Professional Documents
Culture Documents
Sebelum masuk kepada pembahasan yang lebih lengkap maka bagian dasar dari entomologi
kesehatan yang dimaksud komponen/objek yang dipelajarinya, yaitu artrhopoda. Adapun
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Arthros yang berarti berbuku-buku atau
beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda adalah binatang yang kakinya beruas-
ruas termasuk juga bagian perut (abdomen) dan dada (toraks) yang beruas-ruas, contoh :
nyamuk, lalat, kecoak, kutu, udang, kaki seribu, dsb. Berdasarkan contoh dari arthropoda
yang telah disebutkan dan termasuk contoh lainnya dari arthropoda tidak semua dari jenis
arthropoda yang dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan. Adapun pengaruh arthropoda bagi
kesehatan manusia yaitu sebagai vektor (penular) penyakit dan sebagai penyebab penyakit.
Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti arthropoda yang dapat memindahkan
suatu penyakit dari orang yang sakit terhadap orang yang sehat dimana dalam hal ini
arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme penyakit dari penderita kepada orang
yang sehat dan juga sebagai tuan rumah perantara dari mikroorganisme tersebut, contoh :
nyamuk, lalat, kutu, kecoa dsb. Arthropoda sebagai penyebab penyakit dimana arthropoda
dapat menyebabkan penyakit tanpa perantara penular penyakit dalam artian secara langsung,
bisa itu dari gangguan langsung maupun tidak langsung serta kendala lainnya adapun
penyakit yang ditimbulkan karena arthropoda sebagai penyebab penyakit secara langsung
diantaranya entomophoby, annoyance, kehilangan darah, kerusakan alat indera, racun
serangga, dermathosis, alergi, dan miyasis.
Oleh karena itu, berdasarkan teori yang memperkuat pengaruh buruk keberadaan beberapa
jenis arthropoda sebagai penyebab penyakit dan khususnya penular penyakit seperti nyamuk,
lalat, kecoak, pinjal dsb dimana hal ini erat kaitannya dengan masalah penyakit umum yang
sering dialami oleh masyarakat pada umumnya. Selain itu, dari pembelajaran teori dan
praktek identifikasi arthropoda yang telah dilakukan, maka hal tersebut mendasari dibuatnya
laporan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN ARTHROPODA
Arthropoda adalah binatang yang kakinya beruas-ruas termasuk juga bagian perut (abdomen)
dan dada (toraks) yang beruas-ruas, contoh : nyamuk, lalat, kecoak, kutu, udang, kaki seribu,
dsb. Berdasarkan contoh dari arthropoda yang telah disebutkan dan termasuk contoh lainnya
dari arthropoda tidak semua dari jenis arthropoda yang dapat berpengaruh buruk bagi
kesehatan. Adapun pengaruh arthropoda bagi kesehatan manusia yaitu sebagai vektor
(penular) penyakit dan sebagai penyebab penyakit.
Arthropoda merupakan suatu filum yang terdiri dari beberapa kelas, yaitu :
1) Kelas Chylopoda,
Arthropoda yang dapat menjadi vektor penyakit dalam hal ini yang akan dibahas tidak
mencakup keseluruhan tetapi yang akan dibahas adalah beberapa arthropoda sebagai vektor
penyakit. Adapun jenis artrhopoda yang dimaksud berasal dari kelas insecta, myriapoda
khususnya dan dari ordo diptera. Phtiraptera dan diphtera seperti yang tersebut di atas,
diantaranya : kecoak, lalat, kutu, dan pinjal.
Secara umum berkaitan dengan penertian dari arthtropoda itu sendiri, maka tanda-tanda
umum dari filum arthropoda, sebagai berikut :
1) Entomophoby, yaitu rasa takut yang berlebihan terhadap arthropoda yang meskipun tak
berbahaya tetapi dapat menimbulkan suatu gangguan jiwa dan kadang-kadang halusinasi
sensoris
4) Kerusakan alat indera, disebabkan oleh arthropoda pada saat melakukan perjalanan
dengan kendaraan maka seringkali arthropoda masuk ke dalam indera kita terutama mata
sehingga akan menimbulkan luka pada mata
5) Racun serangga, yaitu manusia sering mengalami sengatan oleh arthropoda yang biasa
mengeluarkan bisanya
Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti arthropoda yang dapat memindahkan
suatu penyakit dari orang yang sakit terhadap orang yang sehat dimana dalam hal ini
arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme/ bibit penyakit seperti kuman, virus,
protozoa, cacing dsb dari penderita kepada orang yang sehat dan juga sebagai tuan rumah
perantara dari mikroorganisme tersebut, contoh arthropoda : nyamuk, lalat, kutu, kecoak dsb.
