You are on page 1of 8

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Solusio plasenta ialah pelepasan placenta sebelum waktunya dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi
diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusito plasenta dimulai dengan terjadinya
perdarahan dalam disidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplsenter.
Hematoma dapat semakin membersar kearah pinggir plasenta sehingga jika amniok horion
sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaiknya apabila
amniokhorion tidak terlepas. Perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).

Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi


1. Keadaan umum penderita relatif 1. Keadaan penderita lebih jelak
lebih baik
2. Plasenta terlepas sebagian atau 2. Plasenta terlepas luas, uterus
inkomplit keras/kejang
3. Jarang berhubungan dengan 3. Sering berkaitan dengan
hipertensi hipertensi
4. Merupakan 80% dari solusio 4. Hanya merupakan 20% dari
placenta solusio plasenta
5. Sering disertai toxaemia
6. Pelepasan biasanya komplit

(Manuaba, 1999)

B. Etiologi
Sebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya adalah :
1. Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak
2. Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus defisiensi gizi
3. Trauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain
4. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
5. Uterus yang sangat mengecil (hydromnion gemeli) obstruksi vena kavo inferior dan vena ovarika
Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :
1. Umur lanjut
2. Multiparitas
3. Defisiensi ac. Folicum
Solusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam acidua basalis, terjadilah hematoma dalam
acidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya. Hematoma ini makin lama makin besar, sehingga
bagian plasenta yang terlepas dan tak berfaal. Akhirnya hematoma mencapai pinggir placenta dan
mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim.
(Mansjoer, 2001)

C. Gejala-gejala
1. Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his
2. Anemia dan shock : beratnya anemia dan shock sering tidak sesuai dengan banyaknya darah
yang keluar
3. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang
berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en bois)
4. Palpasi sukar karena rahim keras
5. Fundus uteri makin lama makin naik
6. Bunyi jantung biasanya tidak ada
7. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah)
8. Sering ada proteinuria karena disertai toxemia
Diagnosis didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang
tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya impresi (cekungan) pada permukaan maternal
placenta akibat tekanan haematoma retroplacentair
Perdarahan dan shock diobati dengan pengosongan rahim segera mungkin hingga dengan
kontraksi dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti. Persalinan dapat dipercepat dengan
pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan oxytocin. Jadi pada solusio plasenta pemecahan
ketuban tidak dimaksudkan untuk hentikan perdarahan dengan segera seperti pada placenta previa tapi
untuk mempercepat persalinan dengan pemecahan ketuban regangan dinding rahim berkurang dan
kontraksi rahim menjadi lebih baik, disamping tindakan tersebut transfusi sangat penting
(Winkjosastro, 2005).

D. Terapi
Atasi syok
1. Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dala 15 menit pertama dan 3 l dalam
2 jam pertama
2. Berikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulatif

Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut


Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan eksresi
sistem urinaria, tetepai bila syok terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat),
umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produkdi urin < 30
ml/jam) pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus
renalis. Setelah restorasi cairan dilakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut dengan :
a. Furosemida 40 mg dalam 1 liter krostoloid dengan 40-60 tetes/menit
b. Bila belum berhasil gunakan manital 500 ml dan 40 tetes/menit
Atasi hipofibrigonemia
1. Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati
2. Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi pembekuan darah
(penilaian tidak langsung kadar ambang fibrinogen)). Carananya sebagai berikut :
a. Ambil darah vena 2 ml masukkan dalam tabung kemudian diobservasi
b. Gangguan bagian tabung yang berisi darah
c. Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapiran koagulasi dipermukaan, lakukan
hal yang sama tiap menit
d. Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkiran titer
fibrinogen dianggap di bawah nilai normal (kritis)
e. Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini juga
menunjukan kadar fibrinogen di bawah ambang normal.
3. Bila darah segera tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar (15 ml/kg BB)
4. Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipatat fibrinogen
5. Pemberian fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi desminato intravaskuler yang
berlanjut yang berlanjut dengan pengedapan fibrin, pengendapan fibrin, pembendugan
mikrosirkulasi di dalam, di dalam organ-organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis hipofisis
dan otak.
6. Bila perdarahan masih berlangsung (koagulatif) dan trombosit di bawah 20.000 berikan
konsetra trombosit.
Hypofibrinogenemia : coagulopathi ialah kelainan pembekuan darah : dalam ilmu kebidanan
paling sering disebabkan oleh solusio plasenta, tapi juga dijumpai pada emboli air ketuban,
kematian janin dalam rahim dan perdarahan postpartum.
Kadar fibrinogen pada wanita yang hamil biasanya antara 300-700 mg dalam 100 cc. bila kadar
fibrinogen dalam darah turun di bawah 100 mg per 100 cc terjadilah gangguan pembekuan darah.
Terjadinya hipofibrinogenemia :
Fase I : pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, vena terjadi pembekuan darah
disebut disseminated intravaskuler clotting, akibatnya ialah bahwa peredaran darah
kapiler (microcirculasi) terganggu. Jadi pada fase I turunya kadar fibrinogen
disebabkan karena pemakaian zat tersebut. Maka fase I disebut juga coagulopatihi
consumtif.
Diduga bahwa hematom retroplacentair mengeluarkan thtomboplastin yang
menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.
Akibat gangguan mikrocirculasi terjadi kerusakan jaringan pada alat-alat yang
penting karena hipoxia, kerusakan ginjal menyebabkan oliguri/anuri, akibat
gangguan mocrocirculsi ialah shock
Fase II : fase regulasi reparatif ialah usaha badan untuk membuka kembali perdarahan. Darah
kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan fibrinolyse. Fibrinolyse yang
berlebihan lebih lagi menurunkan kadar fibrinogen hingga terjadi perdarahan
patologis
Penentuan hypofibrinogenaemi
Penentuan fibrinogen secara laboratoris memakan waktu yang lama maka untuk keadaan akut
baik dilakukan clot obsevation test. Beberapa CC darah dimasukkan dalam tabung reagens. Darah
yang normal membeku dalam 6-15 menit. Jika darah membeku cair lagi dalam 1 jam maka ada
aktivitas fibrinolyse (Winkjosastro, 2005).

E. Patofisiologi
Terjadinya solusio placenta dipicu oleh perdarahan ke dalam disidua basalis, yang kemudian
terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada meometrium sehingga terbentuk hematoma
disidual yang menyebabkan perlepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran placenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis disidua menyebabkan hematoma retroplacenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan placenta makin luas dan mencapai tepi
plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal
untuk menekan pembuluh darah tersebut selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan
selaput ketuban (Mansjoer, 2001).

F. Pengobatan
1. Umum
a. Pemberian darah yang cukup
b. Pemberian O2
c. Pemberian antibiotica
d. Pada shock yang berat diberi kortikasteroid dalam dosis tinggi

2. Khusus
a. Teraphy hypoibrinogenemi
1) Subtitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar
2) Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol (proteinase inhibitor) 200.000 s IV
selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus
b. Untuk merangsang diurese : mannit/mannitol
Deurese yang baik lebih dari 30-40 cc/jam
3. Obstetris
Pimpinan persalinan pada solusio placenta bertujuan untuk mempercepat persalinan diharapkan
dapat terjadi dalam 3-6 jam.
Alasannya adalah :
a. Bagian placenta yang terlepas meluas
b. Perdarahan bertambah
c. Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah
Tujuan ini dicapai dengan :
a. Pemecahan ketuban : pada solusio placenta tidak bermaksud untuk menghentikan
perdarahan dengan segera tetapi untuk mengurangi regangan dinding rahim dan dengan
demikian mempercepat persalinan
b. Pemberian infus pitocin ialah 5 c dalam 500 cc glucase 5%
c. SC dilakukan :
1) Kalau cerviks panjang dan tertutup
2) Kalalu setelah pemecahan ketuban dan pemberian oxytocin dalam 2 jam belum pecah
juga ada his
3) Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tak dapat diatasi dengan
usaha-usaha yang lazim.
(Manuaba, 1999)

G. Seksio Sesaria
1. Seksio sesaria dilakukan apabila :
a. Janin hidup dam pembekuan belum lengkap
b. Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan
segera
c. Janin mati pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat
2. Persiapan untuk sesaria cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana
komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk
menghentikan perdarahan.
3. Hematoma meometrium tidak mengganggu kontraksi uterus
4. Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulang (koagulopatti)
(Manuaba, 1999)

H. Partus Pervaginam
1. Partus pervaginam dilakukan apabila :
a. Janin hidup, gawat janin, pembekuan lengkap, dan bagian terendah didasari panggul
b. Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm
2. Pada kasus pertama, amniotomii (bila ketuban belum pecah), kemudian percepat kala II dengan
ekstraksi forceps (vakum)
3. Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan
5 unit oksitosin dla dekstore 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.
4. Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali
bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan batu terjadi dalam 2-4 hari kemudian)
(Manuaba, 1999)

I. Manifestasi Klinis
1. Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ke III perdarahan pervaginam berwarna kehitam-hitaman
yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang,
perdarahan pervaginam yang banyak, syok, dan kematian janin intrauterin.
2. Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok
3. Pemeriksaan obstetri
Nyeri tekanan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut jantung janin sulit
dinilai atau tidak ada air ketuban berwarna kemerahan karena bercampur darah.
(Mansjoer, 2001)

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Trombosit
d. Waktu protrombin
e. Waktu pembekuan
f. Waktu tromboplastin
g. Kadar fibrinogen
h. Elektrolot plasma
2. KTG untuk menilai kesejahteraan janin
3. USG untuk menilai letak plasma, usia gestasi, dan keadaan janin.
(Mansjoer, 2001)
ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP Ny. W
DENGAN SOLUSIO PLASENTA DI BPS WAHYU NINGSIH
TAHUN 2007

I. PENGUMPULAN DATA DASAR tanggal 21 Januari 2007 Jam 07.00 WIB


A. Identitas
Nama : W Nama suami : Tn. R
Umur : 30 tahun umur : 38 tahun
Suku : Jawa Suku : Lampung
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. Kh. Hasim Asari Alamat : Jl. Kh. Hasim Asari
No 5 Mataram Baru No 5 Mataram Baru

B. Anamnesa
1. Alasan kunjungan saat ini
Ibu mengatakan hamil anak ke-2 usia kehamilan 9 bulan dengan keluhan nyeri pada
bagian perut, perut terasa sesak hanya karena tekanan dan kadang-kadang perutnya
tegang.
2. Riwayat kehamilan ini
a. Riwayat mentruasi
1) Menarche : 12 tahun
2) HPHT : 11-05-2006
3) TP : 24-02-2007
4) Siklus : 28 hari
5) Lamanya : 5-6 hari
6) Sifat darah : encer bercampur lendir
7) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
b. Riwayat persalinan yang lalu
Tempat Usia Jenis Penyulit Jenis
No Tahun Penolong BB PB
persalinan kehamilan persalinan kehamilan kelamin
1 1998 Rumah 9 bulan Spontan Dukun Tidak ada Perempuan 3500 gram 50 cm

c. Riwayat kehamilan sekarang


Ibu hamil yang ke-2 usia kehamilan 9 bulan
Ibu mendapatkan imunisasi TT 2 x pada usia kehamilan 5 bulan dan 6 bulan
Selama hamil ibu sering merasa perutnya nyeri, perut terasa sesak karena tertekan
dan kadang-kadang perutnya tegang
Ibu periksa 5 x selama hamil di BPS. Wahyuningsih
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat kesehatan ibu
Ibu tidak memiliki penyakit keturunan atau penyakit menular lainnya
b. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular atau
keturunan serta tidak terdapat riwayat menular atau keturunan serta tidak terdapat
riwayat keturunan anak kembar
4. Riwayat perkawinan
a. Menikah : 1 kali
b. Usia saat menikah : 20 tahun
c. Lama pernikahan : 10 tahun
5. Pola kebiasaan
a. Nutrisi
Sebelum hamil : Makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur, dan buah-buahan
ditambah susu, minum 7-8 gelas/hari
Saat hamil : Makan 3 x sehari dengan menu gizi seimbang, nasi, lauk, sayur,
dan buah-buahan ditambah susu dan makanan kecil, minum 7-8
gelas/hari

b. Eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1 x setiap hari, BAK 5-6 setiap hari
Saat hamil : BAB 1 x setiap hari, BAK 7-8 setiap hari
c. Aktivitas
Sebelum hamil : Ibu dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya
Saat hamil : Ibu dapat melakukan aktivitas seperti biasa (seperti saat sebelum
hamil) tidak pernah terasa lelah
d. Istirahat dan tidur
Sebelum hamil : 7-8 jam/hari, tidak mengalami kesulitan
Saat hamil : 5-6 jam/hari, kadang-kadang makan terjaga karena ingin BAK
e. Personal hygiene
Sebelum hamil : mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari hygiene terjaga
Saat hamil : mandi dan ganti pakaian 2 x sehari hygiene terjaga
f. Olah raga
Ibu sering melakukan jalan-jalan pagi setelah hamil tidak pernah
g. Sexsualitas
Sebelum hamil : hubungan seksualitas dilakukan 2 x 1 minggu
Saat hamil : hubungan seksualitas dilakukan 1 x seminggu
h. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik depo progestin
i. Data Psikologi
Ibu merasa bahagia dengan kehamilannya dan berharap anaknya lahir dengan sehat
dan selamat
j. Data Sosial
Rumah ibu permanen dan lingkungan sekitar baik

C. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-tanda vital :
TD : 110 /70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37 oC
RR : 20 x/menit
c. BB sebelum hamil: 53 kg
BB saat hamil : 64 kg
Kenaikan BB : 12 kg
Tinggi badan : 160
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inpeksi
1) Rambut : hitam, bersih, tidak mudah dicabut
2) Telinga : pendengaran baik, telinga ibu bersih, simetris kanan kiri
3) Mata : simetris kanan-kiri, seklera putih, konjungtiva merah muda,
refeks pupil baik fungsi penglihatan normal
4) Hidung : septul masal simetris, tidak ada polips, fungsi penciuman normal
5) Mulut : tidak terdapat stomatitis, dan caries dentis
6) Leher : tidak terdapat pembersaran stomatitis, dan caries dentis
7) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan pembersaran vena
jugularis
8) Dada : payudara ibu bersih, simetris kanan-kiri, tidak ada kelainan
putting susu menonjol, aerola hitam
9) Perut : perut ibu membesar, terdapat strie gravidarum, tidak terdapa
bekas operasi
10) Genetalita eksterna
Tidak dilakukan pemeriksaan 3 kali ganti celana dalam perhari, tidak ada
keputihan dan gatal-gatal
11) Ekstermitas
Bawah : simetris kanan-kiri, reflek babinski negatif tidak terdapat
oedema dan varises
Atas : bentuk simetris kanan-kiri, normal, berfunsi baik, tidak terdapat
kelainan
b. Palpasi
Leopold I : TFU 35 cm, pada bagian fundus teraba keras, bulat, dan
melenting bila digoyangkan berarti kepala
Leopold II : pada bagian kiri teraba keras, datar memanjang, berarti
punggung
Leopold III : teraba keras, bulat dan kurang melenting berarti kepala, susah
digoyangkan, kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : kedua tangan pemeriksa sejajar
c. Auskultasi : DJJ tidak terdengar (-)
d. Perkusi : refleks pattela (+), refleks babonski (+)

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Haemoglobin : 11 gr%
Protein urine : tidak dilakukan
Reduksi urine : tidak dilakukan

I. INTERPRESTASI DATA DASAR


1. Diagnosa
Ibu dengan GIIPIAo hamil 36 minggu, janin tunggal hidup, letak memanjang, intra uterin,
posisi punggung kiri dengan presentasi kepala.
Dasar :
a. Ibu mengatakan hami ke-2
b. HPHT : 11-05-2006
c. TP : 24-02-2007
d. TFU : 35 cm
e. TBJ : (35-11) x 155 = 3720 gram
f. Palpasi : pada fundus teraba lunak, tidak melenting, yaitu bokong, bagian kiri ibu
terab ada tahanan yang memanjang (PU-KI) sebelah kanan teraba bagian-
bagian kecil yaitu ektermitas.
g. Asukultasi : DJJ kadang tidak terdengar
2. Masalah
Gangguan rasa nyaman
Dasar :
a. Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan tegang
b. Ibu hamil 36 minggu

3. Kebutuhan
a. Pemenuhan cairan dan nutrisi
b. Penyuluhan tentang senam hamil
c. Ajarkan posisi yang benar pada ibu hamil
d. Penyuluhan tentang presnatal breast care
e. Penyuluhan tentang tanda-tanda persalinan
f. Penyuluhan tentang resiko yang terjadi pada persalinan

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi hipoksia pada bayi dan perdarahan pada ibu

III. KEBUTUHAN TERHADAP INTERVENSI DAN KOLABORASI SEGERA


Kolaborasi dengan dokter jika diperlukan

IV. PERENCANAAN ASUHAN


1. Jelaskan keadaan ibu saat ini
a. Anjurkan ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit
b. Ajarkan pada ibu untuk mengatasi gangguan rasa nyaman
c. Ajarkan pada ibu untuk senam hamil
2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
a. Jelaskan tentang gizi ibu hamil
b. Ajarkan cara minum Fe
3. Jelaskan tanda-tanda persalinan
a. Cara mengurangi rasa sakit
b. Jelaskan pengaruh sering BAK adalah normal

V. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan kehamilannya saat ini, bahwa keadaan janinnya
sehat, letak Puki presentasi kepala, dan anjurkan pada ibu untuk melahirkan ditenaga
kesehatan atau rumah sakit. Dan beritahu ibu sekitar 1 minggu lagi ibu akan melahirkan.
Bila dalam 1 minggu kedepan belum melahirkan, dianjurkan ibu untuk datang lagi.
2. menganjurkan pada ibu untuk makan-makan yang bergizi antara lain, nasi, sayur, lauk
(misal, tahu, tempe, ikan, telur, hati, daging)
3. Menganjurkan pada ibu untuk lebih cenderung miring kiri, apabila ibu sedang tidur agar
peredarahan ibu lancar
4. Memberikan pada ibu tablet penambah darah (Fe) dan vitamin C agar diminum bersama-
sama satu kali sehari
5. Mengajarkan pada ibu tentang prental breast care
6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu : sakit dan tegang pada perut
dengan jarak 2-5 menit, bila untuk berjalan semakin sakit, kadang-kadang disertai
pengeluaran lendir dan vagina berwarna merah muda.

VI. EVALUASI
1. Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. Ibu akan melakukan apa yang dianjurkan
3. Ibu dapat mengulangi apa yang diajarkan
4. ibu berjanji akan datang lagi untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu kemudian.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga, Media Aeculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Manuaba, IBG., 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arcan, Jakarta

Winkjosastro, H., 2005, Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan Ke-4, YBP-SP, Jakarta

You might also like