Professional Documents
Culture Documents
KEWARGANEGARAAN (PKN)
DEMOKRASI PANCASILA
Disusun Oleh:
1. Carrin Avisha Tambunan
2. Ilham Fajar Putra Perdana
3. Fatuh Hidayahtullah
4. Zein Abid Ar-Ridlo
5. Selly Brilian Nur Handayani
6. Elang Sinaran Damai
Kelas: Meteorologi IIA
Jurusan Meteorologi
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Tangerang Selatan
2016/2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Demokrasi Pancasila
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu,
penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat
saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ABSTRAK
Pancasila sebagai sebuah ideologi dan acauan sistem demokrasi di Indonesia telah
melampaui waktu yang panjang. Memang, sebuah negera apabila hendak menjadi sesuatu
yang ideal, maka dalam penyelenggaraannya haruslah berlandaskan demokrasi. Bukankah
pemerintahan yang demokrasi akan mencurahkan kebaikan pada rakyat secara
keseluruhan. Pada dasarnya demokrasi melekat pada kebebasan dan partisipasi individu.
Menggunakan kebebasan, hakhak sipil, dan politik, merupakan bagian dari kehidupan yang
melekat pada individu sebagai makhluk sosial. Partisipasi dalam kehidupan sosial dan politik
mengandung nilai intrinsik bagi kehidupan manusia. Semua itu sejalan dengan cita-cita
demokrasi Pancasila. Untuk itu, artikel ini mencoba menyuguhkan praktik demokrasi di
Indonesia dalam sejarahnya. Diketahui bahwa Pancasila adalah landasan demokrasi dalam
penyelenggaraan negara di Indonesia. Pancasila memeng menawarkan demokrasi yang
ideal dan sebenarnya. Hanya saja, Pancasila sebagai ideologi negara dalam kurun waktu 70
tahun, dan juga menjadi pilar dalam berdemokrasi, ternyata telah memiliki rupa yang
berbeda seiring dengan perubahan wajah perpolitikan di negeri ini. Apakah ini merupakan
pertanda bahwa bangsa ini memang sedang belajar untuk mencari format yang tepat dalam
berdemokrasi, yang sesuai dengan jiwa Pancasila. Terlepas dari itu, upaya mewujudkan
Demokrasi Pancasila yang ideal harus terus dilakukan dengan melakukan dekontruksi
secara berkelanjutan. Dekonstruksi yang dimaksud adalah upaya untuk melakukan
pembacaan ulang seluruh realitas yang seakan jauh dari tujuan cita-cita Pancasila.
A. Latar Belakang
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia bertujuan untuk kepentingan bangsa dan
negera Indonesia, yaitu mewujudkan tujuan nasional. Pelaksanaan demokrasi juga
diarahkan untuk civil society ( masyarakat madani ), di dalamnya peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan negara sangatlah besar. Dalam masyarakat
madani partisipasi dan kemandiriaan masyarakat sangat di perlukan untuk
menyukseskan tujuan pembangunan nasional khususnya, dan umumnya tujuan
Negara.
Menurut pandangan Welzer masalah civil society yang di Indonesia disebut
masyarakat madani, yang kini menjadi pusat perhatian dan perdebatan akademis di
berbagai belahan bumi, merupakan pengulangan kembali perdebatan American
Liberalisme/ communitarianism yang terpusat pada persoalan the state atau negara di
satu pihak, dan civil society di lain pihak, yang sesungguhnya di antara tersebut satu
sama lain saling berkaitan. Menurut Welzer seorang civil republikan, Jacobin, yang
memihak pada pandangan pentingnya negara, berpendapat bahwa dalam kehidupan ini
hanya ada satu komunitas yang dianggap penting, yakni the political community atau
masyarakat politik yang anggotanya adalah warga negara yang kesemuanya dilihat
sebagai active participant in democratic decision making atau partisipan yang aktif
dalam pengambilan keputusan yang demokratis.
