You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang
menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan
faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat,
melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk
dan bersin penderita.

Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus


difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama
dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak - anak
muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang
kesehatan kita.

1.2.Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep difteri dan keperawatan difteri pada anak.
2. Tujuan khusus
Agar mampu memahami/ mengetahui tentang :
a Definisi difteri
b Etiologi
c Tanda dan Gejala
d Patofisiologi
e Penatalaksanaan Medis
f Komplikasi
g Pencegahan
h Asuhan Keperawatan Difteri

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1.Definisi
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksik
(racun) Corynebacterium diphteriae. (Iwansain.2008).
Difteri adalah infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphteriae dengan bentuk basil batang gram positif (Jauhari,nurudin.
2008).
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun
Corynebacterium diphteriae. (Fuadi, Hasan. 2008).
Jadi kesimpulannya difteri adalah penyakit infeksi mendadak yang disebabkan
oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Difteri ialah penyakit yang mengerikan di
mana masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-
daerah dunia yang belum berkembang.
Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu
dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu
sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.

2.2.Etiologi
Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini ditularkan
melalui percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan
yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri ini berkembangbiak pada
atau disekitar selaput lender mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan.
Pewarnaan sediaan langsung dapat dialkuakan dengan biru metilen atau biru toluidin.
Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi.
Menurut Staf Ilmu Kesehatan Anak FKUI dalam buku kuliah ilmu kesehatan
anak, sifat bakteri Corynebacterium diphteriae :
a Gram positif
b Aerob
c Polimorf
d Tidak bergerak

2
e Tidak berspora
Disamping itu bakeri ini dapat mati pada pemanasan 60 C selama 10 menit,
tahan beberapa minggu dalam es, air, susu dan lendir yang telah mengering.Terdapat
tiga jenis basil yaitu bentuk gravis, mitis, dan intermedius atas dasar perbedaan bentuk
koloni dalam biakan agar darah yang mengandung kalium telurit. Basil Difteria
mempunyai sifat:
a Membentuk psedomembran yang sukar dianggkat, mudah berdarah,
dan berwarna putih keabu-abuan yang meliputi daerah yang
terkena.terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan kuman.
b Mengeluarkan eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni
jaringan setelah beberapa jam diserap dan memberikan gambaran
perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan
jaringan saraf.
Menurut tingkat keparahannya, Staff Ilmu Kesehatan Anak FKUI membagi
penyakit ini menjadi 3 tingkat yaitu :
a Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa
hidung dengan gejala hanya nyeri menelan.
b Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyaring sampai faring
(dinding belakang rongga mulut), sampai menimbulkan pembengkakan
pada laring.
c Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan
gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralysis
(kelemahan anggota gerak) dan nefritis (radang ginjal).
Menurut bagian ilmu kesehatan anak FKUI, penyakit ini juga dibedakan
menurut lokasi gejala yang dirasakan pasien :
a Difteri hidung
Gejala paling ringan dan paling jarang (2%). Mula-mula
tampak pilek, kemudian secret yang keluar tercampur darah sedikit
yang berasal dari pseudomembran. Penyebaran pseudomembran dapat
mencapai faring dan laring.
b Difteri faring dan tonsil ( Difteri Fausial ).
Difteri jenis ini merupakan difteri paling berat karena bisa
mengancam nyawa penderita akibat gagal nafas. Paling sering
dijumpai ( 75%). Gejala mungkin ringan tanpa pembentukan

3
pseudomembran. Dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada
penderita. Pada kondisi yang lebih berat diawali dengan radang
tenggorokan dengan peningkatan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi,
pseudomembran awalnya hanya berupa bercak putih keabu-abuan yang
cepat meluas ke nasofaring atau ke laring, nafas berbau, dan ada
pembengkakan regional leher tampak seperti leher sapi (bulls
neck).Dapat terjadi sakit menelan, dan suara serak serta stridor
inspirasi walaupun belum terjadi sumbatan laring.
c Difteri laring dan trakea
Lebih sering merupakan penjalaran difteri faring dan tonsil,
daripada yang primer. Gejala gangguan nafas berupa suara serak dan
stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat timbul sesak nafas hebat,
sianosis, dan tampak retraksi suprasternal serta epigastrium. Ada bulls
neck, laring tampak kemerahan dan sembab, banyak sekret, dan
permukaan ditutupi oleh pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan
payah sekali perlu dilakukan trakeostomi sebagai pertolongan pertama.
d Difteri kutaneus dan vaginal
Dengan gejala berupa luka mirip sariawan pada kulit dan
vagina dengan pembentukan membrane diatasnya. Namun tidak seperti
sariawan yang sangat nyeri, pada difteri, luka yang terjadi justru tidak
terasa apa-apa. Difteri dapat pula timbul pada daerah konjungtiva dan
umbilikus.
e Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga
Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat
membran pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Diphtheria
pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan
membran pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa
otitis eksterna dengan sekret purulen dan berbau.

