You are on page 1of 118

Computational Fluid Dynamics (CFD)

Dengan Ansys CFX

Oleh :

Prof. Ir. I Ketut Aria Pria Utama, M.Sc.,Ph.D


Ridho Hantoro, ST.,MT

ITS Surabaya
Daftar Isi
CFD vs Eksperiment
3

Teori Dasar
13

Proses Simulasi CFD


52

Validasi dan Verifikasi


55

Modul 1 : Aliran pada Blunt Body


56
Modul 2 : Pembuatan geometri benda kerja (ICEM) dan Meshing

Modul 3 : Pre-processing & pemilihan solver

Modul 4 : Post-processing hasil simulasi CFD

2
Metode CFD versus Metode Eksperimental

Kemampuan CFD dan pesatnya perkembangan kecepatan komputasi

telah membuat penggunaan CFD sebagai alat untuk mendapatkan solusi dalam

dunia engineering. Penggunaannya telah meliputi area yang luas pada industri

dan aplikasi-aplikasi keilmuan. CFD dapat digunakan untuk menghasilkan

prediksi kualitatif dan terkadang bahkan prediksi kualitatif dalam aliran fluida,

hal ini banyak dilakukan dengan menggunakan beberapa metode [1]:

- Model matematik (PDE)

- Metode numeric (diskritisasi dan teknik solusi)

- Perangkat lunak

CFD digunakan oleh para ilmuwan dan engineer untuk melakukan

sebuah eksperiment numerik dalam sebuah virtual laboratorium. Dalam

karakteristik aliran, CFD dapat memperlihatkan pola-pola aliran yang lebih

detail dan akurat yang akan sulit dan mahal, bahkan tidak mungkin dilakukan

dengan menggunakan teknik eksperiment. Salah satu contoh aplikasi yang telah

dilakukan adalah dalam analisa mendapatkan gaya-gaya dan efek dari sebuah

riser yang memiliki sangat panjang dan berada didalam laut dalam [2].

Schowalter et al menyatakan bahwa toleransi kesalahan dalm pen-skala-an dapat

dikurangi dengan adanya CFD. Dalam area penelitian yang berbeda, penerapan

CFD dilakukan sebagai pembanding dengan eksperiment apabila

memungkinkan dilakukan eksperiment [3,5,6], dan menjadi superior dalam hal

eksperiment sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan [4,7].

Dalam hal prediksi sebuah fenomena aliran, maka CFD dapat digunakan

untuk mendapatkan kuantitas yang diinginkan dengan resolusi yang tinggi

untuk setiap bagian dan waktu. Pemanfaatan CFD juga digunakan sebagai

metode untuk menyederhanakan (secara virtual) permasalahan dengan kondisi-

kondisi operasi yang realistis dan tetap pada domain aliran yang aktual.

3
Meskipun demikian error/kesalahan selalu ada dan biasanya terjadi

karena beberapa hal berikut :

- Kesalahan dalam memodelkan objek penelitian

- Kesalahan dalam diskritisasi

- Kesalahan dalam melakukan iterasi

- kesalahan dalam implementasi

Dalam hal kemampuan mendiskripsikan secara kuantitatif sebuah

fenomena, maka metode pengukuran/eksperiment hanya mendapatkan satu

kuantitas dalam satu waktu dan terbatas dalam jumlah titik pengukuran dan

waktunya. Selain itu skala yang digunakan terbatas pada skala laboratorium dan

meliputi area permasalahan dan kondisi operasi yang terbatas. Dengan demikian

error/kesalahan yang mungkin terjadi adalah :

- Adanya kesalahan dalam melakukan pengukuran

- Adanya gangguan pada probe yang digunakan

Sebagai sebuah algoritma, CFD tidak sepenuhnya dapat menggantikan

pengukuran secara eksperiment, tetapi jumlah dan biaya eksperiment yang

dilakukan dapat berkurang sangat signifikan. Dalam hal ini perbandingan antar

CFD dan eksperiment adalah sebagai berikut :

Eksperiment :

- Biaya mahal

- Membutuhkan waktu persiapan yang lebih lama

- Bersifat sekuensial

- Memiliki tujuan tunggal

Sedangkan pada sisi CFD :

o Biaya lebih murah

o Lebih cepat dilakukan

o Dapat dikerjakan secara paralel

o Dapat digunakan untuk tujuan yang lebih dari satu

4
Namun demikian reliabilitas hasil dari simulasi CFD tidak pernah dapat

mencapai 100% dikarenakan data input yang digunakan memiliki potensi

perkiraan atau kurang presisi. Selain itu terdapat kemungkinan model

matematik yang mungkin tidak sesuai serta akurasi yang terbatas tergantung

kemampuan kecepatan komputer yang digunakan. untuk beberapa kasus telah

terbukti bahwa simulasi CFD memiliki reliabilitas yang tinggi [8,9], yaitu pada :

- Aliran laminar dengan kecepatan yang rendah

- Aliran-aliran single-phase

Dengan berkembangnya penelitian yang menggunakan simulasi CFD

sebagai metode untuk lebih memperpendek distance to reality (DTR) pada

banyak kasus dalam multi-disiplin keilmuan [kemudian muncul kaidah-kaidah

yang banyak dilakukan oleh para peneliti dalam memposisikan CFD dan

eksperiment [10,11]. Salah satu kaidah yang banyak dipakai adalah

menggunakan CFD sebagai metode prediksi dan eksperiment sebagai metode

untuk melakukan validasi, seperti terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 [12].

Gambar 1. Hubungan antara validasi dan prediksi

5
Gambar 2. Hubungan Validasi CFD dengan eksperiment

Selain itu, CFD juga digunakan dalam validasi model matematik. Konsep ini

terlihat pada Gambar 3 [12].

Gambar 3. Hubungan Konsep Validasi CFD dengan verifikasi model matematik

Dengan review diatas maka metode CFD dan ekperiment akan tetap diperlukan

dalam penelitian-penelitian pada banyak disiplin sciense dan engineering.

Memang terdapat area dalam eksperiment yang bisa dilakukan dengan lebih

cepat dan murah, tetapi tidak dapat menggantikan sepenuhnya metode

eksperiment. Hal ini karena semua hasil penelitian pada akhirnya adalah

fenomena dan aplikasi dalam dunia nyata.

6
Berkembangnya CFD sebenarnya juga memacu berkembangnya metode-metode

eksperiment dengan laju yang tidak sama, sehingga yang terjadi sampai dengan

saat ini adalah pemetaan penggunaan kedua metode tersebut dalam penelitian.

Pembeda yang jelas adalah kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dan hal

inipun tetap bersifat unik untuk disiplin ilmu yang berbeda-beda.

7
Aplikasi CFD

8
9
10
11
12
Teori Dasar

Penurunan Persamaan Navier-Stokes

Catatan tentang Terminologi: Makalah ini merupakan kumpulan essay dari

material buku fisika dan mekanika fluida. Hal yang menjadi penting adalah

adanya terminology yang konsisten dari mulai awal (properties of fluids) sampai

dengan akhir (Darcys Law and its implications).

Dalam banyak tulisan vector dilambangkan dengan huruf tebal (v), pada

sumber yang lain dilambangkan dengan panah kecil diatas simbol ( v ). Kita

akan selalu memakai lambang vector dengan panah kecil dan scalar tanpa panah

13

kecil. Jadi v adalah vector dan vx adalah scalar. Unit vector ke arah x-, y-, dan

z- adalah i , j , and k sehingga velocity vector v dapat dituliskan:

v vxi v y j vz k

Buku mekanika fluida dan banyak artikel selalu merefer komponen velocity pada

x-, y-, dan z- sebagai u, v, and w; i.e.,



u vxi ; v vy j; w vz k

Pada artikel ini akan selalu menggunakan symbol vx, vy, and vz sebagai besarnya

nilai scalar dari komponen vector dan vector v x , v y , and v z sebagai

komponen vector itu sendiri. Sebagai tambahan, sdh menjadi hal yang biasa

dalam mekanika fluida untuk merefer pada x-, y- and z- sebagai arah seperti

halnya x1, x2, and x3; ini sangat berguna,

sebagai contoh, saat bekerja dengan

subscripts dalam notasi tensor. Secara umum

kita akan menghindari notasi tensor sehingga

akan mengambil notasi yang biasa dipakai

yaitu x, y, and z sebagai aksis. Satu-satunya

pengecualian adalah symbol untuk 2nd-order

tensor stu sendiri, dimana kita akan

mengindikasikannya dengan dua subscript i Tekanan P terjadi sejauh x dari tekanan


pada titik yg diketahui, P0. ini ditunjukkan
and j; contohnya, stress tensor ij , symbol
sebagai titik terbuka/ the open dot pada kurva
ini seharusnya diambil untuk menyatakan
P vs. x,dan diperkirankan dg memakai suku
sebuah 3 3 tensor dengan masukan: pertama deret Taylor dg tanda solid dot.

xx xy xz

ij yx yy yz
zy zz
zx

Akhirnya, untuk alasan yang tidak dapat dijelaskan, sudah umum dalam fisika

dan mekanika fluida dalam penggunaan ij untuk menunjukkan kedua hal

14
strain tensor (for elastic solids) dan strain-rate tensor (for fluids). Hal ini

sepertinya menjadi hal yang membingungkan yang sebenarnay tidak perlu ada.

Kita akan selalu merefer pada strain rate dengan simbol (menggunakan

symbol fisika yang umum untuk time-rate of change, tanda titik diatas variabel)

sehingga strain-rate tensor menjadi ij .

Taylor Series expansion pada sebuah titik: sering terjadi dalam analisa bahwa

kita perlu mengetahui bagaimana sebuah partikel variable tertentu akan berubah

terhadap lingkungan sekitarnya dengan nilai yang diketahui. Sebagai contoh,

kita tahu nilai dari P pada sebuah titik tertentu dalam sebuah ruang (bisa sebuah

permukaan) tapi ingin mengetahui P pada jarak yang sangat dekat. Karena P,

sebagai contoh, mungkin bias tergantung pada x, y, z dan waktu, kita dapat

mengetahui dan tertarik pada bagaimana perubahan yang terjadi sebagai respon

atas perubahan yang sangat kecil

pada x, y, z and t.

Perubahan ini dapat dipahami

sebagai terminologi pertama dari

sebuah Taylor Series expansion pada

sebuah titik. Sebagai contoh,

dengan menggunakan variable

pressure = P, assumsi bahwa P

diketahui pada titik x0; P = P0 pada x Saat x bernilai kecil, atau kurva berbentuk lurus dengan
slope yang konstan, maka pressure P diperkirakan secara
= x0. Variasi dalam P disekitar x0 pasti oleh suku pertama deret Taylor Series.
diberikan oleh Taylor Series

expansion:

P P0 P
P 2 P x 2 3 P x 3
P0 x 2 3 . .
x x 2 x 6

15
dimana x adalah kenaikan kecil jarak menjauh dari x0 pada arah x.

Sekarang karena x 0 suku pada orde yang lebih tinggi (x 2 dan x 3) lebih

cepat menjadi nol dibandingkan suku x, dan ekspansinya menjadi:

P
P P0 x
x

Secara geometri, kita bias sampaikan bahwa dengan x 0 kurva P(x) menjadi

garis utama yang lurus tanpa belokan apapun, sehingga slope menjadi konstan

dan berelasi linier antara P = P P0 dan x. Untuk sebuah garis lurus yang

sempurna, slope akan bergerak naik/meningkat atau:

P P ( P P0 )

x x x

Dan dapat disusun ulang sebagai berikut:

P
P P0 x
x

Pada saat x sangat kecil maka semua kurva menjadi sangat lurus (all slopes are

constant) dan kita dapat menggunakan suku pertama Taylor Series expansion

untuk melihat bagaimana P (atau vx, atau apa saja) berubah terhadap x (atau y,

atau t, atau apa saja). Kita akan memakai banyak hubungan ini sehingga hal ini

menjadi penting untuk tahu dari mana asalnya.


Force Balance for a Fluid: Mulai dari Newtons 2nd Law: F ma dimana


F adalah penjumlahan vector dari force pada sebuah body/benda;

m = massa body/benda

16

a adalah percepatan body/benda

Pertimbangkan sebuah elemen kecil fluida x y z yang diset pada

coordinate system dengan x dan y horisontal dan z diarahkan keatas. Ini artinya

+z mengarah ke atas.

Terdapat 3(tiga) tipe gaya yang dapat terjadi pada elemen fluida ini, yaitu: body

forces (karena beratnya, selalu kearah bawah); pressure gradient forces (yang

bekerja pada permukaan luar permukaan) dan viscous forces (yang juga bekerja

pada bagian luar permukaan).



ma Fbody F pressure gradient
Fviscous

Pressure gradient force dan viscous force ditulis sebagai penjumlahan karena

secara umum akan terdapat lebih dari 1(satu); body force adalah hanya

berdasarkan gravitasi, sehingga hanya ada satu dan selalu beraksi ke bawah,

pada arah z.

Biasanya kita membagi semua suku dengan volume, V, untuk menghasilkan

sebuah ekspresi untuk gaya per unit volume:



F
ma

body

F pressure gradient Fviscous

V V V V

Fbody
a
pressure gradient Fviscous
F
V V V

Dimana kita tahu bahwa = m/V.

Ini adalah persamaan umum kesetimbangan gaya yang berlaku sebagai dasar

untuk manipulasi-manipulasi berikutnya. Ini adalah prinsip Newtons 2nd law

yang diaplikasikan pada sebuah paket fluida, dan dapat diaplikasikan pada

fluida yang bergerak dan diam.

Balance of Forces in motionless (static) fluid: jika fluidanya statik maka kita

dapat menyederhanakan persamaan (2). Pertama, karena

17
tidak bergerak maka tidak ada percepatan dan tidak ada viscous forces. Sehingga

Newtons 2nd Law (per unit volume) menjadi:



0
Fbody

F pressure gradient

V V

Tinjaulah sebuah element kecil fluida x y z yang terdapat pada koordinat

sistem dg x dan y horisontal dan z kearah vertikal. Kita akan selalu memakai

visualisasi ini.


