You are on page 1of 71

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV-AIDS (HUMAN

IMMUNODEFICIENCY VIRUS-ACQUIRED
IMMUNODEFICIENCY SYNDROM)

MAKALAH

Oleh

Kelompok 11

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV-AIDS (HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS-ACQUIRED
IMMUNODEFICIENCY SYNDROM)

MAKALAH

diajukan guna memenuhi tugas tersruktur mata kuliah Keperawatan Medikal


dengan Dosen pengampu : Ns. Baskoro Setioputro, S.Kep., M.Kep.

Oleh

Devi Saputri NIM 152310101016

Ervina Erlin Agustin NIM 152310101023

Diana Aprilia Puspitasari NIM 152310101041

Irfan Firmansyah NIM 152310101205

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas makalah Asuhan Keperawatan Klien dengan HIV AIDS


yang disusun oleh :
Kelompok 11
Devi Saputri NIM 152310101016

Ervina Erlin Agustin NIM 152310101023

Diana Aprilia Puspitasari NIM 152310101041

Irfan Firmansyah NIM 152310101205

telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada:


hari/tanggal : Selasa, 7 November 2017

Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang makalah yang telah ada.

Penyusun,
Ketua Kelompok

Devi Saputri
NIM 152310101016

Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB. Ns. Baskoro Setioputro, S.Kep., M.Kep.
NIP. 198401022015041002 NIP. 198305052008121004
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Klien dengan HIV AIDS. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB. selaku dosen penanggung
jawab mata kuliah Keperawatan Medikal
2. Ns. Baskoro Setioputro, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Medikal
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Penulis

Jember, 4 November 2017


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan ....................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ...................................................................................................
2.2 Morfologi ...............................................................................................
2.3 Epidemiologi ..........................................................................................
2.4 Etiologi ...................................................................................................
2.5 Klasifikasi ..............................................................................................
2.6 Patofisiologi ...........................................................................................
2.7 Pathway..................................................................................................
2.8 Manifestasi Klinis .................................................................................
2.9 Komplikasi .............................................................................................
2.10Pemeriksaan Penunjang .......................................................................
2.11Penatalaksanaan ..................................................................................
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS
3.1 Pengkajian .............................................................................................
3.2 Diagnosa ................................................................................................
3.3 Intervensi ..............................................................................................
3.4 Implementasi .........................................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan ..........................................................................
BAB 4. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS
4.1 Pengkajian .............................................................................................
4.2 Diagnosa ................................................................................................
4.3 Intervensi ..............................................................................................
4.4 Implementasi ........................................................................................
4.5 Evaluasi .................................................................................................
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................
5.2 Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu
penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan
imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma
sekunder dan menisfetasi neurologis. HIV/AIDS merupakan salah satu
penyakit yang mengancam hidup manusia. Saat ini tidak ada negara yang
terbebas dari HIV/AIDS. Epidemiologi HIV pertama diidentifikasi pada tahun
1983. Derajat kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh HIV dan dampak
global dari infeksi HIV terhadap sumber daya penyedia kesehatan dan
ekonomi sudah meluas dan terus berkembang.
HIV telah menginfeksi 50-60 juta orang dan menyebabkan kematian pada
orang dewasa dan anak-anak lebih dari 22 juta orang. Lebih dari 42 juta orang
hidup dengan infeksi HIV dan AIDS, yang kira-kira 70% berada di Afrika dan
20% berada di Asia, dan hampir 3 juta orang meninggal setiap tahun. Penyakit
ini sangat berbahaya karena sekitar setengah dari 5 juta kasus baru setiap
tahun terjadi pada dewasa muda, yaitu 15 24 tahun (Murtiastutik, 2008).
HIV/AIDS dimata dunia dipandang sebagai penyakit yang mematikan,
menjijikkan dan menakutkan sehingga banyak orang takut akan penyakit
tersebut, termasuk untuk merawat orang dengan penyakit HIV/AIDS. Perawat
merupakan faktor yang mempunyai peran penting pada perawatan pasien
dengan HIV/AIDS khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping
pasien yang konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya dan
pemberian dukungan sosial, berupa dukungan emosional, perawatan pasien,
dan pemberian informasi kepada pasien. Pada makalah ini, kelompok
memaparkan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa
rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana konsep penyakit HIV AIDS ?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan HIV AIDS ?
1.2.3 Bagaimana aplikasi asuhan keperawatan HIV AIDS ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan pada
pasien dengan HIV/AIDS.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar dari HIV/AIDS (definisi, morfologi,
etiologi, epidemiologi, komplikasi, patofisiologi, penatalaksanaan
medis, dan pencegahan).
2. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan HIV/AIDS
(Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, Evaluasi).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang dapat


menurunkan kekebalan tubuh (BKKBN, 2007). Menurut Depkes RI (2008)
menyatakan bahwa HIV adalah sejenis retro virus-RNA yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala penyakit yang didapat
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV.
HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia &Wilson, 2005).

AIDS adalah kehilangan kekebalan tubuh manusia karena dirusak oleh


virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah
terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang
bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita
keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limpoma yang hanya menyerang
otak (Djuanda, 2007).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa HIV/AIDS


adalah suatu syndrom atau kumpulan tanda dan gejala yang terjadi akibat
penurunan dan kekebalan tubuh yang didapat atau tertular atau terinfeksi virus
HIV.

2.2 Morfologi HIV

Virus HIV-1 berbentuk bulat, berdiameter 80-100 nm dan berisi electron


yang padat, inti berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh suatu selaput lipid
yang berasal dari membrane sel inang. Dinding HIV merupakan membrane
yang terdiri dari dua lapis lipid (lipid bilayer). Pada membrane bagian luar
atau dinding HIV terdapat glikoprotein (gp) yaitu gp120 dan gp41. Gp120
terdapat pada permukaan HIV yang dapat berikatan dengan sel yang memiliki
reseptor permukaan CD4, sedangkan gp41 adalah glikoprotein transmembrane
yang mengikat gp120. Pada membrane bagian dalam terdapat protein (p) yaitu
p17 yang merupakan kerangka atau matriks HIV.

Inti virus berisi:


Kapsin protein p24 yang terbesar
Nukleokapsid protein p7/p9
Dua salinan genom RNA
Ketiga enzim virus (protease, reverse transcriptase dan integrase)
Protein p24 paling cepat mendeteksi antigen virus dan karena itu digunakan
untuk diagnosis infeksi HIV pada tes ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent
Assay).

2.3 Epidemiologi HIV/AIDS

Di Indonesia, HIV AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada


tahun 1987. Berdasarkan laporan provinsi, jumlah (kumulatif) kasus infeksi
HIV yang dilaporkan sejak tahun 1987 sampai September 2014 yang
terbanyak adalah Provinsi DKI Jakarta (32.782 kasus). Sepuluh besar kasus
HIV terbanyak ada di provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa Barat,
Bali, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kepualuan Riau, dan
Sulawesi Selatan.
Pola penularan HIV berdasarkan kelompok umur dalam 5 tahun terakhir
tidak banyak berubah. Infeksi HIV paling banyak terjadi pada kelompok usia
produktif 25-49 tahun yaitu sebanyak 16.421 kasus, diikuti kelompok usia 20-
24 tahun dengan 3.587 kasus. Kejadian kasus AIDS di Indonesia berdasarkan
kelompok umur memiliki pola yang jelas. Kasus AIDS yang dilaporkan sejak
tahun 1987 sampai September 2014 terbanyak pada kelompok usia 20-29
tahun (32,9%), diikuti kelompok usia 30-39 tahun (28,5%) dan 40-49 tahun
(10,7%). Pola penularan HIV berdasarkan jenis kelamin memiliki pola yang
hampir sama dalam 7 tahun terakhir yaitu lebih banyak terjadi pada kelompok
laki-laki dibandingkan kelompok perempuan dengan perbandingan kasus 59%
: 41 %. Sedangkan kasus AIDS berdasarkan jenis kelamin sejak tahun 1987
sampai September 2014, lebih banyak terjadi pada kelompok laki-laki (54%)
atau hampir 2 kali lipat dibandingkan pada kelompok perempuan (29%).
Meskipun jumlah kasus HIV/AIDS pada laki laki lebih tinggi dibanding
perempuan, tetapi karena cara penularan terbanyak adalah melalui heteroseks
(8.922 kasus), hal ini dapat berdampak terjadinya penularan pada perempuan
sehingga perempuan menjadi kelompok yang paling rentan tertular HIV dari
pasangan atau suaminya.

Menurut jenis pekerjaan, penderita AIDS paling banyak berasal dari


kelompok Ibu Rumah Tangga (6.539 kasus). Data kasus ini jauh sekali bila
dibandingkan dengan kelompok penjajah seks yaitu sebanyak 2.052 kasus.
Berdasarkan kelompok berisiko, kasus AIDS paling banyak terjadi pada
kelompok heteroseksual (61,5%), diikuti pengguna narkoba jenis injeksi
(IDU) sebesar 15,2% dan homoseksual (2,4%). Case fatality rate (CFR) di
Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan penurunan yang signifikan bila
dibandingkan pada tahun 2000 yaitu dari 18,16% menjadi 4,94% kemudian
naik kembali sampai tahun 2004 menjadi 13,86%. Selanjutnya menunjukkan
kecenderungan yang menurun hingga September 2014 (0,46%). Hal ini
membuktikan bahwa upaya pengobatan yang dilakukan telah berhasil guna
menurunkan angka kematian akibat AIDS. Data Kementerian Kesehatan
(2011) menunjukkan dari 21.103 ibu hamil yang menjalani tes HIV, 534
(2,5%) di antaranya positif terinfeksi HIV. Hasil Pemodelan Matematika
Epidemi HIV Kementerian Kesehatan tahun 2012 menunjukkan prevalensi
HIV pada populasi usia 15-49 tahun dan prevalensi HIV pada ibu hamil di
Indonesia diperkirakan akan meningkat. Jumlah kasus HIV-AIDS
diperkirakan akan meningkat dari 591.823 (2012) menjadi 785.821 (2016),
dengan jumlah infeksi baru HIV yang meningkat dari 71.879 (2012) menjadi
90.915 (2016). Sementara itu, jumlah kematian terkait AIDS pada populasi
15-49 tahun akan meningkat hampir dua kali lipat di tahun 2016.

Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya juga cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif yang
tertular baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang berisiko. Meskipun
angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih terbatas, jumlah
ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat. Prevalensi HIV pada ibu
hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38% (2012) menjadi 0,49% (2016), dan
jumlah ibu hamil HIV positif yang memerlukan layanan Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) juga akan meningkat dari 13.189
orang pada tahun 2012 menjadi 16.191 orang pada tahun 2016. Demikian pula
jumlah anak berusia di bawah 15 tahun yang tertular HIV dari ibunya pada
saat dilahirkan ataupun saat menyusui akan meningkat dari 4.361 (2012)
menjadi 5.565 (2016), yang berarti terjadi peningkatan angka kematian anak
akibat AIDS.

2.4 Etiologi HIV/AIDS

Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui
dua tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi sebagian besar
disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat.
Gambaran klinis dari HIV-1 dan HIV-2 relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1
jauh lebih mudah ditularkan dan masa inkubasi sejak mulai infeksi sampai
timbulnya penyakit lebih pendek (Martono, 2006). HIV yang dahulu disebut
virus Limpotrofik sel T manusia atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu
retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
ke dalam sel penjamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan
HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia (Sylvia & Wilson,
2005).

Insiden HIV/AIDS lebih sering pada jenis kelamin laki-laki dari pada
perempuan. Sering terjadi pada kelompok usia produktif (20-49 tahun),
dimana penularan lebih banyak melalui hubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan dengan rendahnya pemakain kondom dan pemakaian jarum suntik
dikalangan pemakai narkoba(Martono, 2006).

2.5 Klasifikasi HIV/ AIDS


Klasifikasi dari penyakit HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
Kelas Kriteria
Stadium Klinis I : Asimtomatik 1. Asimtomatik
Total CD4 : >500/ml 2. Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis II : Sakit Ringan 1. Penurunan berat badan 10%
Total CD4 : 200-499/m 2. Ispa berulang (sinusitis,
tonsillitis,otitis media dan faringitis
3. Herpes zoster
4. Kelitis angularis
Stadium Klinis III : Sakit sedang 1. Diare kronis > 1 bulan
Penurunan berat badan >10% 2. Kandidiasis oral
3. TB Paru
4. Limfadenopati generalisata
Persisten
Stadium Klinis IV : Sakit berat 1. HIV wasting syndrome
(AIDS) Total CD4 : < 200/ml 2. Pneumonia pneu mosistis
3. Herpes simpleks > 1 bulan
4. Kandidiasis esophagus
5. TB ekstra paru
6. Sarkoma Kaposi
7. Retinitis CMV
8. Oksoplasmosis
9. Ensefalopati HIV
10. Meningitis kriptokus
11. Infeksi mykobakterium non TB
iseminata
12.Progresssivemultifocal
13.Mikosis profunda
14.Limfoma
15.Karsinoma
16.Isoproriasis kronis
17.Nefropati dan kardiomiopati terkait
HIV
Tabel 1. Klasifikasi Infeksi HIV Menurut WHO 2006

Perjalanan penyakit HIV/AIDS dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan


keadaan klinis dan jumlah CD4(Cluster of Differentiaton). Menurut WHO
(2006) tahapan infeksi HIV/AIDS terbagi menjadi 4 stadium klinis :

a. Stadium klinis I
1. Sejak virus masuk sampai terbentuk anti body (berlangsung 15 hari 3
bulan).
2. Keluhan yang sering muncul seperti sakit flu biasa dan bila diberi obat
akan berkurang atau sembuh, kadang terdapat limfadenopati
generalisata.
3. Hasil tes negatif, namun orang yang sudah terinfeksi ini sudah dapat
menularkan pada orang lain
4. CD4-nya 500 1000.
b. Stadium klinis II
1. Waktunya antara 3 bulan s/d 5-10 tahun.
2. Hasil tes positif.
3. Tidak ada keluhan.
4. CD4-nya 500 750.
c. Stadium klinis III (pra AIDS)
1. Sudah tampak gejala tetapi masih umum seperti penyakit lainnya.
2. Keluhan yang sering muncul : sariawan, kandidiasis mulut persisten,
selera makan hilang, demam berkepanjangan >1 bulan, diare kronis >
1 bulan, kehilangan BB > 10%, timbul bercak-bercak merah di bawah
kulit, TB paru, anemia yang tidak diketahui sebabnya,
trombositopenia, limfisitopenia,
pneumobakterial.
3. CD4-nya 100 500
d. Stadium klinis IV
1. Penderita tampak sangat lemah.
2. Daya tahan tubuh menurun.
3. Munculnya beberapa penyakit yang sangat fatal seperti pneumonia
bacterial berulang, herpes simpleks kronis, toksoplasmosis otak, cito
megalo virus, mikobakteriosis, tuberkolosis luar paru, ensefalopati
HIV, timbul tumor atau kanker (limfoma dan sarkoma kaposi).
2.6 Patofisiologi HIV/ AIDS

Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV)


yang termasuk dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki
limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel
imunologik lain dan akan mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini,
yang memperkuat dan mengulang respons imunologik, dan bila sel-sel
tersebut berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain terganggu.

HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RNA. Pada


saat virus HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang
mempunyai antigen CD4+ (Sel T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk
ke dalam sel, virus akan membuka lapisan protein sel dan menggunakan
enzim Reserve transcriptase untuk mengubah RNA. DNA virus akan
terintergrasi dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama
proses normal pembelahan.

Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk


memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4.
kematian limfosit T4 membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah
terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu
menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV/AIDS. Selain
menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain. Organ
yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS
diliputi oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap
sel. Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat
mengakibatkan kematian sel otak.

Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting


dalam fungsi system immune normal, mengenai antigen dan sel yang
terinfeksi, dan mengaktifkan sel B untuk memproduksi antibody. Juga dalam
aktivitas langsung pada cell-mediated cell immune (immune sel bermedia) dan
mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis duplikasi.

Menurut Long (1996) retrovirus/HIV dibawa oleh hubungan seksual,


tranfusi darah dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada saat virus HIV
masuk ke dalam aliran darah maka HIV mencari sel T4 dan pembantu sel
virus melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke dalam sel dan mengarahkan
metabolisme agar mengabaikan fungsi normal (kematian sel T4) dan
memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan
menghancurkannya. Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai
berikut :

1. Infeksi Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam
darah. HIV masih negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah,
berkeringat malam, batuk, nyeri saat menelan dan faringitis.
2. Infeksi kronik
Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi
refleksi lambat pada sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.
3. Pembengkakan kelenjar limfe
Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe
dapat persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada
masa ini terjadi progresi terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam
kelenjar limfe sampai dengan timbulnya involusi dengan tubuh untuk
menghancurkan sel dendritik pada otak juga sering terjadi, pembesaran
kelenjar limfa sampai dua tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah
inguinal selama tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada
liquor serebrospinal
4. Penyakit lain akan timbul antara lain :
a. Penyakit kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak
langsung berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1
bulan, berkeringat malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan yang
menurun sampai dengan 10% yang mengindikasikan AIDS (slim
disease)
b. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS
demensia complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara
lain mielopati, neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak,
kehilangan memori secara fluktoatik, bingung, kesulitan konsentrasi,
apatis dan terbatasnya kecepatan motorik. Demensia penuh dengan
adanya gangguan kognitif, verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit
kontitusional.
c. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit :
Pneumonia carinii protozoa (PCP), cryptosporidictis (etero colitis),
toxoplasmosis (CNS dissemminated desease), dan isoporiasis
(coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi, salmonella,
tubercullosis), virus sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon;
herpes simplek) dan fungus (candidiasis pada oral, esofagus,
intestinum)
d. Kanker sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.
e. Penyakit lain
Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian
dimana sistem imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin
habis sehingga HIV menguasai tubuh
2.7 PATHWAY Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
monosit, limfosit B
Virus HIV Merusak seluler Immunocompromise

HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen

Reaksi psikologis Organ target

Manifestasi oral Manifestasi saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis Disfungsi Penyakit Infek Gatal, sepsis, Gangguan
demensia biliari anorektal si nyeri penglihatan
dan
pendengara
n
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat

Gangguan rasa nyaman :

Gangguan rasa nyaman :

Tidak efektif pol napas

Gangguan body imageapas


Tidak efektfi bersihan
Gangguan mobilisasi

Gangguan pola BAB


Aktivitas intolerans

Gangguan sensori
Cairan berkurang

Nutrisi inadekuat

jalan napas
hipertermi
nyeri

nyeri
2.8 Manifestasi Klinis

Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis
meliputi:

a. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai
pada laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV (20%),
tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari 2%) dan sangat
jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak merah kekuningan
di kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungu tua, merah
muda, sampai merah coklat. Gejala demam, penurunan berat badan,
dan keringat malam
b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup
nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,kelumpuhan syaraf
kranialis, hemiparesis, dan perubahan kepribadian
c. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini, gejala: demam, batuk kering non
produktif, rasa lemah, dan sesak nafas.
d. Gastro Intestinal
Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya selera
makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan diare
kronis
e. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi
progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
f. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes
simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang
difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.
Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh
yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan
dermatitis atopik seperti exzema atau psoriasis.
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderit HIV/AIDS adalah:
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
Pneumocystis pneumonia (PCP) merupakan penyakit oportunistik pada
infeksi HIV (human immunodefi ciency virus) yang disebabkan oleh
Pneumocystis jiroveci. Infeksi Pneumocystis pneumonia terjadi bila
kadar CD4 penderita kurang dari 200 sel/mm3.
b. Tuberculosis (TBC)
Bila sistem kekebalan seorang ODHA harus melawan infeksi lain,
serangannya terhadap HIV berkurang. Tetapi penyakit akibat TB dapat
muncul dengan jumlah CD4 yang tinggi termasuk pada orang dengan
HIV.
c. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamurkandidiasis) atau virus
(herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo).
d. Diare
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang
umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan
Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus
(seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium
complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab
kolitis).
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan
yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi
utama (primer) dari HIV itu sendiri.
e. Toksoplasmositis
Toksoplasmositis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-
satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi
otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis),
namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata
dan paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges
(membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur
Cryptococcus neoformans.
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
Leukoensefalopati multifocal prigesif adalah penyakit demielinasi, yaitu
penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi
serabut sel syaraf (akson). sehingga merusak penghantaran impuls syaraf.
Ia disebabkan oleh virus JC. yang 70Vo populasinya terdapat di tubuh
manusia dalam kondisi laten. dan menyebabkan penyakit hanya ketika
sistem kekebalan sangat lemah. Sebagaimana yang teriadi pada pasien
AIDS.
g. Sarcoma Kaposi
Sarcoma Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang
pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah
pemuda homoseksual tahun l98l adalah salah satu pertanda pertama
wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamily
gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang.iuga.disebut
virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncnl di
kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan. tetapi dapat menverang organ
lain. terutama mulut. saluran pencemaan. dan paru-paru.
h. Kanker getah bening
Kanker getah bening adalah kanker yang menverang sel darah putih dan
terkumpul dalam kelenjar getah bening. misalnya seperti limfbda Burkitt
(Burkitt'.s lymphomct) atau sejenisnya (Burkitt'.s-like lymphoma).
difussi large B-cell Ivmphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf
pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV.
Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang
buruk. Pada beberapa kasus. limfoma adalah tanda utama AIDS.
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV).
Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita.
Hampir seluruh kanker Rahim sdisebabkan oleh infeksi Hman Papillona
Virus( HPV).

2.10 Pemeriksaan Penunjang

Ada dua pemeriksaan yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya


antibodi terhadap HIV :

1. ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)


Bereaksi terhadap antibodi yang ada dalam serum dengan memperlihatkan
warna yang lebih tua jika terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar.
Pemeriksaan ELISA mempunyai mempunyai sensitifitas 93% sampai 98%
dan spesifitasnya 98% sampai 99%. Tetapi hasil positif palsu (negatif
palsu) dapat berakibat luar biasa,karena akibatnya sangat serius. Oleh
sebab itu, pemeriksaan ELISA diulang dua kali dan jika keduanya
menunjukkan hasil positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih
spesifik, yaitu Western blot
2. Pemeriksaan Western Blot
Pemeriksaan Western blot juga dilakukan dua kali. Pemeriksaan ini lebih
sedikit memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Jika seseorang
telah dipastikan positif terhadap HIV, maka dilakukan pemeriksaan klinis
dan imunologik untuk menilai keadaan penyakit, dan mulai dilakukan
usaha untuk mengendalikan infeksi. (Djoerban, dkk. 2006).

3. PCR (Polymerase Chain Reaction)


PCR untuk DNA dan RNA virus HIV sangat sensitif dan spesifik untuk
infeksi HIV. Tes ini sering digunakan bila hasil tes yang lain tidak jelas

2. 11 Penatalaksanaan HIV/AIDS

Penatalaksanaan penyakit HIV/AIDS adalah sebagai berikut :

a. Penanganan pasien HV/AIDS meliputi penanganan umum dengan


istirahat yang cukup, dukungan nutrisi, terapi psikososial dengan
konseling serta penanganan khusus pada pasien HIV/AIDS
b. Penanganan khusus terdiri dari :
1. Penanganan pada wasting syndrome mencakup penanganan
penyebab yang mendasari infeksi oportunistik sistemik maupun
gastrointestinal. Diet seimbang merupakan terapi nutrisi yang
esensial bagi pasien HIV/AIDS. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan berat badan ideal pasien dan jika bisa menaikkan
berat badannya .
2. Prinsip dasar penanganan pasien HIV/AIDS adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat AIDS,
memperbaiki/meningkatkan kualitas hidup pasien,
mempertahankan serta memulihkan sistem kekebalan tubuh pasien,
menekan dan menghambat pembelahan virus.
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS

3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama klien, umur (semua umur bisa terserang penyakit HIV AIDS karena
bersifat menular, tetapi dalam kasusnya lebih banyak pada usia produktif
20-45 tahun), jenis kelamin (kasus lebih banyak pada laki-laki), alamat,
suku, agama, pekerjaan, No. Registrasi, MRS.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing,
dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
4) Riwayat Kesehatan Keluarga (perlu pengkajian lebih lanjut)
c. Pengkajian Keperawatan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi
perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan
penampilan (menurunya berat badan), mengingkari
diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna,
rasa bersalah, dan depresi.
Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
Gejala : diare yang terus menerus, sering atau tanpa disertai kram
abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : feses encer atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat
yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
5) Makanan/cairan
Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
penurunan berat badan yang progresif.
Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.
6) Hygiene
Gejala : tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas
perawatan diri.
7) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, perubahan status mental, kehilangan ketajaman/
kemampuan diri untuk mengawasi masalah, tidak mampu
mrngingat/ konsentrasi menurun, kelemahan otot, tremor,
dan perubahan ketajaman penglihatan, kebas, kasemutan
pada ekstremitas (kaki menunjukkan perubahan paling
awal).
Tanda : perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide
paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang
tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya
kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia, tremor pada
motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi
retina dan eksudat.
8) Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV,
pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak
terlindung, dan seks anal, menurunnya libido, penggunaan
kondom yang tidak konsisten.
Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia (kutil,
herpes)
9) Interaksi social
Gejala : kehilangan kerabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa
takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, teman
dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak
mampu membuat rencana.
Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat, aktivitas
yang tak terorganisasi.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum :
a) Kesadaran : dapat terjadi penurunan kesadaran hingga koma
b) Nadi : penurunan/ peningkatan nadi
c) Pernafasan : penurunan/ peningkatan RR
d) Suhu : demam menetap > 4 minggu
e) BB : pada stadium awal-akhir akan mengalami
penurunan berat badan secara progressive
2) Pemeriksaan fisik head to toe :
1) Kepala :
sebhorroic dermatitis, gejala pneumocystis cranii, nyeri kepala
menetap
2) Kulit :
infeksi kulit umum, herpes simplex, Papular pruritic eruption
(PPE) pada lengan, tungkai dan bokong, turgor kulit tidak elastis,
sarkoma kaposi
3) Mata :
Retinitis, gejala floaters, penglihatan kabur, atau kehilangan
penglihatan.
4) Hidung : -
5) Telinga : -
6) Mulut
Lesi pada mulut Kapossi sarkoma
Candida oral plaque putih yang melapisi rongga mulut
dan lidah candidiasis
Candidiasis esofagus
Hairy leukoplakia : lesi/plaque atau seperti proyeksi rambut
bergelombang pada bagian lateral lidah yang tidak nyeri &
tidak dapat hilang dengan menggosokny
Ginggivitis
Angular chelitis
7) Leher
Lymphadenopathy persistent
8) Dada / Pernafasan
Sesak nafas (dispneu, takipneu)
Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2 < 80%
(PCP)
Retraksi interkostalis
Infeksi saluran pernafasan atas yang berulang
Batuk menetap > 4 minggu
Gejala tuberculosis paru
9) Abdomen/ Gastrointestinal
Anoreksia, muntah, diare kronis, inkontinen alvi,
hepatosplenomegali
10) Sistem Reproduksi
Adanya lesi atau keluaran dari genital (herpes simpleks)
11) Ekstremitas atas/ bawah
Wasting syndrome, Papular pruritic eruption (PPE) simetris
12) Neurologis
Ataxia, kurang kordinasi (ADC), kehilangan sensori, apasia,
kehilangan konsentrasi, kehilangan memori (ADC= AIDS
Dementia Complex), apatis, depresi, paralysis.

e. Terapi

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya


yaitu :

a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik


Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun.
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T
dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
f. Pemeriksaan Penunjang
1) ELISA (enzyme-linked immunoabsorbent assay)
Elisa adalah suatu tes skrining yang digunakan untuk mendiagnosis
HIV Untuk mengidentifikasi antibodi terhadap HIV, tes ELISA sangat
sensitif, tapi tidak selalu spesifik, maksudnya penyakit lain juga bisa
menunjukkan hasil positif sehingga menyebabkan positif
palsu diantaranya penyakit autoimun ataupun karena infeksi.
Sensivitas ELISA antara 98,1%-100% dan dapat mendeteksi adanya
antibodi terhadap HIV dalam darah.
2) Western Blot
Western Blot memiliki spesifisitas (kemampuan test untuk
menemukan orang yang tidak mengidap HIV) antara 99,6% 100%.
Namun pemeriksaannya cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu
sekitar 24 jam. Tes Western Blot mungkin juga tidak bisa
menyimpulkan seseorang menderita HIV atau tidak. Oleh karena itu,
tes harus diulangi setelah dua minggu dengan sampel yang sama.
Jika test Western Blot tetap tidak bisa disimpulkan, maka
test Western Blot harus diulangi lagi setelah 6 bulan
3) PCR (Polymerase Chain Reaction)
PCR untuk DNA dan RNA virus HIV sangat sensitif dan spesifik
untuk infeksi HIV. Tes ini sering digunakan bila hasil tes yang lain
tidak jelas

3.2 DIAGNOSA
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : kelemahan,kelelahan, efek
samping pengobatan, demam, malnutrisi, gangguan pertukaran gas
(sekunder terhadap paru-paru)
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi,
kelelahan, infeksi respirasi, sekresi trakeobronkhial, keganasan paru,
pneumothoraks.
c. Diare yang berhubungan dengan kuman patogen usus dan atau infeksi HIV
d. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor penurunan
respon imun
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor : Tidak
adekuatnya pemasukan nutrisi sebagai faktor sekunder AIDS pada sistem
pembuangan (GI), nyeri lesi dimulut.
f. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan infeksi HIV,
ekskoriasi dan diare.
g. Isolasi sosial yang berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri
dari sistem pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan bila dirinya
menulari orang lain

3.3 INTERVENSI

Dalam sebuah intervensi terdapat dua hal yang perlu diperhatikan


untuk merumuskan perecanaan untuk kesembulan klien yaitu:

1. Tujuan dan kriteria hasil


Intervensi harus memiliki tujuan yang jelas dan memilki kriteria hasil yang
dapat dicapai.
2. Intervensi keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan prosedur


dan demi keseumbuhan klien.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah di lakukan tindakan - Memanajemen energi


dengan : kelemahan,kelelahan, efek keperawatan selama..24 jam klien Melakukan peningkatan
samping pengobatan, demam, menunjukan aktivitas sehari-hari latihan : latihan kekuatan
malnutrisi, gangguan pertukaran dengan baik Melakukan bantuan
gas(sekunder terhadap paru-paru) Kriteria Hasil: Perawatan diri
Mentoleransi aktivitas yang bisasa Meningkatkan tidur
dilakukan, yang dibuktikan oleh Memanajemen lingkungan :
toleransi aktivitas, ketahanan, Kenyamanan
penghematan energy, kebugaran fisik, - Meningkatkan latihan
energy psikomotorik, dan perawatan - Melakukan terapi latihan
diri, ADL. - Melakukan terapi musik
Intervensi : - Memanajemen berat badan
- Manajemen energi - Memanajemen nyeri
Peningkatan latihan : latihan
kekuatan
Bantuan Perawatan diri
Peningkatan tidur
Manajemen lingkungan :
Kenyamanan
- Peningkatan latihan
- Terapi latihan
- Terapi musik
- Manajemen berat badan
- Manajemen nyeri
2. Kebersihan jalan napas tidak efektif Setelah di lakukan tindakan - Memastikan kebutuhan oral /
berhubungan dengan penurunan energi, keperawatan selama..24 jam klien tracheal suctioning.
kelelahan, infeksi respirasi, sekresi menunjukan jalan napas sudah efektif. - Menganjurkan pasien untuk
trakeobronkhial, keganasan paru, Kriteria Hasil: istirahat dan napas dalam
pneumothoraks. - Respiratory status : Ventilation - Memposisikan pasien untuk
- Respiratory status : Airway patency memaksimalkan ventilasi
- Aspiration Control - Melakukan fisioterapi dada jika
- Mendemonstrasikan batuk efektif perlu
dan suara nafas yang bersih, tidak - Mengeluarkan sekret dengan
ada sianosis dan dyspneu (mampu batuk atau suction
mengeluarkan sputum, bernafas - Melakukan auskultasi suara
dengan mudah, tidak ada pursed nafas, catat adanya suara
lips) tambahan
- Menunjukkan jalan nafas yang - Memberikan bronkodilator :
paten(klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang penyebab.
- Saturasi O2 dalam batas normal
- Foto thorak dalam batas normal
Intervensi :
- Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning.
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
- Berikan bronkodilator :

3. Diare yang berhubungan dengan kuman Setelah di lakukan tindakan - Memanajemen Diare
patogen usus dan atau infeksi HIV keperawatan selama..24 jam klien tidak Memonitor elektrolit
menunjukan gejala diare. Memanajemen
Kriteria Hasil: elektrolit/cairan
- Diare tidak terjadi Memonitor cairan
- BAB tidak lebih dari 3 kali - Memanejemen Pengobatan
- Stool berbentuk padat Memanajemen Nutrisi
Intervensi : Melakukan perawatan
- Manajemen Diare
Monitor elektrolit Ostomi
Manajemen elektrolit/cairan - Melakukan pengecekan kulit
Monitor cairan
- Manejemen Pengobatan
Manajemen Nutrisi
Perawatan Ostomi
Pengecekan kulit
4. Risiko tinggi terhadap infeksi Setelah di lakukan tindakan Memantau JDL dan CD4
berhubungan dengan faktor :Penurunan keperawatan selama..24 jam klien tidak Memantau temperatur setiap
respon imun menunjukan infeksi. 4 jam
Kriteria Hasil: Memberikan obat antibiotik
temperature dan SDP kembalikebatas dan evaluasi ke efektifannya .
normal, keringat malam berkurang dan jamin pemasukan cairan
tidak ada batuk, meningkatnya paling sedikit 2-3 liter sehari.
masukan makanan , tercapai Merujuk keahli diet untuk
penyembuhan luka atau lesi pada membantu memilih dan
waktunya. merencanakan makanan
Intervensi : untuk kebutuhan nutrisi.
Pantau JDL dan CD4 Memakai sarung tangan bila
Pantau temperatur setiap 4 jam kontak dengan darah atau
Status umum (apendiks F) setiap 8 cairan tubuh adalah mungkin
jam terjadi.
Berikan obat antibiotik dan evaluasi Mencuci tangan sebelum dan
ke efektifannya . jamin pemasukan sesudah kontak dengan
cairan paling sedikit 2-3 liter sehari. pasien , termasuk sebelum
Rujuk keahli diet untuk membantu dan sesudah memakai sarung
memilih dan merencanakan tangan.
makanan untuk kebutuhan nutrisi. Memasang label katagori
Ikuti prinsip-prinsip kewaspadaan spesifik isolasi pada pintu
umum terhadap darah dan cairan kamar pasien. Jika ada TB
tubuh. Gunakan pencegahan dasar paru, pakai masker dan
yang sesuai untuk mencegah nasehatkan semua anggota
kontaminasi terhadap kulit dan keluarga pasien untuk
mukosa membran, bila kontak skrining TB, jelaskan TB
dengan darah atau cairan tubuh: adalah menular.
Pakai sarung tangan bila kontak Memakai skort dan
dengan darah atau cairan tubuh kacamata untuk
adalah mungkin terjadi. menghindarkan bila ada
Cuci tangan sebelum dan sesudah percikan cairan tubuh yang
kontak dengan pasien , termasuk mungkin terjadi.
sebelum dan sesudah memakai Menghindarkan penggunaan
sarung tangan. jarum yang telah dipakai.
Pasang label katagori spesifik Tempatkan semua benda
isolasi pada pintu kamar pasien. Jika tajam kedalam kontainer
ada TB paru, pakai masker dan pembuangan.
nasehatkan semua anggota keluarga Membersihkan tumpahan
pasien untuk skrining TB, jelaskan darah dengan 1:10 cairan
TB adalah menular. pemutih (natrium
Masker tidak diperlukan untuk PCP hipoklorida)
sebab kemungkinan infeksi Memelihara kenyamanan
disebabkan oleh jamur yang ada suhu kamar. Jaga kebersihan
pada tubuhnya sendiri. dan keringnya kulit.
Pakai skort dan kacamata untuk
menghindarkan bila ada percikan
cairan tubuh yang mungkin terjadi.
Hindarkan penggunaan jarum yang
telah dipakai. Tempatkan semua
benda tajam kedalam kontainer
pembuangan.
Bersihkan tumpahan darah dengan
1:10 cairan pemutih (natrium
hipoklorida)
Tidak untuk dianjurkan untuk
sembarang orang untuk memberikan
perawatan pada pasien yang
mempunyai luka atau lesi berek
sudat dan dermatitis yang luas atau
lesi sembuh.
Pelihara kenyamanan suhu kamar.
Jaga kebersihan dan keringnya kulit.

5. Perubahan nutrisi kurang dari Setelah di lakukan tindakan - Memantau :


kebutuhan berhubungan dengan faktor : keperawatan selama..24 jam klien Berat badan, setaip hari
Tidak adekuatnya pemasukan nutrisi menunjukan nutrisi terpenuhi. Masukan dan haluaran
sebagai faktor sekunder AIDS pada Kriteria Hasil: setiap 8 jam
sistem pembuangan (GI), nyeri lesi Tidak ada penurunan berat badan lebih Albumin serum dan BUN
dimulut. lanjut, hasil laboratorium keseimbangan Persentase makanan yang
nitrogen positifdan albumin serum dimakan setiap makan
sampai kebatas normal, lemah dan letih - Jika cairan diare berlebih :
berkurang, secara verbal dinyatakan Mempertahankan puasa dan
sehat. pengobatan, terutama infus
Intervensi : NPT
- Pantau : Memberikan obat-oabt anti
Berat badan, setaip hari diare dan evaluasi
Masukan dan haluaran setiap 8 keefektifannya.
jam - Merujuk keahli diet untuk
Albumin serum dan BUN membantu memilih dan
Persentase makanan yang merencanakan makanan untuk
dimakan setiap makan kebutuhan nutrisi.
- Jika cairan diare berlebih :
Pertahankan puasa dan
pengobatan, terutam ainfus NPT
Berikan obat-obatan anti diare
dan evaluasi keefektifannya.
Berangsur-angsur mulai lagi
pemberian makan per oral
biladiare terkontrol. Anjurkan
untuk menggunakan bebas
laktose, rendah lemak, tinggi
serat, ini akan menurunkan
volume diare. Konsul kedokter
jika diare tetap berlangsung atau
tambah memburuk.
- Rujuk keahli diet untuk membantu
memilih dan merencanakan
makanan untuk kebutuhan nutrisi.

6. Kerusakan integritas kulit yang Setelah di lakukan tindakan - Memonitor elektrolit


berhubungan dengan infeksi HIV, keperawatan selama..24 jam klien tidak - Memanajemen cairan
ekskoriasi dan diare. menunjukan kerusakan intregitas kulit. - Memonitor cairan
Kriteria Hasil: - Perlindungan Infeksi
Integritas kulit yang baik bisa Melakukan perlindungan
dipertahankan (sensasi, elastisitas, terhadap latex
temperatur, hidrasi, pigmentasi) Melakukan pemberian obat :
Tidak ada luka/lesi pada kulit telinga, mata, rektum, vagina
Perfusi jaringan baik Memanajemen nutrisi
Menunjukkan pemahaman dalam - Melakukan terapi nutri
proses perbaikan kulit dan - Melakukan pengaturan posisi
mencegah terjadinya cedera - Melakukan perawatan kulit :
berulang Pengobatan topikal
Mampu melindungi kulit dan - Pengecekan kulit
mempertahankan kelembaban kulit Membidai
dan perawatan alami Menjahit luka
- Perawatan luka
Intervensi : Melakukan irigasi luka
- Monitor elektrolit Meningkatan Latihan :
- Manajemen cairan
- Monitor cairan Peragangan
- Perlindungan Infeksi Mengontrol infeksi
Perlindungan terhadap latex Melakukan perlindungan
Pemberian obat : telinga, mata, infeksi
rektum, vagina Memanajemen nutrisi
Manajemen nutrisi - Melakukan terapi nutri
- Terapi nutri
- Pengaturan posisi
- Perawatan kulit : Pengobatan topikal
- Pengecekan kulit
Pembidaian
Menjahit luka
- Perawatan luka
Irigasi luka
Peningkatan Latihan : Peragangan
Kontrol infeksi
Perlindungan infeksi
Manajemen nutrisi
Terapi nutri
7. Isolasi sosial yang berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan - Terapi Aktivitas
stigma penyakit, penarikan diri dari keperawatan selama..24 jam klien Meningkatkan citra tubuh
sistem pendukung, prosedur isolasi dan menunjukan aktivitas sosialnya yang Membangun hubungan
ketakutan bila dirinya menulari orang baik. yang kompleks
lain Kriteria Hasil: Memanajemen lingkungan
- Wajah cerah, tersenyum Memberi dukungan
- Mau berkenalan emosional
- Ada kontak mata Meningkatkan intregitas
- Bersedia menceritakan perasaan keluarga
- Berseddia mengungkapkan Melakukan terapi relaksasi
masalahnya - Meningkatkan kesadaran diri
- Meningkatkan harga diri
Intervensi : - Meningkatkan sosialisasi
- Terapi Aktivitas - Meningkatkan sistem dukungan
Peningkatan citra tubuh - Menfasilitasi proses berduka
Membangun hubungan yang - Memanajemen berat badan
kompleks
Manajemen lingkungan
Dukungan emosional
Peningkatan intregitas keluarga
Terapi relaksasi
- Peningkatan kesadaran diri
- Peningkatan harga diri
- Peningkatan sosialisasi
- Peningkatan sistem dukungan
- Fasilitasi proses berduka
- Manajemen berat badan
3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi ini adalah realisasi dari Intervensi.

3.5 EVALUASI

Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian


hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi
keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.

Berikut tiga hal yang dapat mempengaruhi evaluasi hasil evaluasi, antaralain:

1. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan kemajuan sesuai dengan


kriteria hasil yang telah di tetapkan sesuai dengan ketentuan NOC.
2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan atau
kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru dalam hal ini perawat
perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
BAB 4. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS

4.1 Pengkajian
a. Data Biografi
1) Identitas Klien
Nama : Tn. I/An. I
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Katholik
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Marital : Belum menikah
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal MRS : 20 September 2017 Jam 08.10
Tanggal Pengkajian : 20 September 2017 Jam 09.50
No. Medrec : 06010150
Diagnosa Medik : Diare Akut pada ODHA
Alamat : Jln. Jember Raya No. 29
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Klien : Anak
Alamat : Jl. Jember Raya No. 29
Genogram

Tn. Ny.

