I : Payudara simetris
- A:-
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa
- P:-
11. Dada
Jantung
- I : Tidak ada jejas,
- A : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler/normal
- P : Ictus cordis teraba
- P :-
Paru
- I : Terjadi retraksi dada, penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada jejas
- A : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
- P : Suara paru-paru sonor
Abdomen
- I : Abdomen simetris
- A : Bising usus normal 10x/menit
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
- P : Thympani
12. Punggung
- I : Tidak terdapat kelainan tulang belakang
- A:-
- P:-
- P:-
13. Genetalia dan Anus
- I : Genitalia bersih, tidak terpasang kateter, tidak terdapat hemoroid
- A:-
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
- P:-
14. Extremitas
- Atas : Tonus otot normal, gerakan terbatas karena terpasang infus
- Bawah : Terdapat luka pada dorsalis pedis sinistra (panjang 10 cm,
lebar 6 cm, dan kedalam sampai tendon) 65% jaringan nekrotik.
15. Kulit
- I : Tidak terdapat jejas
- A:-
- P : Turgor kulit elastis, kulit lembab
- P:-
V. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
- GDS 240 mg/dl
- LDL 230 mg/dl
2. Pemeriksaan EKG
- Sinus Rytem (SR) dengan ST elevasi pada lead I, II, dan aVF
3. Therapi
ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : Agen cidera Nyeri akut


biologis: Acute
- Pasien mengatakan nyeri dada kiri sejak 7
Miokard Infark
jam sebelum masuk rumah sakit
- Pasien mengatakan nyeri dada tidak
menyebar

P : Pasien mengatakan nyeri saat bergerak

Q : Pasien mengatakan nyeri seperti


ditekan benda berat

R : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah


kiri

S : Skala nyeri 6

T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul

DO :

- Pasien belum dapat mengontrol nyeri


- Pasien terlihat mengerang dan menangis
kesakitan sehingga tidak bisa beristirahat

2 DS : Kurang Kerusakan
pengetahuan integritas
Pasien mengatakan tidak dapat merasakan
tentang jaringan
sensasi pada daerah luka
pemeliharaan
DO: integritas
jaringan
- Luka di dorsalis pedis sinestra dengan
P = 10 cm
L= 6 cm
kedalaman sampai tendon
60 % jaringan nekrotik
GDS = 240 mg/dl

3 DS : Obesitas dari Resiko


remaja dan penurunan
Pasien mengatakan memiliki riwayat obesitas
jumlah LDL perfusi
sejak masih remaja
tinggi sehingga jaringan
Pasien mengatakan mengalami riwayat terjadi jantung
hipertensi sejak 3 tahun yang lalu pengendapan
dan
Pasien mengatakan mempunyai diabetes
penumpukan
militus sejak 7 tahun yang lalu
plak pada arteri
DO : koronaria
menyebabkan
Gambar EKG terdapat ST elevansi pada lead
suplai oksigen
II, III dan aVF
dan nutrisi tidak
Hasil pemeriksaan LDL 230 mg/dl adekuat
sehingga terjadi
infark pada otot
jantung.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri aku berhubungan dengan agen cidera biologis: Acute Miokard Infark
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pemeliharaan integritas jaringan
3. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung ( faktor resiko : Diabetes Militus, Obesitas,
hipertensi, hiperlipidemia, spasme arteri koroner)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Dx Kep Tujuan Keperawatan NOC Intervensi Keperawatan NIC TTD

1 1 Tujuan : Nyeri dapat berkurang setelah NIC 1 : Manajemen nyeri


dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
jam dengan KH :
2. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri
NOC1 : Kontrol nyeri
dan berapa lama nyeri akan dirasakan
Pasien dapat mengontrol nyeri, pasien
3. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi seperti teknik
mampu mengenali penyebab dan kapan nyeri,
relaksasi
pasien mampu melaporkan nyeri yang
terkontrol. 4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mencetuskan
dan meningkatkan nyeri
NOC2 : Tingkat nyeri
5. Libatkan pasien dan keluarga untuk mengetahui skala
Tingkat nyeri berkurang dari skala 6 menjadi
nyeri berkurang atau teknik pengurangan nyeri tidak
4, pasien dapat beristirahat dan pengeluaran
tercapai
keringat berkurang
NIC 2 : Pemberian analgesik

1. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik

2. Monitor tanda-tanda vital dan skala nyeri sebelum dan


sesudah pemberian analgetik

3. Evaluasi respon analgesik dan adanya efek samping

2 Tujuan : Kerusakan integritas jaringan dapat NIC 1 : Perawatan luka


berkurang setelah dilakukan tindakan
1. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna
keperawatan selama 3x24 jam dengan KH :
dan ukuran, dan bau
NOC 1 : Integritas jaringan: kulit dan 2. Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang
membran mukosa tidak beracun dengan tepat
3. Oleskan saleb sesuai dengan luka
1. Pasien dapat merasakan sensasi pada
4. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
daerah luka
5. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan
2. Perfusi jaringan dapat normal
perawatan luka dengan tepat
3. Ketebalan dan tekstur jaringan dapat
6. Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam , dengan tepat
kembali normal dengan warna
menjadi kemerahan NIC 2 : Perlindungan infeksi
NOC 2 : Penyembuhan luka : Sekunder
1. Monitor kerentanan terhadap infeksi
1. Jaringan mengalami granulasi 2. Monitor tanda-tanda vital
ditandai dengan proliferasi 3. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
pembuluh darah baru dan 4. Instruksikan pasien pasien untuk minum antibiotik
fibroblas. yang diresepkan
2. Ukuran luka dapat berkurang
3 Tujuan : Menurunkan resiko penurunan NOC 1 : Manajemen resiko jantung
perfusi jaringan jantung setelah dilakukan
1. Skrining klien mengenai kebiasaan yang beresiko
tindakan keperawatan selama 2x24 jam
mempengaruhi jantung (misalnya, obesitas, tekanan
dengan KH :
darah tinggi, hiperlipidemia).
NOC 1 : Perfusi jaringan : Kardiak 2. Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali
tanda dan gejala penyakit jantung dan perburukan
1. Mempertahankan Denyut jantung
penyakit jantung
apikal dalam batas normal ditandai
3. Instruksikan pasien dan keluarga memonitor tekanan
dengan pemeriksaan jantung bunyi S1
darah dan denyut jantung secara rutin dengan
lub dan S2 dub.
berolahraga
2. Mempertahankan Denyut jantung
4. Berikan dukungan olahraga rutin harian selama 30
radial dalam batas normal ditandai
menit
dengan pemeriksaan nadi dalam
5. Lakukan terapi relaksasi jika diperluhkan.
batasan 60 100 x/m.
6. Monitor elektrokardiograf.
3. Mempertahankan Nilai rata-rata
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
tekanan darah dalam batas normal,
rendah lemak dan natrium.
ditandai dengan sistolik 110 140
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
mmHg dan tekanan darah diastolik 80
dan antikoagulan.
90 mmHg.
4. Temuan elektrokardiograf dari deviasi
berat (skala 1) menjadi ringan (skala NOC 2 : Manajemen cairan
4), dibuktikan dengan pemeriksaan
1. Monitor intake/asupan yang akurat dan catat output
EKG segment ST menjadi isoelektrik
klien.
5. Penurunan mual dan muntah teratasi
2. Monitor status hidrasi (misalnya, membran mukosa
(skala 5), dibuktikan dengan
lembat, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah
berkurangnya respon vagal pada
ortostatik)
klien.
3. Berikan cairan IV, seperti yang ditentukan
NOC 2 : Manajemen Diri : Diabetes 4. Instruksikan klien dan keluarga untuk membantu dalam
pemberian makan dengan baik.
1. Pasien dapat mempertahankan berat
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan.
badan
2. Pasien dapat mengikuti diet yang
dianjurkan