The Body Force: Body force adalah m a , dimana percepatannya merupakan g ,

yaitu percepatan gravitasi pada permukaan bumi. Percepatan g mengarah

kebawah pada z. biasanya kita menuliskan percepatan gravitasi sebagai hasil



dari scalar g (besarnya nilai g pada permukaan bumi, 9.81 m/s2) dan sebuah unit

vector k pada arah z. Karena k mengarah ke atas, maka percepatan gravitasi

menjadi:

g gk

Body force per unit volume akhirnya menjadi:



Fbody mgk
gk
V V

m
Dimana kita memakai hubungan .
V

The pressure gradient forces: Tinjaulah sebuah kotak kecil fluida dg dimensi x,

y, dan z dg sebuah pressure yang didifinisikan pada pusatnya sebagai P0.

Untuk menentukan pressure gradient pada arah x kita perlu menentukan

18
pressure pada sisi sebelah kiri dan kanan kotak. Dengan menggunakan Taylor

Series expansion yg telah dideskripsikan diatas, pressure pressure pada sisi

sebelah kiri dan kanan kotak adalah:

Pada sisi sebelah kiri :

x P
PL P0
2 x

pada sisi sebelah kanan :

x P
PR P0
2 x

Setelah menentukan pressure pada kedua sisi kotak, sekarang kita perlu

merubahnya ke force. Newtons Law didasarkan pada jumlah semua force,

bukan tegangan-tegangan atau tekanan-tekanan. Pressure adalah force per unit

area; spesifiknya adalah force normal terhadap permukaan:



F
P
A

Shg F = PA. Luas area pada sisi kanan dan

kiri dari element kecil fluida adalah yz jadi force tegak lurus pada arah x

dapat dituliskan:

P x
FL PL yz P0 yz
x 2

dan

P x
FR PR yz P0 yz
x 2

Kesetimbangan force sekarang menjadi FL FR; tanda negative adalah karena

gaya pada sisi sebelah kanan kotak mengarah ke kiri ke arah x. Oleh karena itu

force pada arah x adalah.

19
P x P x
FL FR P0 yz P0 yz
x 2 x 2
P
xyz
x
P
V
x

Force ini beraksi pada arah x, dan merupakan komponen x dari total force f the

total force yang berkenaan dengan pressure gradients. Hal ini dapat

diekspresikan dalam notasi unit vector sebagai:

P
F x , pressure gradient
x
Vi

Cara yang sama dapat dipakai untuk arah y dan z untuk mendapatkan ekspresi

pressure gradient force pada arah-arah tersebut. Menggabungkan semuanya

akan didapatkan:

P P P
F pressure gradient
x
V i
y
Vj
z
V k

P P P
V
x i y j z k

Nilai pada tanda diluar kurung diatas disebut gradient of the pressure, dan

ditulis sebagai P dan diucapkan del-P atau gradient dari P. Ini

merupakan 3-dimensional equivalent dari turunan dP/dx. Perlu dicatat bahwa

gradient dioperasikan pada area scalar (contoh, nilai scalar untuk semua x, y, dan

z) dan menghasilkan sebuah vektor. Gradient dapat dianggap sebagai arah dan

besarnya nilai dari perubahan kenaikan P.

20
Kita dapat menuliskan gradient dari sembarang fungsi scalar; contoh, gradient

temperature:

T T T
T i j k
x y z

Ini dapat diintepretasikan sebagai arah dan besarnya nilai dari perubahan

temperature.

Kembali pada pressure gradient force, kita dapat membaginya dengan V dan

menggunakan symbol gradient untuk mengekspresikan pressure gradient force

per unit volume:



F pressure gradient
P
V

Equation of hydrostatics: Sekarang kita telah mengembangkan expresi untuk

body force dan pressure gradient forces, kita dapat menggunakan mereka dalam

expresi untuk Newtons 2nd law dibawah kondisi static (non-moving):



0
Fbody

F pressure gradient

V V

0 gk P

persamaan terakhir dapat disusun ulang untuk mendapatkan persamaan

hydrostatic yang menggambarkan bagaimana pressure bervariasi ketika air tidak

bergerak:

P gk

Perlu dicatat bahwa ini merupakan persamaan vector, karena gradient dari

sebuah scalar selalu sebuah vector. Fakta bahwa komponen i dan j tidak

ditemukan pada sisi sebelah kanan adalah penting, ini karena komponen x dan

y dari gradient adalah nol ! Untuk menunjukkan ini kita dapat menulis kembali

persamaan hydrostatic dalam suku-suku komponen vector-nya:

21
P P P
P i j k 0i 0 j gk
x y z

atau, dalam suku-suku dari tiga persamaan scalar untuk komponen-komponen

vector:

P
0;
x
P
0;
y
P
g
z

Dengan kalimat kita dapat menyatakan : dibawah kondisi hydrostatic tidak

terdapat perubahan pressure pada kedua arah horisontal, tapi pressure

meningkat terhadap kedalaman (-z) dengan laju g. Kenaikan pressure

terhadap kedalaman menghasilkan pressure gradient force kearah atas untuk

menjadi penyeimbang body force yang kearah bawah, yaitu berat dari fluida.

Incompressibility Condition: Ketika fluida diijinkan untuk berubah kecepatan

dan masuk kedalam persamaan gerak, maka persamaan akan menjadi sangat

rumit. Namun demikian, ketika density fluida konstan maka kemudian ada

sebuah batasan penting pada kecepatan yang diijinkan untuk dimiliki. Batasan

ini disebut incompressibility condition.

Secara detail, density need not be entirely constantjust constant in response to

stress. Dengan kata lain, incompressibility condition mengasumsikan fluida

tidak dapat di compress oleh stress pada permukaan, jadi volume paket fluida

selalu konstan diseluruh aliran. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa

density tidak dapat berubah sebagai hasil dari perubahan komposisi (salinity)

atau temperature.

Sekali lagi tinjaulah sebuah element kecil fluida x y

z pada sebuah koordinat system dengan x dan y

22
horisontal dan z mengarah ke atas, dan tinjaulah aliran yang masuk dan keluar

dari paket fluida ini. flux massa dm/dt dapat ditulis sebagai penjumlahan dari

flux pada arah x, y, dan z ; contoh,

dm dm dm dm

dt dt x dt y dt z

Tinjaulah flux massa pada arah x. Massa dapat diekspresikan sebagai produk

dari V sehingga dapat kita tulis:

dm d ( V ) dV

dt x dt dt x

karena konstant. Sekarang semua fluida bergerak pada arah

x melewati muka sebuah area A = yz , jadi perubahan

volume dalam channel dapat ditulis dV = d(Ax) = yz dx. Shaded volume is yz, the area
of the face, times the length width
Dengan kata lain, x. Since the area doesnt change,
.
dm dV d (yzx ) dx
yz yzv x
dt x dt x dt dt

(expressi dV dt Av digunakan sangat umum dalam hydrogeology). Sekarang

velocity vx diketahui pada pusat dari element kecil fluida namun bisa berubah

disepanjang ruang, jadi nilainya harus dihitung pada muka sebelah kanan dan

kiri element fluida. Nulai-nilai ini dihitung dengan:

x v x x v x
v L v0 and v R v0
2 x 2 x

Dengan mengetahui velocity pada kedua sisi dari element kecil fluida kita

sekarang dapat menghitung massa aliran yang masuk dan keluar:

dm v x
yz v 0 x
dt L x 2
dm v x
yz v0 x
dt R x 2

Dan total massa akumulasi dalam element fluida pada arah x adalah:

23
dm dm dm

dt x dt L dt R

v x v x
yz v0 x yz v0 x
x 2 x 2
v
x xyz
x
v
x m
x

Argument yang serupa menunjukkan bahwa akumulasi massa pada arah y dan z

adalah:

dm v y
m
dt y y
dm v
z m
dt z z

Akhirnay, total akumulasi massa dalam element fluida adalah :

dm v v y v z
m x
dt x y z

The fractional mass withdrawal is (penarikan sebagian massa kembali adalah :)

1 dm v x v y v z

m dt x y z

Kita menyebut penarikan karina adanya tanda negative : ini merupakan

negative accumulation. Expressi ini dapat ditulis sebagai perbedaan dari

velocity, dan di interpretasikan sebagai fractional withdrawal of mass from a

tiny volume in space. Perbedaan (The divergence) diexpresikan dg symbol

dan selalu dioperasikan pada sebuah vector untuk menghasilkan sebuah

scalar:

f f y f z
f x
x y z

24
Dengan memakai hukum konservasi massa, bahwa tidak ada massa yang dapat

diciptakan atau dimusnahkan dalam sebuah volume fluida yang sangat kecil,

begitu pula dengan adanya perbedaan (the divergence)dimana

mengekspresikan nilai bersih dari penarikan massa dari sebuah volume fluida

yang sangat kecil dan seharusnya hasilnya adalah nol. Jadi, kondisi

incompressibility dapat dinyatakan sebagai:

v v y v z
v x 0
x y z

The acceleration: kita terbiasa dengan konsep percepatan, a = dv/dt. Percepatan

ini mudah dipahami selama sebuah object bergerak dalam sebuah garis lurus,

tapi ketika dia mulai berubah arah/berbelok-belok dari lintasan lurusnya maka

percepatan tidak dapat dipahami seperti diatas. Tinjaulah sebuah mobil yg

bergerak sangat halus disekitar sebuah lintasan berbentuk lingkaran pada

kecepatan konstan 60 m.p.h.. apakah terjadi percepatan? Velocity vector pada

setiap titik adalah tangential terhadap kurva lintasan, shg ketika mobil bergerak

maka velocity akan berubah arah (tapi tidak besarnya nilai). Saat velocity vector

berubah maka disitu pasti ada percepatan! Dari sudut pandang mobil memang

tidak ada percepatanspeedometer tetap menunjukkan 60 m.p.h. tapi dari

sudut pandang pengamat maka mobil mengalami percepatan selama mengalami

belokan pada lintasan.

Dalam fluida terdapat 2(dua) point penting untuk melakukan analisa terhadap

persoalan aliran. Kerangka berpikir Eulerian dipakai untuk: menghitung

perubahan velocity atau accelerasi pada sebuah titik yang tetap dalam ruang.

Kita dapat menuliskan : v(x,y,z,t); velocity tergantung pada lokasi dan waktu

dimana dilihat. Secara umum paket fluida akan bergerak melewati titik ini

dalam ruang, dan kemudian identitas paket fluida akan berubah dengan adanya

perubahan waktu. Seandainya, sebagai contoh, seseorang menginjeksikan setetes

25
tinta merah kedalam aliran.. Dengan tanpa mempertimbangkan difusi dan

dispersi, paket tinta merah ini akan melewati titik observasi dari awal sampai

akhir. Sehingga velocity (atau percepatan) dapat dihitung pada saat yang pasti

ketika berada pada titik tersebut, tidak sebelumnya atau sesudahnya. Sehingga

sudut pandang Eulerian adalah seperti seorang pengamat yang melihat mobil

yang sedang melintas.

Kerangka berpikir Lagrangian sangat bermanfaat pada saat kita ingin ikut

bergerak bersama dengan partikel fluida. Dalam kasus ini kita menganalisa

kecepatan sebagai fungsi waktu untuk sebuah paket fluida dan didiidentifikasi

dari posisi awal (x0, y0, z0). Sehingga kita kita menentukan x(x0, y0, z0, t); misalnya:

kita menentukan lokasi paket fluida pada saat mengalir dalam sistem. Sudut

pandang Lagrangian adalah apa yang dilihat oleh seorang pembalap mobil atau

paket tinta merah fluida yang mengalir dalam sistem.

Dalam kerangka berpikir Eulerian, mobil balap yang digambarkan diatas adalah

percepatan. Dalam sistem Lagrangian tidak demikian. Masalahnya adalah,

bagaimana kita menyatakan percepatan dari sebuah benda dalam kerangka

berpikir Eulerian?

Hal ini akan lebih mudah dipahami jika kita mulai dari fungsi scalar seperti

temperature. Anggap saja kita ingin menemukan perubahan temperature

terhadap waktu ketika T(x,y,z,t). Sebagai contoh, anggaplah sebuah semburan

lava panas ke udara. Temperaturnya akan berubah menjadi dingin dan

pendinginan yang terjadi akan meningkat karena udara juga semakin dingin

dengan naiknya ketinggian.

Karena T bergantung pada x, y, z dan t kita dapat menulis total perubahan

temperature sebagai perubahan yang disebabkan setiap variable yang saling

berhubungan:

T Tt Tx T y Tz

26
T adalah total perubahan temperature yang diobservasi dalam beberapa
waktu. Hal ini diekspresikan sebagai temperature yang berubah karena waktu

dan posisi, dengan setiap arah dipertimbangkan secara terpisah.

Untuk Tt kita dapat menulis:

T
Tt t
t

Dan serupa dengan itu untuk variable yang lain:

T T T
Tx x ; T y y ; Tz z
x y z

Argumen serupa tetap dipakai untuk variasi T dengan x, y, dan z. Sekarang kita

dapat menulis total perubahan temperatur T sebagai:

T T T T
T t x y z
t x y z

Dibagi dengan perubahan waktu t dan mengambil limit t 0:

lim T t T x T y T z T

t 0 t t t t x t y t z

sehingga:

DT T T T T
vx vy vz
Dt t x y z

DT
Ekspresi disebut substantial, material, atau particle derivative, dan ini
Dt
mengekspresikan perubahan total sebuah variable dalam kerangka berpikir

Eulerian. Ini terdiri dari 2 bagian: perubahan lokal dan perubahan convective.

Perubahan lokal diberikan dalam bentuk :

T
t

Dan merupakan perubahan yang akan terjadi dengan adanya gerakan apapun.

Dalam kasus pendinginan, ini menunjukkan bahwa pendinginan lava akan

27
terjadi dengan cukup dengan berada dipermukaan bumi. Perubahan convective

terdiri dari 3 suku:

T T T
vx vy vz
x y z

Dan merupakan perubahan temperature yang dihasilkan dari pergerakan area

temperature ke area temperature yang lain yang akan terjadi meskipun jika

letusan tidak panas.

Turunan yang substansi dari kecepatan adalah vector percepatan dalam

kerangka berpikir Eulerian,



Dv
a
Dt

Dalam kasus ini kita perlu mengambil turunan substansi dari sebuah vector.

Untuk melakukannya kita mengambil turunan substansial dari setiap komponen

vector kecepatan; misalnya,

Dv x Dv y Dv z
ax ; ay ; az
Dt Dt Dt

sehingga:


Dv Dv x Dv y Dv z
a i j k
Dt Dt Dt Dt

Bentuknya cukup panjang tapi bias ditulis sebagai berikut :


Dv v x v v v
a v x x v y x v z x i
Dt t x y z
v y v y v y v y
vx vy vz j
t x y z
v z v z v z v z
t v x x v y y v z z k

28
The viscous forces: Ketika fluida berada dalam sebuah gerakan maka internal

friction akan membentuk viscous stresses yang secara umum berlawanan dengan

gerakan fluida. Hal ini menyebabkan surface forces.

Tidak seperti pressure force, kita tidak dapat mengasumsikan bahwa viscous

surface stresses adalah tegak lurus pada tiap permukaan. Lebih dari itu, stress

pada permukaan manapun bisa mengarah pada sebuah sudut yang berubah-

ubah, dan dapat dipecahkan dalam 3 komponen: satu tegak lurus pada

permukaan dan 2 yang lainnya parallel dan dalam arah coordinate aksis.

Sehingga tiap komponen viscous stress akan menunjukkan 2 variabel :

permukaan dan arah dimana dia bekerja.

sebagai contoh, tinjaulah viscous stress yang bekerja pada

bagian atas permukaan dari sebuah paket kecil fluida seperti

terlihat pada gambar. Stress ini dapat dapat dipisahkan

dalam 3 komponen: satu tegak lurus terhadap permukaan

(parallel terhadap arah z coordinate) dan 2 pada permukaan

dan parallel terhadap x dan y. kita menyebut ketiga stress

komponen yang bekerja pada permukaan ini sebagai zz, zx, dan zy. Subscript

pertama menunjukkan arah normal terhadap permukaan (dan mengidentifikasi

permukaan) sedangkan subscript kedua menunjukkan arah dimana stress

mengarah.

Jika kita membayangkan paket kecil fluida menyusut ke bawah sampai

volumenya menjadi nol, kita dapat melihat bahwa stress pada permukaan yang

berkebalikan akan identik. Dengan demikian terdapat 3 set dari 2 muka yang

berlawanan dimana viscous stress dapat bekerja, dan hal ini menghasilkan total 9

komponen viscous stress. viscous stress tensor:

xx xy xz

ij yx yy yz

zx zy zz

29
Sebuah tensor adalah sebuah matrix special dimana komponennya mengikuti

aturan transformasi yang pasti. Simbol ij adalah sebuah bentuk notasi tensor dan

masing-masing terdiri dari sebuah 3 3 tensor (kita tidak perlu menuliskan

semua komponenya!).

kita dapat mengetahui kesetimbangan viscous force dengan sebuah analisa

seperti yang telah dilakukan pada pressure. Kemudian lagi, tinjaulah sebuah

kotak kecil fluida dengan dimensi x, y, dan z, dan tinjaulah kesetimbangan

gaya-gaya dalam x-direction. Stress dalam x-direction akan terdiri dari tiga tipe:

xx, yx, dan zx. Yang pertama tinjaulah gaya yang bersesuaian dengan stress yang

bekerja pada z plane (horizontal, dengan normal = z). Shear stress zx

didifinisikan pada pusatnya sebagai 0 dan kita perlu mengetahui nilainya pada

bagian atas dan bawah permukaan. Dengan menggunakan Taylor Series

expansion kita dapatkan:

z
T 0
2 z

Pada bagian atas,

z
B 0
2 z

Pada bagian bawah. (catatan: kita tidak menggunakan subscripts pada karena

terlalu membingungkan; dalam tiap kasus me-refer ke zx.) gaya adalah A,

dimana A = area = x y; misalnya,

z
FT T xy 0 xy
z 2

dan

z
FB B xy 0 xy
z 2

Kesetimbangan gaya sekarang menjadi FT FB; tanda negative dikarenakan gaya

pada bagian bawah mengarah ke kiri yaitu pada x direction.

30
z z
FT FB 0 xy 0 xy
z 2 x 2

xyz
z

V
z

Gaya ini bekerja dalam x-direction, dan merupakan satu dari komponen x dari

viscous stress. 2 komponen lain adalah dari stress xx dan yx. Penurunan gaya

karena adanya stress-stress ini identik dengan yang ada sebelumnya, jadi todal

gaya dalam x-direction dapat ditulis:

xx yx zx
F x , viscous stresses
x
V
y
V
z
V

xx yx zx
V
x y z

Dan gaya per unit area dalam x-direction:

F x , viscous stresses

xx yx zx

V x y z

Logika yang sama dipakai untuk y dan z directions, jadi total force vector karena

viscous stresses adalah:


F viscousstresses
xx
yx zx

xy yy zy
i
xz yz zz
j

j
V x y z x y z x y z

Karena ekspresi ini sulit dipakai maka kita memakai notasi pendek untuk

menunjukkan konsep divergence operator, , yang didifinisikan sebagai:


f f y f z
f x
x y z

Divergence bekerja pada sebuah vector dan menghasilkan sebuah scalar, dan

dapat digunakan sebagai ide untuk diterapkan pada 3 kolom viscous stress

31
tensor. Sehingga kita dapat menulis viscous forces sebagai produk dari

divergence operation dan viscous stress tensor. Ini bukan merupakan vector

product yang nyata karena divergence operator tidak mengalikan masukan

dalam tensor; tidak selalu bekerja pada mereka. Ekspresinya adalah:

xx xy xz

yx yy yz
x y x
zx zy zz

Dengan menggunakan aturan dot-products dari sebuah vector dan sebuah

matrix, ekspresi ini dapat diekspansi sebagai:

xx xy xz

yx yy yz
x y x
zx zy zz
yx zx xy yy zy xy yy zy
xx
x y z x y z x y z

Yang merupakan 3 komponen viscous force vector. Sehingga kita dapat

menyederhanakan ekspresi untuk viscous forces sebagai berikut:



F viscous stresses
ij
V

Cauchys Equation of Motion: dengan memasukkan ekspresi yg diturunkan dari

accelerasi, body forces, pressure gradient forces, dan viscous forces dalam

ekspresi Newtons 2nd Law maka kita sampai pada Cauchys Equation of Motion,

yang menggambarkan gerakan dari materi atau fluida, yaitu :



Dv
gk P ij
Dt

Catatan bahwa ini merupakan persamaan yang sangat ringkas. Bentuk utuh

persamaannya dalam component, x, y, dan z adalah:

32
v v v v P xx yx zx
x vx x v y x vz x
t x y z x x y z
v y v y v y v y P xy yy zy
vx vy vz
t x y z y x y z
v v v v P xy yy zy
z v x z v y z v z z gk
t x y z z x y z

Hal penting tentang persamaan ini: (a) hanya komponen equation z memiliki

body force, karena gravitasi hanya bekerja pada arah z, (b) persamaan pada x-

and y-komponen adalah sama kecuali untuk subscripts, (c) equations tidak dapat

diselesaikan dalam bentuk mereka hadir karena tekanan belum kembali dari segi

velocities.

Untuk memecahkan rumus ini untuk bahan tertentu, seperti cairan, kita perlu

mengganti ekspresi yang melibatkan kecepatan untuk viskos stres gradients.

Constitutive Relationship for Viscous Fluids: Perilaku mekanis setiap substansi

dapat dijelaskan dalam hal stress dan strain, dan hubungan antara variabel-

variabel ini disebut hubungan konstitutif. Secara umum hubungan konstitutif

harus ditentukan secara eksperimen, dan berbeda untuk setiap jenis bahan

(yaitu, batu, plastik, cairan, gas, dll).

Secara matematis constitutive relationship adalah antara stress tensor ij dan

strain tensor ij (untuk rigid solids) atau strain-rate tensor ij (untuk fluids).

Ingat bahwa kita telah membedakan antara keduanya dengan menempatkan titik

kecil diatas simbol pada strain untuk menunjukkan strain rate. Hal ini menjadi

konvensi umum dalam fisika untuk menunjukkan turunan terhadap waktu dari


sebuah variabel, and lebih mudah disbanding menuliskan , terutama dalam 3
t

33
3 tensors yang mengikutinya. Strain-rate tensor memiliki 9 component seperti

halnya stress tensor:

xx xy xz

ij yx yy yz
zy zz
zx

dan diagonal xx , yy , and zz merepresentasikan normal strain rates

(elongation, contraction) dan diluar diagonal strains merepresentasikan shear

strains rates. Ingat bahwa strain adalah ukuran dari distorsi.

Strain rates dalam strain-rate tensor dapat digambarkan dalam terms velocity

gradients. Lebih dari sekedar membuktikan hal ini untuk semua terms dalam

strain-rate tensor, kita akan melihat bagaimana hal ini bekerja dengan sebuah

kasus yang sangat sederhana dari normal strain disepanjang x-axis. Logika yang

sama akan membawa kita pada expresi untuk elongation dalam y- dan z-

direction. Kemudian kita akan merepresentasikan sisa dari hasil-hasil shear

strain rates, yanpa perlu pembuktian.

Tinjaulah perpanjangan element dari fluid yg bergerak pada x-direction dengan

kecepatan yg tidak konstan. Element meregang pada saat bergerak dan

menghasilkan normal strain-rate dalam x-direction. Element memiliki panjang

x dan mengalami strain (tegangan) yang stretches (teregang) menjadi x + x

dalam waktu t. Terminology menjadi sedikit membingungkan karena kedua x

dan x merupakan kuantitas differensial yang kecil yang akan mendekati zero.

Namun demikian x adalah perpanjangan yang kecil dari x dan selalu lebih

kecil dari x. Strain xx yaitu:

x
xx
x

Kita telah menulis xx karena strain dihitung pada batas dimana x dan x 0.

34
Terdapat 3 cara untuk menentukan relationship antara strain dan velocity

gradient. Yang pertama adalah secara intuitif, kedua berdasarkan intuitive final

step, dan ketiga secara teliti. Kita akan melakukan ketiganya.

Cara yg sederhana secara intuitive untuk mendapatkan solusi adalah dengan

memperhatikan bahwa kecuali kecepatan berubah maka tidaka akan ada strain.

Jika velocity constant maka kemudian bagian kiri dan kanan dari box bergerak

pada rate yang sama dan box tidak berubah setelah waktu t. Satu-satunya cara

box dapat berubah posisi/bentuk (i.e., stretch; i.e., strain) adalah jika sisi bagian

kanan bergerak lebih cepat dibanding sisi sebelah kiri, yang akan terjadi saat

v x v x
>0. Pada kenyataannya rate dari strain akan sama dengan karena ini
x x
merupakan jumlah dari pergerakan sisi sebelah kanan yang bergerak lebih cepat

dari sisi sebelah kiri. Jadi kita dapat ber-intuisi jawaban sebagai:

v
xx
x

Dan ini adalah jawaban yang benar.

Cara yang sedikit lebih detail untuk menunjukkan relationship antara strain dan

velocity adalah dengan mengambil expresi untuk strain dan membaginya

dengan time increment, t:

x
xx
x
xx x 1 x

t xt x t

Disini kita menggunakan lompatan intuisi yang lain: term dalam tanda kurung

adalah rate dimana increment x bertambah dengan waktu. Ini dapat dipahami

sebagai differential velocity, atau perbedaan dalam velocity antara sisi sebelah kiri

dan sisi sebelah kanan dari original box.

35
x v v
v R v L v L x x v L x x
t x x

Disini kita gunakan Taylor Series expansion untuk mengekspresikan vR sebagai

v x
sebuah fungsi dari vL dan . Sekarang dengan mudah kita substitusikan
x
expresi ini ke persamaan untuk strain rate untuk mendapatkan jawaban akhir:

xx 1 x 1 v v
e xx x x x
t x t x x x

Akhirnya, dengan cara ketiga akan kita tunjukkan jawaban dengan menghitung

posisi actual dari boundaries x dan menempatkannya dalam definisi dari strain.

Ambil L dan R sebagai representasi posisi dari sisi sebelah

kiri dan kanan x sebelum displacement dan serta

merepresentasikan sisi sebelah kiri dan kanan x setelah

displacement dalam waktu t. Kita dapat menuliskan posisi

dan sebagai:

R v Lt
R v R t

Dimana vL dan vR adalah kevepatan pada sisi kiri dan kanan x. Kita dapat

memakai lagi Taylor Series expansion untuk mengekspresikan vR dalam terms

vL :

v x
v R v L x
x

Substitusi ekspresi ini untuk diatas kita mendapat

v
R v L x x t
x

Panjang x hanya , atau:

36
v
R vL x x t R vLt
x
v
x xt
x

Kita pasang ini kedalam expresi untuk differential strain-rate,

xx 1 x 1 v x v
xx xt x
t x t xt x x

Yang memberikan jawaban yang sama. Argument yang semisal menunjukkan

normal strain rates yy dan zz , diagonal element yang lain dalam strain-rate

tensor, adalah:

v y v z
yy ; zz
y z

Ini adalah contoh bagaimana hanya satu dari 9 component strain-rate tensor

berhubungan pada gradient velocity dalam x, y, dan z direction. Kita tidak

menunjukkan bagaimana shear strain rates diekspresikan dalam terms velocity

gradient tapi mereka dapat dikembangkan menggunakan jenis geometric logic

yang sama.

Strain-rate tensor secara penuh dapat diekspresikan dalam terms velocity

gradient sebagai berikut:

v x 1 v x v y 1 v x v z

x 2 y x 2 z x
xx xy xz
1 v v y v y 1 v y v z
ij yx yy yz x
2 y x y 2 z y
zx zy zz
1 v y v z

1 v x v z
v z
2 z x 2 z y z

Perhatikan bahwa ini merupakan symmetric tensor; yaitu, terdapat bentuk

simetri diantara element diagonal . Strain-rate tensor ini valid untuk semua

37
material, termasuk fluida. Ini selalu mengekspresikan strain rates sebagai fungsi

dari velocity gradients, dan dikonstruksi didalam dari geometry.

Untuk Newtonian fluids, seperti air, constitutive relationship antara stress tensor

dan strain-rate tensor adalah sangat ringkas:

ij 2 ij

dimana adalah konstanta yang disebut coefficient of viscosity. Perlu diingat

bahwa constitutive relationship ini menjaga defining property fluida; yaitu,

bahwa shear stress sekecil apapun akan menghasilkan strain. Hal ini menjadi

mudah sekarang (!) untuk menulis stress tensor dalam terms strains, dan

kemudian dalam terms velocity gradients sebagai berikut:

v x 1 v x v y 1 v x v z

x 2 y x 2 z x
xx xy xz
1 v v y v y 1 v y v z
ij 2 yx yy yz 2 x
2 y x y 2 z y
zx zy zz
1 v y v z

1 v x v z
v z
2 z
x 2 z y z

v v v y v v
2 x x x z
x y x z x
v v y v y v z
v x y 2
y x y z y
v
v x v z y v z 2v z
z x
z y z

38
Sekarang kita dapat mensubstitusi ekspresi ini untuk stress tensor kedalam

ekspresi untuk Newtons 2nd Law (viscous forces term):



Dv
gk P ij
Dt
v v v y v v
2 x x x z
x y x z x
v x v y v y v y v z

gk P 2
y x y z y
v
v x v z y v z 2v z
z x z y z

Tapi kita perlu membawa divergence operator pada stress tensor, dan kita

dapatkan :

v v v y v x v z
2 x x
x y x z x
v v v y v y v z
x
y
2
y x y z y
v
v x v z y v z 2 v z
z x z y z

v x v x v y v x v z
2

x x y y x z z x

v x v y v y v y v z
2
x y x y y z z y


v x v z v y v z v z
x z x y z y z 2 z

Ini dapat diekspansi untuk menghasilkan turunan kedua dan turunan melintang

(cross-derivatives):

39
2vx 2
v 2
v 2v y 2 v z
2 x
x

x 2 y 2 z 2 xy xz
2v vy
2
vy
2
vx
2
2 v z
2 y

y 2 x 2 z 2 xy yz
2v vz
2
vz
2
vx
2
2v y
2 z
2 2
z 2
x y x z y z

Akhirnya, lita pisahkan term pertama dalam tiap baris dan menyusun ulang

menjadi:

2vx 2vx 2vx 2vx 2v y 2vz


2 2 2
x 2 y z x xy xz
2v vy
2
vy
2
vx
2
vy
2
2vz
y
2 2 2
x 2 y z xy y yz
2v vz
2
vz
2
vx
2
vy
2
2vz
z
2 2 2
x 2 y z x z y z z

Terms terakhir pada tiap baris sekarang dapat diekspresika sebagai turunan

parsial dari pejumlahan:

2vx 2vx 2vx v x v y v z



x 2 y 2 z 2 x x y z
2v 2v y 2v y
y v x v y v z
2 2
x 2 y z y x y z

v z v z v z v x v y v z
2 2 2

x 2
y 2 z 2 z x y z

Tapi jumlah dalam kurung pada akhir dari setiap baris merupakan perbedaan

velocity,

v v y v z
v x
x y z

40
Yang berharga zero untuk incompressible flow! Oleh karena itu tiga terms

terakhir pada tiap baris dikeluarkan dan kita tutup dengan tiga komponen

viscous force vector:

2vx 2vx 2vx 2vx 2vx 2vx


2 2 2 2 2 2
x y z x y z
2vy v2
v2 v v 2v
2 2

2 2y 2y 2y 2y 2y
x y z x y z
vz
2
vz
2
vz vz vz 2vz
2 2 2

2 2 2 2 2 2
x y z x y z

Sebagai contoh, viscous force per unit volume dalam x-direction menjadi:

2v 2v 2v
2x 2x 2x
x y z

Term dalam tanda kurung selalu diekspresikan melalui vector operasi yang lain

yang disebut Laplacian dengan symbol 2 dan berdifinisi sebagai:

2 f 2 f 2 f
2 f 2
x 2 y 2 z

Ingat bahwa f adalah sebuah scalar dan Laplacian 2 menghasilkan scalar

yang lain.

Sekarang kita telah mendapatkan bagian terakhir dari Navier-Stokes equations.

Dengan mensubstitusikan ekspresi ini untuk mendapatkan perbedaan dari stress

tensor maka kita sampai pada ekspresi akhir yang menunjukkan kesetimbangan

gaya-gaya sesuai dengan Newtons 2nd law:



Dv
gk P 2 v
Dt

Tiga persamaan ini (satu untuk setiap arah axis) yang dikenal dengan Navier-

Stokes equations. Mereka diaplikasikan untuk incompressible Newtonian fluids

41
yang mengikuti hubungan constitutive ij 2 ij . Persamaan ini kemudian

dapat juga dituliskan sebagai:

v v v v P 2v 2vx 2vx
x vx x v y x vz x 2x
t x y z x x y 2 z 2
v y v y v y v y P 2v y 2v y 2v y
vx vy vz 2
t x y z y x y 2 z 2
v z v z v z v z P 2vz 2vz 2vz
vx vy vz gk 2
t x y z z x y 2 z 2

Intertial forces: Navier-Stokes equation dapat diintrepretasikan sebagai

penjumlahan dari 4 (empat) gaya: gravitational body force; pressure gradient

forces; viscous forces; dan inertial force. Tiga yang pertama telah kita definisikan

diatas. Inertial force berhubungan dengan acceleration, tapi apakah ini

sebenarnya?

Tinjaulah seorang yang berdiri diatas sebuah kereta, memakai roller skates (shg

tidak ada gesekan dengan lantai), bergerak pada kecepatan konstan dalam x-

direction. Kereta melakukan pengereman dan percepatan menurun menjadi



a x i . Apa yang terjadi dengan orang terebut?

Jawabannya tergantung pada sudut pandang anda. Dari sudut pandang

pengamat yang jauh dari kereta maka tidak ada yang terjadi pada orang itu!

Orang tersebut tetap melaju ke depan meskipun kereta mengalami perlambatan.

Perlambatan kereta menyebabkan dinding didepan orang ini menabrak dia.

Cerita yang jauh berbeda dirasakan oleh pengamat yang juga berada sama

didalam kereta. Dari sudut pandang dia maka dia merasa tiba-tiba bergerak

dipercepat kearah depan sehingga menabrak bagian kereta yan ada didepannya,

sehingga dia dianggap yang menabrak. Percepatannya memiliki nilai yang sama

dengan perlambatan pengereman kereta tapi dengan arah yang berlawanan ; i.e.,

42

acceleration = a x i . Dengan Newtons 2nd law maka accelerasi akan terjadi

karena adanya gaya, dimana pasti dalam arah +x. Gaya ini yang disebut inertial

force.

Inertial force adalah gaya yang muncul hanya dalam kerangka berpikir

Lagrangian, dan merupakan reaksi/akibat dari gaya yang diberikan dalam

kerangka berpikir Eulerian. Gaya ini menghasilkan accelerasi yang sama

nilainya tapi berlawanan arah dengan accelerasi yang terjadi dalam kerangka

berpikir Eulerian.

Sehingga kita dapat menulis ekspresi Newtons 2 nd law dalam term untuk semua

gaya, mengganti term percepatan dengan inertial force:


Finertial

Fbody

F pressure gradient

F
viscous

V V V V

Dasar Teori Model Turbulent

Hampir semua aliran fluida yang kita temui sehari-hari adalah turbulen.

Contoh umum adalah aliran di sekitar mobil, pesawat udara, dan gedung.

Boundary layer dan wakes di sekitar dan setelah benda seperti mobil, pesawat

udara, dan gedung adalah turbulen. Demikian pula aliran dan pembakaran pada

mesin piston, turbin gas, dan pembakar adalah sangat turbulen. Pergerakan

udara di ruangan juga turbulen, setidaknya di sepanjang dinding dimana

43
terbentuk wall-jets. Sehingga bila kita menghitung aliran fluida nampaknya akan

lebih banyak yang merupakan turbulen.

Pada aliran turbulen kita biasa membagi variable menjadi satu bagian

rata-rata , yang merupakan variable independen terhadap waktu (steady) dan

satu bagian fluktuatif u, sehingga U = + u.

Tidak ada definisi mengenai aliran turbulen, namun ia memiliki beberapa

jenis karakteristik [Davidson, 1997], seperti:

a. Irregularitas, Aliran turbulen adalah iregular, acak, dan chaotic. Aliran ini

terdiri atas spektrum dengan skala yang berbeda (ukuran eddy) dimana eddy

terbesar adalah pada orde geometri aliran. Pada sisi lain dari spektra kita

memiliki eddy terkecil yang oleh gaya viskos (stress) didisipasikan menjadi

energi dalam. Walaupun turbulensi tersebut chaotic namun dapat ditentukan

dan digambarkan dalam persamaan Navier-Stokes.

b. Difusifitas, pada aliran turbulen difusifitas meningkat. Ini berarti laju

penyebaran lapisan batas meningkat ketika aliran menjadi turbulen.

Turbulensi ini meningkatkan pertukaran momentum pada lapisan batas dan

mengurangi separasi pada benda. Peningkatan difusifitas ini juga

meningkatkan hambatan (gesekan dinding) pada aliran internal seperti pada

kanal atau pipa.

c. Bilangan Reynolds yang besar. Aliran turbulen terjadi pada bilangan

Reynolds yang besar. Sebagai contoh, transisi pada aliran turbulen pada pipa

terjadi pada ReD 2300, dan pada lapisan batas pada Rex 100000.

d. Tiga dimensi. Aliran turbulen selalu tiga dimensi. Namun demikian ketika

persamaan merupakan rata-rata terhadap waktu kita dapat anggap aliran

sebagai dua dimensi.

e. Disipasi. Aliran turbulen adalah disipatif, yang berarti energi kinetik pada

eddy yang kecil diubah menjadi energi dalam. Eddy yang kecil tersebut

menerima energi dari eddy yang agak besar. Eddy yang agak besar tersebut

menerima energi dari eddy yang lebih besar lagi dan seterusnya. Eddy

44
terbesar mendapatkan energinya dari aliran rata-rata. Proses perpindahan

energi ini dari skala turbulen terbesar ke skala terkeil disebut proses cascade.

f. Kontinum. Walaupun kita memiliki skala turbulen kecil pada aliran namun

itu masih jauh lebih besar daripada skala molekuler dan kita dapat tetap

menganggap aliran sebagai kontinum.

2.1 Skala turbulen

Seperti telah disebutkan diatas ada banyak skala pada aliran turbulen.

Skala terbesar adalah pada orde geometri aliran, sebagai contoh adalah boundary

layer thickness dengan length scale dan velocity scale . Skala tersebut

mengambil energi kinetik dari aliran yang memiliki skala waktu berbanding

dengan besar skala.

Energi kinetik dari skala yang besar hilang menjadi skala yang lebih kecil

dimana skala yang besar berinteraksi. Melalui cascade process energi kinetik

dipindahkan dari skala terbesar ke skala yang lebih kecil. Pada skala terkecil

gaya gesek (viscous stress) menjadi terlalu besar sehingga energi kinetik

didisipasikan (diubah) menjadi energi dalam (internal energy). Disipasi

dilambangkan dengan yang merupakan energi tiap unit waktu dan unit massa

( = [m2/s3]). Gaya gesek terdapat pada setiap skala, namun gaya gesek ini

semakin besar setiap semakin kecil skala eddy. Namun juga kurang tepat bila

dikatakan bahwa eddy menerima energi kinetik dari skala yang lebih besar dan

kemudian memberikan seluruhnya pada skala yang lebih kecil tanpa ada

sebagian kecil yang terdisipasi. Namun demikian diasumsikan bahwa sebagian

besar energi (katakanlah 90%) yang berasal dari skala yang besar pada akhirnya

didisipasikan pada skala terkecil (dissipative scales).

Skala terkecil dimana disipasi terjadi disebut skala kolmogorov yang

memiliki skala kecepatan , skala panjang , dan skala waktu . Kita asumsikan

bahwa skala tersebut ditentukan oleh viskositas dan disipasi . Karena energi

kinetik dihancurkan oleh gaya viskos, maka wajar bila kita asumsikan bahwa

45
viskositas memiliki perasn dalam penentuan skala tersebut; semakin besar

viskositas, semakin besar skala. Banyaknya energi yang harus didisipasikan

adalah . Semakin banyak energi yang diubah dari energi kinetik menjadi energi

dalam, semakin besar gradien kecepatan yang diperlukan. Setelah diasumsikan

bahwa skala disipasi ditentukan oleh viskositas dan disipasi, kita dapat jabarkan

, dan dalam dan menggunakan analisis dimensi.

(2.1)

Dimana dibawah tiap variabel dimensinya diberikan. Dimensi sisi kiri

dan kanan harus sama. Kita akan dapatkan dua persamaan , satu untuk meter

[m]

1 = 2a + 2b (2.2)

Dan satu untuk detik [s]

-1 = -a 3b (2.3)

Yang menghasilkan a=b=1/4. Dengan cara yang sama kita akan dapatkan

pernyataan untuk dan , sehingga

(2.4)

2.2 Spektrum energi

Skala turbulen terdistribusi pada beberapa skala mulai dari skala terbesar

yang berinteaksi dengan aliran rata-rata hingga skala terkecil dimana disipasi

terjadi. Dalam ruang bilangan gelombang, energi eddy dari ke + d

dinyatakan sebagai

(2.5)

Pernyataan diatas menunjukkan kontribusi dari skala dengan bilangan

gelombang antara dan + d terhadap energi kinetik turbulen k. dimensi dari

bilangan gelombang berbanding terbalik terhadap panjang, sehingga dapat kita

anggap bahwa bilangan gelombang sebanding dengan inversi dari jari-jari eddy

46
1/r. total energi kinetik turbulen ditentukan dengan mengintegrasikan

keseluruhan ruang bilangan gelombang

(2.6)

Energi kinetik adalah jumlahan dari energi kinetik dari ketiga komponen

fluktuasi kecepatan.

