Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing:
Pawiono, SST,.MPH.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga asuhan keperawatan tentang
Attention Deficyt Hiperaktivity Disorder (ADHD) ini dapat terselesaikan.
Proposal ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Neurobehaviour I.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Asuhan keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
4.5 Evaluasi ....................................................................................................48
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................49
5.2 Saran .........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak,
serta untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Bagi pembaca : diharapkan dengan paparan materi yang diberikan
dapatmemberika pengetahuan mengenai anak dengan ADHD
2. Bagi penyusun : setelah penyusunan makalah ini diharapkan penyusun
dapat lebih memahami materi mengenai anak ADHD, yaitu :
- Untuk mengetahui definisi ADHD
- Untuk mengetahui penyebab seorang anak menderita ADHD
- Untuk mengetahui patofisiologi dari ADHD
- Untuk mengetahui tanda dan gejala anak menderita ADHD
- Untuk mengetahui tumbuh kembang anak ADHD
- Untuk mengetahui Nutrisi yang tepat pada anak ADHD
- Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada orangtua yang
memilki anakADHD
- Untuk mengetahui bagaimankah peran perawat pada anak ADHD
- Untuk mengetahui pemeriksaan apa sajakah yang dapat
menegakkandiagnosa seorang anak menderita ADHD
- Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan
dari anak yang menderita ADHD
- Untuk mengetahui penatalaksanaan pada anak ADHD
- Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak ADHD
3. Bagi mahasiswa keperawatan : dapat dijadikan sebagai landasan
pengetahuan dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak ADHD
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan
hiperaktifitasdefisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan
dari adanyagangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan
jeniskelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural.
2.2 Etiologi
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini,
meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1. Faktor Penyebab
a. Faktor Genetik
3
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor
genetikdan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan
Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas
yangmenyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Masalah
kesulitanmemusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga diakibatkan adanya
cacatgenetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO juga
menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan
menggambar ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak,
olehkarena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya
patologi diarea prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan
predominasi padakorteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko tinggi
terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak pada janin
dan neonatal paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia.
Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan menyebabkan terjadinya patologi
yang merata pada korteks otakyang menimbulkan gangguan fungsi integrasi
koordinasi dan pengendaliankortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran
penting dalam aktivasi danintegrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh
karena itu, patologi yang merata pada korteks otak dianggap sebagai penyebab
terjadinya gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas
motorikyang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh
fungsinorepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu
memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan
oleh fungsi dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin
berpean pada terjadinya gejalaADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal.
Terjadinya ADHD disebabkanoleh beberapa sistem yang berbeda tetapi
memiliki hubungan yang erat. Sistemtersebut memiliki peran yang berbeda
terhadap metabolisme dopamin ataunorepinefrin. Meskipun berbagai obat anti
ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda, mekanisme kerja obat tersebut
sama baik dengan dopaminerjik ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan
dopamin adalah poten agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen
4
reseptor dopamin D4 (DRD 4) sampai saat initelah dianggap sebagai penyebab
gangguan ini ( Landau et al ., 1997 ;Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan
oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan pengaturan
perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen pengasuhan orangtua
yang buruk. Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor
lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh
orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada
orang tua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab ADHD.
Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan tetapi
berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang menunjukkan
bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut dengan ADHD.
2. Faktor Predisposisi
a. Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri
dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan perilaku-
perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor
predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut serta
penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan faktor-faktor
predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori dinamika keluarga.
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan fungsi
system.
5
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang
membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah menunjukkan
ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan ini menunjukkan
bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas menggambarkan adanya
disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya cerebellum juga terkena.
Penelitian neuroimaging pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil yang
konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk penelitian,
bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian neuroimaging, neuropsikologi
genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal yang memainkan peran
patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral, korteks cingulate dorsoanterior,
kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian anak ADHD ada kelambatan
perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada usia 3 tahun, di mana gejala ADHD
terjadi pada usia sekolah dasar.
Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks frontalis
yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan memusat-kan
proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak hiperaktif terlihat
berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang mengakibatkan adanya
perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol tingkah lakunya, namun ternyata
lebih cepat dalam perkembangan motorik, sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang
khas pada anak ADHD. Hal ini menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan
mempengaruhi faktor pertumbuhan dari susunan saraf pusat.
6
penebalannya jadi normal sesudah usia 10 tahun bersamaan dengan kesembuhan klinis
gejala ADHD.
Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari
neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme
catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan
norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah
substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine adalah locus
ceroleus.
1. Inatensi
7
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian dibandingkan
dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Masalah tersebut antara
lain:
a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci
b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak memahami
perintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang menuntut
ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau
tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun
verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang
b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
f. Ada saja hal yang dilakukan
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras
8
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
9
2. ADHD sebagai Gangguan Maladaptive
Jika dilihat dari perilaku yang ditunjukkan oleh anak ADHD, maka termasuk
dalam gangguan perilaku maladaptive. Maksudnya adalah perilaku-perilaku yang
muncul pada ADHD, yakni terlalu banyak bergerak, kehilangan perhatian, dan
impulsif akan menyebabkan hambatan penyesuaian diri dengan lingkungan
(maladaptif). Hal tersebut dapat terjadi karena anak kesulitan memilah stimulus
yang semestinya direspon dan diabaikan. Perilaku maladaptif pada anak ADHD
dikarenakan tidaka adanya kemampuan untuk mengontrol aktivitasnya sesuai
permintaan lingkungan. Adapun pada gejala impulsifitas, perilaku maladaptive
muncul karena mereka terlalu cepat an tidak terarah dalam merespon stimulasi
lingkungannya (Hardman, 1990)
3. ADHD sebagai Permasalahan Akademik
Hubungan anatara ADHD dengan gangguan belajar sangat bisa dimengerti ketika
anak dengan ADHD kehilangan perhatian dan konsentrasi pada pelajarannya, dan
justru beralih perhatian pada situasi-situasi umum di lingkungan belajarnya seperti
gambar di dinding. Pada siswa hiperaktif-impulsif memiliki kecenderungan yang
selalu bergerak dan berpindah tempat, serta perilaku yang terburu buru dan tidak
bisa dikendalikan yang mengahambat proses belajarnya. Secara umum gangguan
belajar anak ADHD dalam membaca dan menulis adalah kehilangan konsentrasi
dan tidak bisa fokus. Dalam matematika, anak ADHD seringkali kesulitan dalam
membaca tanda operasi hitungan dan kesulitan dalam memahami dan mengerjakan
soal cerita.
10
hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik
anak biasa
2. Masalah dirumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah
cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik
(gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala
dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi,
sehingga bila mengalami kekecewaan, dan gampang emosional. Selain itu anak
hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak
segera dipenuhi, hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan
tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-
temannya, karena sering dibuat jengkel, orangtua sering memperlakukan anak
secara kurang hangat. Orangtua kemudian banyak mengontrol anak, penuh
pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun
menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orangtua dengan
anak, baik anak maupun orangtua menjadi stress, dan situasi rumahpun
menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi.
Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang
negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu,
dan ditolak.
3. Masalah bicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara, dia banyak berbicara, namun
sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan
perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik, anak
ADHD cenderung banyak bergerak sehingga kurang mampu merespon lawan
bicara secara tepat.
4. Masalah fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak
sebaik anak lain, beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi
tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang
anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun
pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko
tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
11
2.6 Kebutuhan Nutrisi Anak ADHD
Makanan merupakan faktor penting yang menunjang pengobatan ADHD.
Makanan yang tepat membantu otak untuk lebih mudah berkonsentrasi, terfokus, dan
terorganisir. Nutrisi bagi anak ADHD harus bebas dari semua makanan penyebab
alergi yang mungkin dialami oleh anak tersebut. Makanan yang menyebabkan alergi
tidak hanya menyebabkan efek negatif pada perkembangan anak namun juga pada
kesehatan secara keseluruhan. Makanan juga harus mengandung semua vitamin yang
dibutuhkan serta suplemen jika diperlukan. Makanan sebaiknya juga disajikan
sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak untuk mau memakannya.
Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi bermanfaat sebagai salah satu cara yang
digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak
berbahaya, pengaturan nutrisi aman digunakan dalam jangka panjang.
Berikut adalah beberapa makanan yang yang baik dibetrikan kepada anak ADHD :
1. Karbohidrat Kompleks
Nutrisi yang diberikan pada anak ADHD adalah meningkatkan jumlah asupan
karbohidrat kompleks, karena nutrisi ini akan dicerna secara perlahan-lahan
sehingga membuat perut kenyang untuk waktu yang lama. Hal ini untuk
mencegah ngemil di antara waktu makan, dan menghindarkan dari makanan
olahan dan junk food yang dapat memperburuk gejala ADHD. Sertakan lebih
banyak sayuran dan buah-buahan, seperti buah pir, jeruk keprok, jeruk, buah kiwi,
apel dan jeruk dalam diet penderita. Karbohidrat kompleks di malam hari juga
dapat membantu penderita supaya mudah tertidur. Karbohidrat kompleks juga
diperlukan anak ADHD sebagai sumber energinya dikarenakan salah satu gejala
kelainan ini adalah aktivitas motorik anak yang berlebihan (hiperaktivitas).
2. Essential Fatty Acid (EFAs)
Merupakan salah satu lemak yang sebaiknya diberikan kepada anak. DHA asam
lemak omega 3 adalah kunci utama untuk mencegah ADHD berkembang di dalam
otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap anak dengan learning disorder,
termasuk tingkat perhatian yang menurun dan juga berlaku hiperaktif adalah salah
satu akibat dari penurunan EFA. Untuk meningkatkan kadar EFA, sebaiknya
perbayak konsumsi ikan, biji-bijian, dan juga kacang-kacangan yang merupakan
sumber EFA yang baik.
3. Vitamin B Kompleks
12
Vitamin B dibutuhkan untuk meningkatkan aktifitas saraf dan sangat baik untuk
menurunkan stres, dan keduanya ini banyak sekali ditemui pada anak-anak yang
menderita ADHD. Meskipun hampir seluruh vitamin B ini adalah baik, tapi ada
dua jenis yang memiliki potensial efek. Seperti vitamin B3 atau yang sering
dikenal dengan niacin. Niacin ini dapat menyebabkan iritasi kulit, yang sangat
berpengaruh pada kerusakan hati. Tingginya dosis vitamin B6 juga dapat
menyebabkan kurangnya sensitifitas anak.
Sumber vitamin B adalah ragi, hati, gandum utuh baik dari sereal atau roti, nasi,
kacang-kacangan, telur, susu, ikan, buah-buahan, daging, sayuran hijau dan juga
kedelai.
4. Protein
Protein merupakan penyumbang energi terbaik untuk tubuh. Hal ini juga sangat
baik untuk anak-anak dengan ADHD, dengan mengkonsumsi sedikit porsi protein
sehari mampu mengganti energi yang telah mereka keluarkan seharian.
Makanan yang mengandung protein dapat ditemukan pada telur ayam, daging
ayam, tempe maupun tahu. Juga terdapat pada udang, namun perlu diperhatikan
apakah anak alergi terhadap udang tersebut.
5. Kalsium dan Magnesium
Kalsium selain baik untuk pertumbuhan tulang juga sangat baik melapisi
membran sel dan melindungi jaringan syaraf. Hal ini sangat baik dalam
mempengaruhi tingkah laku anak anak ADHD. Magnesium juga memberikan efek
menenangkan pada sistem saraf, membantu menjaga otot dan fungsi saraf.
Susu dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium. Sayuran hijau seperti brokoli,
dan gandum utuh yang terkandung dalam sereal juga menjadi sumber tambahan.
