Professional Documents
Culture Documents
KORUPSI
DISUSUN OLEH :
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat taufik
hidayah dan inayahnya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Konsep dan Pembentukan
Budaya Anti Korupsi.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pihak untuk mendalami .
Konsep dan Pembentukan Budaya Anti Korupsi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia, citra buruk
akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini menyebabkan rasa rendah diri saat
berhadapan dengan negara lain dan kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan
pelaku bisnis dunia pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-
negara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi seperti ini merugikan
perekonomian dengan segala aspeknya di negara ini. Pemerintah Indonesia telah berusaha
keras untuk memerangi korupsi dengan berbagai cara. KPK sebagai lembaga independen yang
secara khusus menangani tindak korupsi, menjadi upaya pencegahan dan penindakan tindak
pidana. Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena
itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi -
yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan pencegahan - tidak akan pernah
berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta
masyarakat.
Keterlibatan masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya
penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif masyarakat
diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya
antikorupsi di masyarakat. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya antikorupsi
di kalangan masyarakat dan mendorong masyarakat untuk dapat berperan serta aktif dalam
upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Pembahasan.
Pembahasan
Kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus . Selanjutnya
dikatakan bahwa corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu bahasa Latin yang lebih tua.
Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah corruption, corrupt (Inggris), corruption
(Perancis) dan corruptie/korruptie (Belanda). Dari asal usul bahasanya korupsi bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik
politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara
tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur
sebagai berikut:
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:
Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah sejenis
penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan
amanah dalam mengemban tugas tertentu.
Budaya Antikorupsi adalah sikap dan perilaku untuk tidak mendukung adanya upaya
merugikan keuangan negara dan perekonomian negara. Dengan kata lain, budaya antikorupsi
merupakan sikap menentang terhadap adanya korupsi. Tindakan korupsi merupakan salah satu
tindak pidana yang sangat menyengsarakan rakyat karena menyalahgunakan dana milik negara
(rakyat).
2.1 Bentuk-Bentuk Korupsi
Penyuapan
Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang, properti, atau
barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan mengurus uang,
properti atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu kepada praktik
penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara suka rela.
Pemerasan (Extorion)
Nepotisme (nepotism)
Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos yang berarti nephew (keponakan). Nepotisme
berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbagan hubunga, bukan karena
kemampuannya.
Korupsi yang saat ini sudah sangat banyak dilakukan oleh para pejabat khususnya di negara-
negara berkembang disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
1) Lemahnya keimanan
2) Lemahnya moral dan etika
3) Sifat tamak manusia,
4) Gaya hidup konsumtif,
5) Tidak mau (malas) bekerja keras
6) Rendahnya integritas dan profesionalisme,
2. Faktor Eksternal
1) Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,
2) Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
3) Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan,
4) Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga dan birokrasi belum mapan,
5) Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat
1. Untuk menanamkan semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa. Melalui pendidikan ini,
diharapkan semangat anti korupsi akan mengalir di dalam darah setiap generasi dan tercermin
dalam perbuatan sehari-hari. Sehingga, pekerjaan membangun bangsa yang terseok-seok
karena adanya korupsi dimasa depan tidak ada terjadi lagi. Jika korupsi sudah diminimalisir,
maka setiap pekerjaan membangun bangsa akan maksimal.
3. Menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab lembaga penegak
hukum seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan agung, melainkan menjadi tanggung jawab setiap
anak bangsa.
Program kantin kejujuran termasuk salah satu usaha untuk memperkenalkan dan membangun
budaya anti korupsi sejak dini. Walaupun program ini kurang sukses, namun kegiatan semacam ini harus
dilakukan secara konsisten di seluruh daerah di Indonesia dengan kemasan-kemasan yang berbeda dan
menarik. Bahkan lembaga-lembaga masyarakat adat yang masih kuat seperti yang ada di Bali, harus
senantiasan didorong melakukan langkah-langkah nyata untuk membangun hukum-hukum adat (baik
yang tertulis maupun tidak tertulis) yang anti terhadap perilaku-perilaku koruptif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan memperkaya diri sendiri, penyalahgunaan wewenang
kekuasaan, memberi dan menjanjikan sesuatu kepada pejabat atau hakim, berbuat curang,
melakukan penggelapan, dan menerima hadiah terkait tanggung jawab yang dijalani. Korupsi
sudah berlangsung dari zaman kebesaran Romawi hingga masa keadidayaan Amerika Serikat
saat ini. Korupsi sulit hilang, bahkan semakin menggurita di beberapa masa terakhir kini.