(2.7)

Gambar 2.1 Spektrum energi pada aliran turbulen [Davidson, 1997]

Spektrum dari E ditunjukkan pada gambar 2.1. Kita dapatkan daerah I, II

dan III yang merupakan

I. pada daerah ini kita memiliki eddy besar yang membawa sebagian besar

energi. Eddy ini berinteraksi dengan aliran rata-rata dan mengambil energi

dari aliran-rata-rata. Energi ini kemudian dipindahkan ke skala yang lebih

kecil. Velocity dan length scale eddy tersebut adalah dan .

II. Daerah inersial. Eksistensi dari daerah ini mensyaratkan bilangan Reynolds

yang tinggi (fully turbulent flow). Eddy pada daerah ini merepresentasikan

daerah pertengahan. Daerah ini merupakan daerah perpindahan pada

47
cascade process. Energi pada tiap unit waktu () berasal dari eddy besar

pada bagian bawah daerah ini dan diberikan pada daerah disipasi pada

bagian yang lebih tinggi. Eddy pada daerah ini independen dari eddy besar

yang mengandung energi dan eddy kecil pada daerah disipasi. Dapat

dikatakan bahwa eddy pada daerah ini memiliki karakteristik aliran energi

() dan ukuran eddy 1/.

III. Daerah disipasi. Eddy pada daerah ini kecil, isotropik dan merupakan

tempat terjadinya disipasi. Skala dari eddy ditunjukkan oleh skala

kolmogorov

2.3 Model turbulen

Ketika suatu aliran adalah turbulen akan lebih mudah jika kita membagi

variabel menjadi nilai-rata-rata dan nilai fluktuatif, contoh:

(2.8)

Salah satu alasan mengapa kita memisahkan variabel tersebut adalah

karena kita mengukur kuantitas aliran. Kita biasanya lebih tertarik pada nilai

rata-rata daripada histori aliran tersebut. Alasan lain adalah bila kita ingin

menyelesaikan persamaan Navier-Stokes secara numerik maka akan diperlukan

grid yang sangat halus untuk menyelesaikan seluruh skala turbulen dan juga

akan diperlukan resolusi yang sangat halus pada sampling waktunya (aliran

turbulen selalu unsteady).

Persamaan kontinuitas dan persamaan Navier-Stokes dinyatakan:

(2.9)

(2.10)

Dimana (.),j menyatakan turunan terhadap xj. karena kita berbicara pada

daerah aliran inkompresibel (angka Mach rendah). Komponen dilatasi pada

bagian kanan dapat diabaikan sehingga:

48
(2.11)

Harap diingat bahwa penggunaan istilah inkompresibel adalah untuk

menyatakan bahwa density independen terhadap tekanan P / 0 namun

bukan berarti bahwa density adalah konstan, density juga dapat bergantung

pada temperatur atau konsentrasi.

Dengan memasukkan persamaan 2.8 ke dalam persamaan kontinuitas

(2.9) dan persamaan Navier-Stokes (2.10) kita akan dapatkan time averaged

persamaan kontinuitas dan persamaan Navier-Stokes.

(2.12)

(2.13)

Sebuah komponen baru ui u j muncul pada sisi kanan persamaan 2.13

yang dinamakan Reynold Stress Tensor. Tensor ini simetrik (contoh: u1u 2 = u 2 u1 ).

Ini menunjukkan korelasi antar fluktuasi kecepatan. Ini juga merupakan

komponen stress tambahan pada turbulen (fluktuasi kecepatan) yang tidak

diketahui. Kita memerlukan model bagi ui u j untuk menutup sistem persamaan

pada persamaan 2.13. Ini disebut closure problem. Jumlah yang tidak diketahui

(sepuluh: tiga komponen kecepatan, tekanan, dan enam stress) lebih besar

daripada jumlah persamaan (empat: persamaan kontinuitas dan tiga komponen

persamaan Navier-Stokes).

Untuk aliran boundary-layer steady, dua dimensi (contoh: boundary layer

sepanjang plat datar, aliran kanal, aliran pipa, jet, aliran wake, dan semacamnya)

dimana:

(2.14)

persamaan 2.13 menjadi

(2.15)

49
x = x1 menunjukkan streamwise coordinate, dan y = x2 koordinat normal terhadap

aliran. Gradien tekanan P x adalah nol.

Pada viscous shear stress P x pada sisi kanan dari persamaan 2.15

muncul tambahan turbulen, yaitu shear stress turbulen. Maka total shear stress

adalah:

(2.16)

Gambar 2.2 Shear stress dekat dinding [Davidson, 1997]

Pada daerah dinding (viscous sublayer, buffert layer, dan logarithmic layer)

total shear stress mendekati konstan dan sama dengan wall shear stress , lihat

gambar 2.2. Catatan bahwa total shear stress adalah konstan hanya saat dekat

dengan dinding. Menjauhi dinding total shear stress menurun (pada fully

developed flow nilainya menurun secara linear dengan jarak terhadap dinding).

Pada dinding turbulent shear stress lenyap saat u = = 0 dan viscous shear stress

mengambil seluruh nilai wall-stress , saat menjauhi dinding viscous stress

berkurang sementara turbulen meningkat dan pada y+ 10, mereka mendekati

sama. Pada logarithmic layer, viscous stress diabaikan jika dibandingkan dengan

turbulent stress.

Ada level pendekatan yang berbeda yang terlibat untuk menutup sistem

persamaan 2.13

1. Model Aljabar. Sebuah persamaan aljabar digunakan untuk menghitung

viskositas turbulen, sering disebut sebagai viskositas eddy. Reynolds Stress

50
Tensor kemudian dihitung menggunakan asumsi yang menghubungkan

Reynolds Stress Tensor dengan gradien kecepatan dan viskositas turbulen.

Asumsi ini disebut asumsi Boussinesq. Model yang berbasis pada viskositas

turbulen (eddy) disebut sebagai eddy viscosity model.

2. Model satu persamaan. Pada model ini persamaan perpindahan diselesaikan

untuk sebuah kuantitas turbulen (biasanya energi kinetik turbulen) dan

kuantitas turbulen kedua (biasanya turbulent length scale) didapat melalui

ekspresi aljabar. Viskositas turbulen dihitung dari asumsi Boussinesq.

3. Model dua persamaan. Model ini termasuk pada kelas eddy viscosity models.

Dua persamaan perpindahan diturunkan untuk menggambarkan

perpindahan dari dua skalar, sebagai contoh energi kinetik turbulen k dan

disipasinya . Reynolds Stress Tensor kemudian dihitung menggunakan

asumsi yang menghubungkan Reynolds Stress Tensor dengan gradien

kecepatan dan viskositas eddy.

4. Reynolds Stress Model. Pada model ini persamaan perpindahan diturunkan

untuk Reynolds Tensor ui u j . Satu persamaan perpindahan ditambahkan

untuk menentukan length scale dari turbulensi. Biasanya persamaan untuk

disipasi digunakan.

Proses Simulasi CFD

Tahap 1. Permodelan geometri Glider

Pada tahap ini meliputi :

- Pembuatan scetch node/garis/bidang

- Operasi-operasi geometri (extrude/substract/add/dll)

51
Gambar. Geometri simulasi Glider

Tahap II. Meshing Geometri

Pada tahap ini meliputi :

- Pendifinisian nama-nama boundary condition

- Pemilihan element dan ukuran meshing

Wall

Input

Glider Output

Wall

Gambar. Meshing Glider

Tahap III. Setting Boundary Conditions dan Solver

Pada tahap ini meliputi (diantaranya) :

Tipe Simulation

Pemilihan Turbulence Model

Pemilihan jenis Fluida

52
Pendifinisian kondisi pada boundary

condition(Inlet/Outlet/Wall/outlet/opening/dll)

Parameter konvergensi (RMS Error/iterasi)

Gambar. Setting Boundary Condition simulasi Glider

Gambar. Iterasi Solver simulasi Glider

Tahap IV. Post Processing dan Hasil

Pada tahap ini meliputi :

Pengambilan data numeric/grafik/visualisasi

Hasil gaya-gaya hidrodinamik (lift dan drag)


Surface
Velocity (m/s) Drag (N) Lift (N)
Glider (m2)
1 1.58999 16.3382 62.9734

53
2 1.58999 62.7103 256.869
3 1.58999 138.044 582.801

Visualisasi Hasil

Gambar. Visualisasi streamline Gambar. Visualisasi streamline

Gambar. Visualisasi velocity contour Gambar. Visualisasi pressure contour

Validasi dan Verifikasi

Validasi merupakan terminologi untuk menunjukkan tingkat kebenaran dari

simulasi yang dilakukan. Untuk mengetahui tingkat kevalidan dapat dilakukan

dengan beberapa metode :

- Memastikan semua boundary condition dan inisialisasi telah sesuai

dengan teori dan kasus yang ditinjau

- Membandingkan dengan sebuah acuan/standart yang telah ada dengan

referensi yang jelas.

Sedangkan verifikasi merupakan terminologi yang menuinjukkan

akurasi/kedekatan dengan hasil yang telah dilakukan oleh pihak lain dalam

54
simulasi dengan kasus yang sama atau dengan hasil pengujian. Teori lengkap

validasi /verifikasi dapat dilihat pada menu Help tools yang dipakai.

Modul 1 :Flow di Sekitar Blunt Body

Pendahuluan
Tutorial ini berisi:
Fitur Tutorial 5 (hal. 109)
Garis Besar Permasalahan yang akan Diselesaikan (hal. 110)
Menentukan Simulasi pada ANSYS CFX-Pre (hal. 111)
Penyelesaian Permasalahan dengan ANSYS CFX-Solver Manager (hal. 115)
Menampilkan Hasil pada ANSYS CFX-Post (hal. 118)

Direkomendasikan kepada anda untuk mereview topik dibawah ini sebelum


memulai:
Setting pada Working Directory (p. 1)
Merubah Display Colors (p. 2)

55
File file sampel yang direferensikan tutorial ini meliputi:
BluntBody.pre
BluntBodyDist.cse
BluntBodyMesh.gtm

Fitur Tutorial
Tutorial ini berisi fitur fitur berikut dari ANSYS CFX.

Dalam tutorial ini anda akan belajar mengenai:


Solving dan post-processing permasalahan dimana geometry telah dihilangkan
pada satu sisi dari suatu symmetry plane.
Menggunakan free slip wall boundaries pada sisi samping dan atas domain
sebagai kompromi antara flow modeling dan computational grid size.
Permodelan flow near-wall secara akurat menggunakan Shear Stress Transport
(SST) turbulence model.
Membuat vector plots pada ANSYS CFX-Post dengan uniform spacing antar
vectors.

Garis besar Permasalahan yang akan Diselesaikan


Contoh ini menunjukan external air flow pada sebuah generic vehicle body. Karena
baik geometry maupun flow simetris disekitar bidang vertikal, hanya setengah dari
geometry yang akan digunakan untuk menemukan solusi CFD.
Gambar 1 External Air Flow Over a Generic Vehicle Body

56
Menentukan Simulasi pada ANSYS CFX-Pre
Bagian ini mendeskripsikan pengaturan simulasi pada ANSYS CFX-Pre.
Membuat Simulasi Baru
1. Buka ANSYS CFX-Pre.
2. Klik File > New Simulation.
3. Klik General dan Klik OK.
4. Klik File > Save Simulation As.
5. Pada File name, ketikan BluntBody.
6. Klik Save.

Mengimport Mesh
1. Klik kanan Mesh lalu pilih Import Mesh.
2. Gunakan setting di bawah ini

3. Klik Open.

Membuat Domain
Flow pada domain diharapkan turbulent dan isothermal. Shear Stress Transport
(SST) turbulence model dengan automatic wall function treatment akan digunakan
karena keakuratan prediksi yang tinggi dari flow separation. Untuk
mengoptimalkan keuntungan dari SST model, boundary layer sebaiknya
ditetapkan dengan paling tidak 10 mesh nodes. Untuk mengurangi waktu
komputasi, mesh dalam tutorial ini lebih mudah dibanding mesh tersebut.
Tutorial ini menggunakan gas ideal sebagai fluida dimana pada tutorial
sebelumnya digunakan fluida yang spesifik. Saat memodelkan sebuah
compressible flow menggunakan pendekatan gas ideal untuk menghitung variasi
kerapatan, pressure referensi yang realistis harus diset. Hal ini karena beberapa
fluid properties bergantung pada absolute fluid pressure (dihitung sebagai static
pressure plus reference pressure).

1. Klik Domain , dan set nama menjadi BluntBody.


2. Gunakan settingan berikut pada BluntBody:

57
3. Klik OK.

Membuat Composite Regions


Sebuah mesh yang diimpor kemungkinan berisi banyak 2D regions. Untuk
tujuan membuat boundary conditions, terkadang akan sangat berguna jika
beberapa 2D regions dikelompokan dan menerapkan satu boundary condition
pada composite 2D region. Dalam hal ini, anda akan membuat sebuah Union
antara dua regions yang keduanya memerlukan free slip wall boundary
condition.
1. Dari menu utama, klik Insert > Composite Region.
2. Set dengan nama FreeWalls dan Klik OK.
3. Gunakan settingan berikut

4. Pada region list, tahan tombol <Ctrl> dan pilih Free1 dan Free2.
5. Klik OK.

Membuat Boundary Conditions


Simulasi memerlukan inlet, outlet, wall (no slip dan free slip) dan symmetry
plane boundary conditions. Region untuk boundary conditions ini telah
ditentukan saat mesh dibuat (kecuali untuk composite region hanya dibuat
untuk free slip wall boundary condition).

Inlet Boundary

1. Klik Boundary Condition .


2. Pada Name, ketik Inlet.
3. Gunakan settingan berikut

58
4. Klik OK.

Outlet Boundary
1. Buat sebuah boundary condition baru dan beri nama Outlet.
2. Gunakan settingan berikut

3. Klik OK.

Free Slip Wall Boundary


Sisi atas dan sisi samping dari rectangular region akan menggunakan free slip
wall boundary conditions.
Pada free slip walls, shear stress diset nol sehingga fluida tidak terhambat.
Kecepatan / velocity normal ke wall juga diset nol.
Kecepatan / velocity parallel ke wall dihitung saat penyelesaian.

