Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
yang terdapat pada air limbah bersumber dari limbah industri yang mengolah
bahan baku yang mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi industri.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kadar Minyak dan Lemak di dalam air sungai
2. Mengetahui baku jutu dari minyak dan lemak di dalam air sungai
3. Mengetahui metode gravimetri untuk penetapan minyak dan lemak
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2 Minyak yang diperoleh dari kegiatan penambangan (minyak
bumi).Berdasarkan sifat mengeringnya, minyak dibagi atas (Anonymous
A, 2008):1.
3 Minyak mengering (drying oil)Minyak mengering yaitu minyak yang
mempunyai sifat dapat mongering jika kena oksidasi dan akan berubah
menjadi lapisan tebal, bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika
dibiarkan di udara terbuka. Contohnyaminyak kacang kedelai.
4 Minyak setengah mongering (semi-drying oil)Yaitu minyak yang
mempunyai daya mengering lebih lambat. Contohnyaminyak bunga
matahari.
5 Minyak tidak mongering (non drying oil)Contohnya minyak zaitun,
minyak kacang, dan minyak buah persik.Lemak atau lipid merupakan
suatu senyawa organik yang terdapat pada alamyang tidak larut di dalam
air, akan tetapi akan larut dalam pelarut organic non- polar (anonymous
C, 2009).Berdasarkan komponen dasarnya, lemak atau lipid terbagi
dalam (AnonymousC, 2008)
Lipid Sederhana
Lipid Majemuk
Lipid Turunan.
Perbedaan minyak dan lemak adalah dalam hal wujudnya pada suhu kamar.
Padasuhu kamar, lemak berwujud padat sedangkan minyak berwujud cair. Oleh
karenaitu dikenal lemak hewani (lemak sapi) dan minyak nabati /minyak
jagung(Anonymous A, 2009).Lemak dan minyak merupakan dua zat yang tidak
larut dalam air, tetapi larutdalam pelarut nonpolar. Pada suhu kamar, lemak
berwujud padat sedangkatminyak berwujud cair. Hal ini disebabkan kandungan
asam lemak jenuhdalam lemak lebih tinggi, sedangkan minyak mengamdung
asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi. Kandungan asam lemak tak jenuh yang
tinggi padaminyak menyebabkan minyak mudah teroksidasi. Minyak yang
teroksidasi biasanya berbau tengik. (Nahadi. 2009). Titik lebur lemak dan minyak
dipengaruhi oleh asam lemak pembentukannya.Untuk asam lemak jenuh, titik
4
lebur biasanya semakin tinggi dengan bertambahnya rantai C, sedangkan untuk
asam lemak tak jenuh, titik lebur
Semakin rendah dengan bertambanhnya jumlah ikatan rangkap. Asam
lemak jenuh memilikititik lebur lebih tinggi dibandingkan asam lemak tak
jenuhdengan jumlah atom C yang sama (anonymous C, 2009).Untuk pengujian
kemurnian minyak lemak dilakukan pengukuran indeks bias. Semakin panjang
rantai C, semakin banyak ikatan rangkap dan semakintinggi suhu dan berbanding
lurus dengan besarnya indeks bias. Pengukuranindeks bias minyak dilakukan pada
suhu 250c dan lemak pada suhu 400c.Alat yang digunakan untuk mengukur
indeks bias dinamakan refraktometer (Anonymous, 2008).Minyak dan lemak
memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia.Beberapa kegunaan
lemak dan minyak adalah ( Nahadi. 2006)
Sebagai cadangan energi
Sebagai bahan penyusun lipid. Lipid merupakan yang berguna
dalam pembentukan membran sel dan hormone.Dalam kehidupan
sehari hari untuk pembuatan sabun dan deterjen (direaksikan dengan
alkali,reaksinya disebut safonifikasi untuk pembuatan alat penerangan
(lilin).
5
BAB III
METODE
6
3.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat yang digunakan
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1. Gelas piala 300 ml 1 buah
2. Pipet volumetrik 50 ml 1 buah
3. Corong pisah - 1 buah
4. Pipet tetes - 1 buah
5. Labu destilasi - 1 buah
6. Neraca analitik - 1 buah
7. Heater - 1 buah
8. Oven - 1 buah
7
3.3 Cara Kerja
Berikut ini adalah cara kerja untuk mengetahui keberadaan Minyak dan lemak
3.4 Metode
8
lain dari sampel itu maupun pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang
paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-
pengganggunya (Underwood, 1992). Pemisahan unsur murni (analit) yang
terdapat dalam sampel dapat terjai melalui beberapa cara. Diantaranya yang
terpenting adalah dengan : (i) cara pengendapan; (ii) cara penguapan atau
pengeringan (evolution); (iii) cara analisis pengendapan dengan memakai
listrik dan (iv) berbagai cara fisik lainnnya (Rohman, 2007).
Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari
larutannya dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukar larut, sehingga
tidak ada yang hilang selama penyaringan, pencucian dan penimbangan.
(Rohman, 2007).Pengendapan dapat dilakukan dalam gelas piala (Erlenmeyer)
dan pereaksi untuk mengendapkan (presipitan) ditambahkan pelan-pelan
dengan pipet atau buret sambil larutan terus diaduk. Pengendapan biasanya
dilakukan dengan larutan yang encer. Kemurnian endapan tergantung antara
lain dari bahan-bahan yang ada dalam larutan sebelum atau setelah
penambahan pereaksi (presipitant) dan juga dari kondisi pengendapan
(Rohman, 2007).
Pencucian endapan dimaksudkan untuk membersihkan endapan dari
cairan induknya yang selalu terbawa. Larutan yang digunakan untuk mencuci
sedapat mungkin sedikit saja untuk menghindari adanya endapan yang larut.
Untuk mencuci dapat Dalam metodeekstraksi minyak dan lemak digunakan
metode gravimetri. Minyak dan lemak berupa berbagai zat organik termasuk
hidrokarbon, lemak, minyak mempunyai berat molekul tinggi dari asam lemak
secara bersamaan(Hammer, 2004)
9
BAB IV
1. DO 4,69 mg/l
10
No. Parameter Gambar Keterangan
3. pH 7,36
4.
Kekeruhan 18,14 NTU
5.2 Perhitungan
Rumus :
( )
11
Diketahui :
Volume sampel : 100 ml
Volume labu didih kosong : 108, 2004 gr
Volume labu didih dan residu : 108, 2492 gr
Jadi,
( )
= 0,488 mg/l
5.3 Pembahasan
Pengambilan sampel dilakukan di dekat Polsek Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Pengambilan sampel diambil dari atas jembatan, pada pagi hari pukul 07.00 WIB
dan keadaan cerah dan panas. Dari pengamatan secara insitu praktikan melihat air
sungai berwarna hijau dan keruh, ditemukan banyak sampah yang mengapung
disungai baik sampah organik seperti ranting pohon, maupun sampah anorganik
seperti bungkus plastik, botol minuman dan barang-barang rumah tangga
lainnya.Dari pengukuran insitu yang dilakukan pada lokasi sampel didapatkan
suhu air sungai yaitu 25C. Air pada lokasi pengambilan sampel sangatlah keruh,
berwarna hijau, dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Banyak sampah yang
mengapung pada badan air, dan beberapa bintik sungai pada permukaan air. Air
hampir tidak mengalami pergerakan atau aliran. Sehingga debit yang terhitung
adalah sebesar 0,24 m3/detik. Lalu pengamatan secara eksitu dilakukan untuk
mengetahui kadar deterjen yang terdapat di dalam air dengan menggunakan
metode partisi gravimetri.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri. Kandungan zat
minyak dan lemak dalam air dapat ditentukan melalui contoh uji air dengan
heksana, adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi
masuknya sinar matahari kedalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak
12
dapat berlangsung akibat oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses
fotosintesis sehingga kandungan oksigen dalam air menurun.
Analisis minyak lemak dalam contoh uji air diekstrasi dengan pelarut organik
dalam corong pisah. Ekstrak minyak lemak dipisahkan dari pelarut organik secara
Gravimetri. Residu yang tertinggal pada labu destilasi ditimbang sebagai hasil
minyak dan lemak. Fungsi dari n-hexane untuk memisahkan antara fraksi organik
dan fraksi air. Jika fraksi organik masih mengandung air atau terdapat emulsi
ditambahkan dengan alkohol. Pada saat destilasi minyak lemak dipanaskan
dengan hot plate pada suhu 85 oC agar n-hexane menguap sempurna.
Dari hasil percobaan, praktikan mendapatkan hasil kadar minyak dan
lemak yang terdapat pada sampel adalah 0,488 mg/l. Kadar minyak dan lemak
yang diperbolehkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air baku dan pengendalian pencemaran air, berdasarkan
klasifikasi mutu air dalam Peraturan Pemerintah tersebut, air sungai yang
dijadikan sebagai sampel termasuk kelas empat, yaitu air yang di peruntukannya
dapat digunakan untu mengairi, pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air sama dengan kegunaan tersebut, namun kadar
maksimum untuk minyak dan lemak tidak persyaratkan untuk golongan kelas
empat. Keadaan sungai terlihat memiliki bau yang tidak sedap, dan warna yang
keruh sehingga dapat dikatakan bahwa air sungai tersebut telah terkontaminasi.
Pada PERMENKES No. 492 Tahun 2010 dan KEPGUB No. 582 Tahun 1995
juga tidak tercantum ketentuan maksimal untuk kadar minyak dan lemak di dalam
air.
13
BAB V
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15