Penularan ini dapat terjadi secara biologik (langsung) dan mekanik (tidak langsung).
(a) Propagative, hama penyakit berkembang biak dengan jalan membagi diri tanpa siklus,
contoh : penyakit DBD ditularkan nyamuk Aedes aegepty yang terdapat
sporozit(mikroorganisme) di dalamnya.
(b) Cyclo Propagative, hama penyakit berkembang biak selain dengan cara membagi diri
juga mengalami siklus hidup, contoh : nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria.
(c) Development, Hama penyakit berkembang dengan cara membesar tanpa membagi-bagi
diri, contoh : nyamuk Culex membawa cacing filaria sebagai vektor penyakit filariasis.
(d) Hereditaria, Hama penyakit ditularkan kepada penderita lain dengan melalui telurnya
Secara mekanik, penularan dapat ditimbulkan melalui kaki, muntahan, ludah atau bagian
tubuh yang nampak dari arthropoda dsb , contoh : bakteri penyebab penyakit Thypus
Abdominalis, bakteri penyebab penyakit kolera, dan bakteri e. coli penyebab penyakit
disentri.
Selain itu, Berikut adalah penjelasan singkat mengenai golongan penyakit berdasarkan faktor
kehidupannya, yaitu :
1) Bibit penyakit masuk melalui sekresi dan kelenjar saliva (ludah) pada waktu menggigit.
3) Bibit penyakit dapat masuk melaui/berasal dari kotoran dan masuk melalui luka pada
waktu menggaruk.
4) Bibit penyakit dapat masuk melalui serangga yang tergaruk pada waktu menggigit.
Pengaruh arthropoda yang dapat menimbulkan penyakit seperti yang dijelaskan di atas, maka
kita perlu mengetahui jenis-jenis arthropoda yang dapat mengakibatkan hal tersebut lewat
identifikasi ciri-ciri, morfologi dan bibit penyakit yang dibawa oleh arthropoda yang
meliputi, kecoak, lalat, nyamuk, kutu dan pinjal. Selain itu, vektor hanya dapat membawa
bibit penyakit (protozoa, bakteri, cacing dsb) jika kualitas lingkungan kurang/ tidak sehat,
maka dalam aplikasinya lingkungan hidup perlu disehatkan oleh manusia.
Dalam prakteknya arthropoda yang diamati/ diteliti diantaranya kecoak, lalat, kutu( tuma),
dan pinjal. Adapun jenis kecoak yang diteliti dalam hal ini adalah Blatta orientalis betina,
jenis lalat yang diteliti adalah lalat rumah (Musca domestica), lalat daging (Sarcophagidae)
dan lalat hijau (Chrysomyia). Kemudian jenis kutu (tuma) adalah kutu kepala (Pediculus
humanuscapitis) serta pinjal yang diamati adalah pinjal pada kucing (Ctenochepalides felis).
Selain dari penjelasan terkhusus pada arthropoda yang diamati, maka beberapa jenis
arthropoda lain yang berpengaruh buruk bagi kesehatan juga menjadi suatu hal yang perlu
diketahui macam, ciri-ciri, morfologi, pengaruh dsb. Di bawah ini penjelasan singkat
mengenai macam arthropoda tersebut :
1) Nyamuk
Nyamuk termasuk dalam kelas insekta (hexapoda) dan ordo diphtera. Kelas ini disebut kelas
hexapoda karena mempunyai 6 kaki. Pada prinsipnya morfologi dan susunan tubuh kelas
insekta ini sesuai dengan ciri-ciri umum dari filum arthropoda yaitu kepala, toraks, abdomen
dengan bagian tubuhnya mempunyai batas batas yang jelas. Contoh nyamuk aedes aegypti,
anopheles, culex dan mansonia. Adapun ciri-ciri nyamuk tersebut sebagai berikut :
1. Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam.
