Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
dr. Ifanemagasaro Mendrofa
Topik :
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI
TERHADAP TEKANAN DARAH TINGGI DI PUSKESMAS CEBONGAN
Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan
pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif)
seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak
terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit diatas digolongkan kedalam penyakit
tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan
ekonomi bangsa 1,2,3.
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah
tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh
tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali,
hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,
bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011)
menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi
mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di
tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan
639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia.1
Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap
tahun, dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara.
Diperkirakan 1 dan 3 orang dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut
data Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari
sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua
setelah stroke. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70%
penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan
hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan
sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%. 1,2
Menurut Hamid (2011), dalam Seminar The S Scientific Meeting on
Hypertension 2011, tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen
3
dari total penduduk dewasa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013,
prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur 18
tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar
(63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Data secara nasional
yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak
terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi
penyakitnya.1,2,3
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas Cebongan
selama tahun 2017, kasus hipertensi sebanyak 2243 kasus, dan hipertensi
menduduki peringkat 2 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Cebongan pada
tahun 2017 (sampai bulan September 2017).4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan dan
Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol
di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Responden yang diambil pada mini project ini dari prolanis Puskesmas
Cebongan. Sehingga sebagian responden adalah berusia lanjut.
B. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku penderita hipertensi
mengenai tekanan darah tinggi di Puskesmas Cebongan?
C. TUJUAN
Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui jumlah penderita hipertensi yang datang berobat di
Puskesmas Amplas.
2. Untuk mengetahui dari mana sumber informasi penderita hipertensi di
Puskesmas Amplas tentang tekanan darah tinggi.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita hipertensi di Puskesmas
Amplas tentang tekanan darah tinggi.
4. Untuk mengetahui sikap penderita hipertensi di Puskesmas Amplas tentang
tekanan darah tinggi.
5. Untuk mengetahui perilaku penderita hipertensi di Puskesmas Amplas
tentang tekanan darah tinggi.
6. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan penderita hipertensi dalam
mengonsumsi obat darah tinggi.
D. MANFAAT
a. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan bentuk dari pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh
selama menjalankan internsip di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga dan
mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku penderita hipertensi
mengenai tekanan darah tinggi
b. Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai salah satu media pembelajaran, sumber informasi, wacana
kepustakaan terkait tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku penderita
hipertensi mengenai tekanan darah tinggi
c. Manfaat Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku penderita hipertensi mengenai tekanan darah tinggi. Penelitian ini
juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penyusunan program
penyuluhan atau promosi kesehatan terkait hipertensi.
d. Manfaat Bagi Masyarakat
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
wawasan mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku penderita
hipertensi mengenai tekanan darah tinggi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo,2007). Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara
terencana, yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku (Budiharto,2010).
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
Apabila materi atau objek yang ditangkap pancaindera adalah tentang gigi,
penyakit mulut, serta kesehatan gigi dan mulut, maka pengetahuan yang diperoleh
adalah mengenai gigi, penyakit mulut, serta kesehatan gigi dan mulut
(Budiharto,2010).
7
2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan
bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,2007). Ciri
sikap yang terutama adalah memiliki arah, dan dengan arah ini sikap dapat bersifat
positif dan negatif. Sikap positif mendekatkan diri seseorang terhadap objek,
sedangkan sikap negatif menjauhkan dari objek (Budiharto,2010).
1. Menerima (Receiving)
2. Merespon (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
8
2.3. Perilaku
a. Perilaku sehat yang dimaksud yaitu perilaku seseorang yang sehat dan
meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-
perilaku dalam mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab
penyakit atau masalah dan penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh
perilaku sehat antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga
secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.
b. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena
masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan
kesehatan. Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil
seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan
melalui sarana pelayanan kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit.
9
Menurut Rogers, apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan langgeng (long
lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2007).
2.4. Hipertensi
10
Committee 7 (JNC-7), tekanan darah yang normal seharusnya berkisar di bawah
120 mmHg sistolik dan di bawah 80 mmHg diastolik. Tekanan darah sistolik di
antara 120 dan 139 mmHg dan tekanan darah diastolik di antara 80 dan 89 mmHg
dianggap pre-hipertensi.
