You are on page 1of 14

MAKALAH FARMAKOLOGI DAN TOKSIOLOGI

2
ANTIPIRETIK DAN ANALGESIK

DISUSUN OLEH

FEBY ARFIYAN SINJAYA G 701 15 015


G 701 15
G 701 15

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
penyusunan tugas makalah tentang obat diuretic dengan lancar dan selesai tepat pada
waktunya.Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah Fartoks 2 yang disusun dari
data-data yang diperoleh dari berbagai literatur. Tugas ini dapat penulis selesaikan
karena mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari
bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan termasuk
dalam pembuatan tugas ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca yang bersifat konstruktif demi perbaikan isi makalah ini.

Palu, 12 februari 2017

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi...................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang ........................................................................... 1


I.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1

Bab II Pembahasan

II.1 Antipiretik ...............................................................................


II.2 Analgesik .................................................................................

Bab III penutup

III.I Kesimpulan ................................................................................

III.2 Saran ..........................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila
tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun
obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian
obat dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dansenyawa
kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika duaatau lebih obat
sekaligus dalam satu periode (polifarmasi ) digunakanbersama-sama. Interaksi
obat berarti saling pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam
tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan
lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam
obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu,
obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan
dengan obat.
Nyeri merupakan respon langsung terhadp kejadian peristiwa yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan seperti luka,
inflamasi, atau kanker, nyeri juga dapat dikatakan sebagai perasaan sensoris dan
emosional yang tidak enak dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan
jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dimana ambang toleransi nyeri
berbeda-beda bagi setiap orang. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat
(level), dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali.
Sangat sulit untuk mengukur rasa nyeri,karena derajat nyeri yang dialami
seseorang tidak hanya bergantung pada stimulus dan persepsinya, tetapi juga pada
interpretasi yang bersangkutan. Penggunaan substansi analgesic untuk
menghilangkan nyeri telah diketahui sekurang-kurangnya sejak masa
Hippocrates. Analgesic adalah obat yang mencegah atau menghilangkan demam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mikroskop, bagian-bagiannya dan cara
menggunakanya dan pengertian mikroskopis?
2. Apa yang dimaksud degan reagen pewarnaan mikroorganisme ?
3. Apa yang dimaksud dengan reagen sederhana?
4. Apa yang dimaksud dengan reagen negatif ?
5. Apa yang dimaksud dengan pewaranan gram ,tahan asam ,spora, flage?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui tentang pegertian, bagian-bagian mikroskop dan cara
menggunakannya serta pegertian mikroskopis
2. Untuk mengetahui tentang reagen pewaranaan mikroorganisme
3. Untuk mengetahui tentang reagen sederhana
4. Untuk mengetahui tentang reagen negatif
5. Untuk mengetahui tentang pewaranan gram ,tahan asam ,spora, flage
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. ANTIPIRETIK

PEGERTIAN
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan
temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Oba
golongan ini bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di
hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen
endogen). Contoh Obat Antipiretik : Parasetamol, panadol, paracetol, paraco,
praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau
asam salisilat, salisilamida.

Macam-macam obat Antipiretik:


1. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan
demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan
parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini
derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang
mengidap Sindrom Reye.
2. Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang
disebabkan kanker.
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa
sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit.
Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf
pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak
sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak.
Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis
secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.

3. Piralozon
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini
amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon
diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel
darah putih), karena itu penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu
disertai resep dokter.

4. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan
salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama
karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi
manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering
dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa
perlu meningkatkan dosisnya.
Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang termasuk dysmenorrhea, sakit kepala;
pereda nyeri pada osteoarthritis dan lesi jaringan lunak; demam termasuk demam
setelah imunisasi; serangan migren akut, tension headache
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat, hipersensitif terhadap
paracetamol
Perhatian : Gangguan hati; gangguan ginjal; ketergantungan alkohol

II.2 ANALGESIK

PEGERTIAN
Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita
sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah
satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgesik atau
pereda nyeri.
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. merupakan obat untuk mengurangi
atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada
orang yang menderita.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda
tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi
kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau
kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan
melepaskan zat yan disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang
reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir
dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris
ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus
(optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa
sebagai nyeri.

Penggolongan Analgesik
Analgesik dibagi menjadi dua, yaitu analgesik narkotik dan analgesik non
narkotik.
1. Analgesik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur
dan kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema
bertingkat empat, yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal;
parasetamol, asetosal, obat perifer bersama kodein atau tramadol, obat
sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid parenteral. Guna
memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-analgetikum,
seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan
tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi
kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan
nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan
(habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan
gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Semua analgetik
narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi. Onzer, dan
efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan
mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi
pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak
dipakai untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di
Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar
yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotika lainnya.
Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euphoria dan
ganguan mental.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih
digunakan di Indonesia :
Morfin HCL,
Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
Fentanil HCL,
Petinidin, dan
Tramadol.
Khusus untuk tramadol secara kimiawi memeng tergolong narkotika tetapi
menurut undang-undang tidak sebagai narkotik, karena kemungkinan
menimbulkan ketergantungan.

2. Analgesik Non Narkotik


Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau
mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja
antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka
disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya
terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan
disertai keluarnya banyak keringat.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di
tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem,
serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG dan
brankinin menstimulasi ujung staraf perifer dengan membawa implus
nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brankinin
sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat
yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan
salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat
sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
Salisilat merupakan protipe AINS yang sampai sekarang masih
digunakan. Termasuk salisilat adalah Na-salisilat, aspirin (asam asetil
salisilat), salisid, dan meril salisilat bersifat toksik jika tertelan oleh Karen
itu, hanya dipakai topical untuk menghangatkan kulit dan antigatal (
antpruritus). Golongan salisilat dapat mengiritasi lapisan mukosa
lambung. Organ yang peka pada efek ini akan mengalami mual setelah
minum aspirin. Dalam lambung . PG berperan serta dalam mekanisme
perlindungan mukosa dari asam lambung atau gantrin. PG berfungsi
meningkatkan daya tahan membrane mukosa lambung. Aspirin selain
berefek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, daalam dosis kecil juga
berfungsi sebagai antitrombosis (antiplatelet). Pada dosis kecil, aspirin
dapat menghambat agreasi trombosit (antikoagulan) mencegah
terbentuknya thrombus pada penderita infark jantung sehingga ddapat
mengurangi timbulnya stroke.

II.3 Terapi non-farmakologi

Untuk meringankan demam, sebaiknya banyak-banyak mengonsumsi air


mineral, istirahat cukup, dan makan yang teratur.

II. 4 EFEK SAMPING OBAT ANTIPIRETIK DAN ANALGETIK

1. Gangguan Saluran Cerna


Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin berperan
melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam
lambung dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding
saluran cerna rentan terluka, karena sifat asam lambung yang bisa merusak.

2. Gangguan Hati (hepar)


Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah parasetamol.
Untuk penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain

3. Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal.
Karena prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan
terganggu, terjadi gangguan homeostasis.

4. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat berupa
rinitis vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.
BAB III
PENUTUP

III. I Kesimpulan

Obat yang ada saat ini masih jauh dari ideal. Tidak ada obat yang memenuhi
semua kriteria obat ideal, tidak ada obat yang aman, semua obat menimbulkan
efek samping, respon terhadap obat sulit diprediksi dan mungkin berubah sesuai
dengan hasil interaksi obat, dan banyak obat yang mahal, tidak stabil, dan sulit
diberikan.

III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy


Pharmacology). Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.
Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik EdisiVIII Bagian ke II.
Jakarta : Salemba Medika.
Schmitz, Gery, dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC.

You might also like