2. Tidak membentuk sudut 90
3. Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore
4. Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa
menampung air hujan
5. Penularan penyakit dengan cara membagi diri.
6. Menyebabkan penyakit DBD.
2) Lalat
Sama halnya dengan nyamuk, lalat juga berasal ordo diphtera dan kelasnya myriapoda. Lalat
terbagi menjadi dua macam, yaitu lalat yang menghisap darah dan yang tidak menghisap
darah.
1. Lalat yang menghisap darah. Jika menghisap darah hewan disebut zoopilik dan
menghisap darah manusia disebut antropilik. Lalat yang tergolong penghisap darah
(zoopilik ataupun antropilik), diantaranya :
(1) Culicoides
Lalat ini bersifat diurnal (makan pada siang atau pagi hari), lalat ini juga menghisap darah
hewan (zoopilik). Tempat berkembang biak (breeding place) di genangan air atau di aliran air
tenang. Larvanya mempunyai ciri-ciri : berbentuk cacing, toraks 3 segmen dan abdomen 9
segmen. Saat dewasa mirip nyamuk kecil, sayap berbulu halus, kadanga-kadang berbintik
warna-warni, antena terdiri dari 14 segmen , dan palpus mempunyai 5 segmen. Penyakit-
penyakit yang ditularkan :
(2) Phlebotomus
Lalat ini disebut juga lalat pasir, termasuk antopilik dan zoopilik, tempat bersarang tidak di
air melainkan di batu, dinding rusak, kandang hewan dan lainnya. Saat dewasa mempunyai
ciri-ciri : tubuh sanat kecil, dapat menembus kasa, kaki, sayap dan badannya tertutup bulu-
bulu panjang.
1. Lalat yang tidak menghisap darah. Dalam prakteknya diamati lalat yang tidak
menghisap darah diantaranya: lalat rumah (Musca domestica), lalat daging
(Sarcophagidae) dan lalat hijau (Chrysomyia). Dan juga terdapat macam lalat lainnya
diantaranya : Lucilia sp, Calliphora sp, musca sorbens, dsb.
(1) Musca sp
Musca merupakan vektor mekanik yang baik dari berbagai macam penyakit oleh karena ia
mempunyai sifat yang buruk yaitu menyukai daerah mata dan daerah sekitarnya sehingga ia
mudah menularkan trachoma dan konjubgtivitas. Adapun jenis Musca sp (lalat rumah),
diantaranya :
a) Musca domestica
Dalam prakteknya yang diamati adalah Musca domestica. Lalat ini berwarna abu-abu
kehitaman, mempunyai ukuran panjang 6 sampai 9 mm, dengan 4 garis gelap di punggung
rambut. Musca domestica menyukai sisa-sisa organik misalnya : sampah dapur, kotoran
manusia/hewan, sisa makanan dll. Tinja kuda sebagai tempat berkembang biaknya. Larva
lalat rumah mempunyai tubuh yang terdiri dari 12 segmen, seekor induk lalat rumah akan
menghasilkan telur sebanyak 120 butir setiap kali bertelur, semasa hidupnya yang dapat
mencapai 3 bulan lamanya, seekor lalat betina dapat bertelur sebanyak 2400 kali dan dalam
waktu 1 hari telur lalat sudah dapat menetas. Sesudah berganti kulit 3 kali dalam waktu 1
minggu ia akan berubah menjadi pupa, yang dalam waktu 3-6 hari tumbuh menjadi lalat
dewasa. Pada umur 2 hari, lalat sudah mampu bertelur.
Musca domestica snang memasuki rumah-rumah dan hinggap di alat-alat makan, sebelum
makan ia selalu memuntahkan cairan dari mulutnya untuk mengencerkan makanannya,
sesudah makan ia selalu buang air besar sehingga arthropoda ini menjadi penular utama
penyakit-penyakit infeksi alat pencernaan, misalnya penyakit amubiasis, penyakit-penyakit
bakteri usus, cacing usus dan infeksi virus, dan penyakit perut lainnya.
b) Musca Sorbens
Sama halnya dengan Musca domestica karena lalat ini termasuk dalam satu jenis yaitu Musca
sp. Dari daur hidup, tempat hinggap dsb seperti penjelasan tersebut pada Musca domestica
mempunyai kesamaan antara keduanya hanya saja mereka menpunyai perbedaan dalam hal
ukuran tubuh. Musca sorbens juga merupakan vektor penyakit patek (penyakit menular
dimana terjadi kerusakan kulit), penyakit diare, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan
Balantidium coli dll.
(2) Chrysomia sp
Lalat ini berwarna hijau metalik. Lalat ini berukuran sedang dan sayap yang jernih dengan
venasi yang jelas. Abdomennya mempunyai garis transversal Lalat yang menyukai luka-luka
terbuka yang basah ini dapat menimbulkan miasis pada mata, tulang dan berbagai tempat
lainnya.
(3) Lucilia sp
Lalat ini disebut juga lalat botol (green bottle flies) mempunyai tubuh yang berukuran
sedang, berwarna hijau metalik kebiruan. Lalat ini meletakkan telurnya pada daging atau
bangkai binatang, pada luka terbuka atau pada lubang-lubang yang berbau busuk. Lalat ini
menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal dan miasis urogenital.
(4) Calliphora
Lalat ini dikenal sebagai blue bottle flies oleh karena berwarna biru metalik, mempunyai
ukuran tubuh yang besar. Lalat ini menyukai bangkai hewan senagai tempat berkembang
biak (breeding place), tetapi dapat menimbukan miasis pada kulit, miasis ontestinal, dan juga
miasis urogenital.
(5) Sarcophagidae
Lalat ini berukuran 10-15 mm, umumnya berwarna abu-abu dan ada juga yang berwarna
coklat kehitaman dengan bintik-bintik kunuing yang terdapat pada segmen abdomen. Di
permukaan dorsal dari toraks terdapat garis longitudinal sedangkan pada permukaan dorsal
dari abdomen terdapat gambaran yang mirip papan catur. Sarcophaga menyukai baik kotoran
hewan maupun madu dari bunga. Lalat ini juga dapat menimbulkanb miasis kulit, miasis
pada hidung dan sinus, miasis pada jaringan-jaringan, miasis pada vagina dan usus.
3) Kecoa (Cockroach)
1. Blatta orientalis
Kecoa ini terdapat di tempat-tempat sampah atau tempat-tempat lembab dan kotor. Kecoa ini
kurang banyak hidup di dalam rumah, juga banyak ditemukan di taman dan bangunan-
bangunan di luar rumah. Blatta orientalis berwarna hitam-coklat mempunyai panjang 2,5 cm.
Blatta orientalis jantan mempunyai sayap yang pendek pada toraksnya sedangkan Blatta
Orientalis betina tidak mempunyai sayap. Sesuai dengan habitatnya di tempat-tempat kotor,
maka kecoa ini dapat menularkan penyakit seperti penyakit perut, cacingan dsb, juga
menimbulkan bau tidak enak di hidung bila kita tidak tahan dengan kontraksi bisa saja
menyebabkan muntah pada manusia karena habitatnya ini.
1. Blatella germanica
Kecoa ini berwarna coklat muda dengan panjang 1,3 cm terdapat garis pada toraksnya. Kecoa
ini menyukai tempat-tempat lembab (kamar mandi, WC, tempat pencucian alat-alat dapur)
dan di luar rumah seperti tempat-tempat sampah. Kecoa ini menghasilkan 5 sampai 30 butir
yang terdapat di ooteka yang terletak pada batas antara toraks bawah dengan abdomen bagian
atas. Pembuahannya terjadi di luar tubuh dengan suhu optimal dalam waktu 2 bulan bisa
menjadi nimfa. Kecoa ini adalah binatang malam, hingga jumlah yang nampak pada siang
hari kurang daripada populasi sebenarnya. Kecoa ini dapat menularkan penyakit, seperti
gastroentritis, kolers, thypus.
1. Supella Supellectillium
Kecoa ini juga berwarna coklat muda. Umumnya kecoa ini berukuran paling kecil 1,3 cm
atau juga kurang dari ukuran tersebut, biasanya terdapat di tumpukan kayu. Supella
Supellectillium dapat menjadi perantara dari cacing Hymenolepis diminuta sehingga dapat
menyebabkan cacingan. Kecoa ini baik yang jantan maupun betina mempunyai sayap.