Kondisi ini bukanlah ideal boundary condition ini karena flow disekitar body akan
terpengaruh oleh pendekatan pada walls. Jika hal ini adalah modeling sebuah
eksperimen wind tunnel, domain harus membuat model ukuran dan bentuk dari
wind tunnel dan menggunakan no-slip walls. Jika hal ini adalah modeling sebuah
blunt body yang terbuka / bersentuhan dengan atmosphere, sebuah domain yang
lebih besar harus digunakan untuk meminimalisasi efek dari walls.
Anda akan menerapakan sebuah single boundary condition pada kedua walls
dengan menggunakan composite region yang ditentukan sebelumnya.
1. Buat sebuah boundary condition baru dan beri nama FreeWalls.
2. Gunakan settingan berikut:

59
3. Klik OK.

Symmetry Plane Boundary


1. Buat sebuah boundary condition baru dan beri nama SymP.
2. Gunakan settingan berikut:

3. Klik OK.

Wall Boundary pada Permukaan Blunt Body

1. Buat sebuah boundary condition baru dan beri nama Body.


2. Gunakan settingan berikut:

3. Klik OK.

2D regions yang tersisa (dalam hal ini, hanya bidang Z yang bawah) akan ditentukan
menjadi default boundary condition yaitu adiabatic, no-slip wall condition. Dalam
hal ini, nama dari default boundary condition adalah Default Boundary. Walaupun
boundary conditions Body dan Default Boundary sangat mirip (selain letaknya),
Body boundary condition dibuat, selama post-processing, letaknya dapat dengan
mudah dibedakan dari adiabatic lainya, no-slip wall surfaces.

Setting Initial Values


1. Klik Global Initialization
2. Gunakan settingan berikut:

60
3. Klik OK.

Setting Solver Control

1. Klik Solver Control .


2. Gunakan settingan berikut:

3. Klik OK.

Membuat Solver (.def) File

1. Klik Write Solver File .


2. Gunakan settingan berikut:

*Jika anda menggunakan ANSYS CFX-Pre pada Standalone Mode.


3. Pastikan Start Solver Manager sudah dipilih dan Klik Save.
4. Jika anda menggunakan Standalone Mode, quit ANSYS CFX-Pre, save file simulasi
(.cfx) at your discretion.

Penyelesaian Permasalahan dengan ANSYS CFX-Solver Manager


Penyelesaian Permasalahan pada Serial
Saat ANSYS CFX-Pre telah ditutup dan ANSYS CFX-Solver Manager mulai
dijalankan, anda dapat mendapatkan solusi dari CFD problem dengan mengikuti

61
prosedur berikut.
1. Klik Start Run.
2. Klik Yes untuk memproses hasil pada ANSYS CFX-Post.
3. Jika anda menggunakan Standalone Mode, quit ANSYS CFX-Solver Manager.

Text Output saat Berjalan pada Parallel


Text output area menunjukan apa yang ditulis oleh output file. Anda akan melihat
informasi seperti berikut:

Informasi tersebut menunjukan bahwa informasi tersebut bersangkutan dengan


pemartisisan / partitioning. Setelah proses partisi selesai, akan terlihat:

Hal ini menunjukkan selesainya pemartisian. ANSYS CFX-Solver mulai


menyelesaikan permasalahan anda dalam parallel run:

Komputer dimana anda login bertugas menjalankan master process, dan


mengendalikan keseluruhan simulasi. Komputer kedua akan menjalankan slave
process. Jika anda memiliki lebih dari dua proses, tiap additional process berjalan
sebagai slave process.
Master process pada contoh ini berjalan pada mesh partition nomor 1 dan slave
process berjalan pada partition nomor 2. Anda dapat mengetahui nodes dan
elements yang mana pada tiap partisi dengan menggunakan ANSYS CFX-Post

62
pada tutorial nanti.
Saat ANSYS CFX-Solver selesai bekerja, output file menunjukan job information
dan sebuah pop-up message yang menunjukan selesainya proses.

Menampilkan Hasil pada ANSYS CFX-Post


Pada tutorial ini, sebuah vector plot dibuat pada ANSYS CFX-Post. Hal ini akan
memperlihatkan kepada anda bagaimana flow disekitar body. Anda juga akan
menggunakan symmetry planes dan belajar lebih tentang manipulasi geometry
view pada viewer.

Menggunakan Symmetry Planes


Pada awal tutorial ini anda telah menggunakan symmetry plane boundary
condition karena keseluruhan blunt body simetris disekitar suatu bidang. Karena
kondisi simetris ini, hanya setengah dari geometry diperlukan untuk menghitung
hasil CFD. Bagaimanapun, untuk tujuan visualisasi, akan sangat membantu untuk
menggunakan seluruh blunt body. ANSYS CFX-Post mampu merekonstruksi
ulang seluruh kumpulan data dari setengah yang telah dihitung. Hal tersebut
dapat diselesaikan dengan cara membuat Instance Transform object.

Manipulasi Geometry
Anda perlu memanipulasi geometry agar anda dapat mengamati apa yang terjadi
saat anda menggunakan symmetry plane. Fitur ANSYS CFX-Post yang anda
gunakan pada tutorial sebelumnya tidak akan dijelaskan secara detil. Fitur baru
akan dijelaskan secara detil.
1. Klik kanan area kosong pada viewer dan pilih Predefined Camera > View
Towards +X.

Membuat Instance Transform


Instance Transforms digunakan untuk memvisualisasikan full geometry
representation dalam keadaan dimana simulasi diuntungkan oleh bentuk simetris
dimana untuk menyelesaikan hanya perlu sebagian dari geometry. Terdapat tiga
tipe transformasi yang dapat anda gunakan: Rotation, Translation, Reflection.
Dalam tutorial ini, anda akan membuat sebuah Reflection transform yang terdapat
pada bidang.
1. Klik Location > Plane dan beri nama Reflection Plane .
2. Gunakan settingan berikut:

63
3. Klik Apply. Langkah ini akan membuat sebuah bidang pada letak yang sama
dengan symmetry plane yang ditentukan pada ANSYS CFX-Pre. Dan sekarang
instance transform dapat dibuat menggunakan bidang ini:
4. Dari main menu, klik Insert > Instance Transform dan gunakan default name.
5. Gunakan settingan berikut:

6. Klik Apply.

Menggunakan Reflection Transform


Anda dapat menggunakan transform saat membuat atau mengubah graphics
objects. Contohnya, anda dapat memodifikasi Wireframe view sebagai berikut:
1. Pada Outline tab, pada User Locations and Plots, gunakan settingan berikut untuk
Wireframe:

2. Klik Apply.
3. Zoom agar geometry tampak memenuhi Viewer.
Anda akan melihat full blunt body.

Membuat Vectors
Sekarang anda akan membuat vector plot untuk menunjukan velocity vectors
dibalik blunt body. Awalnya anda perlu membuat sebuah obyek sebagai locator,
yang mana dalam hal ini, akan menjadi sampling plane. Lalu, buat vector plot itu
sendiri.

Membuat Sampling Plane


Sebuah sampling plane adalah sebuah bidang dengan sampling points yang
tersebar merata pada bidang tersebut.
1. Klik kanan pada blank area pada viewer dan klik Predefined Camera > View
Towards +Y.
Hal ini untuk memastikan agar perubahan dapat terlihat.
2. Buat sebuah plane baru dan beri nama Sample.
3. Gunakan settingan berikut:

64
4. Klik Apply. Anda dapat memperbesar tampilan pada sampling plane untuk
melihat letak sampling points (dimana garis berpotongan). Terdapat 400 (20 * 20)
sampling points pada bidang. Sebuah vector dapat dibuat pada tiap sampling
point.
5. Sembunyikan bidang dengan menghilangkan tanda centang pada visibility check
box disebelah Sample.

Membuat Vector Plot Menggunakan Sampling Methods yang Berbeda

1. Klik Vector dan gunakan default name.


2. Gunakan settingan berikut:

3. Klik Apply.
4. Zoom hingga vector plot terlihat kasar dan berukuran sama dengan viewer.
Sebuah region of recirculation akan terlihat dibelakang blunt body.
5. Biarkan vertices pada sampling plane dan besarkan kerapatan dari vectors dengan
menerapkan settingan berikut:

6. Klik Apply.
7. Ganti lokasi Vector plot dengan setting berikut:

8. Klik Apply.

Membuat Pressure Plot

65
1. Gunakan settingan berikut pada boundary condition bernama Body:

2. Klik Apply.
3. Gunakan settingan berikut pada SymP:

4. Klik Apply.
Anda akan dapat melihat mesh disekitar blunt body, dengan mesh length scale
mengecil di dekat body, namun akan tetap sederhana pada region of
recirculation. Dengan memperbesar tampilan, anda akan dapat melihat lapisan
lapisan inflated elements di dekat body.

Membuat Surface Streamlines


Untuk menunjukan lintasan udara pada permukaan blunt body, surface
streamlines dapat dibuat dengan cara berikut:
1. Clear visibility dari Body, SymP dan Vector 1.
2. Buat sebuah bidang baru dan beri nama Starter.
3. Gunakan settingan berikut

4. Klik Apply. Bidang akan terlihat pada upstream pada blunt body.
5. Hilangkan tanda centang pada visibility check box pada bidang. Hal ini berguna
untuk menyembunyikan bidang, walaupun sebenarnya bidang tersebut masih
ada.

6. Klik Streamline . dan Klik OK untuk menggunakan default name.


7. Gunakan settingan berikut:

8. Gunakan settingan berikut.


Surface streamlines muncul pada setengah dari permukaan blunt body. Surface
streamlines mulai muncul dekat upstream end karena starting points terbentuk

66
oleh projecting nodes dari bidang pada blunt body.

Memindahkan Objects
Pada ANSYS CFX-Post, anda dapat merubah posisi terhadap beberapa locator
objects secara langsung pada viewer dengan menggunakan mouse.
1. Pilih visibility check box untuk plane bernama Starter.
2. Klik Single Select mouse pointer dari toolbar Selection Tools.
3. Pada viewer, klik Starter plane untuk menseleksi, lalu gunakan klik kiri mouse
untuk menggeser objek sepanjang X axis
Perhatikan streamlines akan tergambar saat plane bergerak.

Membuat Surface Plot of y+


Kecepatan didekat no-slip wall boundary berubah dengan cepat dari nilai nol pada
wall hingga nilai free stream pada jarak yang pendek setelah dari wall. Lapisan
gradient kecepatan tinggi ini disebut boundary layer. Banyak mesh tidak cukup
baik saat didekat wall untuk menentukan velocity profile pada boundary layer
secara akurat. Wall functions dalam hal ini dapat digunakan untuk menerapkan
sebuah permisalan functional shape dari velocity profile. Grid lainya sudah cukup
baik sehingga tidak diperlukan lagi wall functions, dan penerapan belakangan
memiliki dampak yang kecil.
Kebayakan permasalahan berada diantara kedua hal ini, dimana boundary layer
perbagian ditentukan oleh nodes dekat wall dan wall functions digunakan untuk
tambahan accuracy dimana nodes terkumpul dekat wall.
Salah satu indikasi dari kedekatan pada first node dengan wall adalah
dimensionless wall distance y+. Akan lebih baik jika anda memeriksa nilai y+ pada
akhir simulasi anda. Pada lower limit, nilai y+ yang kurang dari atau sama dengan
11 menunjukan bahwa node pertama berada dalam laminar sublayer dari
boundary flow. Nilai yang lebih besar dari nilai tersebut menunjukan bahwa
sebuah bentuk logarithmic yang diasumsikan dari velocity profile digunakan
untuk memodelkan boundary layer portion antara wall dan first node. Idealnya
anda harus memastikan bahwa ada beberapa nodes (3 atau lebih) yang
menetapkan profil boundary layer. Jika hal ini tidak teramati, sebaiknya
tambahkan lagi beberapa nodes di dekat wall surfaces untuk meningkatkan
akurasi simulasi. Dalam tutorial ini, sebuah mesh yang relatif lebih sederhana
digunakan untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan saat menjalankan aplikasi.
Dengan demikian, grid akan jauh lebih sederhana untuk menentukan profil
boundary layer, dan hasilnya pun tidak akan benar benar akurat.

67
Surface Plot y+
Surface plot salah satu yang mewarnai surface berdasarkan nilai dari variabel:
dalam hal ini,
y+ . Sebuah surface plot dari y+ dapat didapatkan dengan cara berikut:
1. Clear visibility dari semua plot sebelumnya.
2. Pada tab Outline, gunakan settingan berikut pada BluntBodyDefault:

*.Klik icon ellips disebelah kanan menu dropdown Variable untuk melihat
seluruh list variabel, termasuk Yplus.
3. Klik Apply.
4. Pada tab Outline, gunakan settingan berikut pada Body:

*.Klik icon ellips disebelah kanan menu dropdown Variable untuk melihat
seluruh list variabel, termasuk Yplus.
5. Klik Apply.
Modul 2a. Geometri dengan ICEM CFD

Introduction

ANSYS ICEM CFD merupakan salah satu dari sekian banyak tools /

software yang digunakan untuk analisa dengan melibatkan aliran fluida. ANSYS

ICEM CFD sendiri terintegrasi dengan main software yakni ANSYS. ANSYS

ICEM CFD telah memenuhi persyaratan untuk generasi mesh terpadu

(integrated mesh generation) dan alat post processing untuk analisis canggih

yang diperlukan saat ini. Serta menyediakan akuisisi pembuatan geometri yang

canggih, generasi mesh, dan optimasi mesh.

Dengan mempertahankan hubungan yang erat dengan proses pembuatan

geometri selama generasi mesh dan post processing, ANSYS ICEM CFD

digunakan terutama dalam aplikasi teknik seperti computational fluid dynamics

dan analisis struktural.

68
Tahap mesh ANSYS ICEM CFD merupakan alat generasi yang

menawarkan kemampuan untuk parameter membuat jarring jarring elemen

mesh dari geometri dalam berbagai format:

Elemen Multiblock terstruktur


Elemen terstruktur hexahedral
Elemen terstruktur tetrahedral
Elemen Cartesian dengan H-grid
Elemen Hybrid Meshes terdiri dari hexahedral, tetrahedral, piramidal

dan / atau prismatik elemen


Elemen segiempat dan segitiga untuk surface mesh

ANSYS ICEM CFD menyediakan link secara langsung antara tahap

pembuatan geometri dan analisisnya. Dalam ANSYS ICEM CFD, pembuatan

geometri dapat dilakukan dengan inputan geometri dengan format apa pun.

