You are on page 1of 14

BAB II

ISI

I. Pengertian penyakit cacingan


Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan
biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus
meluap, dan larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin
bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke
dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang biasa
menyerbu tubuh manusia adalah cacing tambang, cacing gelang, dan cacing
kremi.

II. Perjalanan hidup cacing


Sebelum membahas perjalanan cacing di tubuh manusia, akan dijelaskan
bentuk dari cacing caicng yang sering masuk ke tubuh manusia. Cacing
gelang berukuran 20 hingga 40 centimeter, cacing betina mampu bertelur
200.000 butir sehari. Organ tubuh yang diserang adalah otak, hati, dan usus
buntu. Cacing cambuk berukuran 4-5 centimeter, mampu bertelur 5.000 butir
sehari dan senang menghisap darah. Oleh karena itu penderita yang terinfeksi
cacing ini akan kehilangan darah 0.005 centimeter cubik (cc) per hari. Cacing
tambang berukuran 1 centimeter, mampu bertelur 10.000 sehari. Cacing ini pun
dapat menghisap darah.
1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Manusia merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing ini. Cacing
jantan berukuran 10 30 cm, sedangkan betina 22 35 cm, pada stadium
dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000
200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak
dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi
bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila
tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut
menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan
dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus
dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus,
kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva
menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan
masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing
dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan
sampai menjadi cacing dewasa
2. Cacing Tambang
Cacing tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di
rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina
menghasilkan 9.000 10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai
panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk
seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup
cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja,
setelah 1 1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva
rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform
yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 78 minggu di tanah.
Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru.
Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan
laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan
menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau
ikut tertelan bersama makanan.
3. Cacing Cambuk
Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm
dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan
bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina
diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 5.000 butir. Telur yang
dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva
dan infektif) dalam waktu 3 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh.
Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia
(hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus
sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon
asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing
dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 90 hari.

III. Penyebab terjadinya dan penularan penyakit cacingan


a. Kebersihan lingkungan
Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk keperluan
buang air besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai,
maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel.
Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus,
baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses. Jika
limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan
terkontaminasi telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia
tetap saja bisa menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.
b. Kebiasaan yang buruk
Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia.
Lewat interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan
lain. Mereka akan masuk ke dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan.
Jika orang-orang selalu menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur,
bisa jadi ia terserang cacing kremi. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di
jari dan kukunya. Sebagian lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan
pakaiannya. Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal
serumah dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi.
c. Makanan yang tercemar oleh larva cacing.
Jika air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau aspal jalan,
telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada
butiran debu. Saking kecilnya telur-telur itu tak akan pecah, meskipun dilindas
ban mobil atau sepeda motor. Bersama debu, telur itu tertiup angin, lalu
mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di pinggir-pinggir jalan.
Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak yang
biasa jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran
mentah yang dicuci kurang bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom
tanpa dibilas dengan air mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya.
Prosesnya kotoran yang mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur
cacing menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama makanan.
Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan, juga bisa
masuk melalui mulut.
d. Tanah yang mengandung larva cacing
Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori-pori tubuh.
Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke
tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak
telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui
pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal.

IV. Gejala penyakit cacingan


a. Gejala Umum
Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan cepat lelah,
muka pucat, serta mata belekan. sakit perut, diare berulang dan kembung, kolik
yang tidak jelas dan berulang,
b. Gejala Khusus
1. Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi
diare, akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat,
penderita mengalami kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak,
akan menggumpal dan berbentuk seperti bola, sehingga menyebabkan
terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.
2. Cacing Cambuk
Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing, misalnya di
membrane usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi
bila sudah parah dapat mengakibatkan diare berkepanjangan. Jika dibiarkan
akan mengakibatkan pendarahan usus dan anemia. Peradangan bisa
menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang menyebabkan mual, muntah,
dan perut kembung.
3. Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh
melalui kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap
darah si penderita. Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia
berat.
4. Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus
besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing
ini bisa menimbulkan gatal-gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil
nampak rewel akibat gatal-gatal yang tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya
dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi media
penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.

V. Pencegahan penyakit cacingan


Menjaga Kebersihan Perorangan
1. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan
menggunakan air dan sabun.
2. Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim
larva cacing.
3. Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu
pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
4. Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke
dalam air mendidih.
5. Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka.
6. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi
7. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan.
8. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari.
9. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.
10.Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari
makanan tersebut.
Menjaga Kebersihan Lingkungan
Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.
tidak menyiram jalanan dengan air got
Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

VI. Akibat penyakit cacingan


Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata,
tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat
bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan infeksi pada usus dan dapat
berakhir pada kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi
penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan
terjadinya infeksi penyakit lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Dampaknya dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak, komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), kerusakan tubuh secara signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma
sosial, serta produktivitas ekonomi dan pendapatan rumah tangga yang
menurun. Bisa juga terjadi erratic, yakni, cacing keluar keluar lewat hidung
atau mulut.
Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit
karena tidak punya daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan
prestasi belajar turun. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ
loss (penurunan kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak bisa jadi
batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.