1. Periplaneta americana
Kecoa ini berukuran paling besar dari golongan kecoa lainnya yaitu sekitar 3,8 cm, warnanya
merah-coklat. Kecoa ini menyukai tempat-tempat kotor, seperti WC atau tempat-tempat
sampah di rumah-rumah dsb. Kecoa ini mempunyai sayap yang panjangnya menutupi
toraks/seluruh tubuh bagian dorsalnya atau juga melebihi panjang tubuhnya. Lalat ini akan
menimbulkan penyakit bila mengontaminasi makanan dan minuman karena bakteri yang
dibawanya, seperti diare, disentri, thypus dsb.
4) Tuma
Tuma adalah kutu yang terdapat pada manusia. Tuma bisa melakukan pembuahan sendiri
tanpa perkawinan (partenogenesis). Kutu pada manusia terbagi 3, yaitu kutu kepala
(Pediculus humanuscapitis), kutu badan (Pediculus humanuscorporis), dan kutu kemaluan
(Pthirus pubis). Tuma merupakan ordo phtiraptera dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Adapun saat praktek yang diamati adalah kutu kepala (Pediculus humanuscapitis).
1. a. Pediculus humanuscapitis
Kutu kepala berukuran 1-2 mm. Telur yang dihasilkannya paling banyak yaitu sekitar 300
butir. Kutu kepala sebagai parasit di kepala manusia, kutu ini mengisap darah di kepala
sehingga merugikan kesehatan pada manusia karena dapat menyebabkan gatal, kekurangan
darah(O2) pada otak sehingga dapat berpengaruh bagi kecerdasan otak. Dibandingkan kutu
lainnya, kutu ini mudah ditemukan walaupun pada zaman sekarang jarang adanya namun
keberadaanya tidak begitu sulit dijangkau seperti kutu badan dan kutu kemaluan. Selain itu,
kutu kepala masih umum menjadi parasit di kepala manusia sehingga saat praktek mengamati
kutu ini.
1. b. Pediculus humanuscorporis
Kutu ini mempunyai panjang 2-4 mm. Kutu ini menghasilkan 140 butir telur. Kutu ini parasit
pada badan, biasanya terdapat pada dada utamanya ditemukan pada dada yang berbulu.
Seperti halnya kutu kepala kutu ini bersifat parasit uga menghisap darah.
1. c. Pthirus pubis
Kutu kemaluan mempunyai panjang 0,8-1,2 mm, kutu ini berukuran paling kecil
dibandingkan kutu kepala dan kutu kemaluan. Kutu ini sangat jarang sekali ditemukan pada
saat ini. Kutu kemaluan mengasilkan telur 50 butir. Kutu ini juga sebagai parasit dan dapat
berpindah/ menular lewat hubungan seksual.
5) Pinjal
Pinjal adalah kutu pada hewan sama halnya dengan tuma yang merupakan kutu pada
manusia, pinjal juga sebagai parasit. Secara umum, morfologi pinjal mempunyai tubuh pipih
berukuran 1,5-4 mm, tidak bersayap, mulut tersembunyi (berfungsi untuk menusuk-
mengisap, mempunyai kaki-kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat, pada daerah dekat
mata terdapat ocular bristle, mempunyai abdomendengan 10-12 segmen : pada segmen ke-8
atau ke-9 terdapat spermatheca (pinjal betina), sedangkan pada yang jantan , penis terdapat
pada segmen abdomen ke-5 atau ke-6. Juga terdapat comb (rambut seperti sisir) yang
penting untuk differensiasi pinjal yang terdiri dari Genal comb di atas mulut dan thoracal
comb yang terdapat di segmen pertama toraks.. Metamorfosa pada pinjal adalah metamorfosa
sempurna. Adapun macam pinjal, diantaranya Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis,
Pulex irritans, Xenopsylla cheopis (pinjal tikus), Nosopsyllus fasciatus. Walaupun pinjal ini
parasit di tubuh hewan tapi pinjal ini juga sebagai vektor dari penyakit, yaitu :
1. a. Pes (Pasteurella pestis) lewat gigitan yang dibawa oleh Xenopsylla cheopis dan
Pulex irritans.
2. Endemic typhus (Rickettsia mooseri) dibawa oleh Xenopsylla cheopis dan
Nosopsyllus fasciatus.
Pemberantasan arthopoda yang diamati Blatta orientalis betina, jenis lalat yang diteliti
adalah lalat rumah (Musca domestica), lalat daging (Sarcophagidae) dan lalat hijau
(Chrysomyia). Kemudian jenis kutu (tuma) adalah kutu kepala (Pediculus humanuscapitis)
serta pinjal yang diamati adalah pinjal pada kucing (Ctenochepalides felis).