Di Indonesia, sebagaimana telah dibahas terdahulu, konsep masyarakat madani ini
terhitung masih baru dan masih banyak diperdebatkan, baik istilah maupun
karateristiknya. Misalnya, Culla memandang istilah masyarakat madani hanyalah salah
satu dari berbagai istilah sebagai padanan kata civil society. Selain itu, masih ada
beberapa padanan istilah lainnya, seperti masyarakatwarga, masyarakat kewargaan,
masyarakat sipil, masyarakat beradab, masyarakat berbudaya. Sementara itu, Tim
Nasionol Reformasi Menuju Masyarakat Madani menyarankan untuk menggunakan
istilah masyarakat madani sebagai terjemahan dari civil society.
Dalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak
pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil, terutama pelaksanaan demokrasi di
bidang politik. Ada tiga macam demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan
ketatanegaraan indonesia, yaitu demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi
pancasila. Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana
demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan
pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui makna demokrasi
2. Untuk mengetahui bentuk- bentuk demokrasi
3. Untuk mengetahui keunggulan demokrasi
4. Untuk mengetahui nilai- nilai demokrasi
5. Untuk mengetahui demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia dan
pelaksanaannya
6. Untuk mengetahui pendidikan demokrasi
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintah demokrasi ialah pengakuan
hakekat manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu mempunyai kemanpuan yang
sama dalam hubungan yang satu dengan yang lain. Berdasarkan gagasan dasar itu,
dapat ditarik dua buah asas pokok sebagai berikut.
a. Pengakuan partisipasi didalam pemerintahan . misalnya, pemilihan wakil-wakil rakyat
untuk lembaga perwakilan rakyat secara bebas dan rahasia
b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia. Misalnya, tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
B. Perkembangan Demokrasi
Dalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak
pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil, terutama pelaksanaan demokrasi di
bidang politik. Ada tiga macam demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan
ketatanegaraan di Indonesia, yaitu demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan
demokrasi Pancasila.
Demokrasi liberal bermuara pada kegagalan konstituante menetakan UUD pengganti
UUDS 1950. Demokrasi terpimpin di bawah pemerintahan Orde Lama dan demokrasi
Pancasila di bawah pemerintahan Orde Baru. Meskipun konsep awal pada periode
tersebut dimaksudkan sebagai implementasi dari sila keempat Pancasila, tetapi pada
akhirnya kekuasaan terpusat pada tangan seorang Presiden. Semua ini diungkapkan
dan dibahas sebagai bahan kajian dan pembelajaran. Dengan belajar dari pengalaman,
pelaksanaan demokrasi pada era reformasi sekarang ini diharapkan tidak salah arah.
Berdasarkan pengalaman yang dijadikan pelajaran, diharapkan tidak terulang lagi
kesalahan yang sama. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan nilai-nilai sikap cerdas,
seperti analisis, kritis, teliti, penuh perhitungan, rasional, antisipatif, serta pengendalian
diri. Kegagalan orde lama dan orde baru untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi
menyebabkan bergulirnya reformasi. Dalam era reformasi ini, diharapkan nilai-nilai
demokrasi dapat ditegakkan. Adapun nama demokrasi itu semuanya harus tetap dalam
kerangka supremasi hukum dan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk dapat
mewujudkan keadaan seperti itu, tidak bisa tidak, harus dimiliki nilai dan sikap disisplin
yang tercermin pada sikap taat asas, tegas, lugas, demokratis, terbuka, ikhlas,
kooperatif, terti, serta menjaga keamanan dan kebersamaan.
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan demokrasi yang
dipraktikkan di negara lain. Demokrasi yang berlaku di negara ini (misalnya, demokrasi
Pancasila) berlainan prosedur pelaksanaannya dengan demokrasi Barat yang lieral. Hal
ini bukanlah pengingkaran terhadap demokrasi, sepanjang hakikat demokrasi tercermin
dalam konsep dan pelaksanaannya. Dalam perjalanan sejarah politik bangsa, Negara
kesatuan RI pernah melaksanakan demokrasi Parlementer, demokrasi Terpimpin, dan
demokrasi Pancasila. Untuk lebih memahami perkembangan pemerintahan demokrasi
yang pernah ada Indonesia, dibawah ini akan diuraikan penjelasannya.
