You are on page 1of 18

MINI PROJECT

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PEMERIKSAAN PAPSMEAR


PADA MASYARAKAT KAWISTOLEGI DI PUSKESMAS
KARANGGENENG TAHUN 2016

Di Susun Oleh:
dr. Afif Amrulloh

Pendamping:
dr. H. Mochammad Amin

UPT PUSKESMAS KECAMATAN KARANGGENENG


KABUPATEN LAMONGAN
PROVINSI JAWA TIMUR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data World health organization (WHO) pada tahun 2008 di perkirakan
setiap harinya ada 38 kasus baru kanker serviks dan 21 orang perempuan yang meninggal
karena kanker serviks di Indonesia. Pada tahun 2025 di perkirakan kasus baru kanker
serviks di Indonesia akan meningkat sebesar 74%, sementara secara keseluruhan
prevalensinya akan meningkat sebesar 49% Pada Tahun 2008, terdapat 530.202 kasus
baru kanker serviks di seluruh dunia. Dengan jumlah itu berarti di perkirakan akan di
dapatkan sekitar 1 kasus baru kanker serviks setiap menitnya di dunia. Secara keseluruhan
insiden kanker serviks di seluruh dunia adalah sebesar 16,2 per 100.000 penduduk
(Ocviyanti, 2013).
Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara-negara berkembang dan urutan ke
10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Menurut data Globocan 2008, terdapat
529,409 kasus baru kanker serviks dengan 274,883 kematian di dunia. Hampir 85% kasus
terdapat pada negara-negara berkembang. Di Asia Tenggara, terdapat 188.000 kasus baru
dengan sekitar 102.000 kematian (Soehartati, 2010).
Di Indonesia kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6%), Menurut
perkiraan Departemen kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200
ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa gejala pada stadium dini, tetapi jika ditemukan
pada stadium dini, kanker leher rahim dapat disembuhkan dengan baik. Lebih dari 70% kasus
yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut (Bustant, 1997).
Kanker serviks stadium awal biasa didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan sitologi
melalui Pap Smear pada cairan serviks. Tetapi negatif palsu pada pemeriksaan Pap Smear
terdapat 15-40% kasus adalah tergantung pada kemampuan laboratorium dan kelompok
penduduk yang di periksa. Hampir 50% penderita kanker serviks ternyata tidak melakukan
Pap Smear dalam 10 tahun belakang. Disinilah perlunya seorang perempuan beresiko
sebaiknya di periksa Pap Smear (Yatim, 2005).
Tes Pap Smear dapat mendeteksi perubahan awal sel di leher rahim (displasia) sebelum
berubah menjadi kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks
pada tahap awal. Kebanyakan wanita yang didiagnosa kanker serviks di Amerika Serikat tidak
pernah menjalani tes Pap Smear dalam 5 tahun terakir (Emilia, et al. 2010).

2
Alasan para ibu untuk tidak mau melakukan pap smear biasanya adalah pisikologis.
Suatu penelitian yang di lakukan oleh ahli psikologis Alison bish di London, alasan ibu tidak
melakukan Pap Smear adalah bahwa pemeriksaan itu memalukan, menyusahkan,
menyakitkan, dan menggangu. Ketakutan yang lain adalah kalau Pap Smear akan menyatakan
bahwa mereka menderita kanker sehingga mereka lebih memilih tidak mengetahuinya dan
menghindarinya (Evennt, 2004).

1.2 Pernyataan Masalah


Rendahnya partisipasi masyarakat Kawistolegi pada pemeriksaan papsmear di
Puskesmas Karanggeneng tahun 2016.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk megetahui faktor penyebab rendahnya partisipasi masyarakat Kawistolegi
pada pemeriksaan papsmear di Puskesmas Karanggeneng.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya papsmear.
b. Untuk meningkatkan pelaksanaan papsmear yang diadakan di Puskesmas
Karanggeneng.

