You are on page 1of 12

MATERIALITAS DAN RISIKO

MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang
harus dikeluarkan. FSAB mendefinisikan materialitas sebagai besarnya penghapusan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya dapat mengakibatkan perubahan
atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.

Langkah-langkah dalam menetapkan materialitas:

Menetapkan materialitas untuk laporan


Langkah 1 keuangan secara keseluruhan

Merencanakan luas
pengujian
Menentukan materialitas kinerja
Langkah 2

Mengestimasi total salah saji dalam


Langkah 3 segmen

Mengestimasi total salah saji gabungan


Langkah 4 Mengevaluasi hasil-hasil

Membandingkan estimasi salah saji


Langkah 1 gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tentang
materialitas
MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang membuat auditor
yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai
yang bijaksana. Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk
membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Auditor mungkin akan melakukan revisi
pertimbangan tentang materialitas karena adanya perubahan dalam salah satu faktor yang
digunakan untuk menentukan pertimbangan pendahuluan, auditor memutuskan bahwa
pertimbangan pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan materialitas:


1. Materialitas lebih merupakan konsep yang Relatif bukannya Absolut.
Kesalahan penyajian atas besaran tertentu mungkin saja bersifat material bagi perusahaan skala
kecil, sedangkan kesalahan penyajian dengan jumlah dolar yang sama, bagi perusahaan lainnya
yang berskala besar, dapat bersifat tidak material.
2. Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
Diperlukan tolak ukur untuk menentukan apakah salah saji itu material. Laba bersih
sebelum pajak, umumnya merupakan dasar pertimbangan utama yang dipergunakan
untuk menentukan tingkat materialitas, karena item ini dianggap sebagai item penting
dalam penyajian informasi kepada para pengguna laporan.

Faktor-faktor Kualitatif yang juga mempengaruhi Tingkat Materialitas


Nilai-nilai yang melibatkan kecurangan seringkali dianggap lebih penting dari pada
sejumlah nilai yang sama tetapi yang diakibatkan oleh kekeliruan yang tidak disengaja
karena perbuatan tersebut merefleksikan kejujuran serta reliabilitas manajemen atau
karyawan yang terlibat.
Kesalahan penyajian yang kecil dapat bersifat material jika terdapat kemungkinan
timbulnya berbagai konsekuensi atas sejumlah kewajiban kontrak.
Kesalahan penyajian dapat menjadi material apabila mempengaruhi trend laba.

MENENTUKAN MATERIALITAS KINERJA


Materialitas kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan auditor pada angka yang lebih kecil
dari meterialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi menguranginya ke tingkat
probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agregat dari salah saji yang belum dikoreksi atau
tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Penentuan
materialitas kinerja didasarkan pada pertimbangan professional dan mencerminkan jumlah salah saji
yang ingin diterima auditor dalam segmen tertentu.
Tiga kesalahan utama dalam mengalokasikan materialitas pada akun-akun neraca:
1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandunglebih banyak salah saji dibandingkan
akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertibangkan.
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalikasian ini.
Tujuan mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke akun-akun neraca dalam
membantu auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan bagi setiap akun dalam
neraca maupun laporan laba-rugi.

MENGESTIMASI SALAH SAJI


Cara untuk menghitung estimasi salah saji yaitu membuat suatu proyeksi langsung dari sampel yang
ada pada populasi serta menambahkan suatu estimasi atas sampling error. Dengan perhitungan
sebagai berikut:
Salah saji bersih yang terkandung dalam sampel x Total Nilai Populasi yang tercatat = Proyeksi langsung atas estimasi salah saji
Total sampel

RISIKO AUDIT
Model risiko audit:
PDR = AAR / (IR x CR)
PDR : Risiko Deteksi yang direncanakan (Planned Detection Risk)
AAR : Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
IR : Risiko Inheren (Inherent Risk)
CR : Risiko Pengendalian (Control Risk)