4
2.3.Manifestasi Klinis
1. Gejala umum.
Demam tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala dan anoreksia
sehingga pasien tampak lemah.
2. Gejala lokal
Nyeri menelan, bengkak pada leher karena pembengkakan pada area
regional, sesa nafas, serak sampai dengan stridor jika penyakit sudah stadium
lanjut. Gejala akibat eksotoksin tergantung bagian yang terkena missal
mengenaiotot jantung terjadi miokarditis, dan bila mengenai syaraf
mnyebabkan kelumpuhan.

2.4.Patofisiologi
Basil hidup dan berkembangbiak pada traktus respiratorius bagian atas
terutama bila terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus, dan lain-lain.Selain itu
dapat juga pada vulva, kulit, mata, walaupun jarang terjadi.
Pada tempat-tempat tersebut basil membentuk pseudomembran dan
melepaskan eksotoksin. Pseudomembran timbul lokal kemudian menjalar kefaring,
tonsil, laring, dan saluran nafas atas. Kelenjar getah bening sekitarnya akan
membengkak dan mengandung toksin. Eksotoksin bila mengenai otot jantung akan
menyebabkan miokarditis toksik atau jika mengenai jaringan saraf perifer sehingga
timbul paralysis terutama otot-otot pernafasan.
Toksin juga dapat menimbulkan nekrosis fokal pada hati dan ginjal, yang
dapat menimbulkan nefritis interstitialis. Kematian pasien difteria pada umumnya
disebabkan oleh terjadinya sumbatan jalan nafas akibat pseudomembran pada laring
dan trakea, gagal jantung karena miokardititis, atau gagal nafas akibat terjadinya
bronkopneumonia.
Penularan penyakit difteria adalah melalui udara (droplet infection), tetapi
dapat juga melalui perantaraan alat atau benda yang terkontaminasi oleh kuman
difteria.Penyakit dapat mengenai bayi tapi kebayakan pada anak usia balita.
Penyakit Difteria dapat berat atau ringan bergantung dari virulensi, banyaknya
basil, dan daya tahan tubuh anak. Bila ringan hanya berupa keluhan sakit menelan dan
akan sembuh sendiri serta dapat menimbulkan kekebalan pada anak jika daya tahan
tubuhnya baik. Tetapi kebanyakan pasien datang berobat sering dalam keadaan berat
seperti telah adanya bullneck atau sudah stridor atau dispnea. Pasien difteria selalu

5
dirawat dirumah sakit karena mempunyai resiko terjadi komplikasi seperti mioarditis
atau sumbatan jalan nafas (Ngastiyah, 1997).
Menurut Iwansain,2008 dalam http://www.iwansain.wordpress.com secara
sederhana pathofisiologi difteri yaitu :
a Kuman difteri masuk dan berkembang biak pada saluran nafas atas,
dan dapat juga pada vulva, kulit, mata.
b Kuman membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.
Pseudomembran timbul lokal dan menjalar dari faring, laring, dan
saluran nafas atas. Kelenjar getah bening akan tampak membengkak
dan mengandung toksin.
c Bila eksotoksin mengenai otot jantung akan mengakibatkan terjadinya
miokarditis dan timbul paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai
jaringan saraf.
d Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat dari pseudomembran
pada laring dan trakea dan dapat menyebabkan kondisi yang fatal.

2.5.Penatalaksanaan Medis
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG
yang dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya
sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan spesifik.
Pengobatan spesifik untuk difteri :
1. ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut
dengan sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
a TEST ADS
ADS 0,05 CC murni dioplos dengan aquades 1 CC.
Diberikan 0,05 CC intracutan Tunggu 15
menit indurasi dengan garis tengah 1 cm (+)
b CARA PEMBERIAN
Test Positif BESREDKA
Test Negatif secara DRIP/IV
c Drip/IV
200 CC cairan D5% 0,225 salin. Ditambah ADS sesuai
kebutuhan. Diberikan selama 4 sampai 6 jam observasi
gejala cardinal.

6
2. Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3
hari bebas demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi
ditambahkan kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
3. Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis
yang sangat membahayakan, dengan memberikan predison
2mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu. Bila terjadi sumbatan jalan
nafas yang berat dipertimbangkan untuk tindakan trakeostomi. Bila
pada pasien difteri terjadi komplikasi paralisis atau paresis otot,
dapat diberikan strikin mg dan vitamin B1 100 mg tiap hari
selama 10 hari.