1. Demokrasi Parlementer (Liberal)
Demokrasi Parlementer di negara kita telah dipraktikkan pada masa berlakunya
UUD 1945 periode pertama (1945-1949), kemudian dilanjutkan pada masa
berlakunya RIS 1949 dan UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer
tersebut secara yuridis formal berakhir pada tanggal 5 juli 1959 bersamaan dengan
pemberlakuan kembali UUD 1945.
Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1959), kehidupan politik
dan pemerintahan tidak stabil sehingga program dari suatu kabinet tidak dapat
dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan. Salah satu faktor penyebab
ketidak stabilan tersebut adalah sering bergantinya kabinet yang bertugas sebagai
pelaksana pemerintahan. Misalnya, selama tahun 1945-1959 dikenal beberapa
kabinet, antara lain Kabinet Syahrir I, Kabinet Syahrir II, dan Kabinet Amir
Syarifuddin. Sementara itu, 1950-1959 umur kabinet kurang lebuh hanya satu tahun
dan terjadi tujuh kali pergantian kabinet, yaitu Kabinet Natsir, Sukimin, Wilopo, Ali
Sastro Amidjojo II, dan Kabinet Juanda.
Mengapa dalam sistem pemerintahan parlementer, kabinet sering diganti? Hal ini
terjadi karena dalam negara demokrasi dengan sistem kabinet parlementer,
kedudukan kabinet berada di bawah DPR (parlemen) dan keberadaannya sangat
bergantung pada dukungan DPR. Apabila kebijakan kabinet tidak sesuai dengan
aspirasi rakyat yag tercermin di DPR (parlemen), maka DPR dapat menjatuhkan
kabinet dengan mosi tidak percaya.
Faktor lain yang menyebabkan tidak tercapainya stabilitas politik adalah
perberdaan pendapat yang sangat mendasar di antara partai politik yang ada saat
itu. Sebagai contoh dapat dikaji peristiwa kegagalan konstituante memperoleh
kesepakatan tentang dasar negara. Pada saat itu, terdapat dua kubu yang
bertentangan, yaitu satu pihak ingin tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar
negara, dan dipihak lain menghendaki kembali pada Piagam Jakarta yang berarti
menghendaki Islam sebagai dasar negara. Pertentangan tersebut terus berlanjut dan
tidak pernah mencapai kesepakatan. Merujuk pada kenyataan politik pada masa itu,
jelas bahwa keadaan partai-partai politik pada saat itu lebih menonjolkan perbedaan-
perbedaan paham dari pada mencari persamaan-persamaan yang dapat
mempersatukan bangsa.
Beranjak dari berbagai kegagalan dan kelemahan itulah maka demokrasi
parlementer di indonesia ditinggalkan dan diganti dengan demokrasi terpimpin sejak
5 Juli 1959.
Apabila kita kaji ciri dan prinsip demokrasi Pancasila, dapat dikatakan bahwa
demokrasi Pancasila tidak bertentangan dengan prinsip demokrasi konsttusional.
Namun, praktik demokras yang dijalankan pada masa orde baru masih terdapat
berbagai penyimpangan yang tidak sejalan dengan ciri dan prinsip demokrasi
pancasila. Penyingpangan tersebut secara transparan terungkap setelah
munculnya gerakan Reformasi dan jatuhnya kekuasaan Orde Baru.