Untuk memberantas arthropoda sebagai penular penyakit dan cara mengurangi bahayanya,
antara lain :
3) Menjaga kebersihan tubuh misal membersihkan rambut biar tidak dihinggap kutu
kepala, makanan dengan cara menyimpan di tempat yang baik dan rapi, lingkungan rumah
dsb.
6) Membasmi kutu kepala dengan cara chemical control menggunakan obat kimia
diantaranya peditok.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
1. Tujuan
Alat :
1. Objek glass
2. Deck glass
3. Jarum seksi
4. Pipet tetes
5. Mikroskop
6. Cawan petri
7. Kaca pembesar
Bahan :
1. Chloroform
2. Air
3. Jarum seksi
1. Cara Kerja
2. Kecoa
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mematikan kecoa dengan chloroform
3. Meletakkan kecoa yang sudah mati ke cawan petri lalu ditusuk dengan jarum
seksi di bagian toraks/bagian tubuh (dorsal dan ventral) untuk memudahkan
pengamatan
4. Mengamati dengan kaca pembesar dan untuk mengamati lebih detail dapat
digunakan mikroskop
5. Mencatat hasilnya dalam laporan
1. Lalat
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mematikan lalat dengan chloroform
3. Meletakkan lalat yang sudah mati ke cawan petri lalu ditusuk dengan jarum
seksi di bagian toraks/bagian tubuh (dorsal atau ventral) untuk memudahkan
pengamatan
4. Mengamati dengan kaca pembesar dan untuk mengamati lebih detail dapat
digunakan mikroskop
5. Mencatat hasilnya dalam laporan.
Arthropoda yang diamati adalah Blatta Orientalis betina (kecoa timur), Musca domestica
(lalat rumah), Sarcophaga sp (lalat daging), Chrysomyia sp (lalat hijau), dan Pediculus
humanuscapitis (kutu kepala) serta Ctenochepalides felis (pinjal kucing). Berikut
pembahasannya berupa gambar dan deskripsi morfologi :
BAB IV
KESIMPULAN
1. Dalam pengamatan lalat, kecoak, kutu dan pinjal dapat diidentifikasikan berdasarkan
ciri-ciri morfologi dari jenis hewan yang termasuk dalam filum arthropoda tersebut.
Dan sesuai dengan teorinya arhtropoda mempunyai tubuh yang beruas-ruas pada kaki,
toraks dan abdomen.
2. Pengaruh jenis arthropoda yang diamati terhadap kesehatan yaitu sebagai penyebab
dan vektor (penular) penyakit.
3. Adapun pengaruh arthropoda sebagai penyebab penyakit mencakup juga dampaknya
pada kesehatan hewan ternak yang kemudian dikonsumsi oleh masyarakat. Selain itu
pengaruhnya merupakan suatu hal yang umum dan penting pengaruhnya tidak hanya
berupa penyakit. Penyakit berupa gangguan, rasa takut dsb juga termasuk di dalamnya
tetapi tidak menyebabkan penularan dan jarang terjadi kematian seperti halnya
arthropoda sebagai vektor (penular/perantara) penyakit dimana membawa bibit
(kuman) penyakit yang penularannya terjadi secara mekanik(tidak langsung) dan
langsung sehingga dapat menyebabkan terjadinya wabah bahkan KLB pada suatu
wilayah.
4. Saat pengamatan di laboratorium khususnya untuk entomologi, pembahasan hanya
sebatas identifikasi dari jenis arthropoda yang diamati berupa morfologi dan
deskripsinya sehingga memudahkan penelitian selanjutnya untuk diperiksa apakah
ada bibit penyakit atau mikroorganisme penyebab penyakit di dalamnya dalam hal ini
kaitannya dengan mikrobiologi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Epidemiologi dan Karantina. Manual Kantor Kesehatan Pelabuhan. Dit. Jen. P3M
Depkes RI
Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2000
http://cavefauna.wordpress.com/taxonomy/
Materi ajaran dari Ibu Yuni Diana Soraya dan Bapak Husni Thamrin.
Santi, Nuraini Devi, Pemberantasan Arthopoda Yang Penting dalam Hubungan dengan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Bagian Kesehatan Lingkungan
USU, 2004