2.6.Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok terdapat kuman
Corynebakterium difteri (Buku kuliah ilmu kesehatan anak, 1999).
2. Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan
leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin.
Pada urin terdapat albuminuria ringan (Ngastiyah, 1997).
3. Pemeriksaan bakteriologismengambil bahan dari membrane atau bahnan di
bawah membrane, dibiak dalam Loffler, Tellurite dan media blood (
Rampengan, 1993 ).
4. Lekosit dapat meningkat atau normal, kadang terkadi anemia karena hemolisis
sel darah merah (Rampengan, 1993 )
5. Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis menunjukkan sedikit peningkatan
protein (Rampengan, 1993 ).
6. Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita, suatu
pemeriksaan swab untuk mengetahui apakah seseorang telah mengandung
antitoksin.

7
2.7.Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal
ataupun organ lainnya:
1. Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi
tidak terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7
minggu)
3. Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
4. Kerusakan ginjal (nefritis).

2.8.Pencegahan
1. Isolasi penderita
Penderita harus diisolasi dan baru dapat dipulangkan setelah
pemeriksaan kuman difteri dua kali berturut-turut negatif.
2. Pencegahan terhadap kontak
Terhadap anak yang kontak dengan difteri harus diisolasi selama 7
hari. Bila dalam pengamatan terdapat gejala-gejala maka penderita tersebut
harus diobati. Bila tidak ada gejala klinis, maka diberi imunisasi terhadap
difteri.
3. Imunisasi
Penurunan drastis morbiditas diftery sejak dilakukan pemberian
imunisasi. Imunisasi DPT diberikan pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Sedangkan
boster dilakukan pada usia 1 tahun dan 4 sampai 6 tahun. Di indonesia
imunisasi sesuai PPI dilakukan pada usaia 2, 3 dan 4 bulan dan boster
dilakukan pada usia 1 2 tahun dan menjelang 5 tahun. Setelah vaksinasi I
pada usia 2 bulan harus dilakukan vaksinasi ulang pada bulan berikutnya
karena imunisasi yang didapat dengan satu kali vaksinasi tidak mempunyai
kekebalan yang cukup proyektif. Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml tiap kali
pemberian.
4. Pencarian orang carier difteria dengan uji shick
Pencarian orang carier difteria dengan uji shick dan kemudian diobati.
Dengan tujuan untuk mengetahui apakah tubuh mengandung anti toksin
terhadap kuman difteri. Cara : Dengan menyuntikan IC 1/50 Minimal Lethal

8
Dose (MLD) sebanyak 0,02 ml, jika positif akan terlihat merah kecoklatan
selama 24 jam
5. Kegiatan penyuluhan sangatlah penting: beri penyuluhan kepada masyarakat
terutama kepada para orang tua tentang bahaya dari difteria dan perlunya
imunisasi aktif diberikan kepada bayi dan anak-anak.
6. Tindakan pemberantasan yang efektif adalah dengan melakukan imunisasi
aktif secara luas (massal) dengan Diphtheria Toxoid (DT). Imunisasi
dilakukan pada waktu bayi dengan vaksin yang mengandung diphtheria
toxoid, tetanus toxoid, antigen acellular pertussis: (DtaP, yang digunakan di
Amerika Serikat) atau vaksin yang mengandung whole cell pertusis (DTP).
Vaksin yang mengandung kombinasi diphtheria dan tetanus toxoid antigen
whole cell pertussis, dan tipe b haemophillus influenzae (DTP-Hib) saat ini
juga telah tersedia.
7. Jadwal imunisasi berikut ini adalah yang direkomendasikan di Amerika
Serikat (Negara lain mungkin menggunakan jadwal lain dan tidak memberikan
4 dosis sebagai imunisasi dasar).

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A Pengkajian
1. Biodata
a Umur
Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang
ditemukan pada bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa
diatas 15 tahun
b Suku bangsa
Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin
c Tempat tinggal
Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang
rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang.
2. Keluhan Utama
Sesak napas disertai dengan nyeri menelan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami sesak napas disertai dengan nyeri menelan demam
,lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring,
dan saluran nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
6. Pola Fungsi Kesehatann
a Pola nutrisi dan metabolisme
Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia
b Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan
demam
c Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu
istirahat dan tidur.

10
d Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses
karena jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh
anoreksia .
7. Pemeriksaan fisik
o B1 : Breating
Adanya pembengkakan kelenjer limfe (Bulls neck), timbul
peradangan pada laring/trakea, suara serak, stridor, sesak napas.
o B2 : Blood
Adanya degenerasi fatty infiltrate dan nekrosis pada jantung
menimbulkan miokarditis dengan tanda irama derap, bunyi jantung
melemah atau meredup, kadang-kadang ditemukan tanda-tanda payah
jantung
o B3 : Brain
Gangguan system motorik menyebabkan paralise.
o B4 : Bladder
Tidak ada kelainan.
o B5 : Bowel
Nyeri tenggorokan, sakit saat menelan, anoreksia, tampak
kurus, BB cenderung menurun, pucat.
o B6 : Bone
Bedrest.

B Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan
edema kelenjer limfe, laring dan trakea.
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil dan faring.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses masuknya kuman dalam tubuh.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

11
C Rencana Keperawatan

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 I Setelah dilakukan 1. Observasi tanda tanda 1. untuk mengetahui


tindakan keperawatan vital. keadaan umum pasien
tentang Oxygen 2. Berikan posisi yang terutama pada pernapasannya.
theraphy diharapkan nyaman /semi fowler. 2. Peninggian kepala
pola nafas pasien 3. Anjurkan pasien agar mempermudah fungsi
kembali normal. tidak terlalu banyak bergerak. pernapasan dengan
Kriteria hasil : 4. Kolaborasi dengan menggunakan gravitasiatau
o Frekuensi dokter dalam pemberian mempermudah pertukaran
pernafasan dalam batas O2lembab atau inhalasi, bila O2 dan CO2.
normal. perlu dilakukan trachcostomi. 3. Agar sesak tidak
o Tidak ada suara bertambah.
nafas tambahan. 4. Membantu kekentalan
secret sehingga mempermudah
pengeluarannya.

Setelah dilakukan 1. Kaji status nyeri (lokasi, 1. Memberikan data dasar


2 II tindakan keperawatan frekuensi, durasi, dan untuk menentukan dan
klien mengalami intensitas nyeri). mengevaluasi intervensi yang
pengurangan nyeri. 2. Berikan posisi yang diberikan.
Kriteria hasil : nyaman/ semi fowler. 2. Menurunkan stimulus
o Klien tampak rileks. 3. Ajarkan tekhnik terhadap renjatan nyeri.
o Nyeri berkurang/ relaksasi, seperti napas dalam, 3. Meningkatkan relaksasi
hilang. visualisasi, dan bimbingan yang dapat menurnkan rasa
imajinasi. nyeri klien.
4. Kolaborasi dengan 4. Sebagai profilaksis untuk
dokter dalam pemberian menghilangkan /mengurangi
analgesik. rasa nyeri dan spasme otot.

12
3 III Setelah dilakukan 1. Kaji suhu klien. 1. Untuk mengidentifikasi
tindakan keperawatan 2. Berikan kompres pola demam klien.
diharapakan suhu dengan air hangat pada daerah 2. Vasodilatasi pembuluh
tubuh klien diharapkan dahi, axila, lipatan paha. darah akan melepaskan panas
normal. 3. Anjurkan minum yang tubuh.
Kriteria hasil : banyak seseuai toleransi klien. 3. Peningkatan suhu tubuh
o Suhu tubuh normal 4. Kolaborasi dengan meningkat sehingga perlu
(36,50C-37,50C. dokter dalam pemberian diimbangi dengan asupan
o Akral hangat. terapi ( antipieretik) . cairan yang banyak.
4. Obat antipiretik
membantu klien menurunkan
suhu tubuh.

4 IV Setelah dilakukan 1. Kaji pola makan klien. 1. Menganalisis penyebab


tindakan keperawatn 2. Anjurkan kebersihan ketidakadekuatan nutrisi.
diharapkan kebutuhan oral sebelum makan. 2. Mulut yang bersih dapat
nutrisi klien terpenuhi. 3. Anjurkan makan dalam meningkatkan/ merangsang
Kriteria hasil: porsi kecil disertai dengan nafsu makan klien.
o Nafsu makan klien makanan lunak/lembek. 3. Makanan dalam porsi
membaik. 4. Berikan makan sesuai kecil mudah dikonsumsi oleh
o Porsi makanan yang dengan selera. klien dan mencegah terjadinya
dihidangkan habis. 5. Kolaborasi dengan anoreksia.
o Klien tidak dokter dalam pemberian obat 4. Meningkatkan intake
mengalami mual, antiemetic. makanan.
muntah. 5. Menghilangkan mual,
muntah dan meningkatkan
nafsu makan.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun
corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri ini
biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan faring. Tetapi
tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf
dan juga jantung.

4.2 Saran
Karena difteri adalah penyebab kematian pada anak-anak, maka disarankan
untuk anak-anak wajib diberikan imunisasi yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib
pada anak, tetapi kekebalan yang diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi.
Sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun
sekali, dan harus dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan
dilkaukan uji schick
Selain itu juga kita dapat menyarankan untuk mengurangi minum es karena
minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan dapat mengiritasi tenggorokan
dan menyebabkan tenggorokan tersa sakit. Juga menjaga kebersihan badan, pakaian,
dan lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan
tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang dikonsumsi harus bersih yaitu makan
makanan 4 sehat 5 sempurna.

14

You might also like