Baik itu dari paket desain CAD, paket database universal, scan data atau data

titik. Misalnya geometri dengan format file dwg, iges, sat, dll.
Tahap pembuatan geometri pada ANSYS ICEM CFD dimulai dengan
pembuatan dan modifikasi titik, kurva, dan selanjutnya adalah surface benda. Di
dalam program ANSYS ICEM CFD menawarkan fleksibilitas untuk
menggabungkan informasi geometris dalam berbagai format untuk generasi mesh.
Yang nantinya akan dihasilkan mesh terstruktur atau tidak terstruktur, bentuk
topologi, konektivitas antar - domain dan kondisi batas yang kemudian disimpan
dalam database. Di mana nantinya dapat dengan mudah diterjemahkan ke input
file diformat untuk pemecah tertentu.

69
Gambar. Tahap pembuatan geometri

70
Main Menu

Terdapat beberapa item menu berikut yang dapat diakses sebagai ikon

pada sudut kiri atas tampilan pada program ANSYS ICEM CFD.

Menu utama

Gambar. Tampilan menu utama program ANSYS ICEM CFD

1. File

Menu File ini digunakan untuk membuat proyek - proyek baru atau

membuka proyek yang telah dibuat, dan menyimpan file, mengimpor dan

mengekspor format dari geometri ataupun meshing.

2. Edit

Menu ini berisi Undo / Redo, pilihan untuk membuka sebuah shell

window, dan berbagai perintah internal mesh geometri / konversi.

3. View

Berisi berbagai pilihan untuk tampilan standar, kontrol, dan

penjelasannya.

71
4. Info

Menu ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan berbagai

informasi mengenai geometri, mesh dan entitas individu.

5. Settings

Berisi pengaturan default untuk performa, tampilan grafis, dan

pengaturan lain yang digunakan lebih dari 90% dari waktu dengan pengguna

tertentu.

6. Help

Berisi link ke tutorial, panduan bagi pengguna dan versi informasi.

Function Tabs

Fungsi utama menu ini adalah untuk proses pembuatan grid yang secara

keseluruhan dapat diakses melalui tab fungsi yang meliputi: Geometry, Mesh,

Blocking, Edit mesh, Output, Post -processing, dll.

Function
Tab

72
Gambar. Tampilan function tabs program ANSYS ICEM CFD

a. Menu Geometri

Menu Geometri meliputi fungsi untuk pembuatan, mengedit dan

memperbaiki geometri benda kerja. Berikut ini adalah item fungsi dan kegunaan

dalam menu geometri ini meliputi:

Create Point

Create/Modify Curve

Create/Modify Surface

Create Body

Create Faceted

Repair Geometry

Transform Geometry

Restore Dormant Entities

Delete Point, Delete Curve, Delete Surface, Delete Body and Delete Any Entity.

b. The Mesh menu

Alat ini adalah jantung dari pemodelan dengan ANSYS ICEM CFD. Menu

Mesh ANSYS ICEM CFD berisi langkah langkah tahap meshing. Yang meliputi

tahap penentuan ukuran elemen mesh (parameter), tipe elemen meshing yang

digunakan, metode meshing, dll. Tombol-tombol berikut ini akan

mengakibatkan generasi mesh modul yang berbeda, yang ANSYS ICEM CFD

mempertahankan dan mengembangkan:

Global Mesh Setup

Part Mesh Setup

Surface Mesh Setup

Curve Mesh Setup

Create Mesh Density

Define Connectors

73
Mesh Curve

Compute Mesh

NACA 0012

Kita akan membuat geometri untuk profil NACA 0012 secara 3 dimensi

seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar. Foil NACA 0012

Membuat model titik titik NACA 0012

Pertama tama kita set terlebih dahulu sumbu koordinat pada tampilan

lembar kerja ANSYS ICEM CFD. Set up pada tampilan sumbu koordinat X Y.

Untuk pembuatan point / titik pilih menu Geometry Create Point > Explicit

74
Coordinates > Pilih Buat 1 titik. Masukkan nama titik tersebut. Dan

berikan nama POINT00. Masukkan koordinat (0, 0, 0) ditunjukkan di bawah ini.

Tekan Apply untuk membuat sebuah titik.

Gambar. Point creation window

Switch ON Geometry > Poin pada tree window samping kiri tampilan

program. Untuk melihat nama titik, gunakan tombol mouse sebelah kanan dan

pilih Poin > Tampilkan Point Names di tampilan tree window. Pilih Fit Window

dari menu utama untuk menyesuaikan tampilan model dengan lembar kerja.

Gunakan tombol kanan mouse untuk memperkecil jika diperlukan. Nama jalur

yang dibuat akan ditampilkan sebagai POINT00.

75
Tree
window

Gambar. Tree window

Sekarang masukkan koordinat foil NACA 0012 seperti yang ditunjukkan

di bawah ini, dan tekan Apply untuk masing masing koordinat titik yang telah

dimasukkan.

POINT01 (3, 3, 0)
POINT02 (3, -3, 0)
POINT03 (10, 5, 0)
POINT04 (10, -5, 0)
POINT05 (20, 6, 0)
POINT06 (20, -6, 0)
POINT07 (29, 6, 0)

POINT08 (29, -6, 0)

POINT09 (50, 5, 0)
POINT10 (50, -5, 0)
POINT11 (76, 3, 0)
POINT12 (76, -3, 0)
POINT13 (100, 0, 0)

76
Sekarang masukkan koordinat untuk domain fluida seperti yang

ditunjukkan di bawah ini, dan tekan Apply untuk masing masing koordinat

titik yang telah dimasukkan.


POINT14 (-150, 150, 0)
POINT15 (-150, -150, 0)
POINT16 (300, 150, 0)
POINT17 (300, -150, 0)

Gambar. Kooordinat titik titik foil NACA 0012 dan domain fluida

Tekan Dismiss untuk menutup jendela. Pergi ke View > Front. Tampilan

lembar kerja sekarang harus menunjukkan titik seperti terlihat pada gambar di

atas. Lokasi poin juga dapat diperiksa dengan mengikuti cara - Buka Ikon Utility

> Klik panah terbalik di bawah ikon ukur > jarak ikon pilihan terakhir

adalah Cari Lokasi Pilih titik di layar. Koordinat - koordinat dari titik

tersebut akan ditampilkan pada layar juga akan terlihat dalam jendela pesan.

77
Line Creation

Geometry > Create/Modify Curve > From Points : pilih the From

Points option .

Gambar. From points window

Untuk memilih Poin, klik pada (icon select point) dan kemudian

pilih titik titik pada foil (mulai dari arah titik pada trailing edge - leading edge

trailing edge) dengan tombol kiri mouse. Tekan tombol tengah mouse / apply

untuk accept titik titik yang dipilih. Switch ON Geometri > Curves di tree

window jika kurva yang dibuat tidak terlihat. Untuk melihat nama - nama kurva,

gunakan tombol mouse sebelah kanan dan pilih Curves > Tampilkan nama kurva

di tree window. Lakukan langkah langkah yang sama untuk pembuatan kurva

dari domain fluida.

78
Gambar. Kurva foil NACA 0012

Surface Creation

Geometry > Create / Modify Surface > pilih Simple Surface

icon to open the window shown.

79
Gambar. Simple surface window

Pilih opsi metode pembuatan kurva (from curve). Tekan ikon curve

selection dan memilih kurva bentuk penampang foil yang telah dibuat tadi

dengan tombol kiri mouse. Tekan tombol tengah mouse untuk meng apply.

Catatan : tekan tombol mouse sebelah kanan untuk membatalkan / undo

seleksi yang telah dilakukan sebelumnya.

Switch ON Geometri > surfaces di tree window jika surface yang dibuat

tidak terlihat. Untuk melihat nama - nama surfaces, gunakan tombol mouse

sebelah kanan dan pilih surfaces > Tampilkan nama surfaces di tree window.

Untuk tampilan surface dapat diubah ubah yakni dengan menekan tombol

mouse sebelah kanan pada surface > maka terdapat pilihan tampilan surface

(wire frame, solid, wire frame & solid).

80
Gambar. Surface foil NACA 0012

Transform Geometry

Geometry > Transform geometry > Translate Geometry > select entities

, yakni pilih bagian bagian yang akan ditranslasikan. Pada kasus ini pilih

semua titik, kurva dan surface foil yang telah dibuat. Caranya yakni blok

keseluruhan penampang foil. Dan akhiri dengan menekan tombol tengah mouse.

Berikutnya centang kolom copy, dan pilih metode translasi dengan cara explicit.

Masukkan nilai translasi ke arah sumbu Z = 250 > apply. Dan lakukan sekali lagi

untuk arah sumbu Z = -250 > apply.

81
Gambar. Transform geometry window

Dengan langkah yang sama, untuk domain fluida lakukan translasi pada

bagian titik titik dan kurva domain fluida ke arah sumbu Z = 300 > apply. Dan

lakukan sekali lagi untuk arah sumbu Z = -300 > apply.

Hubungkan masing masing titik translasi tersebut dengan perintah

create line seperti di atas.

82
Gambar. NACA 0012 dan domain fluida

Surface Creation Foil dan Domain Fluida

Geometry > Create / Modify Surface > pilih curve driven icon

to open the window shown. Setelah itu pilih kurva memanjang pada foil sebagai

driving curve nya, dan kurva penampang foil yang sebagai driven curve nya.

83
Gambar. Curve driven window

Sedangkan untuk membuat surface yang menyelimuti dari domain

fluida, gunakan simple surface. Geometry > Create / Modify Surface > pilih

Simple Surface icon to open the window shown.

84
Gambar. Simple surface window

Pilih opsi metode pembuatan kurva (from curve). Tekan ikon curve

selection dan memilih kurva masing masing rusuk pada domain fluida

yang telah dibuat tadi dengan tombol kiri mouse. Tekan tombol tengah mouse

untuk meng apply. Switch ON Geometri > surfaces di tree window jika surface

yang dibuat tidak terlihat. Lakukan langkah ini untuk pembuatan semua sisi dari

domain fluida.

Gambar. Pandangan wire frame untuk surface foil dan domain fluida

Creat Part

Pada tahap ini adalah tahap pembagian bagian bagian dari model yang

akan di analisa. Yakni model akan dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain

inlet, outlet, wall, bottom, top dan foil.

85
Gambar. Create part window

Inlet : sebagai tempat masuknya aliran fluida

Klik kanan pada part create part beri nama inlet pada

kolom name part klik surface pada domain fluida yang jadi

inletnya. Yakni sisi domain fluida bagian depan dari leading edge

foil.

Outlet : sebagai tempat keluarnya aliran fluida

Klik kanan pada part create part beri nama outlet pada

kolom name part klik surface pada domain fluida yang jadi

outletnya. Yakni sisi domain fluida bagian belakang dari trailing

edge foil.

Bottom : sebagai sisi bawah dari domain fluida

Klik kanan pada part create part beri nama bottom pada

kolom name part klik surface pada bagian bawah / dasar

domain fluida.

Top : sebagai sisi atas dari domain fluida

86
Klik kanan pada part create part beri nama top pada

kolom name part klik surface pada bagian atas domain fluida.

Wall : sebagai sisi - sisi samping dari domain fluida

Klik kanan pada part create part beri nama wall pada

kolom name part klik surface pada domain fluida yang jadi

wallnya. Yakni sisi domain fluida bagian samping kanan dan kiri

dari foil.

Foil : benda yang akan kita analisa

Klik kanan pada part create part beri nama foil pada

kolom name part klik surface keseluruhan dari foil.

Gambar. Domain fluida setelah pendefinisian bagian - bagiannya

87
Creating the Material point

Geometri > Buat Tubuh > Material Point > at specified point : Pilih

(Create Body) > klik pada (icon select point) dan klik di dalam

domain fluida. Isikan terlebih dahulu nama part untuk body yang akan dibuat.

Pastikan posisi titik tersebut terletak di dalam domain fluida. Tekan tombol

tengah mouse untuk menerima, kemudian tekan Apply.

Gambar. Create body window

88
Gambar. Body di dalam domain fluida

89
Meshing

Meshing, untuk mulai melakukan meshing pada model foil dan fluida,

maka kita terlebih dahulu menentukan ukuran element yang akan kita gunakan.

Namun kita perlu mengingat bahwa semakin kecil elemen yang kita buat, maka

jumlah elemen yang terbentuk semakin banyak sehingga waktu running akan

semakin lama dan menghasilkan kapasitas file yang besar. Terutama untuk

model foil yang akan dianalisa, meshing pada bagian tersebut dibuat serapat

mungkin. Agar diperoleh hasil analisa yang sesuai dengan kondisi nyatanya.

Untuk model foil yang dibuat, dilakukan meshing dengan model elemen

meshing tetrahedral yang sesuai untuk bentuk - bentuk yang unstruktural.

Perintah yang digunakan adalah mesh > global mesh setup > global mesh

size > isi nilai scale factor = 1 > dan max element = 0 > apply.

Gambar. Global mesh setup window

90
Perintah yang digunakan adalah mesh > global mesh setup > volume

mesh parameter > pilih tipe elemen mesh = tetra/mixed > metode mesh = robust

octree > apply.

Gambar. Volume mesh parameter window

Perintah yang digunakan adalah mesh > part mesh setup > mengisi

ukuran elemen sesuai kolom di bawah ini > apply.

Gambar. Part mesh size window

91
Setelah semua meshing set up ditentukan maka langkah selanjutnya

adalah melakukan proses meshing. Perintah yang digunakan adalah mesh >

compute mesh > volume mesh > mesh type (tetra/mixed) > mesh method

(robust/octree) > compute.

Gambar. Compute mesh window

92
Gambar. Meshing foil NACA 0012

Setelah kita melakukan meshing pada geometri yang kita buat pada

program ICEM CFD, maka langkah selanjutnya adalah penentuan kondisi batas

yang akan kita lakukan pada program CFX. Sebelumnya kita perlu merubah

bentuk file meshing ICEM CFD ke betuk file CFX. Sehingga file meshing tersebut

dapat dibaca pada program CFX. Perintah yang digunakan adalah Settings >

Product > ANSYS ICEM CFD ANSYS solvers version > apply > restart program.