1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya dilakukan papsmear.
b. Mengurangi resiko angka kejadian kanker serviks.
2. Bagi Puskesmas
a. Sebagai masukan tentang upaya pencegahan penyakit kanker serviks.
b. Sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan di masa mendatang.
3. Bagi Penulis
a. Menambah pengalaman dalam masalah ilmu kesehatan masyarakat terutama
mengenai kesehatan reproduksi.
b. Dapat melengkapi salah satu syarat kelulusan internsip, yaitu terselesaikannya
mini project ini.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim
(Fitria, 2007).
Pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas dari sistem alat
kandungan wanita (Lestadi, 2009).
Pap smear adalah contoh dari sel-sel di leher rahim yang diambil selama tes
pap. Tes pap dilakukan untuk menentukan kesehatan leher rahim (serviks) atau
menemukan adanya perubahan abnormal pada sel-sel. Selama tindakan, contoh sel
tersebut dikumpulkan dari permukaan leher rahim dan diletakkan pada kaca
mikroskop. Contoh ini, disebut pap smear, dikirim ke laboratorium untuk
pemeriksaan mikroskopis.

2.2 Tujuan
Tujuan tes pap smear menurut Sukaca 2009 adalah :
a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi
kanker serviks.
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang
belum menderita kanker.
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.

2.3 Manfaat
Manfaat pap smear menurut Lestadi 2009 yaitu:
a. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan pap
smear yang bahan pemeriksaanya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding
lateral vagina sepertiga bagian atas.
b. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa dengan
pemeriksaan pap smear . Baik peradangan akut maupun kronis. Sebagian besar akan
memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan

4
organisme penyebabnya. Walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang tidak
menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear.
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan.
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang sebagian
merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya
organisme penyebab peradangan pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan
pap smear, sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat
diperkirakan organisme penyebabnya.
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini
atau lanjut (karsinoma/invasif).
Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat pemeriksaan
untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher rahim.Pap smaer yang semula
dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui
sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan
ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik sitologi tidak dapat
mengantikan diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti
setiap diagnosik sitologi kanker leher rahim harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan
histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum dilakukan tindakan sebelumya.
e. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan endokrin.
Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim yang telah diobati dengan
radiasi, memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi,
memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang telah diobati
dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.

2.4 Faktor yang mempengaruhi papsmear


Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear menurut Fitria (2007)
a. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia 35-
55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim.
Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya
proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ
tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lebih lama
kemungkinan jatuh sakit (Fitria,2007).
b. Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel
mulut rahim, hal ini karena ketidakmampuan melakukan pap smear secara rutin
(Fitria, 2007).

5
c. Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup.
Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat
mempunyai resiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim.
Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut
rahim yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria, 2007).
d. Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-
sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum
matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh
sperma dan segala macam perubahanya, jika belum matang, bisa saja ketika ada
rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan
sel ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker (Fitria, 2007).

2.5 Sasaran Papsmear


Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang tinggi
aktifitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak
mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita
sasaran tes pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum
menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
c. Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
d. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
f. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita
resiko tinggi harus lebih sering menjalankan papsmear.
g. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering mungkin
setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks.

2.6 Syarat Pengambilan Bahan


Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi prakanker dan kanker
leher rahim, dapat menghasilkan interprestasi sitologi yang akurat bila memenuhi syarat
(Romauli dan Vindari , 2011) yaitu:
a. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.
b. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa haid, yaitu sesudah
hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi.

6
c. Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid dan dicurigai
penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu walaupun
ada perdarahan.
d. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai selesai pengobatan.
e. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina dengan
zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-
kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam.
f. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan saja.

2.7 Langkah-langkah Pengambilan pap smear


Langkah-langkah pengambilan papsmear (Romauli dan Vindari, 2011) yaitu:
a. Persiapan pasien
1. Melakukan informent concent.
2. Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan lampu sorot.
3. Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.
4. Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi.
b. Persiapan alat
1. Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti hanscun, speculum cocor
bebek, spatula ayre yang telah dimodifikasi, lidi kapas atau cytobrush, kaca objek
glass, botol khusus berisi alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon tang, kasa
steril pada tempatnya, formuler permintaan pemeriksaan sitologi pap smear, lampu
sorot, waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat sampah, tempat tidur ginekologi,
sampiran.
2. Menyusun perlengkapa/bahan secara ergonomis.
c. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah
dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
2. Mengunakan hanscun steril.
3. Melakukan vulva higyene.
4. Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi.
5. Memasang speculum dalam vagina.
6. Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung spatula yang
berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan
sedikit tekanan dengan mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar
melingkar 3600.
7. Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya, jangan
terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
8. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:
8.1 Fiksasi Basah.
Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar
dimasukkan kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan
dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan keringterfiksasi

7
atau dapat pula sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi
didalam botol.
8.2 Fiksasi Kering.
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih
seger disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass yang
mengandung asupan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object
glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan. Kemudian keringkan sediaan dengan
membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan
siap dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa bersamaan dengan
formulir permintaan.
9. Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan
tampon tang.
10. Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.
11. Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
12. Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung tangan (merendam dalam
larutan clorin 0,5%).
13. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah.
14. Temui klien kembali.
15. Mencatat hasil tindakan dalam status.

2.8 Pengelompokan pap smear


Pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
a. Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
b. Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai
dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik ringan.Pemeriksaan
akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila
ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan.
c. Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat, periksa ulang
dilakukan setelah pengobatan
d. Kelas IV
Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
e. Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas.

8
BAB III

METODE

1.1 Definisi Operasional


1. Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi adalah suatu usaha untuk
penyebarluasan informasi tentang pentingnya papsmear kepada para wanita
dan lansia dengan menggunakan metode penyuluhan.
2. Pengetahuan para peserta adalah segala sesuatu yang diketahui oleh para
peserta tentang pemeriksaan papsmear sebelum dan sesudah penyuluhan
menyangkut semua yang diketahui para peserta mengenai papsmear.
1.2 Langkah-Langkah dalam pembuatan mini project adalah sebagai berikut :
Menetapkan topik masalah dari upaya pokok puskesmas
Mengumpulkan data dan analisa data
o Data Sekunder
Data diperoleh dari data Poli KB Puskesmas Karanggeneng
o Data Primer
Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden sebelum dan
sesudah penyuluhan.
Menetapkan diagnosis komunitas dan faktor terkait
Mengembangkan solusi penatalaksanaan
Memilih dan merencanakan solusi yang mampu dilaksanakan
Melaksanakan solusi
1.3 Aspek Pengukuran
Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan para wanita dan lansia atas 10 pertanyaan.


Pemberian skor dilakukan berdasarkan ketentuan, jawaban yang benar diberi skor 5
dan jawaban salah diberi skor 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 100.
Skor yang diperoleh masing-masing responden dijumlahkan.

Skala Pengukurannya, yaitu :

1. Baik, bila jawaban responden benar 80% - 100% dari total nilai angket
pengetahuan.
2. Cukup, bila jawaban responden benar 60% - 75% dari total nilai angket
pengetahuan.
3. Kurang, bila jawaban responden benar 40% - 55% dari total nilai angket
pengetahuan.
4. Sangat kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket
pengetahuan.

9
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu :
1. Skor 80-100 = baik
2. Skor 60-75 = cukup
3. Skor 40-55 = kurang
4. Skor <40 = sangat kurang

10
BAB IV

HASIL

4.1 Profil Komunitas Umum


UPT puskesmas kecamatan Karanggeneng terletak di Jl. Karanggeneng No.110 dan
memiliki wilayah kerja di 18 kelurahan/desa yang meliputi Karaggeneng, Mertani,
Sumberwudi, Karangwungu, Jagran, Kawistolegi, Sonoadi, Kaligerman, Karangrejo,
Tracal, Prijek Ngablak, Guci, Banteng Putih, Latukan, Kendal Kemlagi, Sungelebak,
Kalanganyar, dan Banjarmadu. UPT puskesmas kecamatan Karanggeneng merupakan
kesatuan organisasi kesehatan fungsional dan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga berfungsi memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk beberapa kegiatan pokok perawatan
kesehatan.

