Professional Documents
Culture Documents
Enzim Jantung
Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostik yang meliputi
riwayat, gejala, dan elektrokardiogram untuk mendiagnosis infark miokardium
Enzim dilepaskan dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah
Kebanyakan enzim tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak
Enzim CK-MB tidak terlalu spesifik untuk otot jantung
Troponin T (cTnT) dan troponin I (cTnI) merupakan indikator yang sensitif dan spesifik untuk
infark miokardium (MI)
Dapat juga digunakan untuk stratifikasi risiko penderita ACS (Acute coronary syndrome)
Parameter biokimiawi berperan sebagai :
Penunjang diagnosis MI
Infarct sizing
Stratifikasi risiko
Pemantauan reperfusi
Continum ACS dari koyaknya plak
Adanya inflamasi maupun iskemia
Manifestasi klinis berupa angina dan infark miokardium
Laktat Dehidrogenase
Laktat dehidrogenase (LDH) dan isoenzimnya terdapat lima macam (LD1 LD5)
Masing-masing mempunyai berat molekul sekitar 134.000 kDa yang mengandung kombinasi
sub-unit H dan M
Jantung mengandung lebih banyak LD1, sedangkan hati dan otot mengandung LD5
Pemeriksaan LD isoenzim dilakukan dengan cara elektroforesis
Pada infark miokardium akut, kadar LD1 melebihi kadar LD2, sedangkan dalam keadaan
normal kadar LD1 lebih rendah dibandingkan LD2
Metode lain untuk pemeriksaan LD1 digunakan inhibisi imuno dan kimiawi dengan
menggunakan antibodi terhadap sub unit M
Belakangan ini pemeriksaan LD isoenzim sudah jarang digunakan
Kreatinin Kinase
Kreatinin kinase (CK) dan isoenzimnya (CKMB) adalah enzim yang berguna untuk
mendiagnosis infark jantung akut dan merupakan enzim pertama yang meningkat
Nilai Rujukan Kreatinin Kinase
DEWASA
- Pria : 5 35 g/ml, 30 180 IU/l, 55 170 U/l pada suhu 37oC (satuan SI)
- Wanita : 5 25 g/ml, 25 150 IU/l, 30 135 U/l pada suhu 37oC (satuan SI)
ANAK
- Neonatus : 65 580 IU/l pada suhu 30oC,
- Anak laki-laki : 0 70 IU/l pada suhu 30oC,
- Anak perempuan : 0 50 IU/l pada suhu 30oC
Troponin T & I (cTnT & CTnI)
Troponin adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung dan otot rangka.
Bersama dengan tropomiosin, troponin mengatur kontraksi otot.
Kontraksi otot terjadi karena pergerakan molekul miosin di sepanjang filamen aktin intrasel.
Troponin terdiri dari tiga polipeptida :
Troponin adalah tes yang lebih spesifik untuk serangan jantung daripada tes lainnya (yang
mungkin menjadi positif pada cedera otot rangka) dan tetap tinggi untuk jangka waktu
beberapa hari setelah serangan jantung.
Troponin C (TnC) dengan berat molekul 18.000 dalton, berfungsi mengikat dan mendeteksi
ion kalsium yang mengatur kontraksi.
Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen inhibitorik yang
berfungsi mengikat aktin.
Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat tropomiosin.
Dari tiga polipeptida tersebut, hanya bentuk troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT) yang
ditemukan di dalam sel-sel miokardium, tidak pada jenis otot lain.
C-Reactive Protein
C-reactive protein merupakan anggota dari protein pentraxin
Istilah CRP dikenalkan oleh Tillet dan Francil pada tahun 1930, karena senyawa ini dapat
bereaksi dengan polisakarida C somatik dari Streptococcus pneumonia.
Kadarnya akan meningkat 100x dalam 24 48 jam setelah terjadi luka jaringan
Sebelas tahun kemudian, Mac Leod don Avery mengenalkan istilah fase akut pada serum
penderita infeksi akut untuk menunjukkan sifat CRP.
Kushner dan Feldman menemukannya dalam hepatosit
24 38 jam setelah sel dirangsang oleh senyawa inflamasi.
CRP disintesis dan disekresi oleh hati sebagai respons terhadap sitokin, terutama IL-6. Sitokin
dihasilkan terutama oleh monosit/makrofag juga oleh leukosit lain atau sel endotel.
Secara historis, CRP dapat membentuk ikatan dengan polisakarida C dari dinding sel
Pneumococcus
Adanya ion Ca dibutuhkan agar terjadi ikatan
Setiap sub-unit CRP dapat mengikat 2 ion Ca yang menginduksi perubahan konformasi
alosterik CRP; sehingga terbentuklah ikatan dengan C-polisakarida
Saat CRP membentuk agregat pada fase solid dalam jumlah yang cukup
CRP bergabung ke dalam LDL dan sebagian kecil ke dalam VLDL 19
Peningkatan kadar CRP yang menetap terjadi pada inflamasi kronis, meliputi penyakit
autoimun dan malignansi
Nilai Rujukan CRP
Jika konsentrasi hsCRP < 1,0 mg/L, maka risiko terkena PJK rendah
Jika konsentrasi hsCRP 1,0- 3,0 mg/L, maka risiko terkena PJK rata-rata (moderate)
Jika konsentrasi hsCRP > 3,0 mg/L (tetapi < 10 mg/L), maka risiko terkena PJK tinggi
Analisis Gas Darah
Gangguan asam basa paling mudah dinyatakan menurut teknik astrup
Karena dengan sedikit darah dapat diketahui pH secara cepat dan tepat
Dengan menggunakan normogram dari Sigaard Anderson, dapat diketahui secara tidak
langsung base excess dan bikarbonat
pH darah diukur secara langsung menggunakan pH meter
Keadaan disebut asidosis bila pH di cairan ekstraseluler kurang dari 7,35 dan disebut alkalosis
bila pH lebih dari 7,45
Aortografi
Aortogram adalah angiografi yang menggambarkan lumen aorga dan arteri utama yang
muncul darinya
Kateter radiopak dimasukkan ke arteri brakial kanan/kiri atau arteri femoralis kemudian di
dorong ke aorta asendens dan diarahkan ke arteri koronaria yang dituju dengan bantuan
fluoroskopi
Kateterisasi Jantung Kanan
Kateterisasi jantung kanan dilakukan dengan memasukkan kateter radiopak vena antekubital
atau femoral ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan pembuluh darah paru
Cara ini dilakukan dibawah pemantauan fluoroskopi
Tekanan dalam atrium kanan diukur dan dicatat, kemudian sampel darah diambil untuk
pengukuran hematokrit dan saturasi oksigen
Kateter kemudian didorong melalui katup triskupidalis
Selanjutnya uji yang sama dilakukan pada darah di ventrikel kanan
Akhirnya kateter dimasukkan lebih dalam lagi ke arteri paru (melalui katup paru) sampai
sampel kapiler dapat diambil kemudian tekanan kapiler (juga dikenal sebagai tekanan bagi)
diukur selanjutnya kateter ditarik
Kateterisasi Jantung Kiri
Kateterisasi jantung kiri biasanya dilakukan dengan teknik kateterisasi retrograd jantung kiri
atau kateterisasi transeptal atrium kiri
Pada teknik retrograd, kateter dimasukkan ke arteri brakhialis kanan (arteriotomi) kemudian
didorong dibawah kontrol fluoroskopi ke aorta asendens dan ke ventrikel kiri, atau kateter
dapat dimasukkan secara perkutan melalui tusukan arteri femoralis
Pada pendekatan transeptal, kateter dimasukkan melalui vena femoralis (secara perkutan atau
melalui diseksi vena safena magna) ke atrium kanan
Sebuah jarum panjang dimasukkan melalui kateter tadi dan digunakan untuk menusuk septum
yang memisahkan atrium kanan dan kiri
Jarum kemudian ditarik dan kateter didorong dengan bantuan fluoroskop ke ventrikel kiri
Pada kedua teknik tersebut, kondisi klien dipantau dengan elektrokardiogram
Kateterisasi jantung kiri paling sering dilakukan untuk mengevaluasi fungsi otot ventrikel kiri
dan katup mitral, aorta, atau kepatenan arteria koronaria
Setelah kateterisasi, kateter dicabut secara perlahan
Pada pendekatan brakial, tempat diseksi ditutup dan dibalut
Pada tempat penusukan femoral, lakukan tekanan manual sampai perdarahan berhenti
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan radionuklida sangat berguna untuk mendeteksi infark miokardium, penurunan
aliran darah miokardium, dan untuk mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
Radioisotop diinjeksikan secara intravena dan dilakukan pemindaian dengan menggunakan
kamera gama
Satu atau dua menit sebelum latihan berakhir, satu dosis talium-201 diinjeksikan ke infus
intravena agar terdistribusi ke jantung
Gambar segera diambil dan diulang dua sampai empat jam
Meskipun kebanyakan pencitraan talium bersifat gambaran satu dimensi, namun telah ada
metode baru dengan tomografi emisi foton tunggal (SPECT = single photon emission
tomography) yang mampu memberikan gambaran tiga dimensi
Dengan SPECT, kamera bergerak mengitari klien memutar 180-360 derajat, sehingga
identifikasi daerah yang mengalami penurunan perfusi miokardium dapat dikenali lebih tepat
Prosedur non-invasif yang digunakan di masa lalu terutama untuk mempelajari disfungsi
neurologis
PET (Positron Emission Tomography)
PET digunakan untuk mendiagnosis disfungsi jantung
Untuk klien jantung, termasuk yang tidak bergejala, PET memberikan informasi yang lebih
spesifik mengenai perfusi miokardium dan viabilitasnya dibanding TEE atau pemindaian
talium
TEE sangat membantu untuk merencanakan jalannya perawatan, misalnya dalam menentukan
perlunya pembedahan tandur pintasan koroner (CABG) atau angioplasti
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kepatenan pembuluh asli atau hasil tandur dari
sirkulasi kolateral
Klien yang menjalani pemindaian PET diberikan injeksi radioisotop
Kamera PET memberikan gambaran tiga dimensi yang sangat rinci mengenai penyebaran
senyawa tersebut
Viabilitas miokardium ditentukan dengan membandingkan besarnya metabolisme glukosa
dalam miokardium dengan besarnya aliran darah
Misalnya, jaringan iskemik namun masih aktif akan memperlihatkan penurunan aliran darah
dan peningkatan metabolisme
Untuk klien ini, maka revaskularisasi dengan pembedahan atau angioplasi akan meningkatkan
fungsi jantung
Pembatasan masukan makanan sebelum tes dilakukan berbeda-beda menurut institusi yang
menjalankannya,
Namun karena PET mengevaluasi metabolisme glukosa, maka kadar glukosa darah klien
harus dalam batas normal
Klien harus menghentikan kopi dan tembakau empat jam sebelum dilakukan tes
Klien diyakinkan bahwa pajanan radiasi yang dikenakan sangat aman dan masih dalam batas
yang dapat diperiksa, seperti pada pemeriksaan dengan talium
Meskipun peralatan PET masih sangat mahal bagi kebanyakan institusi, namun semakin
banyak yang menggunakan.