NOC 3 : Manajemen Diri : Hipertensi

1. Pasien dapat memantau efek terapi


obat-obatan
2. Pasien dapat mempertahankan
tekanan darah normal
3. Pasien dapat melakukan olahraga
dengan rutin
Patofisiologi Akut Miokard Infark (AMI)
AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 30-45
menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang
terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang terjadi paling banyak
disebabkan oleh penyakit arteri koroner / coronary artery disease (CAD). Pada penyakit ini
terdapat materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen
arteri koronaria (arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque dapat
rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan plaque. Jika
bekuan menjadi cukup besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian
pada arteri koroner.
Terbendungnya aliran darah menghambat darah yang kaya oksigen mencapai bagian otot
jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Kurangnya oksigen akan merusak otot jantung. Jika
sumbatan itu tidak ditangani dengan cepat, otot jantung ang rusak itu akan mulai mati. Selain
disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata infark juga bisa terjadi pada
orang dengan arteri koroner normal (5%). Diasumsikan bahwa spasme arteri koroner
berperan dalam beberapa kasus ini
Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara lain: mengkonsumsi obat-obatan
tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan suhu dingin yang ekstrim Spasme bisa
terjadi pada pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik sehingga bisa menimbulkan
oklusi kritis sehingga bisa menimbulkan infark jika terlambat dalam penangananya. Letak
infark ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung.
Terdapat dua arteri koroner besar yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kemudian arteri
koroner kiri bercabang menjadi dua yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri.
Arteri koronaria Desenden Anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke arah
afeks jantung. Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian
besar apeks, dan ventrikel kiri anterior. Sedangkan cabang sirkumpleks kiri berjalan dari
koroner kiri kearah dinding lateral kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi
atrium kiri, seluruh dinding posterior, dan sepertiga septum intraventrikel
posterior.Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari aorta sisi kanan arteri pulmonal
kearah dinding lateral kanan sampai ke posterior jantung. Bagian jantung yang disuplai
meliputi: atrium kanan, ventrikel kanan, nodus SA, nodus AV, septum interventrikel
posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan diafragmatik ventrikel
kiri. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior kemungkinan
disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan infark inferior bisa
disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan. Berdasarkan ketebalan dinding otot jantung
yang terkena maka infark bisa dibedakan menjadi infark transmural dan subendokardial.
Kerusakan pada seluruh lapisan miokardiom disebut infark transmural, sedangkan jika hanya
mengenai lapisan bagian dalam saja disebut infark subendokardial. Infark miokardium akan
mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan kehilangan daya kotraksinya
begitupun otot yang mengalami iskemi (disekeliling daerah infark).
Secara fungsional infark miokardium menyebabkan perubahan-perubahan sebagai
berikut: Daya kontraksi menurun; Gerakan dinding abnormal (daerah yang terkena infark
akan menonjol keluar saat yang lain melakukan kontraksi); Perubahan daya kembang dinding
ventrikel; Penurunan volume sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi. Gangguan fungsional yang
terjadi tergantung pada beberapa factor dibawah ini: Ukuran infark jika mencapai 40% bisa
menyebabkan syok kardiogenik; Lokasi Infark dinding anterior mengurangi fungsi mekanik
jantung lebih besar dibandingkan jika terjadi pada bagian inferior; Sirkulasi kolateral
berkembang sebagai respon terhadap iskemi kronik dan hiperferfusi regional untuk
memperbaiki aliran darah yang menuju miokardium. Sehingga semakin banyak sirkulasi
kolateral, maka gangguan yang terjadi minimal; Mekanisme kompensasi bertujuan untuk
mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai terasa ketika
mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.

Pathways Akut Miokard Infark (AMI)

You might also like