Sedangkan bayam, kacang-kacangan, dan makanan yang berasal dari biji-bijian
kaya akan magnesium.
6. Mineral
Mineral merupakan salah satu mikronutrient yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
setiap hari, meskipun dengan jumlah yang tidak terlalu besar. 'Trace Mineral'
dapat membantu ADHD anak-anak termasuk zat besi dan zinc. Studi telah
membuktikan bahwa anak-anak dengan ADHD memiliki kadar zinc yang lebih
rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki ADHD. "Trace
Mineral' ini dapat ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran. Akan tetapi
mineral terbanyak bisa didapat dari multivitamin tambahan dengan kadar gula
rendah yang rendah
13
Jenis makananan yang pantang dikonsumsi oleh anak ADHD adalah :
1. Gula dan makanan manis
Gula harus dihindari untuk anak-anak karena dapat menyerap vitamin mineral dan
juga enzim yang terdapat dalam tubuh. Hindaari menu sarapan yang mengandung
kadar gula lebih banyak, seperti sereal, energy bars, minuman yang mengandung
pemanis dan pengawet, dan masih banyak lagi.
Selain itu mood anak-anak sebagaian besar dipengaruhi oleh fungsi tubuh,
terutama tingkat gula darah. Ketika tingkat gula darah seorang anak terlalu
rendah, mereka menjadi lamban, mudah bingung dan kalut. Sebaliknya, ketika
gula darah seorang anak terlalu tinggi, mereka menjadi mudah marah, gelisah,
cemas dan, pada banyak kasus, mereka tak bisa dikendalikan. Mereka bertindak
tanpa tujuan, dan ini terjadi di luar kendali mereka.
Ketika tingkat gula darah meningkat, tubuh akan bekerja lebih keras untuk
mengatasi peningkatan hormon kortisol dan adrenalin. Hormon yang menyuplai
energi bagi tubuh untuk mengatasi tekanan, memberikan anak sejumlah besar
energi.
Dilihat dari usianya, normal bagi seorang anak menjadi aktif secara fisik namun
kelebihan hormon-hormon tersebut dapat menjadikan mereka anak aktif. Mereka
belum mampu mengontrol timbunan energi ini
2. Zat Additives
Warna biru, pink, dan kuning dekorasi cake, atau goldfish crackers yang berwarna
warni sangat disukai anak-anak karena warnanya yang sangat mencolok. Lembaga
pengujian obat dan makanan di Amerika telah menemukan puluhan bahkan
ratusan makanan yang mzengandung zat additive atau pengawet guna
meningkatkan rasa, penampilan, dan juga aroma. Hal ini bukan berarti aman
untuk kesehatan anak khususnya yang menderita ADHD.
Usahakan makanan yang dikonsumsi sealami mungkin, tanpa menggunakan
pewarna seperti kuning dan merah, dan juga jauhkan dari makanan yang
mengandung Monosodium Glutamat(MSG).
3. Kafein
Kafein menyerap mineral daari dalam tulang, disaat tubuh sedang kekurangan
mineral. Kopi, teh dan minuman berkafein lainnya mengandung asam dan
kadarnya lebih rendah dari pH dalam tubuh, sehingga membuat tubuh bekerja
lebih keras untuk menyeimbangkan kadar pH dalam tubuh.
14
Hal ini menyebabkan anak-anak yang mengidap ADHD yang mungkin
mengkonsumsi terlalu banyak kafein yang seringkali terdapat dalam cokelat,
minuman soda, makanan manis lain kemungkinan kehilangan banyak mineral
dalam tubuh yang menyebabkan berkurangnya fungsi syaraf dalam tubuh.
4. Garam
Sodium yang terkandung dalam makanan asin adalah salah satu zat yang dihindari
untuk kasus anak dengan ADHD tinggi. Di banyak kasus telah diketahui bahwa
sodium dapat menyebabkan darah tinggi bagi orang dewasa. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan membawa pengaruh terhadap anak-anak dengan ADHD.