VII. Pengobatan penyakit cacingan


Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai
sekitar usia 15 tahun, anak diberi obat cacing. Jangka waktu enam bulan ini
untuk memotong siklus kehidupan cacing.

BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Cacingan merupakan suatu penyakit yang tidak boleh dianggap remeh. Cacingan
dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, dan kecerdasan
penderitanya sehingga dipandang sangat merugikan, karena menyebabkan
kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah.
Sehingga dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Cacingan dapat
dikategorikan sebagai salah satu masalah kesehatan yang cukup
mengkhawatirkan dan memerlukan penanganan yang serius.

II. Saran
a) Biasakan anak untuk membersihkan tangan dengan sabun, sebelum makan,
seusai makan, atau setelah bermain, khususnya di luar rumah.
b) Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim
larva cacingan.
c) Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya.
d) Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
e) Jaga kebersihan sanitasi lingkungan, misalnya dengan rajin membersihkan
kakus atau septictank.

MASALAH KECACINGAN

A. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak

Waspadai dan kenali penyakit cacing pada anak. Penyakit yang sering terjadi ini sangat
menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga sangat penting untuk mengenali dan mencegah
penyakit cacing pada anak sejak dini. Gagguan yan ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa
gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam jiwa. Secara umum gangguan
nutrisi atau anmeia dapat terjadi pada penderita. Hal ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.

Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur terbanyak
adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di antaranya
menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor. Data tersebut
diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006.

Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan


prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar 220 juta penduduk Indonesia
cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta liter darah per
tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun perkotaan. Karena itu,
cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.

Sifat-sifat umum cacing :

Bentuk, ada 2 macam :

a. Pajang serta bulat, seperti silinder misalnya yang disebut cacing kalung.

b. Panjang tapi pipih, misalnya cacing pita.

Ukurannya:

a. Ada yang amat panjang misalnya cacing pita 12-18m

b. Ada yang kecil kira-kira 1mm, hingga untuk dapat melihat dengan jelas harus menggunakan
mikroskop

Patogenesis:

Cara memimbulkan penyakit pada manusia dan hewan dengan berbagai macam
kemungkinan. Pada umumnya peranan cacing yang telah dewasa pada tubuh manusia dengan
jalan:

a. Mengisap darah manusia

b. Mengisap darah dan mengeluarkan bisa atau racun

c. Didalam tubuh (usus) menghisap zat-zat makanan manusia hingga kekurangan zat makanan.

d. Karena cacing di dalam usus dapat berkembang biak dengan banyak maka dapat
menimbulkan sumbatan pada saluran pencernaan.

e. Ada cacing berbentuk larva bersarang di dalam pembuluh limfa dan pembuluh darah
sehingga peredaran darah dan limfe terganggu, akibatnya badan atau organ menjadi bengkak.

Perkembangan Cacing

Cacing dapat berkembang melalui perkawinan antara cacing betina dan cacing jantan.
Kemudian cacing betina bertelur. Seekor cacing betina dapat bertelur seharinya sebanyak 200
butir. Bentuk telur cacing itu ada yang bulat dan ada pula yang bulat lonjong ukurannya
berkisar antara 20 dan 100 mikron. Maka untuk dapat melihat dengan nyata kita harus
pergunakan mikroskop.

Faktor resiko terkena penyakit cacingan

Setiap orang dari semua usia bisa terkena penyakit cacing, akan tetapi faktor resiko
terbesar terserang penyakit cacingan adalah para balita dan anak-anak. Karena mereka sering
tidak menjaga kebersihan dengan baik, maka dari itu orang tua harus ikut menjaga dan selalu
memperhatikan kebersihan misalnya saja, kuku yang tidak dipotong pendek dan dibiarkan
dalam keadaan kotor, tidak mencuci tangan dengan sabun setelah bermain di tanah,
membiasakan menggigit jari-jari kuku dsb. Cacingan tidak mengenal usia, orang dewasapun
dapat terserang penyakit cacing kremi yang sering disebabkan karena pemakaian handuk
secara bersamaan, mengonsumsi makanan setengah matang, tidak menjaga kebersihan badan
dan lingkungan dsb.

B. Cara Penularan

Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu.

Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang
dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia.
Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain.

SIKLUS :
Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni
dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk
membangun otak.

Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2
milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan
darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000
telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup
memproduksi 600.000 telur.

C. Manifestasi Klinik dari Cacingan

Pada kasus infeksi cacing ringan, tanpa gejala atau kadang tidak menimbulkan gejala nyata.
Gejala yang harus dikenali adalah lesu, tak bergairah, suka mengantuk, badan kurus meski
porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur karena bisa jadi itu
pertanda cacing kremi sedang beraksi. Gangguan ini menyebabkan, kurang zat gizi, kurang
darah atau anemia. Berkurangnya zat gizi maupun darah, keduanya berdampak pada tingkat
kecerdasan, selain berujung anemia. Anemia akan menurunkan prestasi belajar dan
produktivitas. Menurut penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat
kecerdasannya bisa menurun. Anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di
bawah lima tahun (balita).

Tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada cacing dapat
bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan ileus
obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian.

Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit
lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini kecil sekali
perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang menyedot anggaran
cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan sikap masyarakat sendiri
juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

D. Beberapa Jenis Cacing

Beberapa jenis cacing sangat potensial untuk menimbulkan infeksi pada anak-anak. Dan
untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi infeksi berikutnya yang
sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang menyebabkan infeksi akibat parasit
cacing sukar diatasi secara tuntas. Penderita yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat,
merupakan sumber penularan bagi orang-orang dekat di sekitarnya
Cacing gelang ( Ascaris lumbricoidus )
Cacing betinanya yang panjangnya kira-kira 20-30 cm ini mampu bertelur 200.000
telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi larva yang bersifat
infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak sengaja mencemari
makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus halus,
sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita dan menimbulkan
kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare dan gangguan penyerapan
sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang berat, larva dapat masuk ke paru
sehingga membutuhkan tindakan operatif.

Cacing cambuk (Trichuris trichiura)


Cacing ini juga menghisap sari makanan yang kita makan. Dia menghisap darah dan
hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa bertelur 5 ribu-10 ribu butir per hari.
Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus besar. Infeksinya sering menimbulkan
perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam permukaan usus penderita. Pada
infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare saja. Tetapi pada infeksi yang berat, hampir
pada sebagian besar permukaan usus besar dapat ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare
yang terjadi juga relatif berat dan dapat berlangsung terus menerus. Karena juga dapat
menyebabkan perlukaan usus, maka anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan akibat
yang tidak begitu saja dapat dianggap ringan. Inilah sebetulnya akibat-akibat infeksi cacing
yang tidak pernah kita perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu berlangsung
terus tanpa kita sadari. Infeksi cacing biasanya menimbulkan anemia.

Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)


Inilah cacing yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya bisa
bertelur 15 ribu-20 ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing tambang
sanggup menembus kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus.
Cacing dewasa bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini menimbulkan perlukaan pada
permu-kaan usus, sehingga perdarahan dapat terjadi secara lebih berat dibanding dengan
infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang lebih berat ini disebabkan karena mulut (stoma)
cacing mengerat permukaan usus. Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 0,0050,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing
tambang merupakan penyebab anemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak,
sehingga dapat mempengaruhi daya tubuhnya dan menurunkan prestasi belajar.
Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva. Larva ini
menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing gelang menyebabkan
gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena nutrisinya direbut cacing. Cacing
betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per hari. Cacing dewasa dapat bertahan hidup
6-12 bulan.
Frekuensi penyebaran: terdapat di daerah katulistiwa, daerah pertambangan dan
perkebunan, prevalensi lebih dari 70%.

Cacing kremi ( Oxyuris vermicularis )

Cacing ini hidup di bagian akhir dari usus halus, di dekat usus besar. Cacing ini kecil
sekali, yang betina panjangnya 8-10mm, yang jantan 5mm dengan ekor bengkok. Telurnya
banyak, sampai 10.000. Bentuk telur panjang, sedikit cekung. Besarnya 20-45 mikron.
Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya, cacing ini akan
bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan pindah ke anus untuk
bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa gatal. Bila balita menggaruk anus yang gatal,
telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di
jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat kontak langsung,
telur cacing menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.

E. Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak

Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan terapi
merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran infeksinya.
Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga
kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari
usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup
sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang
sangat peka untuk menanamkan dan memperkenalkan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.

Beberapa Tips Pencegahan :


Cucilah tangan sebelum makan.

Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci
tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua meneladani.
Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke mulut sebagai
jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.
Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun
beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun
Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang menembus
kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening.
Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu
lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Setelah larva cacing sampai
ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia.
Oleh sebab itu Anda akan mengalami anemia.
Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara kuku
Anda kemudian masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran baiknya
dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak warga yang
memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka kotoran-kotoran dapat
mencemari lingkungannya. Jika lingkungan sudah tercemar, penularan sering terjadi pada
semua orang. Orang yang sudah menjaga diri sebersih apapun terkadang masih dapat
terjangkit parasit cacing ini.
Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air yang
digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, memungkinkan telur cacing bertahan pada
kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa oleh angin sehingga dapat
memungkinkan menempel pada makanan yang kita konsumsi.
Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir. Agar
kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di samping itu nilai gizi sayuran tidak
hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir.
Berhati-hati terhadap makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang harus
diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan sesegar
mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan manfaatnya.
Buanglah kotoran hewan peliharaan seperti kucing atau anjing pada tempat pembuangan
khusus.
Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang
risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain pasir,
pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering berhubungan dengan
tanah.

F. Penanggulangan

Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan yang
dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-lain)
merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang disebabkan
parasit cacing.
Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan
albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat
mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah
Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat keberhasilan
yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi secara maksimal,
tuntas dan paripur

You might also like