Tabel 2.1. Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan JNC-VII 2003
11
2.4.2. Penyebab Hipertensi
Selain itu terdapat pula jenis hipertensi lainnya yang disebut dengan
hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya, meliputi
kurang lebih 5% dari total enderita hipertensi. Timbulnya penyakit hipertensi
sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi atau kebiasaan seseorang (
Astawan, 2010). Gangguan ginjal yang dapat menimbulkan hipertensi yaitu,
glomerulonefritis akut, penyakit ginjal kronis, penyakit polikistik, stenosis arteria
renalis, vaskulitis ginjal, dan tumor penghasil renin. Gangguan pada sistem
endokrin juga dapat menyebabkan hipertensi, dintaranya seperti hiperfungsi
adrenokorteks (sindrom Cushing, aldosteronisme primer, hiperplasia adrenal
kongenital, ingesti licorice), hormon eksogen (glukokortikoid, estrogen, makanan
yang mengandung tiramin dan simpatomimetik, inhibitor monoamin oksidase),
feokromositoma, akromegali, hipotiroidisme, dan akibat kehamilan. Gangguan
pada sistem kardiovaskular seperti koarktasio aorta, poliarteritis nodosa,
peningkatan volume intravaskular, peningkatan curah jantung, dan rigiditas aorta
juga dapat menyebabkan hipertensi, begitu pula dengan gangguan neurologik
seperti psikogenik, peningkatan intrakranium, apnea tidur, dan stres akut (Cohen,
2008).
12
asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis, sistem saraf simpatis (tonus
simpatis dan variasi diurnal), keseimbangan modulator vasodilatasi dan
vasokontriksi, serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem
renin, angiotensin dan aldosteron. Pasien prehipertensi beresiko mengalami
peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya
berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki
dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular daripada
yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun,
tekanan darah sistolik >140 mmHg yang merupakan faktor risiko yang lebih
penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik.
Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,
meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko penyakit
kardiovaskular ini bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko
lainnya, serta individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami
hipertensi (Yogiantoro, 2006).
Diabetes mellitus
Mikroalbuminemia atau GFR < 60
ml/min
Sumber : Yogiantoro, 2006.
13
2.4.4. Mekanisme Hipertensi
14
banyak natrium untuk mengimbangi asupan dan mencegah retensi cairan. Oleh
karena itu, ekskresi natrium akan berubah, tetapi tetap steady state (penyetelan
ulang natriuresis tekanan). Namun, hal ini menyebabkan peningkatan stabil
tekanan darah. Hipotesis alternatif menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif
(faktor yang memicu perubahan struktural langsung di dinding pembuluh sehingga
resistensi perifer meningkat) merupakan penyebab primer hipertensi. Selain itu,
pengaruh vasikonstriktif yang kronis atau berulang dapat menyebabkan penebalan
struktural pembuluh resistensi. Faktor lingkungan mungkin memodifikasi ekspresi
gen pada peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktifitas fisik
berkurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor
eksogen dalam hipertensi (Kumar, et al, 2007).
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi yaitu sakit
kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar serasa ingin
jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat, dan telinga berdengung (Kaplan,
1991).
15
2.4.6. Komplikasi Hipertensi
16
1. Riwayat penyakit
b. Pola hidup
2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah minimal 2 kali selang dua menit
b. Periksa tekanan darah lengan kontra lateral
c. Tinggi badan dan berat badan
d. Pemeriksaan funduskopi
e. Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstemitas
f. Refleks saraf
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalisa
b. Darah : platelet, fibrinogen
c. Biokimia : potassium, sodium, creatinin, GDS, lipid profil, asam urat
4. Pemeriksaan tambahan
a. Foto rontgen dada
b. EKG 12 lead
c. Mikroalbuminuria
d. Ekokardiografi
17
untuk diastolik. Menurut JNC 7, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg atau
kurang. Prehipertensi bila tekanan darah 120/80 samapi 139/89 mmHg. Hipertensi
stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140 sampai 159 mmHg atau tekanan darah
diastolik 90 sampai 99 mmHg. Serta hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik
160 mmHg atau tekanan darah diastolik 100 mmHg (Cohen, 2008).
