Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Melihat kenyataan ini, maka sebaiknya kita harus mewaspadai dengan cara
mengetahui dengan benar informasi tentang penyakit ini, sehingga penyakit ini dapat
diidentifikasi dan penanganannya pun dapat dilakukan secara dini dengan cara yang
tepat.
BAB II
Globulin terdiri atas 2 pasang rantai polipeptida, yaitu sepasang rantai dan
sepasang rantai non alpha (,,). Kombinasi rantai polipeptida tersebut akan
menentukan jenis hemoglobin. Hb A1(22) merupakan lebih dari 96 % Hb total, Hb
F (22) kurang dari 2% dan Hb A2 (22) kurang dari 3%.
Rantai polipeptida tersusun atas 141 asam amino, sedangkan rantai non
tersusun atas 146 asam amino. Sintesis rantai disandi oleh gen 1 dan gen 2 di
kromosom 16, sedangkan gen yang mensintesis rantai , rantai dan rantai terletak
di kromosom 11.
Pada orang normal sintesis rantai sama dengan rantai non alpha.
Sejak masa embrio, janin, anak hingga dewasa, sel darah merah memiliki 6
hemoglobin, antara lain :
Hemoglobin embrional :
Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritoblas primitif dalam yolc sack
membentuk rantai globin epsilon () dan zeta (Z) yang membentuk Hb primitif yaitu
Hb Gower1 (Z22). Selanjutnya mulailah sintesis rantai menggantikan rantai Z dan
rantai menggantikan rantai sehingga membentuk Hb Gower2, Hb Portland. Pada
masa gestasi 4-8 minggu yang ditemukan adalah Hb Gower 1 dan Hb Gower 2 dan
menghilang pada masa gestasi 3 bulan.
Hemoglobin Fetal
Migrasi sel pruripoten stem sel dari yolc sack ke hati diikuti sintesi Hb fetal
yang merupakan awal sintesis rantai Hb . Setelah masa gestasi 8 minggu, muncul
Hb-F yang paling dominan dan setelah janin berusia 6 bulan merupakan 90% Hb
terdiri dari Hb-F dan kemudian menurun menjelang kelahiran, setelah bayi lahir dan
setelah usia 6-12 bulan, HbF tetap ada tapi hanya ditemukan sedikit.
Hemoglobin Dewasa
Pada masa embrio, telah dideteksi HbA karena telah terjadi proses perubahan
sintesis rantai menjadi rantai dan selanjutnya globin meningkat dan pada masa
gestasi 6 bulan ditemukan HbA 5-10% dan waktu lahir 30%. Menginjak usia 6-12
bulan Hb sudah memperlihatkan gambaran Hb dewasa yaitu HbA1 dan HbA2 dan
sedikit HbF
Lokus
Genotip / / / /
Polipetida
yang terbentuk
Hb yang
terbentuk 22 22 22
THALASEMIA
Thalasemia adalah salah satu dari penyakit genetik yang diwariskan dari
orang tua kepada anaknya dimana terjadi kelainan sintesis hemoglobin yang
heterogen akibat pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin yang
menyebabkan ketidakseimbangan produksi rantai globin.
A. SEJARAH
B. EPIDEMIOLOGI
WHO (2006) meneliti kira-kira 5% penduduk dunia adalah carrier dari 300-
400 ribu bayi thalassemia yang baru lahir pertahunnya. Frekuensi gen thalassemia di
Indonesia berkisar 3-10%. Berdasarkan angka ini, diperkirakan lebih 2000 penderita
baru dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia. Salah satu RS di Jakarta, sampai dengan
akhir tahun 2003 terdapat 1060 pasien thalassemia mayor yang berobat jalan di Pusat
Thalassemia Departemen Anak FKUI-RSCM yang terdiri dari 52,5 % pasien
thalassemia homozigot, 46,2 % pasien thalassemia HbE, serta thalassemia 1,3%.
Sekitar 70-80 pasien baru, datang tiap tahunnya. Fakta ini mendukung thalasemia
sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak dan menyerang hampir semua
golongan etnik dan terdapat di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia.
C. PATOFISIOLOGI
Pada thalassemia homozigot, sintesis rantai menurun atau tidak ada sintesis
sama sekali. Ketidakseimbangan sintesis rantai alpha atau rantai non alpha,
khususnya kekurangan sintesis rantai akan menyebabkan kurangnya pembentukan
Hb. Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta disebabkan oleh
sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus
memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka
orang tersebut hanya menjadi pembawa/carier.
C.I. Thalasemia beta
Karena adanya defisiensi yang berat pada rantai , sintesis Hb A total menurun
dengan sangat jelas atau bahkan tidak ada, sehingga pasien dengan thalasemia
homozigot mengalami anemia berat. Sebagai respon kompensasi, maka sintesis rantai
menjadi teraktifasi sehingga hemoglobin pasien mengandung proporsi Hb F yang
meningkat. Namun sintesis rantai ini tidak efektif dan secara kuantitas tidak
mencukupi.
Sel darah merah yang sudah rusak tersebut akan dihancurkan oleh limpa, hepar,
dan sumsum tulang, menggambarkan komponen hemolitik dari penyakit ini. Sel
darah merah yang mengandung jumlah Hb F yang lebih tinggi mempunyai umur yang
lebih panjang.
Anemia yang berat terjadi akibat adanya penurunan oksigen carrying capacity
dari setiap eritrosit dan tendensi dari sel darah merah matur (yang jumlahnya sedikit)
mengalami hemolisa secara prematur.
