Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
b. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak
yang lebih besar.
e. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke
atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada
balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga
bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita.
Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si
anak.
f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai pendidikan
yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis
pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang
bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih
besar untuk terpapar dengan penyakit.
h. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi lingkungan.
Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena
tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
i. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut.
Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini
disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu
baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
2.1.4. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan
cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler.
Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan
isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat
tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan
hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam lumen usus
sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula
diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya
enterotoksin, menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida
disel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare mengakibatkan terjadinya:
(1) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hypokalemia.
(2) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan
berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran
menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal.
(3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena diare
dan muntah. Kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan
karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap
diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan sering terjadi pada anak
yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah
berat badan, sehingga akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
menyebabkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).
Table 2.1
No
Tanda
dan
Gejala
Dehidrasi
Ringan
Dehidrasi
Sedang
Dehidrasi Berat
Keadaan
Umum
Sadar,
gelisah, haus
Gelisah,
mengantuk
Mengantuk, lemas,
anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar.
Denyut
nadi
Normal
kurang dari
120/menit
Cepat dan
lemah 120-
140/menit
Pernafasan
Normal
Dalam,
mungkin cepat
Ubun-
ubun besar
Normal
Cekung
Sangat cekung
No
Tanda
dan
Gejala
Dehidrasi
Ringan
Dehidrasi
Sedang
Dehidrasi Berat
Kelopak
mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Sangat kering
7
Selaput
lendir
Lembab
Kering
Sangat kering
Elastisitas
kulit
Pada
pencubitan
kulit secara
elastis
kembali
secara normal
Lambat
Air seni
warnanya
tua
Normal
Berkurang
Tidak kencing
2.1.7. Epidemiologi
Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment, yang diuraikan
sebagai berikut:
a. Host
Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi
pada balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun system
pencernaan dalam hal ini adalah lambung tidak dapat menghancurkan
makanan dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah
tinggal di dalam lambung, sehingga mudah bagi kuman untuk
menginfeksi saluran pencernaan. Jika terjadi hal demikian, akan timbul
berbagai macam penyakit termasuk diare.
b. Agent
c. Environment
Pengobatan diare dengan upaya rehidrasi oral, angka kesakitan bayi dan
anak balita yang disebabkan diare makin lama makin menurun. Menurut Suharti
(2007), bahwa kesakitan diare masih tetap tinggi ialah sekitar 400 per 1000
kelahiran hidup. Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan
angka kesakitan suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri. Untuk
dapat membuat vaksin secara baik, efisien, dan efektif diperlukan pengetahuan
mengenai mekanisme kekebalan tubuh pada umumnya terutama kekebalan
saluran pencernaan makanan.
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini. Menurut Supariasa dkk (2002), bahwa ASI
adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai dengan kebutuhan gizi
bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa ditiru oleh pabrik susu
manapun. Tetapi pada pertengahan abad ke-18 berbagai pernyataan
penggunaan air susu binatang belum mengalami berbagai modifikasi.
Pada permulaan abad ke-20 sudah dimulai produksi secara masal susu
kaleng yang berasal dari air susu sapi sebagai pengganti ASI. ASI steril
berbeda dengan sumber susu lain, susu formula, atau cairan lain disiapkan
dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.
Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan
organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan ini disebut
disusui secara penuh. Menurut Sulastri (2009), bahwa bayi-bayi harus
disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan, setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zat-zat lain
yang dikandungnya, ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol.
2.1.10. Penatalaksaan
Tabel 2.2
Umur
(Tahun)
<1
1 gelas
gelas
1-5
3 gelas
1 gelas
>5
6 Gelas
4 Gelas
b. Rencana pengobatan B
Tabel 2.3
Umur
<1 Tahun
1 5 Tahun
>5 tahun
Jumlah oralit
300
600
1200
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu
untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan
ASI, berikan juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali
anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B, dan C
untuk melanjutkan.
c. Rencana pengobatan C
a. Pemeriksaan tinja
b. Makroskopis dan mikroskopis
c. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
d. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
e. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
f. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
g. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasite secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
2.1.12. Penanganan Diare
2.1.13. Komplikasi
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima
tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan
kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh
dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode
tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini,
2004).
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita
dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 12-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia
prasekolah (Wikipedia, 2009). sebagai berikut:
a. Perkembangan fisik
b. Perkembangan Psikologi
Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia dibawah 3 tahun atau
todler) sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan takut
pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang
akan terjadi pada dirinya.
Aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih, oleh karena
itu, saat menjelaskan, gunakan kata yang sederhana, singkat, dan gunakan
istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara pada anak
adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan
mata kita akan sejajar dengannya. Satu hal yang akan mendorong anak
untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya
terhadap orang tuanya (Supartini, 2004).
2.3. Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diare Akut Pada Balita
a. Faktor lingkungan
a. Sumber air
Kotoran manusia / tinja adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh
seperti tinja, air seni dan CO2. Pembuangan tinja merupakan bagian
penting dari kesehatan lingkungan. pembuangan tinja yang tidak
tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit tertentu
yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok karena
kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja
manusia antara lain : tipus, diare, disentri, kolera, bermacam-
macam cacing seperti cacing gelang, kremi, tambang, pita,
schistosomiasis.
c. Pembuangan sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai
baik yang berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri.
Jenis- jenis sampah antara lain, yakni sampah an-organik, adalah
sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya:
logam/besi, pecahan gelas, plastik. Sampah organik, adalah sampah
yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa makanan,
daun-daunan, buah-buahan. Cara pengolahan sampah antara lain
sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2003).
1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
d. Lingkungan Perumahan
e. Air Limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat
yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam
air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan
menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai
penyakit terutama kolera, diare, typus, media berkembangbiaknya
mikroorganisme patogen, tempat berkembangbiaknya nyamuk,
menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak
sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan tanah dan
lingkungan hidup lainnya, mengurangi produktivitas manusia,
karena bekerja tidak nyaman (Notoatmodjo, 2003).
a. Umur
b. Pendidikan
a. Pekerjaan
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan
berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada
orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke
mulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan
dan dapur.
a. Antigen
b. Osmolaritas
d. Mekanik
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Yang diteliti
= Tidak diteliti
2.5. Hipotesis Penelitian