Di antara penyimpangan yang dilakukan penguasa Orde Baru, khususnya
yang berkaitan dengan demokrasi pancasila, yaitu:
a) Penyelenggaraan pemilihan umum yang tidak jujur dan tidak adil:
b) Penegakan kebebasan berpolitik bagi pegawai Negeri Sipil (monoloyalitas)
khususnya dalam pemilihan umum. PNS seolah-olah digiring untuk
mendukung OPP tertentu sehingga pemilihan umum tidak kompetitif
c) Masih ada intervensi pemerintah terhadap lembaga peradilan;
d) Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat sehingga sering
terjadi penculikan terhadap aktivis vokal;
e) Sistem kepartaian yang tidak otonom dan berat sebelah, serta format politik
yang tidak demokratis;
f) Maraknya pratik kolusi, korupsi, dan nepotisme, baik dalam bidang ekonomi
maupum dalam bidang politik dan hukum;
g) Menteri-menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota MPR;
h) Menciutkan jumlah partai politk dan sekaligus membatasi kesempatan
partisipasi politik rakyat (misalnya, kebijakan floating mass); serta i. adanya
pembatasan kebebasan pers dan media massa melalui
pencabutan/pembatalan SIUP.
BAB III
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Demokrasi dapat diartikan sebagai suatu pemerintahan dimana rakyat memegang
suatu peranan yang sangat menentukan.
b. Nilai-nilai demokrasi perlu ditanamkan pada generasi muda agar terbentuk generasi
yang demokratis.
c. Demokasi Pancasila merupakan demokrasi yang dijiwai dan diintegrasikan dengan
nilai-nilai Pancasila.
d. Asas Demokrasi Pancasila adalah sila ke empat Pancasila yaitu, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
e. Prinsip Demokrasi Pancasila adalah persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia,
keseimbangan antara hak dan kewajiban, pelaksanaan kebebasan yang
bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan
orang lain, mewujudkan rasa keadilan sosial, pengambilan keputusan dengan
musyawarah mufakat, mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan,
menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
f. Unsur-unsur Demokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat, kepentingan umum,
sosok negara hukum, pemerintahan yang terbatas kekuasaannya, menggunakan
lembaga perwakilan, kepala negara adalah atas nama rakyat, mengakui hak asasi,
Kelembagaan negara didasarkan pada pertimbangan yang bersumber pada
kedaulatan rakyat, memiliki tujuan dalam bernegara, memiliki mekanisme
pelestarian, memiliki lembaga legislative
g. Tujuan pelaksanaan Demokrasi Pancasila di sekolah yaitu mendidik anak-anak dan
mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara
psikologis maupun sosial dengan menitik beratkan pada pengembangan ketrampilan
intelektual, keterampilan pribadi dan sosial.
h. Pengembangan nilai-nilai demokrasi di sekolah tidak akan lepas dari peran guru dan
kurikulum. Untuk itu hendaknya guru lebih dahulu memahami tentang nilai-nilai
demokrasi agar dapat menggunakan dan memanfaatkan kurikulum yang berlaku
untuk proses pengembangan nilai-nilai demokrasi.
B. Saran
a. Pemerintah sebagai otoritas yang memimpin suatu negara hendaknya
menyadari hakekat dan makna dari pancasila itu sendiri dan harus berupaya
diwujudkan dalam mengayomi dan menyejahterakan rakyat secara bersama dan
adil, sehingga akan timbul model negara yang sesuai harapan dari nilai-nilai
kepancasilaan itu sendiri.
b. Masyarakat juga harus menyadari arti penting pancasila sehingga bisa dijadikan
pedoman hidup berbangsa dan bernegara, sehingga menjadi masyarakat pro
aktif menyumbangkan ide serta berjuang untuk Indonesia yang lebih baik.
c. Mahasiswa sebagai akademisi hendaknya mampu menciptakan dan mengawal
proses berbangsa dan bernegara berdasarkan cita-cita dari pancasila itu sendiri,
sehingga tercipta bangsa yang beradab dan memiliki potensi masa depan yang
cerah dan tidak mudah terprovokasi untuk merusak tatanan pancasila itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Harris soche. 1985. Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia. PT Hanindita:
Yogyakarta.
Kanil, CST. 1989. Tata Negara Edisi Kedua. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Setiadi, Elly M. 2003 Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.