Tabel Ilustrasi Perbedaan Bukti Asuransi


Siklus peolehan
Siklus penjualan dan Siklus pembelian Siklus penggajian Siklus persediaan
dan pembayaran
penangihan dan pembayaran dan personalia dan pergudangan
kembali modal
Penilaian auditor atas
Memperkirakan Memperkirakan Memperkirakan Memperkirakan Memperkirakan
ekspetaksi salah saji yang
beberapa salah saji banyak salah saji sedikit salah saji banyak salah saji sedikit salah saji
material sebelum
A
mempetimbangkan
pengendalian inenal resiko
(sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi) (rendah)
(inheren)
Penilaian auditor atas Keefektifan
Keefektifan sedang Keefektifan tinggi Keefektifan tinggi Keefektifan rendah
keaktifan pengendalian sedang
B internal untuk mencegah atau
mendeteksi salah saji yang
(sedang) (rendah) (rendah) (tinggi)
material (resiko pengendalian) (sedang)
C Kesediaan auditor untuk Kesediaan rendah Kesediaan rendah Kesediaan rendah Kesediaan rendah Kesediaan rendah
membiarkan salah saji yang
material tetap ada setelah (rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
menyelesaikan audit (risiko
audit yang dapat diterima)
Perencanaan luas bukti yang
Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
akan dikumpulkan auditor
D
(resiko deteksi yang
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
direncanakan)

Berikut ini kami sajikan sebuah contoh numeris untuk di bahas, walaupun tidak praktis untuk
mengukur seakurat seperti ditunjukkan angka-angka tersebut. Angka- angka yang digunakan adalah
untuk siklus persediaan dan pergudangan dalam tabel 9-2
IR = 100%
CR = 100%
AAR = 5%
0,05
PDR= 1,0 X 1,0 = 0,05 atau 5%

KOMPONEN MODEL RISIKO AUDIT


1. Risiko Deteksi yang Direncanakan
Risiko deteksi yang di rencanakan ( planned detection risk ) adalah risiko bahwa bukti audit untuk
suatu segmen akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat di toleransi.
ada dua hal penting yang harus di ketahui tentang risiko deteksi yang di rencanakan.
Risiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko audit. Risiko
ini akan merubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-faktor model risiko.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substansif yang direncanakan akan
dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi yang direncanakan. Jika
risiko deteksiyang direncanakan dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti
untuk mencapai rencana pengurangan risiko itu. Sebagai contoh dalam tabel 9-2(D), risiko deteksi
yang direncanakan adalah rendah untuk persediaan dan pergudangan, yang menyebabkan bukti
yang direncanakan menjadi tinggi. Hal sebaliknya berlaku untuk penggajian dan personalia.

2. Risiko Inheren
Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji( kekeliruan atau
kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian
internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan salah saji, dengan
mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah
tinggi. Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena pengendalian
internal diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian.
Dalam tabel 9-2, risiko inheren (A) dinilai tinggi untuk siklus persediaan dan pergudangan, serta
lebih rendah untuk pengggajain dan personalian serta akuisisi dan pembayaran kembali modal.
Penilaian seperti ini biasanya didasarkan pada diskusi dengan manajemen, pengetahuan tentang
perusahaan, serta hasil audit tahun-tahun sebelumnya.
Risiko inheren berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang direncanakan dan bersifat langsung
dengan bukti. Risiko inheren untuk persediaan dan pergudangan dalam tabel 9-2 adalah tinggi,
sehingga menghasilkan risiko inheren lebih rendah.
Selain meningkatkan bukti audit untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit
tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf yang lebih berpengalaman pada bidang itu serta
mereview pengujian audit yang telah selesai secara lebih menyeluruh.

3. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian( control risk )mengukur penilaian auditor apakah salah saji yang melebihi
jumlah yang dapat di toleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal klien. Asumsikan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian
internal sama sekali tidak efektif untuk mencegah atau mendeteksi salah saji
Model risiko audit ini menunjukkan hubungan yang erat antara risiko inheren dan risiko
pengendalian. Sebagai contoh , risiko inheren sebesar 40 persen dan risiko pengendalian sebesar
60 persen akan memiliki dampak yang sama terhadap risiko deteksi yang direncanakan dan bukti
yang direncanakan dengan risiko inheren sebesar 60 persen dan risiko pengendalian sebesar 40
persen. Dalam kedua kasus tersebut, perkalian IR dengan CR akan menghasilkan denomintator
dalam model risiko audit sebesar 24 persen. SAS 107( AU 312) menyebut kombinasi risiko inheren
dan risiko pengendalain ini risiko salah saji material ( risk of material misstatement). Auditor
dapat menggabungkan penilaian atas risiko salah saji yang material atau dapat juga menilai risiko
pengendalian secara terpisah.
Sebelum dapat menetapkan risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100 persen, auditor harus
memahami pengendalian internal yang ada, mengevaluasi seberapa baik pengendalian tersebut
berfungsi, serta menguji keefektifannya. Pemahaman atas pengendalian internal ini dibutuhkan
pada semua audit. Dua hal yang terakhir adlah langkah-langkah dalam penilaian risiko
pengendalian yang hanya diharuskan jika auditor menilai risiko pengendalian di bawah
maksimum.
Auditor perusahaan publik memilih untuk mengandalkan secara ekstensif pada pengendalian,
karena mereka harus menguji keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan untuk
memenuhi persyaratan UU Sarbanex- oxley. Apabila pengendalian mungkin tidak efektif dan
risiko inheren tinggi, penggunaan model risiko audit akan menyebabkan auditor mengurangi
risiko deteksi yang direncanakan sehingga meningkatkan bukti yang direncanakan.
4. Risiko Audit yang Dapat Diterima
Risiko audt yang dapat diterima ( acceptable audit risk) adalah ukuran kesediaan auditor untuk
menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit
selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan
risiko audit yang dapat diterima yang lebih rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa laporan
keuangan tidak disalahsajikan secara material. Risiko nol berarti takin sekali, dan risiko sebesar
100 persen berarti sama sekali tidak yakin.
Sering kali , auditor menyebut istilah audit assurance ( yang juga disebut assurance keseluruhan
atau tingkat assuranse) dan bukan risiko audit yang dapat diterima. Audit assurance atau istilah-
istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap risiko audit yang dapat diterima,nyaoitu satu
dikurangi risiko audit yang dapat diterima. Dengan kata lain, risiko audit sebesar 2 persen sama
dengan audit assurance sebesar 98 persen.
Apabila digunakan model risiko audit, ada hubungan langsung antara risiko audit yang dapat
diterima dan risiko deteksi yang direncanakan, serta hubungan berbanding terbalik antara risiko
yang dapat diterima dan bukti yang direncanakan. Jika auditor memutuskan untuk mengurangi
risiko audit yang dapat diterima, risiko deteksi yang direncanakan juga dikurangi, dan bukti yang
direncanakan harus ditambah. Untuk klien dengan risiko audit yang diterima lebih rendah,
auditor sering kali juga menugaskan staf yang lebih berpengalam atau mereview file audit dengan
lebih cermat.

MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA


Auditor harus memutuskan risiko audit yang tepat yang dapat diterima dalam suatu audit selama
perencanaan audit. Auditor menggunakan risiko penugasan untuk memodifikasi risiko audit yang
dapat diterima.
Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau KAP akan menderita kerugian
setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar. Risiko penugasan berkaitan erat dengan
risiko bisnis klien, yang telah dibahas dalam bab 8. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi risiko
penugasan antara lain:

1. Derajat Ketergantungan Pemakai Eksternal Pada Laporan Keuangan


Jika pemakai eksternal sangat tergantung pada laporan keuangan, maka tepat untuk mengurangi
risiko audit yang dapat diterima, tetapi jika laporan keuangan sangat diandalkan, mungkin saja
akan timbul kerugian sosial yang besar jika salah saji yang signifikan dalam laporan keuangan
tetap terdeteksi. Ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik mengenai derajat
ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan:
Ukuran klien. Secara umum, semakin besar operasi klien, semakin luas pemakaian laporan
keuangan. Ukuran klien, yang diukur menurut total aktiva atau total pendapatan, akan
mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima.
Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan terbuka umumnya diandalkan oleh
lebih banyak pemakai ketimbang laporan keuangan perusahaan tertutup. Adapun pihak-pihak
yang berkepentingan mencakup SEC, para analis keuangan, serta masyarakat umum.
Sifat dan jumlah kewajiban. Apabila dalam laporan keuangan terdapat kewajiban berjumlah
besar. Laporan keuangan tersebut akan digunakan secara luas oleh kreditor aktual maupun
calon kreditor, ketimbang apabila kewajiban berjumlah kecil.