15
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang
tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid
yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organik
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)
Selain itu juga ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa ADHD
yaitu dengan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD. Tujuannya
adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK.Keluhan tersebutdapat
berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaitu formulir yang
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru
TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan dari pemeriksa.
3. Interpretasi :
a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
17
d. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
4. Intervensi :
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit
yangmemiliki: fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi
lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat
dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,dsb).
2.9 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan).
18
f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang
tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai
permasalahan umum dan memberi dukungan moral
g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai
pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan
melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial
antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-
vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati
ADHD antara lain :
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau
supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau
adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap
19
Sebagian orang tua merasa khawatir bahwa obat yang diminum akan
memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia
ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekhawatiran ini tidak dapat
dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak mendapatkan
penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi ketagihan obat-obatan
dan minuman beralkohol
20
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau
usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan)
?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara
atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 1 tahun)
1. Bayi usia 1-4 bulan.
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala
saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk
dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada
posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil
berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan
tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu
objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda
dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau
berekasi dengan mengoceh) ?
21
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum,
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit
dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi
sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila
ada orang asing) ?
22
3. Bayi Umur 8-12 bulan
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik
dan berdiri sendiri) ?
b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih
benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu
mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari,
membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan
papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan
spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum
dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau
lainnya dengan orang) ?
3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah
dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang,
mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun
atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap
orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota
badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu
kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba
memakai baju) ?
23
4. Masa Prasekolah (Preschool)
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk
berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan
dengan bantuan) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis
yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus,
mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk
bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan
jari, membuat coretan diatas kertas)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan
empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan
benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan,
mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi yntum
mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata,
memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang
anggota keluarga dekat)?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan
permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana
dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
mengenali anggota keluarga) ?
24
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara
mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan
bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah
(misalnya membersihkan rumah,memasak) ?
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman,
dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh
27
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang
terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada
riwayat cedera fisik.
3.3 Intervensi
1. Dx 1 : kerusakan interaksi social berhubungan dengan perubahan proses pikir.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan interaksi
sosial berjalan baik.
KH:
1. Interaksi dengan teman.
2. Interaksi dengan tetangga
3. Interaksi dengan keluarga
4. Ikut serta dalam aktivitas luang
5. Ikut serta dalam aktivitas sukarela
Intervensi:
1. Anjurkan klien dalam membangun hubungan teman, keluarga.
R/ membangun hubungan dengan teman dan keluarga dapat memberikan
stimulus pada anak untuk berinteraksi.
2. Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas
R/ aktivitas sosial dan komunitas dapat membentuk perilaku anak yang positif.
3. Anjurkan penggunaan komunikasi verbal
28
R/ penggunaan komunikasi verbal mengajarkan anak untuk berkomunikasi
dengan baik.
4. Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain
R/ tanggapan positif pada anak dapat menimbulkan rasa percaya diri anak
dalam bergaul dengan orang lain.
5. Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu
R/ kelompok kecil dapat memberikan stimulus pada anak dalam berinteraksi
dengan baik.
29
R/ Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang
dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian
membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung
jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai
seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
4. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-
perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan
suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam
disimpan.
R/ Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan
persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data
dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang
diidentifikasi sebagai maladaptif.
5. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak
R/ Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.
6. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan
pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek sfek
samping yang merugikan
R/ Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida,
alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari
ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi.
30
2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan
rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu
R/ Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak
sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya
3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur
R/ kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan
dari diet anak
R/ Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur
5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,
latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air
hangat)
R/ Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur
6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini
R/ Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari
istirahat dan aktivitas
7. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan
dalam keadaan ketakutan
R/ Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
4. Dx4: Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif.
Tujuan :Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat
pulang, ditandai dengan
KH:
1. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa
takut yang ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis
R/ Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan
kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak
2. Sampai kan perhartian tanpa syarat bagi pasien
31
R/ Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk
hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia
berharga bagi waktu anda
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak
R/ Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana
untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme
sikap defensive
R/ Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan
pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan
positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan
perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien.
6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa
takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras
yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan
R/ Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri
7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati
pencapaian tugas
R/ Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika
pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara
positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien
saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.
3.4 Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi
ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan
33
rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan
3.5 Evaluasi
1. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi
bahaya dapat teratasi dengan criteria hasil :
a. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu
melakukan agresi.
b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi
dari perilaku maladaptif diri sendiri.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif dapat teratasi
dengan criteria hasil :
a. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
b. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
c. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7
jam tanpa terbangun
3. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif dapat teratasi dengan criteria hasil:
a. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
b. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa
takut yang ektrim terhadap kegagalan.
34
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Seorang anak usia 5 tahun ibunya mengeluh kurang konsentrasi dalam proses
belajar di sekolah, tidak dapat duduk dengan tenang kaki dan tangan bergerak terus , merusak
barang dan menggangu temannya, mudah menangis bila keinginannya tidak dituruti, mudah
gelisah cemas dan marah, hasil pemeriksaan didapat TD : 110/80 mmHg, RR : 23x /menit,
Nadi : 90 x/menit, Suhu : 36,5 OC.
4.1 Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. R
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 5 tahun
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Pendidikan : play group
Pekerjaan :-
Alamat : Ds.Tangguangan Jombang
Tangga MRS : 13-10-2017
No. Reg : 00.92.77.86
Tanggal Pengkajian : 13-10-2017
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Keluhan Utama
Kurang konsentrasi dalam belajar karena hiperaktif
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan mengira perilaku anaknya wajar seperti anak
lainnya yang aktif tapi setelah 6 bulan mengamati si anak orang tua merasa
ada yang tidak normal dengan tingkah laku yang tidak biasa seperti anak
seumurannya , sekitar satu minggu yang lalu ibu memperhatikan saat anak
mulai tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak
mengenal lelah, perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
35
bahkan saat di sekolah pun sama sehingga menyebabkan sulit
berkonsentrasi bila diajak berbicara dan belajar.
37
Pandangan tidak kabur, jelas dan dapat membedakan
warna.
3) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis dan
Abdusen)
Klien dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah.
4) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Mata klien berkedip saat ada benda asing menyentuh
kornea
5) Nervus VII facialis
Klien dapat menggerakkan wajah dan dahinya. Klien
dapat membedakan berbagai macam rasa.
6) Nervus VIII vestibucochlearis
Kemampuan mendengarkan baik.
7) Nervus IX glosoparingeal dan Nervus X vagus
Rangsangan menelan baik, reflek muntah baik.
8) Nervus XI aksesorius
Klien dapat menggerakkan bahu ke atas dan
menggerakkan kepala
9) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah
d. Perkemihan dan Eliminasi Uri
Laki-laki:
Genetalia eksterna
Kandung kemih:
38
Inspeksi : keadaan bibir kering dan pecah - pecah
Lidah
Inspeksi : bersih tidak ada tnda lesi dn infeksi
Abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : Sawo matang, tidak ikterik,
Palpasi : nyeri tekan (-)
Kuadran I:
Hepar hepatomegali (-)
Kuadran II:
Gaster Nyeri tekan (-)
Kuadran III: Tidak terdapat massa
Kuadran IV: Nyeri tekan pada titik Mc Burney (-)
Perkusi : distensi abdomen
Auskultasi : tympani
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Keterangan:
39
g. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, kurang bersih, tidak ada lesi ,
benjolan tidak ada
Leher
Inspeksi : Simestris, distensi vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting
h. Sistem Reproduksi
Axilla
Inspeksi : tidak adanya benjolan abnormal
Palpasi : tidak benjolan abnormal
i. Persepsi sensori
Mata
Inspeksi :Simetris antara kanan dan kiri, palpebral
normal dan simetris, sclera tidak ikterik,
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan
kelopak mata
Penciuman-(hidung)
j. Pola psikososial
Inspeksi : Anak terlalu hiperaktif terhadap
lingkungannya, tidak bisa bermain dengan
teman sebayanya (maunya menang sendiri) ,
sulit berkonsentrasi saat belajar.