18
Gambar 2.1. (Sumber : National Institutes of Health, 2003)
19
Pelaksanaan gaya hidup yang positif mempengaruhi tekanan darah memiliki
implikasi baik untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi. Promosi kesehatan
modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu dengan pra-hipertensi dan
sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu hipertensi. Intervensi ini untuk
risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Meskipun dampak intervensi gaya
hidup pada tekanan darah akan lebih terlihat pada orang dengan hipertensi, dalam
percobaan jangka pendek, penurunan berat badan dan pengurangan NaCl diet juga
telah ditunjukkan untuk mencegah perkembangan hipertensi. Pada penderita
hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan tekanan
darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang
dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang
efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi
asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan
pola diet yang sehat secara keseluruhan (Kotchen, 2008).
Tabel 2.3. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
20
Modifikasi Rekomendasi Penurunan
potensial TD
sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium tidak lebih 2-8 mmHg
dari 2400 mg/hari atau 100 meq/hari
Penurunan Berat Menjaga berat badan normal; BMI = 5-20 mmHg per 10
Badan 18,5-24,9 kg/ kg penururnan berat
badan
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara teratur, 4-9 mmHg
bertujuan untuk melakukan aerobik 30
menit
Latihan sehari-hari dalam seminggu.
Disarankan pasien berjalan-jalan 1 mil
per hari di atas tingkat aktivitas saat
ini
Diet DASH Diet yang kaya akan buah-buahan, 4-14 mmHg
sayuran, dan mengurangi jumlah
lemak jenuh dan total
Membatasi Pria 2 minum per hari, wanita 1 2-4 mmHg
konsumsi alkohol minum per hari
21
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah
memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi
tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi
dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah
belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat
tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Tatalaksana,
indikasi dan kontraindikasi pemberian obat antihipertensi dapat dilihat pada tabel
2.4. dan 2.5.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah:
a. CCB dan BB
d. AB dan BB
22
Kelas Obat Indikasi Kontraindikasi
Mutlak Tidak Mutlak
Diuretika Gagal jantung kongestif, Gout Kehamilan
(Thiazide) usia lanjut, isolated systolic
hypertension, ras Afrika
Diuretika Insufisiensi ginjal, gagal
(Loop) jantung kongestif
Diuretika (anti Gagal jantung kongestif, Gagal ginjal,
aldosteron) pasca infark miokardium hiperkalemia
Penyekat Angina pektoris, pasca Asma, penyakit Penyakit
infark miokardium, gagal paru obstruktif pembuluh darah
jantung kongestif, menahun, A-V perifer,
kehamilan, takiaritmia block (derajat 2 intoleransi
atau 3) glukosa, atlit
atau pasien yang
aktif secara fisik
Calcium Usia lanjut, isolated systolic Takiaritmia,
Antagonist hypertension, angina gagal jantung
(dihydropiridi pektoris, penyakit pembuluh kongestif
ne) darah perifer, aterosklerosis
karotis, kehamilan
Calcium Angina pektoris, A-V block
Antigonist aterosklerotis karotis, (derajat 2 atau
(verapamil, takikardia supraventrikuler 3), gagal
diltiazem) jantung
kongestif
Pengahambat Gagal jantung kongestif, Kehamilan,
ACE disfungsi ventrikel kiri, hiperkalemia,
pasca infark miokardium, stenosis arteri
non-diabetik nefropati renalis bilateral
23
Angiotensin II Nefropati DM tipe 2, Kehamilan,
receptor mikroalbuminuria diabetik, hiperkalemia,
antagonist proteinuria, hipertropi stenosis arteri
(AT1-blocker) ventrikel kiri, batuk karena renalis bilateral
ACEI
-Blocker Hiperplasia prostat (BPH), Hipotensi Gagal jantung
hiperlipidemia ortostatis kongestif
24
BAB III
METODOLOGI
25
3.4.2. Kriteria Eksklusi
Pengetahuan
Sikap Hipertensi
Perilaku
26
3.2.1 Pengetahuan
3.2.2 Sikap
Sikap adalah suatu bentuk reaksi atau respon masyarakat yang
masih tertutup terhadap hipertensi.
