You are on page 1of 7

Bijih Besi

1. Pengertian Bijih Besi

Besi adalah logam yang paling luas dan paling banyak penggunaanya. Hal tersebut
disebabkan tiga alasan berikut yaitu:
a. Bijih besi relatif malimpah di berbagai penjuru dunia
b. Pengolahan besi relatif murah dan mudah
c. Sifat sifat besi yang mudah dimodifikasi.
Besi terdapat di alam dalam bentuk senyawa, antara lain sebagai hematit (Fe2O3), magnetit
(Fe3O4), pirit (FeS2) dan siderite ( FeCO3). Salah satu kelemahan besi adalah mudah
mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai
berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat
dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses
ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.

2. Genesa Bijih Besi

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya
peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar,
struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu
intrusi magma menerobos batuan tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitan (Kgr)
terhadap Formasi Barisan (Pb,Pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses
rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak
magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal
dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga
membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga
melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan
magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.

.
3. Cara Penambangan Bijih Besi
Penambangan biji besi tergantung keadaan dimana biji besi tersebut ditemukan. Jika
biji besi ada di permukaan bumi maka penambangan dilakukan dipermukaan bumi (open-pit
mining), dan jika biji besi berada didalam tanah maka penambangan dilakukan dibawah
tanah (underground mining). Karena biji besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan
bercampur dengan kotoran-kotoran lainnya maka sebelum dilakukan peleburan biji besi
tersebut terlebih dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi biji
yang lebih tinggi (25 - 40%).
Proses pemurnian ini dilakukan dengan metode : crushing, screening, dan washing
(pencucian). Untuk meningkatkan kemurnian menjadi lebih tinggi (60 - 65%) serta
memudahkan dalam penanganan berikutnya, dilakukan proses agglomerasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
- Biji besi dihancurkan menjadi partikel-partikel halus (serbuk).
- Partikel-partikel biji besi kemudian dipisahkan dari kotoran- kotoran dengan cara
pemisahan magnet (magnetic separator) atau metode lainnya.
- Serbuk biji besi selanjutnya dibentuk menjadi pellet berupa bola-bola kecil
berdiameter antara 12,5 - 20 mm.
- Terakhir, pellet biji besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan hingga
temperatur 1300 C agar pellet tersebut menjadi keras dan kuat sehingga tidak
mudah rontok.
Tujuan proses reduksi adalah untuk menghilangkan ikatan oksigen dari biji besi. Proses
reduksi ini memerlukan gas reduktor seperti hidrogen atau gas karbon monoksida (CO).
Proses reduksi ini ada 2 macam yaitu proses reduksi langsung dan proses reduksi tidak
langsung.

4. Cara Pengolahan Bijih Besi


Proses pengolahan bijih besi untuk menghasilkan logam besi dilakukan dalam tanur
sembur (blast furnace). Tanur sembur berbentuk menara silinder dari besi atau baja dengan
tinggi sekitar 30 meter dan diameter bagian perut sekitar delapan meter. Karena tingginya
alat tersebut, alat ini sering juga disebut sebagai tanur tinggi. Adapun bagian dari tanur
sembur atau tanur tinggi, sebagai berikut :
a. Bagian puncak yang disebut dengan Hopper, dirancang sedemikian rupa sehingga
bahan bahan yang akan diolah dapat dimasukkan dan ditambahkan setiap saat.
b. Bagian bawah puncak, mempunyai lubang untuk mengeluarkan hasil hasil yang
berupa gas.
c. Bagian atas dari dasar (kurang lebih 3 meter dari dasar), terdapat pipa pipa
yang dihubungkan dengan empat buah tungku dimana udara dipanaskan (sampai
suhunya kurang lebih 1.100o C). udara panas ini disemburkan ke dalam tanur
melalui pipa pipa tersebut.
d. Bagian dasar tanur, mempunyai dua lubang yang masing masing digunakan
untuk mengeluarkan besi cair sebagai hasil utama dan terak (slag) sebagai hasil
samping.

Proses Pengolahan Besi secara umum proses pengolahan besi dari bijihnya dapat
berlangsung dengan urutan sebagai berikut:
1. Bahan bahan dimasukkan ke dalam tanur melalui bagian puncak tanur. Bahan
tersebut adalah :
a. Bahan utama yaitu bijih besi yang berupa hematit (Fe2O3 ) yang bercampur
dengan pasir (SiO2) dan oksida oksida asam yang lain (P2O5 dan Al2O3).
Batuan-batuan ini yang akan direduksi.
b. Bahan-bahan pereduksi yang berupa kokas (karbon).
c. Bahan tambahan yang berupa batu kapur (CaCO3) yang berfungsi untuk
mengikat zat zat pengotor.
2. Udara panas dimasukkan di bagian bawah tanur sehingga menyebabkan kokas
terbakar.
C(s) + O2(g) CO2(g) H = - 394 kJ
Reaksi ini sangat eksoterm (menghasilkan panas), akibatnya panas yang dibebaskan
akan menaikkan suhu bagian bawah tanur sampai mencapai 1.900o C.
3. Gas CO2 yang terbentuk kemudian naik melalui lapisan kokas yang panas dan
bereaksi dengannya lagi membentuk gas CO.
CO2(g) + C(s) H = +173 kJ2 CO(g)
Reaksi kali ini berjalan endoterm (memerlukan panas) sehingga suhu tanur pada
bagian itu menjadi sekitar 1.300o C.
4. Gas CO2 yang terbentuk kemudian naik melalui lapisan kokas yang panas dan
bereaksi dengannya lagi membentuk gas CO.
CO2(g) + C(s) H = +173 kJ2 CO(g)
Reaksi kali ini berjalan endoterm (memerlukan panas) sehingga suhu tanur pada
bagian itu menjadi sekitar 1.300o C.
5. Gas CO yang terbentuk dan kokas yang ada siap mereduksi bijih besi (Fe2O3).
Reduksi ini dapat berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu :
a. Pada bagian atas tanur, Fe2O3 direduksi menjadi Fe3O4 pada suhu 500o C.
3 Fe2O3(s) + CO(g) 2 Fe3O4(s) + CO2(g)
b. Pada bagian yang lebih rendah, Fe3O4 yang terbentuk akan direduksi
menjadi FeO pada suhu 850o C.
Fe3O4(s) + CO(g) 3 FeO(s) + CO2(g)
c. Pada bagian yang lebih bawah lagi, FeO yang terbentuk akan direduksi
menjadi logam besi pada suhu 1.000o C.
FeO(s) + CO(g) Fe(l) + CO2(g)
6. Besi cair yang terbentuk akan mengalir ke bawah dan mengalir di dasar tanur.
7. Sementara itu, di bagian tengah tanur yang bersuhu tinggi menyebabkan batu
kapur terurai menurut reaksi:
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
8. Kemudian di dasar tanur CaO akan bereaksi dengan pengotor dan membentuk
terak (slag) yang berupa cairan kental. Reaksinya sebagai berikut:
CaO(s) + SiO2(s) CaSiO3(l)
3 CaO(s) + P2O5(g) Ca3(PO4)2(l)
CaO(s) + Al2O3(g) Ca(AlO2)2(l)
9. Selanjutnya, besi cair turun ke dasar tanur sedangkan terak (slag) yang memiliki
massa jenis lebih rendah daripaba besi cair akan mengapung di permukaan dan
keluar pada saluran tersendiri.
5. Review Baku Mutu Bijih Besi
Makalah review baku mutu bijih besi ini memakai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 4 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pertambangan, sebagai berikut :
Pasal 1 :
Berisikan definisi-definisi secara umum kegiatan pertambangan dan baku mutu emisi
udara secara singkat, dan jelas.

Pasal 3 :
Membahas mengenai pemantauan emisi dan Pemantauan sumber emisi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap sumber emisi pada proses pengolahan, dan
pengoperasian mesin penunjang produksi.

Pasal 4 :
Jenis jenis usaha pertambangan yang kegiatannya dalam berkontribusi menyumbang gas
emisi diantaranya : nikel, bauksit, besi, timah, dan bijih mineral lainnya, serta batubara.

Pasal 5 :
Berisikan tatacara pengisian pada lembar lampiran Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No 4 Tahun 2014 sebagai berikut : Proses pengolahan bijih besi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d wajib memenuhi baku mutu emisi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

Pasal 11 :
Berisikan mengenai identifikasi titik koordinat, dan parameter utama yang dihasilkan dari
sumber emisi. Parameter utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
- Sulfur Dioksida (SO2)
- Nitrogen Oksida (NOx)
- Opasitas; d. Oksigen (O2)
- Karbon Monoksida (CO)
- Karbon Dioksida (CO2); dan
- Total Partikulat

Pasal 12 :
Pemantauan emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. terus-menerus
b. manual atau
c. penghitungan neraca massa.

Pasal 18 :
Menyebutkan bahwa Pemantauan emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
Lampiran IV Permen LH No 4 Tahun 2014

You might also like