Professional Documents
Culture Documents
Dermatitis Atopik
Disusun Oleh:
Christman Maruli Tua Sihite, S.Ked.
1161050126
Pembimbing :
DR. dr. Ago Harlim, Sp.KK, MARS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.A
No. RM : 00-07-89-53
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 27 Maret 2010
Umur : 6 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : RT 008 / RW 015 , Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Berobat : 02 Maret 2017
II. ANAMNESIS
Diambil dari auto dan allo anamnesis pada tanggal 02 Maret 2017 pukul 11.30 WIB
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
Tidak ada.
Pasien datang ke poliklinik Kulit RSU UKI dengan keluhan gatal pada kulit sejak 1
bulan yang lalu. Rasa gatal yang timbul pada kaki dan tangan. Awalnya pasien
menyadari muncul rasa gatal pertama kali di sekitar lengan pasien, kemudian
semakin lama daerah lengan timbul bercak kemerahan menyebar ke tubuh pasien,
kemudian ke kaki, dan paling banyak muncul di bagian kaki pasien. Ukuran bercak
putih bervariasi, bentuknya tidak beraturan. Rasa gatal yang hebat pada pasien,
sehingga pasien menggaruk pada bagian yang gatal hingga gatal hilang. Pasien
merasakan gatal tertutama saat terpapar debu dan dingin. Keluhan gatal tersebut
meluas sampai seluruh tubuh kecuali wajah, Namun gatal tersebut tidak sampai
1. Pasien memiliki kebiasaan untuk menggaruk jika keluhan gatal muncul hingga
gatal hilang.
2. Pasien mandi dua kali sehari pada pagi dan sore hari dengan sabun Lifebuoy.
Pasien sehari-hari mengenakan pakaian seragam sekolah yang diganti setiap hari.
Pasien selalu memakai pakaian dalam berupa kaus kutang yang diapakai seharian.
3. Pasien memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci
tangan pasien dalam sehari hingga 9-10 kali dilakukan oleh pasien.
pakaian seragam sekolah, hampir setiap pulang sekolah. Pasien tidak langsung
1. Status Umum
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 36,7 oC
BB : 53 kg
TB : 102 cm
2. Status Generalis
hidung (-)
Pemeriksaan Thorax
Auskultasi : bunyi nafas dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), bunyi
Pemeriksaan Abdomen
3. Status Dermatologikus
o Distribusi : Diskret
ditutupi oleh skuama halus yang tersebar diskret pada Thorakal anterior, deltoid dextra et sinista,
Tidak ada
V. RESUME
Pasien datang ke poliklinik Kulit RSU UKI dengan keluhan gatal pada kulit sejak 1 bulan
yang lalu. Rasa gatal yang timbul pada kaki dan tangan. Awalnya pasien menyadari muncul
rasa gatal pertama kali di sekitar lengan pasien, kemudian semakin lama daerah lengan timbul
bercak kemerahan menyebar ke tubuh pasien, kemudian ke kaki, dan paling banyak muncul
di bagian kaki pasien. Ukuran bercak putih bervariasi, bentuknya tidak beraturan. Rasa gatal
yang hebat pada pasien, sehingga pasien menggaruk pada bagian yang gatal hingga gatal
hilang. Pasien merasakan gatal tertutama saat terpapar debu dan dingin. Keluhan gatal
tersebut meluas sampai seluruh tubuh kecuali wajah, Namun gatal tersebut tidak sampai
diberikan obat CTM, namun keluhan tidak berkurang. Pada pemeriksaan efloresensi kulit
Tampak Makula eritema ukuran plakat berbatas tegas dengan permukaan ditutupi oleh skuama halus
yang tersebar diskret pada Thorakal anterior, deltoid dextra et sinista, Ante-Brachii Dextra et sinistra,
Dermatitis Atopik
Dermatitis Numularis
Lesi akut berupa plak eritematosa berbentuk koin dengan batas tegas yang terbentuk dari
papul dan papulovesikel yang berkonfluens. Lambat laun vesikel pecah dan terjadi
Dermatitis Intertriginosa
Dermatitis Kontak
Dermatitis Traumatika
VIII. RENCANA / ANJURAN PEMERIKSAAN
IX. PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa
Atopik.