4.2 Data Geografis

1. Data Wilayah
Wilayah UPT puskesmas kecamatan Karanggeneng terdiri dari:
a. Desa : 18
b. Dusun : 36
c. RW : 64
d. RT : 191
2. Batas Wilayah
a. Sebelah utara : kecamatan Laren
b. Sebelah selatan : kecamatan Sukodadi
c. Sebelah timur : kecamatan Kalitengah dan kecamatan Turi
d. Sebelah barat : kecamatan Maduran dan kecamatan Sekaran
11
4.3 Data Demografik
1. Jumlah Penduduk
a. Laki-laki : 22.802 orang
b. Perempuan : 23.207 orang
2. Mata Pencaharian
a. Petani : 75%
b. Buruh tani : 10%
c. Pegawai Negeri/ABRI : 6%
d. Pengusaha : 5%
e. Lain-lain : 4%
3. Sarana Pendidikan
a. TK : 28
b. SD Negeri : 22
c. MI : 22
d. SLTP : 5
e. SMP terbuka : 2
f. MTs : 6
g. SLTA : 5
h. MA : 4

4.4 Sumber Daya Kesehatan


1. Tenaga Kesehatan
a. Dokter umum : 2 orang
b. Dokter gigi : 1 orang
c. Bidan/bidan desa : 17 orang
d. Perawat : 10 orang
e. Pekarya kesehatan : 1 orang
f. Pekarya kesehatan jurim : 1 orang
g. Juru kusta : 1 orang
h. Sanitarian : 1 orang
i. Tenaga laboratorium : 2 orang
j. Tenaga asisten apoteker : 1 orang
k. Tenaga administrasi : 3 orang
l. Tenaga gizi : 1 orang
m. Sopir : 1 orang
2. Sarana Pelayanan Kesehatan
a. Puskesmas induk : 1
b. Puskesmas pembantu : 5
c. Polindes : 14
d. Puskesmas keliling : 1
e. Jumlah posyandu : 48
f. Kader gizi/kesehatan : 144
3. Sarana Penunjang Kesehatan
a. SPT : 421
b. SGL : 710
c. PAH : 54
d. Jamban keluarga : 6.791
e. SPAL : 2.291
f. TTU : 67
g. TP 3 : 18

12
h. TPM : 18
i. WSLiCH-2 : 9

4.5 Data Kesehatan Masyarakat

Grafik 1.1 Jumlah peserta pemeriksaan papsmear di puskesmas Karanggeneng

Dari grafik diatas diketahui bahwa jumlah peserta desa Kawistolegi pada pemeriksaan
papsmear di Puskesmas Karanggeneng pada tahun 2016 rendah yaitu sebanyak 46 orang.
Sedangkan pemeriksaan papsmear dari desa Karanggeneng sebanyak 82 orang.

4.6 Data Umum


4.6.1 Karakteristik Responden

Variabel Jumlah %
< 25 tahun 9 32
Umur 25 tahun - 45 tahun 14 50
> 45 tahun 5 18

13
Total 28 100
Tabel 4.6.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa usia 25 tahun-45 tahun peserta terbanyak (50%)
dari pada usia < 25 tahun (32%) dan > 45 tahun (18%).

4.6.2 Data Khusus


Data ini diambil untuk mengukur pengetahuan dari responden berdasarkan kuesioner
yang dibagikan sebelum penyuluhan berlangsung.

No. Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


1. Baik 5 18%

2. Cukup 10 36%

3. Kurang 12 43%

4. Sangat kurang 1 3%

Jumlah 28 100 %
Tabel 4.6.2 Hasil Pre-Test Responden di desa Kawistolegi

Tabel 4.6.2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai


pengetahuan kurang yaitu 12 orang sebesar 43% dan sebagian kecil mempunyai
pengetahuan baik yaitu 5 orang sebesar 18%.

14
BAB V

DISKUSI

5.1 Analisis Data


Data diatas menunjukkan bahwa angka pemeriksaan papsmear Desa Kawistolegi
pada tahun 2016 sebanyak 46 orang. Tabel 4.6.2 diatas menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mempunyai pengetahuan kurang yaitu 12 orang sebesar 48% dan
sebagian kecil mempunyai pengetahuan baik yaitu 5 orang sebesar 18%.

