Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui metoda-metoda pengujian antimikroba
2. Dapat mengetahui seberapa besar potensi antibiotik yang digunakan
untuk membunuh mikroorganisme
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan salah satu makluk hidup yang dapat hidup pada
ekosistem maupun dalam tubuh makluk hidup lainnya. Mikroorganisme terdapat
beberapa yang menguntungkan bagi makluk hidup lainnya tetapi ada juga yang
dapat merugikan bagi makluk hidup lainnya. Menurut habitatnya mikrooganisme
ada yang hidup di udara, tanah, tubuh makluk hidup, dan ada juga yang hidup
di air. Sedangkan menurut kebutuhan oksigennya mikroorganisme ada yang
aerob (membutuhkan oksigen) maupun ada juga yang anaerob (tidak
membutuhkan oksigen) (Mik Hindersah, 2007).
Mikroorganisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora
mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fatogrof,
umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak
(multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrient
dengan cara absorpsi.
Bakteri merupakan uniseluler, pada umumnya tidak berklorofil, ada
beberapa yang fotosintetik dan produksi aseksualnya secara pembelahan dan
bakteri mempunyai ukuran sel kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop. Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5
1,0 m kali 2,0-5,0 m, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau
kokus, bentuk batang atau Bacillus, bentuk spiral (Dwidjoseputro,1985).
2.6 Antimikroba
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara.
Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme
daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara
fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan,
antiseptik, sterilizer, sanitizer dan sebagainya.
Daya hambat antibakteri berbeda-beda. Antibakteri dapat dibedakan
berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat
pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang mengakibatkan perubahan
permeabilitas membrane sel atau menghambat pengangkutan aktif melalui
membrane sel, antibakteri yang menghambat sintesis protein dan antibakteri
yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi
menjadi dua yaitu bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak
membunuh, bakteri tumbuh lagi setelah agen dihilangkan) dan bakterisid
(bakteri tidak dapat tumbuh lagi walaupun tidak terkena zat itu lagi).
Kekuatan daya hambat bakteri dibagi atas: sangat kuat (zona bening >
20mm), kuat (zona bening 10 20mm), sedang (zona bening 5 10mm),
lemah (<5mm) (Dewi,2010).
2.7 Metoda Uji Aktivitas Anti-Mikroba
Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang
efektif dan efisien.
1. Metode Dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (broth dilution) dan
dilusi padat (solid dilution).
a. Metode dilusi cair, digunakan unutk mengukur MIC atau kadar hambat
minimum dan MBC atau kadar bunuh minimum. Cara yabg dilakukan
adalah dengan memberi seri pengenseran agen antimikroba pada
medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen
antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya
pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang
ditetapkan sebagi KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media
cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba dan
diikubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah
diinkubasi ditetapkan sebagai KMB.
b. Metode dilusi padat, metode ini serupa dengan metode dilusi cair
namun menggunakan media padat (soil). Keuntungan metode ini
adalah suatu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan
untuk menguji beberapa mikroba uji.
2. Metode Difusi
a. Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas
agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan
pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan
berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan
adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba
permukaan media agar.
b. Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory
concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi
minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghabat pertumbuhan
mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang
mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan
diletakkan permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme.
Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang
menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media agar.
c. Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan
pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam
cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji
(maksimum 6 macam) digoreskan kearah parit yang berisi agen
antimikroba.
d. Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat sumur
pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan
pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji.
e. Gradient-plate technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara
teoretis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan
larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang kedalam cawan
petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya
dihitung diatasnya.
BAB III
METODA KERJA
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini disamping tabung reaksi,
Erlenmeyer 250 mL dan 100 mL, pipet tetes, spatula, kaca arloji, lampu spiritus,
magnetic stirrer, dan hot plate yang lazim digunakan di laboratorium kimia, juga
ada alat-alat lainnya seperti autoclave yang digunakan untuk mensterilkan alat
dan media. Tempat untuk media pertumbuhan mikroba dibuat menggunakan
petridish dan tabung reaksi dimana kapas, kasa steril, dan alumunium foil
digunakan untuk menutup tabung reaksi maupun medium. Jarum ose pada
praktikum ini digunakan untuk memindahkan bakteri ke medium. Selain itu,
untuk menguji aktivitas antimikroba, digunakan paperdisc yang sudah
disterilkan, dan pinset steril untuk meletakkan paperdisc pada permukaan agar.
3.2 Bahan
Bahan praktikum yang digunakan meliputi ekstrak daging, tepung tapioka,
aquadest, agar, dua jenis larutan senyawa antimikroba 1B dan 4B, larutan
antibiotik (kontrol positif dan kontrol negatif), tripton/pepton, ekstrak khamir,
NaCl, Stock glycerol E.coli dan Stock glycerol Staphylococcus aureus.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
media kultur cair bakteri dapat digunakan sebagai media untuk tumbuhnya
bakteri. Media pertumbuhan bakteri yang digunakan untuk uji aktivitas senyawa
antimikroba biasanya mengandung komposisi yang lebih kompleks yaitu media
Mueller-Hinton Agar (MH). Metoda Kirby-Bauer dapat digunakan untuk uji
aktivitas antimikroba dengan prinsip berdasarkan pengukuran diameter zona
inhibisi atau luas area jernih. Permukaan media MH yang tidak kering (basah)
menyebabkan terendamnya paperdisc yang telah dicelupkan ke dalam
senyawa antimikroba sehingga daerah warna bening atau zona inhibisi dari
media tidak terlihat dan tidak bisa diukur.
5.2 Saran
Untuk percobaan selanjutnya sebaiknya jumlah agar yang digunakan sesuai
takaran dan lebih banyak daripada jumlah pepton, proses autoclave mencapai
waktu dan suhu yang ditetapkan, dan tetap menjaga kesterilan saat proses
inokulasi dan pengujian aktivitas senyawa antimikroba dilakukan. Selain itu,
pahami prosedur kerja supaya percobaan selanjutnya berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan (Review of Medical Microbiology). Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Mik Hindersah, dkk. Isolasi dan identifikasi bakteri aerob dan fungi dari lumpur
kolam anaerob di instalasi pengolahan air limbah bandung. Jurnal Teknik
Lingkungan., 2007, 13(2):1-4.
Hasil
C. Pembuatan Media Mueller-Hinton Agar
0,2 g ekstrak daging + 2 gr pepton
+ 0,2 g tepung tapioka + 0,5 g agar
- dimasukkan dalam beaker glass 250 mL
- di(+) 100 mL aquadest
- dipanaskan
- disterilkan selama 20 menit pada suhu 121
- dibagi dalam 4 tabung reaksi
- didinginkan pada suhu 60
- disiapkan 4 buah petridish & dibagi 6 bagian
- dituangkan MH & dibiarkan mengeras
- diinkubasi selama 1 malam
- diamati & petridish ditutup
- disimpan di refigerator
Hasil
2. Metode Difusi
a. Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan
aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba
diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme
oleh agen antimikroba permukaan media agar.
b. Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum
inhibitory concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghabat
pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip
plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah
hingga tertinggi dan diletakkan permukaan media agar yang telah
ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih
yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba
yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar.
c. Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan
pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam
cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji
(maksimum 6 macam) digoreskan kearah parit yang berisi agen
antimikroba.
d. Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat
sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme
dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji.
e. Gradient-plate technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar
secara teoretis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar
dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang
kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi
kedua selanjutnya dihitung diatasnya.