Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Aborsi menimbulkan banyak persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari
sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama.Aborsi
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan
kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang utama adalah
Pendarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak
20% wanita hamil pernah mengalami pendarahan pada awal kehamilan dan sebagian
mengalami abortus.
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi mengatakan
kasus abortus spontan antara 15-20 % dari semua kehamilan. Jika dikaji lebih jauh
menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15 %
untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya meningkat
25 %. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman,
70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu
1
2
disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman)
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya
bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000).Suatu hal yang
dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
kandungan dengan batasan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan yaitu
abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan
tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik
therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi
adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar
e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
genital.
h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat
peritonium.
2.2 Epidemiologi
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi mengatakan
kasus abortus spontan antara 15-20 % dari semua kehamilan. Jika dikaji lebih jauh
3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan,
pasangan punya risiko 15 % untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah
5
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70
ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu
disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman)
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya
bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000).Suatu hal yang
dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-
2.3 Etiologi
1. Faktor genetic
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa
(20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan
abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan dengan
abortus absolut.3
kelainan sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan
oleh ibu memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu
berakibat pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3
ikat yang bisa berakibat abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada penderita
2. Faktor Anatomi
anomali uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan
anatomik uterus adalah septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri
7
(40-80%), dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%).3 Mioma uteri
juga bisa mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat dari gangguan
mengakibatkan abortus.6
terbukti dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.1 Pada
kelainan ini, dilatasi serviks yang silent dapat terjadi antara minggu gestasi
serviks yang signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala
uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan
metoda yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten
namun, setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai
8
anatomi segmen uterus bahagian bawah dan serviks untuk melihat pendataran
3. Faktor endokrin
sistem humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah
abortus.3
pada trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan
malformasi janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali
abortus dan jika diberikan progesteron pada pada pasien ini, maka kehamilan
dapat diselamatkan.3
didapatkan 17% kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase
luteal. Namum pada saat ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk
semua sel pada mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan fungsional ini
ekstravillus dan infiltrasi leukosit pada mukosa uterus berperan penting di mana
sebahagian besar leukosit adalah large granular cell, dan makrofag dengan
sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai dalam jumlah yang banyak terutama
1 adalah akan terjadi peningkatan sel NK untuk membunuh sel target dengan
sehingga terjadinya invasi optimal untuk plasentasi yang optimal oleh trofoblas
kelangsungan kehamilan.
4. Faktor infeksi
dan sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.3 Infeksi
10
janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit
bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram
positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus.3 Infeki virus pada
misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan
varisella zoster.3
kejadian abortus
5. Faktor imunologi
spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya
pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%.3 Menurut
merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.3
11
- trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
- komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,
tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian
- kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
fosfolipid)3
aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih
dari 33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus
berulang, ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan
oklusi vaskular.3
12
6. Faktor trauma
Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan
kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.6 faktor-faktor
risiko abortus euploid.1 Pada wanita yang merokok lebih dari 14 batang per
hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak
merokok.1 Rokok mengandung ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang
Karbon monoksida juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan dapat
dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus.1 Kadar abortus
seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan
perhari atau 500mg caffiene satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus
dan pada mereka yang meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara
linier dengan tiap jumlah tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita
13
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
signifikan.1
2.4 Patogenesis
nekrosis jaringan sekitar, jika terjadi lebih awal, maka ovum akan tertinggal dan
mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi karena dianggap
sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka, biasanya
ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini
dalam sedangkan pada kehamilan 8-14 minngu telah masuk agak dalam sehingga
sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertingga karena itu akan terjadi banyak
perdarahan.8
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
14
minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang
telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya
fetus atau jaringan.6 Ini penting untuk melihat progress abortus.8 Pada abortus yang
sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat
dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri
tekan,dan luekositosis.8 Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja
dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesa5, 8
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut
tinggi. Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih
tertingal di dalam rahim. Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa
15
reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT. Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau
disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah
berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit
darah tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan
endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi,
keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak
sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di
liang vagina.
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah
ini:
16
1. Abortus Imminens
a) Pemeriksaan hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin
hasil tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah baik, bila
2. Abortus Insipiens
b) USG: pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak
janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak
3. Abortus Inkomplit
a) USG: hanya dilakukan bila ragu dengan diagnosis secara klinis. Yang
didapatkan dalam USG adalah besar uterus sudah lebih kecil dari umur
kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak
4. Abortus Komplit
a) tes urin kehamilan masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus
5. Missed Abortion
18
a) Tes urin kehamilan biasanya negative setelah satu minggu dari terhentinya
pertumbuhan kehamilan.
b) USG: didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan
bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-
tanda kehidupan.
6. Abortus Habitualis
b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
c. Psiko analisis
uteri, dsb.
2.8 Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens.2
19
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun
seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada
kasus yang perdarahan terus berlansung, kondisi janin dinilai dan konfirmasi
berlanjut khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus
2. Abortus insipiens.2
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan
maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan.
dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
3. Abortus inkomplit.2
20
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
diberikan.
manual. Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi
vakum manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera,
dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes
per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg
pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil
4. Abortus komplit.2
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu
setelah penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas
5. Abortus septik/infeksius.1
mencukupi sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari
darah dan cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat
hasil kultur.
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan,
Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu
yang lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS
hal yang biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan
berikutnya adalah cerah kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus
dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk
atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat. Tujuan
2.10 Komplikasi
1) Perdarahan.7
yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni
koagulopati.
2) Perforasi.7
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien
3) Syok.7
24
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan
segera.
4) Infeksi.7
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
gas.
5) Efek anesthesia.7
25
Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi yang
perlu curiga DIC.Insidens adalah lebih dari 200 kasus per 100,000 aborsi.
2.11 Prognosis6
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi
Blighted Ovum
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi
tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga
pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran
26
perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.Namun
akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat
berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun
hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan
sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah
terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya
gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan
menjadi positif
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted
ovum. Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah
dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung
kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari
situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru
ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan.
Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil
pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit
27
kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG
serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan
blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena
mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk
memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena
infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang.Jika penyebabnya
antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil
sungguhan.
28
BAB III
KESIMPULAN
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak
20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian
mengalami abortus.
Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan, dengan usia kehamilan dibawah 20
minggu selain dicurigai sebagai abortus tapi perlu juga dipikirkan diagnosa banding