Professional Documents
Culture Documents
Anton Hertanto direktur utama Pt Sentra Media yang beralamat di Jl. Kramat Jadi No. 10A
RT.01 RW.01 Kec. Kebayoran baru Jakarta selatan, karena mempunyai masalah internal
perusahaan dengan Adrianto Nugroho, kemudian karena tekanan advokatnya, Anton Hertanto
meminta bantuan kepada seorang yang bernama Utomo sazali yang beralamat kantor hukum
Utomo Law Komp. Taman Ungu, No. 4A Jakarta selatan dan menandatangani perjanjian kerja
pada tanggal 29 juni 2015.
Utomo sazali dipercaya karena dikenalkan dengan ibunya dan teman baiknya, selain itu
juga Utomo sazali merupakan seorang akuntan yang mengerti akan kerja Andrianto yang telah
menipu perusahannya sehingga mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah perusahannya.
Setelah adanya penandatanganan perjanjian kerja kemudian pada tanggal 30 juni 2015 Anton dan
Utomo melakukan penandatanganan surat kuasa, setelah itu Anton hertanto mencabut kuasa
kepada advokat H & O law, karena susah dihubungi setelah mendapatkan Succes Fee. Dalam hal
ini Utomo sazali siap membantu dengan menyatakan ia mempunyai teman dikalangan pejabat
yang pasti akan membantu menyelesaikan permasalahan perusahaan Anton Hermanto.
Berkaitan dengan penyelesaian perusahaan tersebut Anton dimintai sejumlah uang oleh
Utomo Sazali untuk pembayaran-pembayaran. Namun ketika ditanya terkait pengunaan uang
tersebut Utomo tidak menjawab, Ia hanya menjelaskan uang tersebut digunakan untuk
menyelesaikan kasus yang menimpa perusahaan anton hermanto tanpa adanya bukti pembayaran.
Utomo sazali mendadak mengundurkan diri secara sepihak tanpa penjelasan pengunduran
dirinya sebagai kuasa hukum anton hermanto pada tanggal 28 mei 2016, disaat kasus yang
menimpa perusahaan Anton hamper selesai. Terkait fee yang diterima utomo sazali anton
hermanto telah memberikan 95 % dari yang diperjanjikan sisa 5%.
Dikemudian hari Anton Hermanto melihat Utomo Sazali telah bergabung denganShia law
yang merupakan kantor advokat yang menaungi pihak lawan yaitu Andrianto.
Melihat kronologis dari alur cerita yang telah di paparkan secara singkat dalam kasus
posisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh UTOMO SAZALI
termasuk dalam pelanggaran dalam kasus profesi advokad. Dimana dapat diuraikan sebagai
berikut :
Didalam pasal 6 Undang-undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat menjelaskan :
Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan :
a) Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
b) Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya;
c) bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan
sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang- undangan, atau pengadilan;
d) Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat
profesinya;
e) Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan tercela;
f) Melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.
Dalam kasus diatas Utomo Sazali telah melanggar ketentuan pasal 6 point A dimana dia
telah mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya terbukti dengan mengundurkan diri
secara sepihak saat kasus hamper selesai. Berkaitan dengan pasal ini juga Utomo Sazali telah
melanggar ketentuan mengenai Pasal 6 point C dimana ia mengeluarkan pernyataan yang
menunjukkan sikap yang tidak patut yaitu Ia siap membantu dengan menyatakan ia mempunyai
teman dikalangan pejabat yang PASTI dapat menyelesaikan permasalahan perusahaan Anton
Hermanto dengan kata lain dia menjanjikan bahwa perkara secara pasti dapat dimenangkan.
Berdasarkan beberapa uraian pasal diatas dengan menjelaskan bagaimana seharuanya seorang
advokad itu menjalani tugasnya yang telah di tentukan di Undang-undang dan juga kode etik yang
diatur dalam KEAI, yang seharusnya menjungjung tinggi demi tegaknya hukum tetapi hal ini
sebaliknya orang yang telah perpengalaman bertahun-tahun di bidang advokad tetap melakukan
pelanggaran kode etik seperti yang telah dilakukan oleh Todung, Todung mewakili dua klien yang
kepentingannya klien-klien tersebut berbenturan atas kasus/ hal yang sama dan sebagai
imbalannya todung menerima imbalan honor uang advokat dan fasilitas kenikmatan dari dua klien
yang berbeda kepentingan dan berlawanan tersebut.
Jadi Todung telah melanggar Undang-undang No. 18 tahun 2008 pasal 6 yang telah
dijelaskan diatas dan Kode Etik Advokat Indonesia KEAI, yang telah sah dan berlaku pada tanggal
23 Mei 2002, pada Pasal 3 huruf (b) KEAI : Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan
semata-mata untuk memperoleh imbalan materi tetapi lebih mengutamakan tegaknya Hukum,
Kebenaran dan Keadilan.
Dan khususnya pula pada Pasal 4 huruf (j) yang menyatakan, "Advokat yang mengurus
kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari
pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila di kemudian hari timbul pertentangan
kepentingan antara pihak-pihak yang Bersangkutan".
Inti pokok pelanggaran KEAI yang pertama dan pelanggaran UU Advokat adalah karena
pada tahun 2002, ketika menjadi anggota Tim Bantuan Hukum KKSK sebagai Kuasa Hukum
Pemerintah R.I cq. Menteri Keuangan R.I cq BPPN setelah memeriksa kepatuhan dan pelanggaran
Keluarga Salim/Salim Group terhadap MSAA Master of Settlement and Acquisition Agreement
(Master Perjanjian Penyelesaian dan Akuisisi) tanggal 21 September 1998 menyatakan bahwa
Keluarga Salim/Salim Group melanggar MSAA tanggal 21 September 1998 dan merugikan
keuangan negara. Todung menerima Honor Pengacara dari Negara RI. Akan tetapi ketika pada
tahun 2006 Todung justru bertindak sebagai "Pembela Keluarga Salim & Salim Group (Pihak yang
diaudit) atas gugatan pelanggaran MSAA tanggal 21 September 1998, dalam pembelaannya
menyatakan bahwa "Keluarga Salim/Salim Group tidak melanggar MSAA tanggal 21 September
1998 dan tidak merugikan keuangan negara".
Disini Todung mewakili dua pihak yang berbenturan kepentingan, "Pihak yang menyuruh
melakukan audit", yaitu Pemerintah R.I cq. Menteri Keuangan R.I cq BPPN dan "Pihak yang
diaudit" yaitu Keluarga Salim/Salim Group, tentang hal yang sama.
Todung juga memberikan pernyataan dan bantuan hukum yang berbeda dan bertolak
belakang kepada Keluarga Salim/Salim Group seolah-olah tidak ada kerugian negara, padahal hal
itu sangat merugikan negara. Dari dasar-dasar undang-undang diatas maka jelaslah sebuah
pelanggaran yang telah dilakukan oleh Todung sebagai salah seorang yang berprofesi advokad.
Selain Todung Mulya Lubis disini juga ada badan hukum yang dapat dikatakan melanggar
ketentuan Undang-undang dan juga KEAI, badan hukum beranama : LUBIS, SANTOSA &
MAULANA LAW OFFICES yang menerima honor advokat dan Konsultan hukum dari
Pemerintah R.I cq. Menteri Keuangan R.I cq BPPN dan dari Keluarga Salim/Salilm Group, dan
oleh karena juga Todung mulya lubis berada dibawah naungan organisasi lubis, santosa dan
maulana law offices.