Professional Documents
Culture Documents
MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang
harus dikeluarkan. FSAB mendefinisikan materialitas sebagai besarnya penghapusan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya dapat mengakibatkan perubahan
atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Merencanakan luas
pengujian
Menentukan materialitas kinerja
Langkah 2
RISIKO AUDIT
Model risiko audit:
PDR = AAR / (IR x CR)
PDR : Risiko Deteksi yang direncanakan (Planned Detection Risk)
AAR : Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
IR : Risiko Inheren (Inherent Risk)
CR : Risiko Pengendalian (Control Risk)
Berikut ini kami sajikan sebuah contoh numeris untuk di bahas, walaupun tidak praktis untuk
mengukur seakurat seperti ditunjukkan angka-angka tersebut. Angka- angka yang digunakan adalah
untuk siklus persediaan dan pergudangan dalam tabel 9-2
IR = 100%
CR = 100%
AAR = 5%
0,05
PDR= 1,0 X 1,0 = 0,05 atau 5%
2. Risiko Inheren
Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji( kekeliruan atau
kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian
internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan salah saji, dengan
mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah
tinggi. Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena pengendalian
internal diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian.
Dalam tabel 9-2, risiko inheren (A) dinilai tinggi untuk siklus persediaan dan pergudangan, serta
lebih rendah untuk pengggajain dan personalian serta akuisisi dan pembayaran kembali modal.
Penilaian seperti ini biasanya didasarkan pada diskusi dengan manajemen, pengetahuan tentang
perusahaan, serta hasil audit tahun-tahun sebelumnya.
Risiko inheren berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang direncanakan dan bersifat langsung
dengan bukti. Risiko inheren untuk persediaan dan pergudangan dalam tabel 9-2 adalah tinggi,
sehingga menghasilkan risiko inheren lebih rendah.
Selain meningkatkan bukti audit untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit
tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf yang lebih berpengalaman pada bidang itu serta
mereview pengujian audit yang telah selesai secara lebih menyeluruh.
3. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian( control risk )mengukur penilaian auditor apakah salah saji yang melebihi
jumlah yang dapat di toleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal klien. Asumsikan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian
internal sama sekali tidak efektif untuk mencegah atau mendeteksi salah saji
Model risiko audit ini menunjukkan hubungan yang erat antara risiko inheren dan risiko
pengendalian. Sebagai contoh , risiko inheren sebesar 40 persen dan risiko pengendalian sebesar
60 persen akan memiliki dampak yang sama terhadap risiko deteksi yang direncanakan dan bukti
yang direncanakan dengan risiko inheren sebesar 60 persen dan risiko pengendalian sebesar 40
persen. Dalam kedua kasus tersebut, perkalian IR dengan CR akan menghasilkan denomintator
dalam model risiko audit sebesar 24 persen. SAS 107( AU 312) menyebut kombinasi risiko inheren
dan risiko pengendalain ini risiko salah saji material ( risk of material misstatement). Auditor
dapat menggabungkan penilaian atas risiko salah saji yang material atau dapat juga menilai risiko
pengendalian secara terpisah.
Sebelum dapat menetapkan risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100 persen, auditor harus
memahami pengendalian internal yang ada, mengevaluasi seberapa baik pengendalian tersebut
berfungsi, serta menguji keefektifannya. Pemahaman atas pengendalian internal ini dibutuhkan
pada semua audit. Dua hal yang terakhir adlah langkah-langkah dalam penilaian risiko
pengendalian yang hanya diharuskan jika auditor menilai risiko pengendalian di bawah
maksimum.
Auditor perusahaan publik memilih untuk mengandalkan secara ekstensif pada pengendalian,
karena mereka harus menguji keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan untuk
memenuhi persyaratan UU Sarbanex- oxley. Apabila pengendalian mungkin tidak efektif dan
risiko inheren tinggi, penggunaan model risiko audit akan menyebabkan auditor mengurangi
risiko deteksi yang direncanakan sehingga meningkatkan bukti yang direncanakan.
4. Risiko Audit yang Dapat Diterima
Risiko audt yang dapat diterima ( acceptable audit risk) adalah ukuran kesediaan auditor untuk
menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit
selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan
risiko audit yang dapat diterima yang lebih rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa laporan
keuangan tidak disalahsajikan secara material. Risiko nol berarti takin sekali, dan risiko sebesar
100 persen berarti sama sekali tidak yakin.
Sering kali , auditor menyebut istilah audit assurance ( yang juga disebut assurance keseluruhan
atau tingkat assuranse) dan bukan risiko audit yang dapat diterima. Audit assurance atau istilah-
istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap risiko audit yang dapat diterima,nyaoitu satu
dikurangi risiko audit yang dapat diterima. Dengan kata lain, risiko audit sebesar 2 persen sama
dengan audit assurance sebesar 98 persen.
Apabila digunakan model risiko audit, ada hubungan langsung antara risiko audit yang dapat
diterima dan risiko deteksi yang direncanakan, serta hubungan berbanding terbalik antara risiko
yang dapat diterima dan bukti yang direncanakan. Jika auditor memutuskan untuk mengurangi
risiko audit yang dapat diterima, risiko deteksi yang direncanakan juga dikurangi, dan bukti yang
direncanakan harus ditambah. Untuk klien dengan risiko audit yang diterima lebih rendah,
auditor sering kali juga menugaskan staf yang lebih berpengalam atau mereview file audit dengan
lebih cermat.
2. Kemungkinan Bahwa Klien akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit
Dikeluarkan.
Jika klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan atau menderita kerugian yang besar
setelah audit selesai, auditor menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk membela audit
ketimbang jika klien tidak mengalami tekanan keuangan. Ada beberapa faktor yang merupakan
indikator yang baik bahwa probabilitasnya meningkat yaitu:
Posisi likuiditas. Jika klien terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja, hal ini
mengindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan di masa depan.
Laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya. Jika suatu perusahaan mengalami penurunan laba atau
kenaikan kerugian yang pesat selama beberapa tahun, auditor harus mengetahu solvensi yang
mungkin dihadapi klien di masa depan.
Metode pembiayaan pertumbuhan. Jika klien semakin mengandalkan utang sebagai alat
pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan jika keberhasilan operasi klien
menurun.
Sifat operasi klien. Jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih besar dari yang
lainnya. Sebagai contoh perusahaan yang mengandalkan satu produk akan lebih besar
kemungkinannya terjadi pailit dibanding produsen yang terdiversifikasi (produk yang
beragam).
Kompetensi manajemen. Manajemen yang berkompeten akan lebih waspada terhadap
potensi kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode operasinya untuk meminimalkan
dampak masalah jangka pendek.
Pencantuman risiko inheren (risiko bawaan/risiko melekat) pada model risiko audit adalah salah satu
konsep terpenting dalam auditing. Auditor harus memprediksi di mana salah saji yang paling besar
dan paling kecil yang mungkin terjadi dalam segmen-segmen laporan keuangan. Berikut beberapa
faktor utama ketika menilai risiko inheren adalah:
Sifat bisnis klien. Yaitu risiko inheren untuk akun-akun tertentu yang dipengaruhi oleh sifat bisnis
klien.
Hasil audit sebelumnya. Yaitu salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat
saja terjadi lagi dalam audit tahun berjalan, karena banyak jenis salah saji bersifat sistemis, dan
organisasi seringkali lamban dalam mengadakan perubahan untuk menghilangkan salah saji
tersebut
Penugasan awal versus penugasan berulang. Auditor akan memperoleh pengalaman dan
pengetahuan terkait tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa
tahun. Jika belum adanya hasil audit tahun sebelumnya akan menyebabkan sebagian besar
auditor menilai risiko inheren yang lebih tinggi pada audit awal dari pada penugasan berulang.
Pihak-pihak yang tekait. Yaitu transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak,
serta antara manajemen dan entitas perusahaan, apabila transaksi tersebut terjadi
antara dua pihak independen yang dilakukan secara arms length atau (hubungan
istimewa), kemungkinan transaksi tersebut disalahsajikan jauh lebih besar, sehingga
risiko inheren meningkat.
Transaksi nonrutin atau kompleks. Yaitu transaksi yang tidak biasa bagi klien atau
melibatkan kontrak yang panjang dan kompleks, lebih besar kemungkinannya dicatat
secara salah daripada transaksi yang bersifat rutin.
Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat.
Yaitu banyak saldo akun seperti investasi tertentu yang dicatat pada nilai wajar,
penyisihan untuk piutang tak tertagih, persediaan yang usang, kewajiban pembayaran
garansi, penggantian aset besar-besaran versus penggantian parsial, serta cadangan
kerugian pinjaman bank, memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manejemen,
sehingga kemungkinan salah saji meningkat dan akibatnya auditor harus memperbesar
risiko inhenren.
Unsur-unsur populasi. Setiap item-item yang membentuk total populasi sering kali juga
mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji material, sehingga auditor
menggunakan risiko inheren yang lebih tinggi untuk piutang usaha yang sebagian
rekeningnya sudah lama jatuh tempo.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
misapropriasi aset. Risiko kecurangan dapat dinilai untuk keseluruhan audit atau
menurut siklus, akun, dan tujuan. Untuk pelaporan keuangan yang curang dan risiko
misapropriasi aset, auditor pada bidang-bidang tertentu yang risiko kecuranganya lebih
tinggi serta merancang prosedur audit atau mengubah pelaksanaan audit secara
keseluruhan untuk merespons risiko-risiko tersebut. Auditor mulai menilai risiko inheren
selama tahap perencanaan dan mempengaruhi penilaian tersebut selama audit
berlangsung.
Hubungan Yang Mempengaruhi Risiko Dengan Risiko Dan Risiko Dengan Bukti Yang
Direncanakan
1. Sifat Bisnis
2. Hasil Audit sebelumnya
3. Penugasan awal vs berulang
4. Pihak-pihak yang terkait
5. Transaksi non rutin atau kompleks L L T
6. Pertimbangan yang diperlukan
7. Unsur-unsur populasi Risiko Risiko deteksi yg Bukti audit yg
8. Faktor-faktor yg berkaitan dgn salah saji yg direncanakan direncanakan
timbul akibat pelaporan keuangan yang Inhere
curang T T
9. Kerentanan aset terhadap misapropriasi
Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat diapakai auditor untuk mengubah
audit guna merespon risiko:
Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian dan risiko inheren dinilai untuk setiap tujuan
audit dalam setiap segmen audit. Salah satu keterbatasan utama dalam menerapkan model risiko
audit adalah sulitnya mengukur komponen-komponen model tersebut.
Hubungan Yang Mempengaruhi Risiko Dengan Risiko Dan Risiko Dengan Bukti Yang Direncanakan
L L T
T T
Risiko Inheren Risiko deteksi yang Bukti Audit Yang
direncanakan Direncanakan
T L T
Risiko
Pengendalian
Materialitas
Kinerja
Konsep materialitas dan risiko dalam auditing berkaitan erat dan tidak terpisahkan. Risiko
adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas mengukur besaranya. Secara
bersama-sama, keduanya mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran.
Auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah pada saat terjadi bahwa penilaian awal
atas risiko pengendalian atau risiko inheren ditetapkan terlalu rendah atau risiko audit yang
dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi. Langkah tersebut antara lain:
1. Auditor merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. Jika auditor mengetahui
bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah maka akan
melanggar standar kemahiran.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit.