You are on page 1of 5

Antara Cinta dan Idealisme

Ini adalah sebuah era dimana tidak ada kesetaraan

Sebuah era dimana tidak adanya kepusaan dan kepercayaan

Sebuah era yang penuh penuh dengan diskriminasi

Era dimana kita dilihat berdasarkan siapa dan seberapa banyak uang kita

Ini zaman dimana kita sebagai orang miskin semakin terinjak-injak

Zaman dimana kita lahir di negeri yang harga pasir lebih mahal dibanding harga nyawa.

Kuhembuskan napasku, lega rasanya aku bisa kembali ke tanah airku dan aku bisa

menginjakan kaki kembali di bumi pertiwi. setelah tujuh tahun aku tinggal di Belanda untuk

menuntut ilmu dan bekerja sebagai staff KBRI. Aku adalah Putri Athaya sasongko. Aku lahir

di keluarga yang sangat nasionalis, dulu eyang kakung adalah seorang abdi Negara beliau

bekerja sebagai staff istana negara. Eyangku adalah orang yang sangat nasionalis beliau

mengajarkanku apa itu nasionalisme dan idealisme. Sedangkan ayahku adalah prajurit TNI

yang gugur dalam tugas yaitu ketika meredam kerusuhan di Papua. Ibuku bekerja sebagai

aktivis Ham di Jakarta.

Sayang apa kabar sapa eyangku sambil memelukku alhamdullilah baik eyang, eyang apa

kabar? tanyaku pada eyang kalo eyang yang begini-begini saja hanya saja eyang tambah

tua? jawab eyang diakhiri dengan tawa yang khas. Ha ha Ha Eyang ada-ada aja,

kalo eyang nggak makin tua aku malah takut, nanti eyang dikira makan bayi candaku pada

eyang. ayo ndok, pulang eyang putri sama ibumu udah nunggu di rumah
Sampai di rumah eyang putri dan ibuku langsung memelukku. Atha sayang apa kabar eyang

uti kangen banget sama kamu sapa eyang uti sambil menciumku. Aku hanya bisa tersenyum.

Mama, aku kangen padamu sapaku sambil memeluk mamaku.

Makan malam pun tiba aku, makan malam berjalan lancar hanya saja satu pertanyaan dari

eyang kakungku yang membahas tentang pernikahan. Ndok, kamu kan udah 29 tahun

tunggu apalagi kapan kau nikah, apa kau menunggu eyangmu itu tiada dulu? Tanya eyang

padaku. Serasa ceker ayam menyakar tenggorokanku. Aduh eyang aku itu masih muda,

masih banyak yang harus aku lakukan jawabku pada eyang. Tapi ingat kau harus punya

pendamping yang satu ideologi sama kita, harus seiman juga timpal eyang uti ku. Aku hanya

terdiam membisu terbesit dalam pikiranku, bagaimana kalau kelurgaku tahu aku punya

kekasih orang Belanda, yang notabene nggak satu ideologi, nggak seiman ditambah lagi

Belanda itu pernah menjajah INDONESIA pasti kalau mereka tahu mereka langsung

menolak kekasihku terang-terangan. Pasti eyang kakung yang paling nggak setuju karena

beliau mantan staff istana negara dan mantan pejuang di era Indonesia dijajah Belanda.

Malam kini semakin larut aku masih tidak bisa memejamkan mataku, masih terngiang di

pikiranku soal pertanyaanku. Tiba-tiba hp ku berdering kekasihku Jhosep menghubungi ku.

Hai, sudah sampai di Indonesia kamu sapa Jhopsep dalam bahasa Indonesia dia memang

mahasiswa jurusan bahasa Indonesia. Ah ya aku sudah sampai tadi siang jawabku pada

Jhosep Syukurlah kalau begitu, bagaimana lamaranku kau terima tidak Maaf Jhosep aku

harus bicara dengan kelurgaku dulu sebelum memutuskan itu jawabku tanpa aku sadari air

mataku mengalir dengan derasnya. Baiklah akan kutunggu jawabanmu balas Jhosep

Terimakasih Jhosep, cepat istirahat dan cepatlah kau berbaur dengan buku dan penamu.