4. Menjaga kebersihan kulit, menjaga kulit agar tidak berkeringat dan segera
b. Medikamentosa
2. Histatine 1 x 10 tablet .
3. CTM 1 x 10 tablet.
X. PROGNOSIS
Definisi
Dermatitis Atopik (DA) adalah perasdangan kulit berupa dermatitis yang kronis residif,
disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi
(fase infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase anak). Dermatitis atopik kerap
terjadi pada bayi dan anak, sekitar 50% menghilang pada remaja, kadang dapat
menetap, atau bahkan baru dimulai muncul saat dewasa. Istilah atopy telah
diperkenalkan oleh Coca dan Cooke pada tahun 1923, asal kata atopos (out of place)
yang berarti berbeda; dan yang dimaksud adalah penyakit kulit yang tidak biasa, baik
Epidemiologi
Mencakup prevalensi, usia, jenis kelamin, distribusi tempat dan penyebaran geografis
baik di dalam maupun di luar negeri belum tercatat dengan baik. Evaluasi lanjut tentang
berbagai faktor resiko dan faktor yang memengaruhi penyakit telah dikemukakan oleh
para peneliti, hasilnya bervariasi bergantung pada negara tempat penelitian berlangsung.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya Dermatitis Atopik dibagi menjadi dua yaitu faktor
beberapa faktor yang berperan sebagai faktor pencetus kelainan ini misalnya faktor
1. Faktor genetik
Dermatitis atopik lebih banyak ditemukan pada penderita yang mempunyai riwayat
sitokin IL-3, IL-4, IL-13, dan GM-CSF, yang diekspresikan oleh sel TH2. Ekspresi gen
IL-4 memainkan peranan penting dalam ekspresi dermatitis atopik. Perbedaan genetik
hubungan yang erat antara polimorfisme spesifik gen kimase sel mas dengan dermatitis
Sejumlah bukti menunjukkan bahwa kelainan atopik lebih banyak diturunkan dari garis
keturunan ibu daripada garis keturunan ayah. Sejumlah survey berbasis populasi
menunjukkan bahwa resiko anak yang memiliki atopik lebih besar ketika ibunya
memiliki atopik, daripada ayahnya. Darah tali pusat IgE cukup tinggi pada bayi yang
ibunya atopik atau memiliki IgE yang tinggi, sedangkan atopik paternal atau IgE yang
2. Faktor imunologi.
Konsep dasar terjadinya dermatitis atopik adalah melalui reaksi imunologik, yang
diperantai oleh sel-sel yang berasal dari sumsum tulang. Beberapa parameter imunologi
dapat diketemukan pada dermatitis atopik, seperti kadar IgE dalam serum penderita
pada 60-80% kasus meningkat, adanya IgE spesifik terhadap bermacam aerolergen dan
eosinofilia darah serta diketemukannya molekul IgE pada permukaan sel langerhans
epidermal.Terbukti bahwa ada hubungan secara sistemik antara dermatitis atopik dan
alergi saluran napas, karena 80% anak dengan dermatitis atopik mengalami asma
Berbagai faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh terhadap pravelensi dermatitis
atopik.Dermatitis atopik lebih banyak ditemukan pada status sosial yang tinggi daripada
status sosial yang rendah.Penghasilan meningkat, pendidikan ibu makin tinggi, migrasi
dari desa ke kota dan jumlah keluarga kecil berpotensi menaikkan jumlah penderita
dermatitis atopic.
atopik pada individu yang rentan. Paparan polutan dan alergen tersebut adalah
pendingin ruangan.
2)Alergen: 7 -Aeroalergen atau alergen inhalant : tungau debu rumah, serbuk sari
buah, bulu binatang, jamur kecoa -Makanan: susu, telur, kacang, ikan laut, kerang laut
balsam.
4. Faktor Psikologi.
Pada penderita dermatitis atopik sering tipe astenik, egois, frustasi, merasa tidak aman
yang mengakibatkan timbulnya rasa gatal. Namun demikian teori ini masih belum jelas
Gambaran Klinis
Gejala klinis dan perjalanan dermatitis atopik sangat bervariasi, membentuk sindrom
manifestasi diatesis atopi. Gejala utama dermatitis atopik ialah pruritus,dapat hilang timbul
sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari.Akibatnya, penderita akan
menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan kulit berupa papul, likenifikasi,
eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi, dan krusta. Kulit penderita dermatitis atopik umumnya
kering, pucat atau redup, kadar lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat
epidermis meningkat.