40
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale)
Jumlah 3 6 12
Nilai total : 21
Interpretasi :
e. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
f. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
g. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
h. Nilai 3 : jiak keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
41
3.2 Diagnosa Keperawatan
DEFINITION Kurang atau kelebihan kuantitas, atau tidak efektif kalitas pertukaran
: sosialnya.
42
Subjective data entry : Objective data entry :
SESSMENT
terus Nadi : 90 x/menit
- merusak barang dan menggangu Suhu : 36,5 OC
AS
43
3.3 Intervensi Keperawatan
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen 1. Monitor status fisik Setelah dilakukan Tingkat
Perilaku : klien yang tampak perawatan/terapi Hiperaktivitas
Overaktifitas menunjukan over- selama 6 x dalam 6. Menggangu,
(Terlalu Aktif )/ aktifitas (Misalnya: 1 bulan di kasar, bising
Tidak BB, hidrasi, dan harapkan klien pada saat
Diperhatikan kondisi kaki klien dapat : interaksi
Definisi : ketika melangkah) 1. Tidak personal (3)
penyediaan terapi 2. Berikan lingkungan merusak 7. Perilaku agresif
millieu yang yang aman secara barang dan yang tidak
secara aman fisik dan terstruktur menggangu sesuai (4)
mengakomodasi jika di perlukan temannya 8. Sulit untuk
klien yang 3. Peroleh perhatian 2. Tidak lagi bertahan duduk
memiliki klien sebelum melakukan (3)
gangguan memulai interaksi perilaku 9. Tidak mampu
perhatian verbal agresif fokus dalam
dan/aktivitas 4. Sediakan bantuan 3. Bisa tetap mengerjakan
berlebihan yang bisa diam. tugas.(4)
sembari meningkatkan 4. mampu 10. Impulsif (3)
meningkatkan struktur lingkungan, fokus
fungsi klien yang konsentrasi, dan dalam
optimal perhatian untuk mengerjaka
melakukan tugas n tugas.
(misalnya: jam 5. Tidak
tangan, kalender, impulsif.
penanda dan
instruksi tertulis
langkah demi
langkah)
5. Dorog klien
mengapresiasikan
perasaanya dengan
44
cara yang baik
6. Ajarkan/dorong
keterampilan sosial
yang tepat
7. Ajarkan teknik
manajemen perilaku
kepada orang-orang
terdeka dengan
klien.
No Tanggal/ Respon
No Tindakan Paraf
diagnose jam
46
orang-orang
terdeka dengan
klien.
47
3.5 Evaluasi
O : TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 23x /menit
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 OC
composmentis (E4, V5, M6)
Hasil GPPH : 21
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
48
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),
dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi, 2009).
Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang anak dapat
menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik,
neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan, psikososial
merupakan faktor penyebab dari gangguan ini.
Pada umumnya terdapat beberapa tes penunjang dalam menentukan bahwa
anak menderita ADHD atau tidak, namun yang sering dilakukan dan merupakan
tugas perawat adalah melakukan pengkajian dengan mengguanakan formulir deteksi
dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners
Ratting Scale).
4.2 Saran
Setelah mengetahui banyak hal mengenai ADHD yang telah dipaparkan dia
tas, sudah sepantasnya sebagai mahasiswa calon tenaga kesehatan mengaplikasikan
ilmu tersebut untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak berkebutuhan khusus
seperti anak ADHD. Bukanlah hal yang mudah untuk melakukan asuhan
keperawatan pada anak ADHD mengingat mereka kurang konsentrasi dan memiliki
perilaku maladaptif. Maka dari itu diperlukan pengetahuan yang lebih luas dan
ketrampilan yang mendukung agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan
baik.
49
DAFTAR PUSTAKA
50