Keesokan harinya aku berbicara pada eyang kakung Pagi eyang sapaku pada eyang yang

sibuk memberi makan ikan di kolam. Pagi ndok, acara hari ini mau ke mana Tanya balik
eyangku Ehm, aku masih bingung mungkin hari ini aku hanya duduk manis di rumah

gumamku pada eyang oh ya eyang mama sama eyang uti ke mana? tambahku pada eyang

Ibumu lagi ke jawa timur katanya di sana ada orang dibunuh gara-gara menolak tambang

pasir terus eyang uti tadi ke pasar belanja jawab eyangku yang masih sibuk dengan ikan-

ikannya.

eyang aku boleh ngomong sesuatu sama eyang eyang, penting kemudian eyang menoleh

dan metatap tajam Apa ndok kamu mau bicara apa sama eyangmu ini? Tapi eyang janji

dulu sama aku eyang nggak bakalan marah ya tergantung, kamu mau bicara masalah apa.

Dengan hati yang berdebar aku bicara pada eyangku Ehm, begini eyang, ehm Aku udah

punya kekasih dan itu orang Belanda ucapku dengan cepat. Apa kamu bikang sama orang

Belanda, kamu itu gimana si kan eyang udah bilang jangan sama orang Belanda, kamu kan

tahu kalau eyang paling nggak suka sama orang Belanda karena mereka dulu menjajah

Indonesia Jawab eyangku dengan suara yang keras Maaf eyang tapi kan itu dulu sekarang

Belanda sudah nggak jajah Indonesia kan eyang jawabku pada eyang dengan air mata

metetes. jujur atha eyang kecewa sama, kamu dari kecil udah janji sama eyang akan pernah

mengkhinati Negara walaupun kamu pergi di negeri yang pernah jajah Indonesia. tapi

eyang aku nggak mengkhinati negaraku eyang Jawabku pada eyang yang diselingi dengan

tangisku tapi kamu tau kan pasti dia itu nggak seideologi sama kita dan pastinya dia nggak

seiman sama kita kan, kamu mau jadi pacaran kok sama orang yang pernah ngejajah kita,

mau jadi apa kamu, mau dibawa kemana Negara kita kalau kamu nikah sama orang yang

pernah menjajah kita Bentak eyangku padaku. Aku diam seribu bahasa. Aku putuskan

kembali ke kamarku setelah perdebatan panjang dengan eyangku.

Kini aku menghubungi Jhosep aku berbicara panjang lebar dan aku putuskan untuk menolak

lamaran Jhosep.
Beberapa bulan kemudian aku menyadari ini jalan yang terbaik yang diberiakan Tuhan

padaku. Kini aku bekerja seperti ibuku yaitu sebagai aktivis HAM. Saat ini aku sedang

mengangani kasus pembunuh seorang aktivis yang dibunuh gara-gara menolak tambang

pasir. Ternyata cinta pada seseorang masih kalah dengan rasa nasionalisme, idealisme dan

patriotisme.
Nama saya adalah Renata zery avivi, Lahir di Batu belang, 17 april 2001, saya adalah anak
pertama dari tiga bersaudara, buah dari pasangan A. Romzi dan Rita yulianti. vivi adalah
panggilan akrab saya, Ayah saya seorang pegawai negeri sipil , sedangkan Ibu saya bekerja
dirumah sakit umum daerah muaradua. Saya memiliki hobby menggambar

Ketika berumur 6 tahun, saya memulai pendidikan di SDN 3, Muaradua, kemudian setelah
lulus saya melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Muaradua.

Selepas lulus SMP saya melanjutkan sekolah di SMA N 1 Muaradua, saat ini saya masih
duduk dikelas XI SMA jurusan IPA.

You might also like