Buka lagi program ICEM CFD > Output > Output to CFX > done.

93
Modul 2b. Geometri dengan Workbench

1. Menjalankan Ansys-Workbench

Dari Program File klik pada icon ANSYS Workbench

Pilih empty project untuk membuat file/project baru

Simpan file project dengan nama (foil) dan folder tujuan (latihan1).

94
2. Membuat Geometri

Klik pada toolbar sebelah kiri pada tanda untuk membuat geometri baru.

Dan akan muncul seperti :

Klik OK dengan default ukuran yang digunakan mm dan akan muncul layar

berikut :

95
Save nama file yang akan kita buat dengan nama foil pada folder yang

ditentukan.

Klik pada XYPlane

Kemudian klik pada new sketch , beri nama foil.

96
Lalu dibawah tree view klik sketching dan memunculkan tool untuk

menggambar geometri,

Pilih setting dan klik pada Grid dan contreng pada dua isian yang kosong

untuk memunculkan garis dan bidang bantu pembuatan geometri.

Klik sumbu ordinat Z pada pojok kanan bawah untuk merubah posisi bidang

menjadi tepat didepan kita.

97
Untuk memulai membuat sketch klik padaDraw dan muncul tool untuk

membuat sketch. Pada tool drawing pilih construction point, lalu klik satu kali

pada koordinat-koordinat berikut : (0.0); (29,6); (29,-6); (100,0).

Lalu klik kanan dan pilih generate untuk konfirmasi titik-titik yang dibuat..

Berikutnya dengan memakai spline dan garis, hubungkan titik-titik yang sudah

dibuat sehingga menjadi sktech sebuah airfoil naca 0012 berikut, jangan lupa

selalu klik generate bila sebuah action telah dibuat.

98
Lalu klik padaextrude dan masukkan parameter pada detail view berikut :

Dan klik generate sehingga akan menajdi seperti :

99
Berikutnya kita buat box untuk wall-boundary foil yang telah kita buat. Klik

kembali pada XXPlane, lalu klik pada new sketch dan klik kanan untuk

rename menjadi box.

Klik pada sketching untuk mulai membuat sketch.

Pada menu Draw klik Rectangle dan klik pada koordinat berikut :

(-150,150);(300,-150), dan klik generate.

Berikutnya klik extrude dan masukkan parameter berikut :

Lalu klik generate, dan kita dapatkan :

100
Pada tree outline kita expand, kita bias melihat terdapat 2 benda solid, satu

untuk foil dan satu untuk box.

Langkah terakhir adalah melakukan substract pada kedua benda tersebut

(membuat cetakan foil didalam box). Ini dilakukan dengan klik pada tollbar

bagian atas seperti pada gambar berikut :

Pilih boolean dan akan muncul menu :

101
Klik pada substract, akan muncul permintaan untuk memilih target body (kita

pilih box) dan tool body (kita pilih foil), klik apply bila masing-masing sudah

dipilih.

Lalu kita generate dan geometri akhir untuk kasus simulasi pada satu foil

sudah kita selesaikan, seperti pada gambar berikut :

Dari visualisasi gambar tdk nampak ada perbedaan dg sebelum dilakukan

substract, tetapi bila dilihat pada tree outline maka jumlah body solid tinggal

satu benda, yaitu box yang berongga dengan bentuk foil didalamnya.

Save geometri kita dengan nama yang sama yaitu foil.

102
Meshing dengan cfx

Setelah geometri selesai dibuat maka langkah berikutnya adalah membuat

meshing. Meshing merupakan cara untuk mendiskritasi geometri simulasi

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil / elemen. Pada setiap elemen yang

terbentuk akan diselesaikan persamaan-persamaan mekanika fluida sesuai

kondisi yang digunakan, seperti persamaan navier-stokes, kekekalan

momentum, model turbulent, dll.

Untuk memulai meshing dengan menggunakan cfx-mesh maka terdapat

properti yang harus disesuaikan, yaitu merubah metode meshing. Ini dilakukan

dengan cara klik pada toolbar bagian atas window workbench seperti terlihat

berikut ini,

Berikutnya akan muncul pilihan untuk mengubah metode meshing yang

digunakan seperti :

103
Unutk memulai meshing lakukan klik satu kali pada file desain modeler lalu klik

pada icon mesh pada toolbar sebelah kiri seperti berikut :

104
Akan muncul window baru seperti berikut :

Bila kita expand menu Region maka akan ada default 2D region, berikutnya kita

akan membuat nama yagn spesifik untuk setiap region (dipecah) untuk

diberikan kondisi yang berbeda sesuai keperluan simulasi, seperti terihat berikut,

105
Berikutnya kita akan membuat region-region baru, klik kanan pada region dan

pilih insert > composit 2D region.

Beri nama in sebagai inlet fluida, lalu pilih bidang yang akan dijadikan sisi

masuknya fluida, lalu klik apply, seperti berikut :

Berikutnya lakukan hal yang sama dengan nama dan pilihan sisi berikut :

- free (untuk dinding bebas), sisi yang dipilih adalah sisi kanan-kiri dari

foil

106
- open (untuk dinding opening), yaitu sisa-sisi pada box yang belum

dipilih sebelumnya (2 sisi atas-bawah dan 1 sisi bagian belakang foil)

- yang terakhir adalah nama foil untuk airfoil yang berada didalam box.

107
Untuk mengecek bahwa semua bidang 2D telah diinisialisasi dengan nama yang

sesuai kita bisa melihat sudah tidak ada lagi nama default 2D region pada menu

region sebelumnya.

Sebagai praktek awal kita akan memakai default untuk pilihan-pilihan yang lain

dan akan diperdalam pada kasus-kasus berikutnya.

Untuk memulai meshing lakukan klik pada generate volume mesh, akan

terdapat permintaan untuk memberi nama file *.gtm, maka beri nama foil1.gtm,

setelah klik ok kita tunggu sampai proses meshing selesai dan menampilkan

hasil, seperti berikut :

File hasil meshing dengan cfx-mesh memiliki ekstension *.gtm, file ini yang akan

digunakan berikutnya pada proses pre-processing.

108
Modul 3a. Pre-processing & pemilihan solver

Perintah yang digunakan adalah Start menu > All programs > ANSYS >

CFX > ANSYS CFX > CFX-Pre > file > new simulation > general > OK > mesh >

import mesh > select file > ubah file ke ICEM CFD > open.

Penentuan Boundary Condition

Kondisi batas yang akan kita gunakan adalah inlet, opening dan wall.

Untuk menentukan kondisi batas inlet, perintah yang kita gunakan adalah insert

> boundary condition > beri nama kondisi batas inlet > OK > penentuan lokasi

inlet > boundary details > flow regime > option > subsonic > mass and

momentum > option > normal speed > 2 m/s > apply. Nilai normal speed tersebut

merupakan nilai resultan dari kecepatan fluida pada kondisi batas inlet.

Gambar. Kondisi batas di inlet

Untuk menentukan kondisi batas outlet, perintah yang kita gunakan

insert > boundary condition > beri nama kondisi batas open > OK > penentuan

lokasi opening > boundary details > flow regime > option > subsonic > mass and

momentum > option > average static pressure > Relative Pressure 0 (Pa) >

Turbulence > option = zero gradient > apply.

109
Gambar. Kondisi batas di outlet

Untuk menentukan kondisi batas wall, perintah yang kita gunakan insert

> boundary condition > beri nama kondisi batas wall > OK > penentuan lokasi

wall > boundary details > wall influence flow > option > free slip > apply. Peranan

wall pada domain fluida adalah free-slip. Dimana shear stress pada wall adalah

nol dan kecepatan fluida didekat wall tidak mengalami perlambatan akibat efek

gesekan wall.

Gambar. Kondisi batas di wall

Untuk menentukan kondisi batas foil, perintah yang kita gunakan insert >

boundary condition > beri nama kondisi batas foil > OK > penentuan lokasi foil

110
> boundary details > wall influence flow > option > no slip > wall roughness >

option > smooth wall > apply. Kondisi no-slip merupakan kondisi kebalikan dari

free slip, dimana kecepatan fluida pada daerah dekat foil akan mengalami

perlambatan dengan adanya efek gesekan/kekasaran kulit dari model foil.

Gambar. Kondisi batas di foil

Untuk menentukan fluida properties perintah yang digunakan adalah

default domain > general options > location > domain type > fluid domain > fluid

list > air at 25 C > turbulence > option > k-Epsilon > initialisation > initial

conditions > velocity type > cartesian > option > automatic with value > u = 2 m/s,

v = 0 m/s, w = 0 m/s > apply. Nilai positif ataupun negative yang dipengaruhi

dengan arah aliran fluida terhadap sumbu koordinat dari model pada CFX.

Untuk menentukan solver control perintah yang digunakan adalah solver

control > basic settings > advection scheme > option > high resolution > max.

iterations 100 > time scale control automatic > time scale factor 10 > residual type

RMS > residual target 1e-04 > equation class settings > continuity > apply. Sampai

tahap ini semua proses pada tahap pre-processor telah selesai. Untuk

menyimpan file perintah yang digunakan adalah solver > write solver file > save.

Langkah selanjutnya adalah ke tahap flow solver (solution).

111
Modul 3b. Post - processing hasil simulasi CFD

Penentuan nilai gaya - gaya

Untuk perhitungan gaya drag dan lift layar Perintah yang digunakan

adalah tools > function calculator > function > force > pilih lokasi > direction >

global > sb x (untuk gaya drag) dan sb y (untuk gaya lift) > calculate.

Gambar. Function calculator

Hasil perhitungan gaya drag yang dikeluarkan oleh proses CFX tersebut

merupakan resultan kalkulasi dari perhitungan gaya yang bekerja pada layar

searah dengan arah aliran fluida. Hasil perhitungan gaya lift yang dikeluarkan

oleh proses CFX tersebut merupakan resultan kalkulasi dari perhitungan gaya

yang bekerja pada layar tegak lurus dengan arah aliran fluida.

Visualisasi hasil

Untuk menampilkan secara visual terhadap vektor kecepatan aliran

fluida, bentuk streamline, ataupun particle track, terlebih dahulu perlu dibuat

112
penampang potongan. Dengan perintah yang digunakan Toolbar Location

> plane > masukkan nama plane > ok. Pilih metode penampang > YX

> dengan nilai Z = 0 > Apply. Untuk bentuk penampang yang lain dapat dibuat

dengan cara yang sama dan dengan memasukkan metode penampang

berdasarkan penampang yang ingin dibuat.

Gambar. Toolbar location

Gambar. Plane window

113
Untuk menampilkan secara visual terhadap vektor kecepatan, gunakan

perintah toolbar vector > masukkan nama vektor > ok. Pada window details
of vector pilih location > plane 1 > variabel > velocity > Apply.

Gambar. Vector window

114
Gambar. Bentuk Streamline

Untuk menampilkan secara visual terhadap bentuk aliran streamline,

gunakan perintah toolbar vector > masukkan nama streamline > ok. Pada
window details of streamline pilih type > 3D streamline > start from > plane 2 >
variabel > velocity > Apply.

Gambar. Streamline window

115
Gambar. Bentuk Streamline

116
Referensi

[1] Dmitri Kuzmin, Introduction to Computational Fluid Dynamics,


Institute of Applied Mathematics University of Dortmund,
http://www.mathematik.uni-
dortmund.de/_kuzmin/cfdintro/cfd.html
[2] David Schowalter, Raghu Menon, Don Allen, Computer Simulation
Shows Potential for Challenge of Modeling Deepwater Risers,
Article for Harts E&P, April 2007
[3] J.-C. Jouhaud, P. Sagaut, B. Labeyrie, A Kriging Approach for
CFD/Wind-Tunnel Data Comparison, Journal of Fluids Engineering-
ASME, JULY 2006, Vol. 128
[4] William H. Mason, Duane L. Knill, Anthony A. Giunta, Bernard
Grossman, and Layne T. Watson, Getting the Full Benefits of CFD in
Conceptual Design, 16th AIAA Applied Aerodynamics Conference
June 15-18, 1998 / Albuquerque, NM
[5] Serhat Hosder, Bernard Grossman, Raphael T. Haftka, William H.
Mason, and Layne T. Watson, Observations on CFD Simulation
Uncertainties, 9th AIAA/ISSMO Symposium on Multidisciplinary
Analysis and Optimization September 4-6, 2002 /Atlanta, GA
[6] O.S. Barnouin-Jha, P.H. Schulz, Wind Tunnel and Numerical
Experiments Exploring the Interactions Between An Ejecta Curtain
and An Atmosphere, Lunar and Planetary Science XXVIII
[7] Jeffrey D. Brown and David W. Bogdanoff, Complex-Trajectory
Aerodynamics Data for Code Validation from a New Free-Flight
Facility, American Institute of Aeronautics and Astronautics
[8] O Arp, D Block, M Bonitz, H Fehske, V Golubnychiy, S Kosse, P
Ludwig, A Melzer, and A Piel, 3D Coulomb Balls: Experiment and
Simulation, Journal of Physics: Conference Series 11 (2005) 234247
[9] Hidetaka Senga, An Experimental and Numerical Study on Vortex-
induced Vibrations of a Hanging Flexible Riser with Its Top in
Irregular Motion, International Journal of Offshore and Polar
Engineering (ISSN 1053-5381) Copyright byThe International
Societyof Offshore and Polar Engineers Vol. 15, No. 4, December
2005, pp. 274281
[10] A.D. Gosman, Developments in CFD for industrial and
environmental applications in wind engineering, Journal of Wind
Engineering and Industrial Aerodynamics 81 (1999) 21}39
[11] R.H.M. Huijsmans, J.J. de Wilde, J. Buist, Parallel Computational
Fluid Dynamics - Trends and Applications, 2001 Elsevier Science

117
B.V. All rights reserved
[12] Dr. William L. Oberkampf, Verification and Validation in
Computational Simulation, 2004 Transport Task Force Meeting Salt
Lake City, Utah April 29, 2004

118

You might also like