5.2 Analisis Masalah


1. Rendahnya partisipasi masyarakat Desa Kawistolegi pada pemeriksaan papsmear di
Puskesmas Karanggeneng tahun 2016.
2. Rendahnya pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap pentingnya
papsmear.

5.3 Diagnosis Komunitas


1. Kurangnya kesadaran para wanita mengenai bahaya tidak dilakukannya papsmear.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemeriksaan papsmear.

5.4 Solusi Penatalaksanaan


Tabel 5.1 Solusi Penatalaksanaan Berdasarkan Penyebab Masalah
No. Penyebab Masalah Solusi

1. Kurangnya kesadaran para wanita Memberikan penyuluhan kepada para peserta


wanita mengenai bahaya tidak dilakukannya
mengenai bahaya tidak dilakukannya papsmear
papsmear.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat Mengusulkan agar dilakukan penelitian


mengenai tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai pemeriksaan papsmear. terhadap pemeriksaan papsmear

5.5 Solusi Terpilih


Solusi pemecahan masalah ditentukan dengan menilai efektifitas dan efisiensi. Solusi
yang paling mungkin untuk dilaksanakan pada mini project ini adalah promosi kesehatan
melalui penyuluhan mengenai papsmear dan manfaat papsmear mengingat keterbatasan
waktu dan biaya.
5.6 Rencana Pelaksanaan Solusi
1. Tujuan
Tujuan dari promosi kesehatan mengenai mengenai papsmear dan manfaat
papsmear adalah untuk menaikkan angka partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan
papsmear.
15
2. Sasaran
Para wanita yang sudah menikah, usia produktif dan usia tua di Desa
Kawistolegi.
3. Waktu dan Tempat
a. Hari : 16 Maret 2017
b. Jam : 10.00 WIB-selesai
c. Lokasi : Balai Desa Kawistolegi
4. Metode
Penyuluhan di selenggarakan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab.
5. Media
Penyuluhan menggunakan media elektronik berupa:
a. Laptop
b. Pointer
c. LCD proyektor
d. Layar
e. Microphone
f. Sound system
6. Harapan
1. Semakin meningkatnya pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat akan
pemeriksaan papsmear.
2. Menaikkan angka partisipasi masyaratakat terhadap pemeriksaan papsmear di
Desa Kawistolegi.

5.7 Hasil Pelaksanaan Solusi


Penyuluhan dilakukan tanggal 16 Maret 2017 pukul 10.00 bertempat di balai Desa
Kawistolegi. Penyuluhan dilakukan bersamaan dengan penyuluhan tentang kusta yang
diadakan oleh Puskesmas Karanggeneng. Penyuluhan dilakukan dengan metode kuliah
kemudian dilakukan sesi tanya jawab. Respon dari para peserta sangat bagus yang
ditandai dengan peserta mengajukan banyak pertanyaan. Selain itu juga didapatkan
peningkatan tingkat pengetahuan setelah dilakukannya post-test.
Didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden setelah diberikan
penyuluhan adalah baiks ebanyak 12 orang (43%), cukup sebanyak 14 orang (50%),
kurang sebanyak 2 orang (7%) dan sangat kurang sebanyak 0 orang (0%). Bisa dikatakan
bahwa tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan menjadi lebih baik setelah
diberikan penyuluhan.

No. Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


1. Baik 12 43%

2. Cukup 14 50%

3. Kurang 2 7%

4. Sangat kurang 0 0%

16
Jumlah 28 100 %
Tabel 5.7 Hasil Post-Test Responden di desa Kawistolegi

17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan para wanita yang sudah
menikah, usia produktif dan usia tua tentang papsmear di Desa Kawistolegi,
Kecamatan Karanggeneng.

6.2 Saran
Upaya meningkatkan pengetahuan para wanita yang sudah menikah, usia produktif
dan usia tua tentang papsmear dapat dilakukan dengan salah satu metode penyuluhan.
Untuk Puskesmas, supaya dapat melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi, dan pelaporan apabila ada kasus tentang reproduksi di
salah satu desa di Kecamatan Karanggeneng.

18

You might also like