An
.I

Ket: : : laki-laki

: perempuan

: klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan saat masuk RS :
Dua minggu sebelum berobat ke RS Sentosa klien mengeluh
pilek, diare dan berat badan dirasakan menurun, tanggal 6
September 2017 klien berobat ke RS Sentosa dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium anti HIV. Klien diduga AIDS tapi untuk
memastikan diagnosa terebut dianjurkan dilakukan pemeriksaan
konfirmasi anti HIV Western Blot ke RSUPN Harapan Sehat.
Klien disarankan dirawat di RSU Jember Sehat, 4 hari sebelum
berobat ke RSU Jember Sehat klien mengeluh diare 5x/hari
konsistensi cair tanpa disertai lendir dan darah, perut klien
dirasakan nyeri, badan klien terasa lemas. Tanggal 20 September
2017 klien berobat ke RSU Jember Sehat kemudian dirawat di
ruang 10A.
b) Keluhan saat pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 September 2017
pukul 09.50 WIB klien mengeluh demam, dan diare 6-7 kali sejak
satu hari yang lalu, dengan konsistensi cair(+), darah (-), lendir (-),
diare dirasakan bertambah ketika mengkonsumsi makanan pedas,
klien mengatakan diare disertai sakit pada daerah perut, klien
mengeluh mual saat makan tanpa muntah dan klien juga
mengatakan sakit pada waktu menelan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami diare sampai terjadi
penurunan berat badan, nafsu makan berkurang dan timbul bercak-
bercak putih pada mulut, klien hanya berobat ke dokter praktek dan
klien mendapatkan obat anti diare dan vitamin, klien mengaku sering
mengkonsumsi zat-zat narkoba dan melakukan hubungan seks bebas
tanpa memakai pengaman.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien menyangkal dikeluarganya ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, penyakit turunan seperti kencing manis, dan
hipertensi/darah tinggi. Klien mengatakan penyakit yang saat ini
diderita, hanya dirinya di keluarga.

c. Pola Aktivitas Sehari-hari


No. Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Nutrisi
a. Makan Klien makan dengan nasi Makan dengan bubur,
putih, sayur, dan lauk pauk, sayur, dan lauk pauk
buah kadang- kadang. dengan telur. Buah-
Klien mengatakan tidak buahan: pisang dan
mempunyai pantangan pepaya. Klien juga
dalam mengkonsumsi sempat makan makanan
makanan. Klien makan pedas yang dibawa
sehari 3x, satu porsi habis. adiknya. Klien hanya
Tidak ada keluhan mual dan dapat menghabiskan
muntah. porsi, makan sehari 3x,
klien mengeluh mual saat
makan dan tidak muntah.

b. Minum Klien minum setiap kali Minum air putih sehari


merasa haus, dan setiap mencapai 4 botol aqua
habis makan. Sehari rata- 500 ml
rata 9 gelas air putih ( 1
gelas = 250 cc)
2. Eliminasi
a. BAB Klien mengatakan setiap Klien mengatakan BAB
hari BAB 5x/hari, 6-7 x/hari cair, tidak
konsistensi cair, darah(-) berlendir dan berdarah
dan lendir (-), warna faeces dalam faeces saat BAB.
kuning.

b. BAK Klien BAK 3-4 x/hari tidak Klien BAK 3x/hari warna
ada keluhan apapun saat kuning tidak merasakan
berkemih keluhan apapun saat
berkemih
3. Personal
Hygiene
a. Mandi Sehari 2x memakai sabun Klien dapat mandi sendiri
1x/hari dengan memakai
sabun.
b. Gosok Gigi Sehari 2x memakai odol dan Klien mengaku
sikat gigi menggosok gigi 2 hari
sekali.
c. Keramas Klien keramas 2 kali/ Klien keramas 1x pada
minggu memakai shampo saat awal masuk RS dan
membasahi rambut tiap
kali mandi
d. Gunting Klien senantiasa Klien mengunting kuku
Kuku menggunting kuku 1 sekali selama dirawat
minggu 1x
4. Istirahat dan
Tidur
a. Siang Klien tidak pernah tidur Sering, sebentar-sebentar
siang karena kerja di antara -1 jam
bengkel dari pagi sampai
sore
b. Malam Klien dapat tidur dengan Klien mengatakan sering
nyenyak mulai pukul 23.00 terbangun dari tidur
kadang pukul 01.00 baru dikarenakan BAB yang
tidur sampai pukul 06.00 terus menerus.
5. Aktivitas Klien bekerja tiap hari Klien mengatakan
mengelola bengkel dari pagi kegiatan di bangsal hanya
sampai sore. tidur dan baca Koran

d. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernafasan
Pernafasan melalui hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung
(pch). Ukuran dan bentuk hidung simetris, tidak ada deviasi septum,
hidung kokoh, tidak ada sekret, terdapat bulu hidung (fibrise), Tidak
terdapat polip, pola nafas reguler, frekwensi 28x per menit, tes
kepatenan kuat nostril kanan dan kiri.
Diameter dada antero posterior (AP) 2:1, Pergerakan dada simetris
antara kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, auskultasi bunyi nafas
vesikuler pada seluruh area paru serta tidak ditemukan ronchi dan
wheezing. Perkusi suara vokal premitus terdapat pada kedua paru.
Ekspansi paru kanan dan kiri sama.
2) Sistem Kardiovaskuler
Konjunctiva warna merah muda (tidak pucat), bibir tidak sianosis,
Ictus cordis terdapat pada line midklavikula inter costalis (ICS) V,
tidak ada peninggian jugular vena pressure (JVP), pada pemeriksaan
auskultasi bunyi S1 pada daerah katup trikuspidal dan mitral, bunyi S2
pada daerah katup aortik dan pulmonal di sela iga II parasternal kiri
dan sela iga II parasternal kanan. Bunyi jantung murni reguler, tidak
ada mur-mur, tidak ada oedema tungkai, tidak ada clubing finger,
capilary refile time (CRT) < 3 detik, akral hangat. Burgeur tes negatif,
Homan tes negatif, tensi darah 90/60 mmHg, Nadi 104 x per / menit.
3) Sistem Pencernaan
Bibir tidak sianosis, mukosa mulut dan bibir agak kering, terdapat
bercak-bercak putih tipis di sisi lidah dan gusi, ukuran dan bentuk
simetris, warna gigi agak kuning, jumlah tidak lengkap, ditemukan
nyeri menelan, uvula kaku dan tampak kemerahan, bentuk abdomen
agak cekung, lembut, tidak teraba massa, tidak terdapat lesi / luka
bekas operasi, turgor kulit lambat, auskultasi bising usus 34x per
menit, pada perkusi terdapat bunyi tympani pada seluruh daerah
abdomen, kecuali pada kwadran kanan atas hypocondriac kanan
(organ hati), pada palpasi terdapat nyeri tekan, ukuran hati tidak
membesar, berat badan sebelum sakit 55 kg dan sesudah sakit 45 kg,
LILA 16cm.
4) Sistem Perkemihan
Tidak terlihat distensi kandung kemih, tidak teraba pembesaran
ginjal, tidak terdapat nyeri ketok costavertebra, tidak ada oedema
palpebra, klien dapat berkemih 3-4 x/hari + 100 cc warna kuning
jernih tanpa ada keluhan
5) Sistem Reproduksi
Area genital tidak dapat dikaji karena klien merasa malu. Klien
hanya mengatakan penisnya tidak dapat ereksi.
6) Sistem Endokrin
Tidak ada gambaran moon face, tidak terdapat pembesaran kelenjar
tyroid, tidak nampak pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
gerakan tremor / ektra piramidal.