27
Alat ukur : Sikap diukur dengan kuesioner, pertanyaan yang diajukan
sebanyak 10 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban
3.2.3 Perilaku
28
Cara ukur : Perilaku diukur dengan skala Likert
- Jarang : Skor 2
- Kadang-kadang : Skor 3
- Sering : Skor 4
- Selalu : Skor 5
29
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat
di proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data
sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera
dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,
menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
31
Memiliki 3 wilayah yaitu :
Kelurahan Cebongan
Kelurahan Noborejo
Kelurahan Ledok
3. PETA WILAYAH
4. DATA PENDUDUK
Jumlah Penduduk wilayah kerja Puskesmas Cebongan 22.607 jiwa terdiri
dari :
Kelurahan Cebongan : 5.140 Jiwa
Kelurahan Noborejo : 2.034 Jiwa
Kelurahan Ledok : 11.065 Jiwa
Jumlah KK wilayah Puskesmas Cebongan 6.916 KK, terdiri dari :
Kelurahan Cebongan : 1.460 KK
Kelurahan Noborejo : 2.034 KK
Kelurahan Ledok : 3.422 KK
32
5. DATA PENYAKIT
Sepuluh besar kasus kunjungan di Puskesmas Cebongan selama Januari -
September 2017 adalah sebagai berikut:
No Penyakit Jumlah
1. Nasofaringitis Akut (Common Cold) 3448
2. Hipertensi Essential 2431
3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berulang 1808
4. Dyspepsia 1575
5. Myalgia 998
6. Infeksi Saluran Pernapasan Atas, Unspecified 925
7. Febris 836
8. Gastritis dan duodenitis 635
9. Pre employment examination 498
10. Diare dan GEA 448
2. Hasil Penelitian
33
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan baik sejumlah 22 responden (88 %), cukup baik sejumlah 2
responden ( 8%), dan sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 1 orang (4%).
Dari tabel diatas didapatkan, yaitu sebanyak 3 orang yang salah menjawab
di nomor 6 yaitu mengenai merokok dan alcohol merupakan factor resiko dari
penyakit hipertensi
34
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan baik sejumlah 13 responden (52 %), cukup baik sejumlah 12
responden (48 %), dan sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 1 orang (4%).
35
BAB V
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian pada 25 penderita Hipertensi di Prolanis
Puskesmas Cebongan, kami melakukan analisis data dan didapatkan bahwa
pengetahuan, sikap dan perilaku koresponden mengenai pencegahan, pengendalian
dan pengobatan Hipertensi sebenarnya sudah baik. Akan tetapi jumlah penderita
masih cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa diperlukan pelaksanaan
Posbindu. Posbindu sendiri adalah salah satu program pemerintah dalam hal ini
Kementrian Kesehatan dalam mengendalikan penyakit tidak menular, salah satunya
Hipertensi.
Sebelum dilakukan pelaksanaan Posbindu, dilakukan pembinaan dan
pelatihan kepada kader kader posbindu dalam melakukan tugasnya. Selain
memberikan pelatihan mngenai pemeriksaan, kader juga dilatih untuk memberikan
edukasi mengenai makanan, aktivitas dan pola hidup yang benar untuk mencegah
dan mengendalikan penyakit tidak menular.
Launching posbindu dilakukan di kelurahan Cebongan dan Kelurahan
Noborejo. Masyarakat sekitar sangat antusias dengan dilakukannya kegiatan
posbindu ini. Pelaksanaan pobindu untuk pertama kalinya, para kader masih
didampingi oleh pihak Puskesmas Cebongan dan dokter internship. Acara
berlangsung dari jam 07.00 11.00.
36
Kekurangan dan Tantangan dalam Penelitia
Ada nya kesulitan dalam pengambilan data penelitian ini disebabkan beberapa
koresponden penelitian yang sudah lansia sehingga ada kesulitan dalam membaca,
menulis dan memahami pertanyaan dalam kuesioner. Jumlah koresponden yang
dirasa masih kurang, sehingga butuh penelitian yang lebih lanjut dalam
mengendalikan serta mengurangi jumlah penderita Hipertensi di lingkungan kerja
Puskesmas Cebongan
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
39
14. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The
Mc. Graw Hill Company. USA.
15. Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
16. Shankie, Susan. 2001. Hypertension In Focus. Pharmaceutical Pr. USA.
17. Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB
18. Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension. Available
from: www.annals.org/intheclinic/
19. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure. 2003. Seventh Report of The Joint National
Committe on Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High
Blood Pressure JNC Express(NIH Publication No.03-5233). Bethesda,
MD:U.S.Department of Helath and Human Services.
20. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed.
Ilmu Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI,
.
40
5 : Pelaksanaan Posbindu
41