Korupsi di Indonesia telah ada dari dulu sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era orde lama,
orde baru, berlanjut hingga era reformasi. Korupsi telah berakar jauh ke masa silam, tidak saja
di masyarakat Indonesia, akan tetapi hampir di semua bangsa.
Dalam upaya pemberantasan korupsi, badan legislatif Indonesia telah membuat
Undang-Undang yang mengatur tindak pidana korupsi tersebut, Undang-Undang ini telah ada
sejak tahun 1960 dan mengalami beberapa kali perubahan hingga saat ini. Undang-Undang
tersebut yaitu UU No 24 Tahun 1960, UU No 3 Tahun 1971, UU No 31 Tahun 1999, dan UU No
20 Tahun 2001.
Korupsi yang semakin hari semakin berkembang dengan pesat dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya kurang atau dangkalnya pendidikan agama dan etika sehingga
mempermudah pejabat untuk melakukan korupsi, kurangnya sanksi yang keras, kurangnya gaji
dan pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan kebutuhan yang makin hari makin
meningkat, lemahnya pengawasan terhadap para penyelenggara negara, faktor budaya atau
kebiasaan dimana pejabat melakukan korupsi dianggap sebagai hal yang biasa dan cenderung
dilakukan terus-menerus.
Hampir semua orang di negeri ini sudah mulai melakukan perilaku korupsi mulai dari
taraf yang rendah hingga sampai taraf tinggi. Contoh kasus yang sering kita dengar adalah kasus
suap daging impor, kasus dana kas uang Sidoarjo, kasus pengadaan alat simulator SIM, dan lain-
lain. Korupsi ini memiliki dampak besar bagi segala aspek kehidupan, baik dari bidang ekonomi,
sosial, politik, maupun hukum. Upaya pemberantasan korupsi haruslah dilakukan baik dari
pihak pemerintah maupun masyarakat agar tercipta bangsa Indonesia yang bersih dari korupsi.
A. Saran
Budaya korupsi akan menjadi cermin dari kepribadian bangsa yang bobrok dan sungguh
membuat negara ini miskin karena kekayaan-kekayaan negara dicuri untuk kepentingan
segelintir orang tanpa memperdulikan bahwa dengan tindakannya akan membuat sengsara
berjuta-juta rakyat ini. Tentu untuk mengatasi masalah korupsi ini adalah tugas berat namun
tidak mustahil untuk dilakukan. Dibutuhkan lintas aspek dan tinjauan untuk mengatasi,
mencegah tindakan korupsi. Tidak saja dari segi aspek agama (mengingatkan bahwa korupsi,
dan menyalahkan kekuasaan adalah tindakan tercela dalam agama), dibutuhkan juga
penegakan hukum yang berat untuk menjerat para koruptor sehingga mereka jera, serta
dibutuhkan norma sosial untuk memberikan rasa malu kepada pelaku koruptor bahwa mereka
juga akan bernasib sama dengan pelaku terorisme. Tugas kita semua sebagai warga negara ikut
serta dalam upaya pemberantasan korupsi agar korupsi tidak semakin membudaya.
DAFTAR PUSTAKA
http://nurulayuislam.blogspot.co.id/2014/01/budaya-korupsi-di-indonesia.html
http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=147
http://andicvantastic.blogspot.co.id/2015/08/makalah-pendidikan-anti-korupsi-dan.html
http://artikelpengertianmakalah.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-antikorupsi-dan-instrumen.html
https://mankaney.wordpress.com/2015/04/27/makalah-pendidikan-anti-korupsi/