2. Kemungkinan Bahwa Klien akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit
Dikeluarkan.
Jika klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan atau menderita kerugian yang besar
setelah audit selesai, auditor menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk membela audit
ketimbang jika klien tidak mengalami tekanan keuangan. Ada beberapa faktor yang merupakan
indikator yang baik bahwa probabilitasnya meningkat yaitu:

Posisi likuiditas. Jika klien terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja, hal ini
mengindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan di masa depan.
Laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya. Jika suatu perusahaan mengalami penurunan laba atau
kenaikan kerugian yang pesat selama beberapa tahun, auditor harus mengetahu solvensi yang
mungkin dihadapi klien di masa depan.
Metode pembiayaan pertumbuhan. Jika klien semakin mengandalkan utang sebagai alat
pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan jika keberhasilan operasi klien
menurun.
Sifat operasi klien. Jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih besar dari yang
lainnya. Sebagai contoh perusahaan yang mengandalkan satu produk akan lebih besar
kemungkinannya terjadi pailit dibanding produsen yang terdiversifikasi (produk yang
beragam).
Kompetensi manajemen. Manajemen yang berkompeten akan lebih waspada terhadap
potensi kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode operasinya untuk meminimalkan
dampak masalah jangka pendek.

3. Evaluasi Auditor atas Integritas Manajemen.


Seperti telah dibahas dalam bab 8 sebagai bagian dari investigasi atas klien baru dan evaluasi atas
kelanjutan klien. Jika klien memiliki integritas yang meragukan, maka auditor akan menilai risiko
audit yang dapat diterima yang lebih rendah. Perusahaan yang memiliki integritas rendah
seringkali menjalankan urusan bisnisnya dengan cara akhirnya menimbulkan konflik dengan para
pemegang saham, pembuat peraturan, serta pelanggan. Berikut beberapa metode yang
digunakan praktisi untuk menilai risiko audit yang dapat diterima.

Metode yang digunakan untuk menilai


Faktor-faktor
risiko audit yang dapat diterima
1. ketergantungan pemakai eksternal pada Menelaah laporan keuangan, termasuk
laporan keuangan catatan kaki, seperti formulir 10K
(laporan tahunan yang diperlukan SEC
setiap tahun yang berisi komprehensif
keadaan bisnis perusahaan yang
diajukan 90 hari setelah akhir tahun
fiskal) untuk perusahaan terbuka.
Membaca notulen rapat dewan direksi
untuk menentukan rencana masa depan
Membaca laporan analis keuangan
terbuka
Membahas rencana pembiayaan dengan
manajemen
2. Kemungkinan terjadinya kesulitan Menganalisis laporan keuangan untuk
keuangan mengenali kesulitan keuangan dengan
menggunakan rasio serta prosedur analis
lainnya
Menelaah laporan arus kas historis dan
yang diproyeksikan untuk mempelajari
sifat arus kas masuk kas keluar.

3. Intergritas Manajemen Mangikuti prosedur yang dibahas pada


bab 8 tentang penerimaan dan
kelanjutan klien

MENILAI RISIKO INHEREN

Pencantuman risiko inheren (risiko bawaan/risiko melekat) pada model risiko audit adalah salah satu
konsep terpenting dalam auditing. Auditor harus memprediksi di mana salah saji yang paling besar
dan paling kecil yang mungkin terjadi dalam segmen-segmen laporan keuangan. Berikut beberapa
faktor utama ketika menilai risiko inheren adalah:

Sifat bisnis klien. Yaitu risiko inheren untuk akun-akun tertentu yang dipengaruhi oleh sifat bisnis
klien.
Hasil audit sebelumnya. Yaitu salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat
saja terjadi lagi dalam audit tahun berjalan, karena banyak jenis salah saji bersifat sistemis, dan
organisasi seringkali lamban dalam mengadakan perubahan untuk menghilangkan salah saji
tersebut
Penugasan awal versus penugasan berulang. Auditor akan memperoleh pengalaman dan
pengetahuan terkait tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa
tahun. Jika belum adanya hasil audit tahun sebelumnya akan menyebabkan sebagian besar
auditor menilai risiko inheren yang lebih tinggi pada audit awal dari pada penugasan berulang.
Pihak-pihak yang tekait. Yaitu transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak,
serta antara manajemen dan entitas perusahaan, apabila transaksi tersebut terjadi
antara dua pihak independen yang dilakukan secara arms length atau (hubungan
istimewa), kemungkinan transaksi tersebut disalahsajikan jauh lebih besar, sehingga
risiko inheren meningkat.
Transaksi nonrutin atau kompleks. Yaitu transaksi yang tidak biasa bagi klien atau
melibatkan kontrak yang panjang dan kompleks, lebih besar kemungkinannya dicatat
secara salah daripada transaksi yang bersifat rutin.
Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat.
Yaitu banyak saldo akun seperti investasi tertentu yang dicatat pada nilai wajar,
penyisihan untuk piutang tak tertagih, persediaan yang usang, kewajiban pembayaran
garansi, penggantian aset besar-besaran versus penggantian parsial, serta cadangan
kerugian pinjaman bank, memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manejemen,
sehingga kemungkinan salah saji meningkat dan akibatnya auditor harus memperbesar
risiko inhenren.
Unsur-unsur populasi. Setiap item-item yang membentuk total populasi sering kali juga
mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji material, sehingga auditor
menggunakan risiko inheren yang lebih tinggi untuk piutang usaha yang sebagian
rekeningnya sudah lama jatuh tempo.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
misapropriasi aset. Risiko kecurangan dapat dinilai untuk keseluruhan audit atau
menurut siklus, akun, dan tujuan. Untuk pelaporan keuangan yang curang dan risiko
misapropriasi aset, auditor pada bidang-bidang tertentu yang risiko kecuranganya lebih
tinggi serta merancang prosedur audit atau mengubah pelaksanaan audit secara
keseluruhan untuk merespons risiko-risiko tersebut. Auditor mulai menilai risiko inheren
selama tahap perencanaan dan mempengaruhi penilaian tersebut selama audit
berlangsung.

HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Hubungan Yang Mempengaruhi Risiko Dengan Risiko Dan Risiko Dengan Bukti Yang
Direncanakan

Faktor-faktor yang RISIKO BUKTI AUDIT


mempengaruhi Risiko

1. Ketergantungan pemakai eksternal Risiko Audit


2. Kemungkinan kegagalan keuangan yang dapat
3. Integritas Manajemen
diterima

1. Sifat Bisnis
2. Hasil Audit sebelumnya
3. Penugasan awal vs berulang
4. Pihak-pihak yang terkait
5. Transaksi non rutin atau kompleks L L T
6. Pertimbangan yang diperlukan
7. Unsur-unsur populasi Risiko Risiko deteksi yg Bukti audit yg
8. Faktor-faktor yg berkaitan dgn salah saji yg direncanakan direncanakan
timbul akibat pelaporan keuangan yang Inhere
curang T T
9. Kerentanan aset terhadap misapropriasi

1. Efektivitas pengendalian internal Risiko


2. Rencana pengendalian
Pengendalian

Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat diapakai auditor untuk mengubah
audit guna merespon risiko:

1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.


Dalam setiap penugasan, KAP harus menugaskan staf yang berkualifikasi dan berpengalaman.
2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya.
KAP harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan rencana auditor, bukti yang
dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah-masalah lain dalam audit, direview dengan
memadai.

Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian dan risiko inheren dinilai untuk setiap tujuan
audit dalam setiap segmen audit. Salah satu keterbatasan utama dalam menerapkan model risiko
audit adalah sulitnya mengukur komponen-komponen model tersebut.

Hubungan risiko dengan bukti.

HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI


Risiko Jumlah
Risiko Risiko Risiko Deteksi Bukti
Situasi Audit yang Inheren Pengendal yang Yang
diterima ian direncanak Dibutuhk
an an
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang

Hubungan risiko dan materialitas dengan bukti audit

Hubungan Yang Mempengaruhi Risiko Dengan Risiko Dan Risiko Dengan Bukti Yang Direncanakan

Risiko Audit Yang


Dapat Diterima

L L T
T T
Risiko Inheren Risiko deteksi yang Bukti Audit Yang
direncanakan Direncanakan

T L T
Risiko
Pengendalian

Materialitas
Kinerja
Konsep materialitas dan risiko dalam auditing berkaitan erat dan tidak terpisahkan. Risiko
adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas mengukur besaranya. Secara
bersama-sama, keduanya mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran.

Auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah pada saat terjadi bahwa penilaian awal
atas risiko pengendalian atau risiko inheren ditetapkan terlalu rendah atau risiko audit yang
dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi. Langkah tersebut antara lain:

1. Auditor merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. Jika auditor mengetahui
bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah maka akan
melanggar standar kemahiran.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit.

You might also like