Lesi akut pada dermatitis atopik berupa eritema dengan papul, vesikel, edema yang luas dan
luka akibat menggaruk.Sedangkan pada stadium kronik berupa penebalan kulit atau yang
disebut likenifikasi.Selain itu, dapat terjadi fisura yang nyeri terutama pada fleksor,telapak
tangan,jari dan telapak kaki.Pada orang berkulit hitam atau coklat dapat ditemukan
likenifikasi folikular
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila ada keraguan klinis. Peningkatan kadar IgE
dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar 15% orang sehat, demikian pula kadar eosinofil,
sehingga tidak patognomonik. Uji kulit dilakukan bila ada dugaan pasien alergik terhadap
Diagnosa
diagnosis dermatitis atopik didasarkan atas berbagai fenomena klinis yang tampak, terutama
gejala gatal.George Rajka menyatakan bahwa diagnosis dermatitis atopik tidak dapat dibuat
Hanifin Rajka telah membuat kriteria diagnosis untuk dermatitis atopik yang didasarkan pada
kriteria mayor dan minor yang sampai sekarang masih banyak digunakan.
5) Ptiriasis alba
8) Keilitis
11) Keratokonus
Kriteria mayor dan minor yang diusulkan oleh Hanifin dan Rajka didasarkan pengalaman
klinis yang cocok untuk diagnosis berbasis rumah sakit (hospital based) dan
eksperimental,tetapi tidak dapat dipakai pada penelitian berbasis populasi karena kriteria
minor umumnya ditemukan pada kelompok kontrol, disamping itu belum divalidasi terhadap
Dalam perkembangan selanjutnya seiring dengan kemajuan di bidang imunologi maka untuk
diagnosis dermatitis atopik mulai dimasukkan uji alergi sebagai kriteria diagnosis.
Pemeriksaan atau uji alergik tersebut adalah uji tusuk (skin pricktest)terhadap bahan alergen
Uji tusuk merupakan suatu metode uji alergi yang banyak digunakan untuk mendeteksi
alergen yang melibatkan reaksi hipersensivitas tipe I pada kulit. Pada reaksi hipersesivitas
tipe I alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan respon 13 imun berupa produksi
IgE. IgE akan terikat pada reseptor Fc sel mast dikulit yang selanjutnya menyebabkan
Penatalaksanaan
Berbagai faktor dapat menjadi pencetus DA dan tidak sama untuk setiap individu, karena itu
- Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDR/agen infeksi, seperti menghindari
Pengobatan
1. Pengobatan topical
a. Hidrasi kulit
b. Kortikosteroid topikal
c. Imunomodulator topikal
i. Takrolimus
untuk anak usia 2 15 tahun dan dewasa 0,03% dan 0,1%. Pada pengobatan
jangka panjang tidak ditemukan efek samping kecuali rasa terbakar setempat.
ii. Pimekrolimus
dipakai adalah konsentrasi 1%, aman pada anak dan dapat dipakai pada kulit
2. Pengobatan Sistemik
a. Kortikosteroid
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila
b. Antihistamin
Diberi untuk mengurangi rasa gatal. Dalam memilih anti histamin harus
penderita dll. Anti histamin yang mempunyai efek sedatif sebaiknya tidak
diberikan pada penderita dengan aktifitas disiang hari (seperti supir) . Pada
kasus sulit dapat diberi doxepin hidroklorid 10- 75 mg/oral/2 x sehari yang
mempunyai efek anti depresan dan blokade reseptor histamin H1 dan H2.
c. Anti infeksi
aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari
Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten, serta factor predisposisi dapat
dihindari
ANALISIS KASUS
Teori Kasus
pasien, baik melalui anamnesis maupun pemeriksaan fisik. Berdasarkan tabel di atas, dapat
terlihat bahwa pasien Tn. P memiliki kecenderungan menderita pityriasis versicolor atas
dasar: 1) keluhan muncul bercak putih sejak 1 bulan (kronis) yang semakin lama semakin
meluas; 2) usia, tempat spredileksi, dan faktor pencetus yang sesuai dengan teori 3) terdapat
lesi macula hipopigmentasi ukuran milier - plakat berbatas tegas dengan permukaan ditutupi
oleh skuama halus yang tersebar diskret pada Regio Coli sinistra, Thorakal anterior, deltoid
Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan pemberian secara sistemik dan topical.
Terapi sistemik diberikan dengan pertimbangan luasnya lesi, diberikan Itraconazole cap 2 x
100 mg selama 5-7 hari. Itrakonazole adalah obat antifungal yang memiliki senyawa triazol,
mempunyai aktivitas antifungal yang kuat dengan spectrum luas, efektif untuk infeksi jamur
superfisial. Sedangkan untuk terapi topical diberikan sampo selenium sulfide 2,5% yang
dipakai setiap 2-3 kali seminggu, 15-30 menit sebelum mandi, kemudian dibilas. Selenium
sulfide 2.5% diindikasikan untuk pityriasis versicolor (panu) dan Pityriasis capitis (ketombe).