7) Sistem Muskuloskeletal
- Atas
Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada poli dan syndactyli,
tidak terdapat atropi, tidak terdapat gambaran tromboplebitis,
gerakan bebas. Refleks bisep +/+, trisep +/+, radiobrakhialis +/+.
Kekuatan otot 5/5
- Bawah
Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada deformitas, pergerakan
bebas, Homan tes negatif, tidak ada oedema tungkai, kekuatan otot
5/5, refleks achiles +/+, Refleks patela +/+, refleks babinski
negatif. Sensasi tajam tumpul positif.
8) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit ekstremitas atas dan bawah kering
dan bersisik terdapat keropeng diektrremitas atas dan bawah, rambut
panjang warna hitam dan tampak kotor, distribusi merata, tidak mudah
dicabut, kuku pendek bersih, tidak terdapat luka bekas operasi, badan
klien teraba panas dengan temperatur: 38,2o C per axila menggunakan
termometer air raksa. Turgor kulit menurun.
9) Sistem Penglihatan, Pendengaran, Wicara
Tidak terdapat gangguan pada penglihatan, wicara dan
pendengaran baik, terbukti klien dapat membaca dan menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan benar, tidak menggunakan alat bantu
baca dan pendengaran.
10) Sistem Persyarafan
a) Fungsi serebral
(1) Status Mental
- Orientasi
Klien dapat membedakan, petugas dan sesama pasien.
Klien dapat menyebutkan tanggal, bulan, tahun,
keberadaannya saat ini, dan di kota mana ia berada.
- Daya Ingat
Tidak terdapat gangguan baik jangka panjang, dan pendek,
Klien dapat menyebutkan ulang 3 nama objek dengan jelas
yang diperlihatkan perawat. Klien dapat mengingat tahun
kelahiran saat ditanya ia menjawab tahun 1990.
- Perhatian / Konsentrasi
Klien dapat meneruskan 5 angka kedepan dan kebelakang
dari pengurangan yang disebutkan perawat.
- Konsentrasi
Tidak mengalami gangguan wicara, intonasi sesuai dengan
keadaan emosi, klien menggunakan bahasa Indonesia saat
wawancara, vokal jelas dan dapat dimengerti, komunikasi
non verbal sesuai dengan emosi / afek (keadaan topik
pembicaraan).
(2) Kesadaran
Kompos mentis
b) Fungsi syaraf cranial
(1) Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman tidak terganggu, klien dapat membedakan
dan mengenal antara bau kayu putih dan kopi dengan mata
tertutup secara bergantian pada kedua nostril.
(2) Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca koran pada jarak +30, lapang pandang
tidak mengalami penyempitan.
(3) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, trochlearis, abdusen)
Klien dapat menggerakan bola matanya ke arah yang
diperintahkan pengkaji (lateral,medial, oblique inferior dan
superior), pupil isokor, bereaksi terhadap cahaya.
(4) Nervus V (Trigeminus)
Klien dapat merasakan pilinan kapas pada wajah, otot maseter
kuat, reflek kornea positif, fungsi mengunyah baik.
(5) Nervus VII (Facialis)
Klien dapat merasakan rasa manis, asin pada 2/3 anterior lidah,
klien dapat menyeringai, mengerutkan dahi, dan
mengedepankan kedua bibir ke arah depan
(6) Nervus VIII ( Auditorius)
Klien dapat mendengar bisikan yang diberikan perawat dengan
telinga sebelah tertutup dan klien dapat mengulanginya dengan
benar, tes tunjuk jari-hidung dapat dilakukan klien.
(7) Nervus IX (Glosofaringeus)
Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah
(8) Nervus X (Vagus)
Fungsi menelan terganggu, klien dapat membuka mulut, uvula
kaku dan tampak kemerahan saat klien mengatakan ah
(9) Nervus XI (Asesorius)
Klien dapat menggerakan leher ke kanan dan ke kiri tanpa
hambatan, otot sternokledomastoideus tegang saat klien
melawan daya yang diberikan pada mandibula oleh pengkaji.
Klien dapat menahan beban yang diberikan pada bahunya
(10) Nervus XII (Hypoglosus)
Klien dapat menjulurkan lidah, menggerakannya ke kanan dan
ke kiri.

e. Data Psikologis
1) Status Emosi
Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah
tersinggung, afek dan mimik muka sesuai keadaan.
2) Kecemasan
Klien mengaku bahwa dirinya diduga dengan diagnosis AIDS, Klien
bertanya kepada perawat apakah benar dia sudah positif mengidap
HIV? serta menanyakan; Apakah penyakit saya bisa disembuhkan?
ekspresi wajah klien tampak cemas dan gelisah.
3) Pola Koping
Klien mengatakan bila mempunyai masalah klien hanya mengatasinya
sendiri kemudian bergaul dengan teman-teman dan untuk mengalihkan
masalahnya klien minum-minuman beralkohol sampai mabuk dan
melakukan hubungan sexual dengan PSK (Pekerja Sex Komersial).
4) Gaya Komunikasi
Pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, vokal jelas,
menggunakan bahasa Indonesia saat wawancara, sehari-hari klien
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
f. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa
malu dan bingung karena sejak menderita sakit ini penis klien tidak
dapat ereksi.
2) Harga Diri
Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan
klien merasa malu dengan keadaan dirinya yang diduga mengidap
HIV,
3) Peran Diri
Klien seorang pemuda sudah bekerja mengelola bengkel dan dapat
mencukupi kebutuhannya sehari-hari serta membiayai kuliah adiknya..
4) Identitas Diri
Klien mengaku dirinya adalah seorang bujangan, pendiam, tidak
gampang marah.
5) Ideal Diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali
menjalankan aktifitas di bengkel yang dikelolanya.
g. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu
oleh saudaranya yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama dengan
petugas dan sesama pasien di ruang perawatan. Klien termasuk pribadi
yang kooperatif.
h. Data Spiritual
Klien beragama katholik, klien percaya penyakitnya dapat di sembuhkan,
klien mengatakan datangnya ke RS merupakan salah satu usaha yang
harus ia jalani karena penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhannya.
Klien mengatakan jarang melakukan peribadahan sesuai dengan agama
yang di yakininya.

i. Data Penunjang
Laboratorium.
No. Jenis Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
1 Hematologi
- Haemoglobin 10.7 13-18 gr / dl
- Leucosit 9.700 3.8-10.6rb /mm3
- Hematokrit 31,0 40-52 %
- Trombosit 372.000 150-440 rb / mm3

Kimia klinik
- Ureum 43 15-50 mg /dl
- Kreatinin 1.12 0.6-1.1 mg /dl
- GDS 123 < 140 mg / dl
- SGOT 60 sd. 37 U/L0 C
- SGPT 59 Sd. 40 U/L0 C
- Albumin 2,3 3,5-5,0 Gr/dl
- Globulin 1,9 3,1-3,7 Gr/dl

AGD
- Ph Arteri 7,410 7,35 7,45 mmHg
- PCO2 25,5 35 48 mmHg
- PO2 112,5 80 - 108 mmHg
- HCO3- 15,9 22 26 meq/L
- Total CO2 16,7 22 29 mmHg
Arteri -7,0 (-2) (+3) meq/L
- Base Excess 98,3 95 98 %
Arteri
- Saturasi O2 1.005 .002-1.03
Urine 7 4.8-7.5
- Bj Negatif Negatif
- Ph Negatif Negatif
- Protein Negatif Negatif
- Reduksi Negatif 0.2-1.0 Ml / dl
- Billirubin Negatif Negatif
- Urobillin Negatif Negatif
- Nitrit 4-8 <1 / Lpg
- Keton Negatif <6 Lpg
- Erytrosit 0-2 <6 / Lpk
- Leucosit
- Epitel Kuning
Lembek
Faeces Negatif
- Warna Negatif 0,1 Negatif
- Konsistensi Negatif 0,1 1
- Lendir Negatif Negatif
No. Jenis Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
- Eritrocyt Negatif Negatif
- Leukocyt Negatif
- Amoeba
- Telur cacing
3 Kalium <1,5 3,6-5,5 Meq/L
4 Natrium 132 135-145 Meq/L
Kalium 1,6 3,6-5,5 Meq/L
5 Natrium 137 135-145 Meq/L
Kalsium 2,9 Meq/L
Ureum 32
Kreatinin 1,1
6 Kalsium 1,9
7 Kalsium 1,9

Pengobatan :
- IVFD RL 3000cc/24jam
- KCL 250 Eq dalam 500cc Dextrose 5%
- Aspar k 3x2 tablet
- Spasmal 3x1 tablet
- Kotrimoksazol 2x400mg
- OMZ 1x1 tablet
- Itrakonazol 2x200 mg

j. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Kekurangan
- Klien mengatakan BAB Diare volume cairan
6-7 x/hari
- Klien mengatakan sakit Kehilangan cairan yang
pada daerah perut. berlebih
- Klien mengatakan diare
dirasakan bertambah Kekurangan volume cairan
ketika mengkonsumsi
makanan pedas
- Klien mengatakan mual
DO :
- BAB 6-7x/hari
- Konsistensi feses cair
(+), lendir (-), darah (-),
warna feces kuning.
- Turgor kulit menurun
- Mukosa mulut dan bibir
agak kering
- Kulit kering dan bersisik
2. DS : Mual, sakit pada waktu Ketidakseimba
- Klien mengatakan berat menelan ngan nutrisi
badan menurun kurang dari
- Klien mengatakan mual Tidak adekuatnya kebutuhan
pada saat makan pemasukan nutrisi tubuh
- Klien mengatakan sakit
pada waktu menelan Ketidakseimbangan nutrisi
DO : kurang dari kebutuhan
- Uvula tampak tubuh
kemerahan
- Berat badan turun dari
55 kg menjadi 45 kg
- Makan habis porsi 1x
makan
3. DS: Infeksi oportunistik Hipertermi
- Klien mengeluh badan
terasa panas Respon Mediator
inflamasi
DO:
- Badan klien teraba panas Suhu tubuh meningkat
- Nadi: 104x/mnt
- Suhu: 38,2oC Hipertermi
4. DS : Penarikan diri, ketakutan Isolasi sosial
- Klien mengatakan
merasa bersalah atas
perbuatannya selama ini Stigma terhadap penyakit
- Klien merasa malu HIV
dengan keadaan dirinya
- Klien takut jika
penyakitnya menulari Isoasi sosial
orang disekitarnya
DO :
- Pada saat berkomunikasi
klien cenderung diam
- Ekspresi wajah klien
tampak cemas dan
gelisah

4.2 Diagnosa
NO. DIAGNOSA
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebih karena diare yang ditandai dengan BAB 6-7x/hari, konsistensi
feses cair (+), turgor kulit menurun, mukosa mulut dan bibir agak kering,
kulit kering dan bersisik.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya pemasukan nutrisi ditandai dengan uvula tampak
kemerahan, berat badan turun dari 55 kg menjadi 45 kg, makan habis
porsi 1x makan

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi yang ditandai dengan


badan klien teraba panas, suhu tubuh klien 38,2oC

4. Isoasi sosial berhubungan dengan penarikan diri, ketakutan yang ditandai


dengan pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, ekspresi wajah
klien tampak cemas dan gelisah

4.3 Intervensi

NO. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1. Kekurangan Setelah dilakukan a. Pertahankan catatan
volume cairan perawatan selama intake dan output yang
3x24 jam, diharapkan akurat
kebutuhan cairan klien b. Monitor status hidrasi
terpenuhi dengan (kelembapan membran
kriteria hasil : mukosa, nadi adekuat)
a. Tidak ada tanda- c. Monitor tanda-tanda
tanda dehidrasi vital
b. Elastisitas turgor d. Monitor masukan
kulit baik makanan/ cairan dan
c. Membran mukosa hitung intake kalori
lembab harian
e. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan a. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari perawatan selama makanan
kebutuhan tubuh 3x24 jam, diharapkan b. Kolaborasi dengan ahli
nutrisi klien terpenuhi gizi untuk menentukan
dengan kriteria hasil : jumlah kalori dan nutrisi
a. Adanya yang dibutuhkan klien
peningkatan berat c. Yakinkan diet yang
badan sesuai dimakan mengandung
dengan tujuan tinggi serat untuk
b. Mampu mencegah konstipasi
mengidentifikasi d. Ajarkan klien bagaimana
kebutuhan nutrisi membuat catatan
makanan harian
e. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan nutrisi
3. Hipertermia Setelah dilakukan a. Monitor suhu minimal
perawatan selama tiap 2 jam
3x24 jam diharapkan b. Monitor tanda-tanda vital
suhu tubuh klien c. Monitor warna dan suhu
kembali normal kulit
dengan kriteria hasil : d. Kompres klien pada lipat
a. Suhu tubuh dalam paha dan lipat aksila
rentang normal e. Kolaborasi dengan
b. Nadi dan RR dalam pemberian anti piretik
rentang norma
c. Tidak ada
perubahan warna
kulit
4. Isolasi sosial Setelah dilakukan c. Fasilitasi dukungan
perawatan selama kepada klien oleh
3x24 jam, diharapkan keluarga, teman dan
klien dapat mengatasi komunitas
stigma positif tentang d. Dukung hubungan
penyakit yang diderita dengan orang lain yang
Dengan kriteria hasil : mempunyai minat dan
a. Tingkat persepsi tujuan yang sama
positif tentang e. Dorong klien untuk
status kesehatan melakukan aktivitas
dan status hidup sosial dan komunitas
klien f. Gali kekuatan dan
b. Meningkatkan kelemahan klien dalam
hubungan yang berinteraksi sosial
efektif dalam g. Bantu klien
perilaku pribadi mengembangkan atau
interaksi meningkatkan
sosialdengan orang keterampilan sosial
maupun kelompok interpersonal

4.4 Implementasi

NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI

1. Kekurangan a. Mempertahankan catatan intake dan output yang


volume cairan akurat
b. Memonitor status hidrasi (kelembapan membran
mukosa, nadi adekuat)
c. Memonitor tanda-tanda vital
d. Memonitor masukan makanan/ cairan dan hitung
intake kalori harian
e. Mengkolaborasikan pemberian cairan IV
2. Ketidakseimbangan a. Mengkaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari b. Mngkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kebutuhan tubuh jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien
c. Meyakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
d. Mengajarkan klien bagaimana membuat catatan
makanan harian
e. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan nutrisi
3. Hipertermia a. Memonitor suhu minimal tiap 2 jam
b. Memonitor tanda-tanda vital
c. Memonitor warna dan suhu kulit
d. Mengkompres klien pada lipat paha dan lipat
aksila
e. Mengkolaborasikan dengan pemberian anti piretik
4. Isolasi sosial a. Memfasilitasi dukungan kepada klien oleh
keluarga, teman dan komunitas
b. Mendukung hubungan dengan orang lain yang
mempunyai minat dan tujuan yang sama
c. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas sosial
dan komunitas
d. Menggali kekuatan dan kelemahan klien dalam
berinteraksi sosial
e. Membantu klien mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan sosial interpersonal

4.5 Evaluasi
NO. DIAGNOSA EVALUASI

1. Kekurangan S : Klien mengatakan BAB 2-3 x/hari dan sudah


volume cairan tidak merasakan sakit perut
O : Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dengan mempertahakan
intake dan output
2. Ketidakseimbangan S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan mual
nutrisi kurang dari O : Berat badan bertambah, tetapi belum sesuai
kebutuhan tubuh tujuan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dengan memonitor jumlah
nutrisi dan kandungan nutrisi kien
3. Hipertermia S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan panas
lagi
O : Suhu 36,8 oC,
A : Masalah teratasi sepenuhnya
P: Hentikan intervensi
4. Isolasi sosial S : Klien mengatakan sudah percaya diri dengan
keadaannya saat ini
O : Klien tampak sudah mampu berkomunikasi
secara aktif, ekspresi klien tampak tenang dan tidak
terlihat cemas lagi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang dapat
menurunkan kekebalan tubuh. HIV adalah sejenis retro virus-RNA yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala penyakit yang
didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
virus HIV. HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. Setelah terinfeksi HIV, 50-70%
penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini
serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit
kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar
dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran
menurun.

5.2 Saran
1. Untuk perawat
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan
kepada pasien dengan HIV harus berhati-hati dan sesuai dengan SOP agar
keamanan pasien dan keamanan perawat terjaga. Selain masalah fisiologis
pada pasien, perawat juga harus mampu melakukan asuhan keperawatan
terhadap masalah psikologis dan social dari pasien.
2. Untuk masyarakat
Masyarakat dihimbau agar tetap waspada pada penyakit HIV, senantiasa
menjaga kesehatan dan menghindari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terinfeksi virus HIV.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (2007). Keluarga Berencana dan kontrasepsi. Cetakan ke-5.Jakarta.


Pustaka sinar harapan [Serial Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff9bf
ceff6ea76.pdf (diakses pada 27 September 2017)
Bulecheck, G.M., Butcher H.K., Dochterman J. M., and Wagner, C.M. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC). ELSEVIER
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. [Serial
Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff9bf
ceff6ea76.pdf (diakses pada 27 September 2017)
Djuanda Adhi.2007.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima.Balai
Penerbit FKUI.Jakarta. [Serial Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff9bf
ceff6ea76.pdf (diakses pada 27 September 2017)
Djoerban dkk. 2006. Virus HIV. In : Membidik AIDS Ikhtiar Memahami HIV dan
ODHA. Editor : Rustamaji NA. Yogyakarta : Galang Press Yogyakarta
dan Yayasan Memajukan Ilmu Penyakit Dalam. [Serial Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff9bf
ceff6ea76.pdf (diakses pada 27 September 2017)
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses:
Definition and Classification 2015-2017. NANDA International.
KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) dan PSK (Pekerja Seks
Komersial).2003. Program Promosi Pencegahan HIV/AIDS. [Serial
Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff9bf
ceff6ea76.pdf (diakses pada 27 September 2017)

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS. Pusat Data dan
Informasi : Jakarta. [Serial Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/42-66-1-PB.pdf (diakses
pada 27 September 2017)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman nasional pencegahan


penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA). Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. ISBN: 978-602-9364-55-2. [Serial Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/42-66-1-PB.pdf (diakses
pada 27 September 2017)

Long.1996. Perawatan Medikal Bedah. (Volume 2). Bandung: Yayasan Alumni


Pendidikan Keperawatan
Martono. 2006. Peran Perawat Indonesia Dalam Pencegahan Peningkatan Kasus
HIV/AIDS. Jakarta : Balai Pustaka. [Serial Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff9bf
ceff6ea76.pdf (diakses pada 27 September 2017)
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., and Swanson, E. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). ELSEVIER.
Murtiastutik D. 2008, HIV & AIDS In : Buku Ajar Infeksi Menular Seksual.
Surabaya : Airlangga University Press,pp. 211-231

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4. [Serial Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff9bf
ceff6ea76.pdf (diakses pada 27 September 2017)
Sylvia Anderson Prince & LorraineMcCarty Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep
Klinik Proses-Proses Penyakit. Buku 2 Edisi 4. Jakarta: EGC. [Serial
Online]
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff9bf
ceff6ea76.pdf (diakses pada 27 September 2017)

You might also like