Rantai globin yang berlebihan pada thalasemia adalah rantai dan yang
kurang atau hilang sintesisnya dalah rantai . Rantai bersifat larut sehingga mampu
membentuk hemotetramer yang meskipun relatif tidak stabil, mampu bertahan dan
memproduksi molekul Hb yang lain seperti Hb Bart (4) dan Hb H (4). Perbedaan
dasar inilah yang mempengaruhi lebih ringannya manisfestasi klinis dan tingkat
keparahan penyakitnya dibandingkan dengan thalasemia beta.
Thalassemia / minor
Thalassemia intermediate
D.I. Thalasemia
Sindrom hidrops Hb Barts biasanya terjadi dalam rahim. Bila hidup hanya
dalam waktu pendek. Gambaran klinisnya adalah hidrops fetalis dengan edema
permagna dan hepatosplenomegali. Kadar Hb 6-8 g/dl dengan eritrosit hipokromik
dan beberapa berinti. Kadar Hb Barts 80% dan sisanya Hb portland. Biasanya
keadaan ini disertai toksemia gravidarum, perdarahan post partum dan masalah
karena hipertrofi plasenta. Pada pemeriksaan otopsi memperlihatkan adanya
peningkatan kelainan bawaan. Beberapa bayi berhasil diselamatkan dengan transfusi
tukar dan berulang serta pertumbuhannya bisa mencapai normal.
Gambar Hidrops fetalis :
Ditandai anemia mikrositik hipokrom yang cukup berat (7-11 g/dL) dan
splenomegali sedang dimana Hb H (4) dapat dideteksi dalam sel darah merah
dengan elektroforesis atau pada sediaan retikulosit. Pada kehidupan janin ditemukan
Hb Bart (4). HbH bisa diketahui dengan bantuan brilian cresil blue yang akan
menyebabkan pengendapan dan pembentukkan badan inklusi. Setelah splenektomi,
umumnya bentukkan ini makin banyak di eritrosit. Pada beberapa kasus, penderita
bisa tergantung transfusi sedangkan sebagian besar kasus umumnya penderita bisa
tumbuh normal tanpa transfusi.
D.II. Thalasemia
Pada anak yang mendapat transfusi dan terapi chelasi (pengikat besi), anak
bisa mencapai pubertas dan terus mencapai usia dewasa dengan normal. Bila terapi
chelasi tidak adekuat, secara bertahap akan terjadi penumpukkan besi yang efeknya
mulai nampak pada dekade pertama. Adolscent growth spurt tidak akan tercapai,
komplikasi ke hati, endokrin, dan jantung.
Gambaran klinis pada pasien yang tidak mendapat terapi adekuat yaitu :
Facies cooley
Terjadi keaktifan sumsum tulang yang luar biasa pada tulang muka
dan tulang tengkorak hingga nengakibatkan perubahan perkembangan tulang
tersebut dan umumnya terjadi pada anak usia lebih dari 2 tahun
Perut membuncit
Pada anak yang besar tampak perut yang membuncit akibat pembesaran hati
dan limpa. Hati dan limpa membesar akibat dari hemopoisis ekstrameduler
dan hemosiderosis. Dan akibat dari penghancuran eritrosit yang berlebihan itu
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan biliribin indirek, sehingga
menimbulkan kuning pada penderita thalassemia dan kadang ditemui
trombositopenia.
Temuan Laboratorium
Hampir tanpa gejala, umumnya dengan anemia ringan dan jarang didapatkan
splenomegali. Adanya penurunan ringan kadar Hb dengan penurunan MCV dan
MCH yang bermakna.
Sindroma klinik yang disebabkan oleh sejenis lesi genetik. Anemia hipokrom
mikrositik ( Hb 7-10 gr/dl ), hepatomegali dan splenomegali, deformitas menurun,
kelebihan beban besi ( iron over load ).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
Darah rutin
Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan peningkatan jumlah
lekosit, ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi
hipersplenisme akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
Hitung retikulosit
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
LFT
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bila
angka tersebut sudah terlampaui maka harus dipikir adanya
kemungkinan hepatitis, obstruksi batu empedu dan cholangitis. Serum
SGOT dan SGPT akan meningkat dan menandakan adanya kerusakan
hepar. Akibat dari kerusakan ini akan berakibat juga terjadi kelainan
dalam faktor pembekuan darah.
2. Elektroforesis Hb
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif
sekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan normal
biasanya nilai perbandingannya 10 : 3.
4. Pemeriksaan roentgen
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak
mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi
berkurang, dan dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala.
Apabila tranfusi tidak optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari
korteknya. Trabekulasi memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang terngkorak
memberikan gambaran yang khas, disebut dengan hair on end yaitu menyerupai
rambut berdiri potongan pendek pada anak besar.
F. DIAGNOSIS BANDING
Thalassemia sering kali didiagnosis salah sebagai anemia defisiensi Fe, hal ini
disebabkan oleh karena kemiripan gejala yang ditimbulkan, dan gambaran eritrosit
mikrositik hipokrom. Namun kedua penyakit ini dapat dibedakan, karena pada
anemia defisiensi Fe didapatkan :
G. PENGOBATAN
Prinsip pengobatan pada pasien talasemia adalah :
A. Tranfusi darah
Tranfusi darah diberikan bila Hb anak < 7 gr/dl dyang diperiksa 2x berturut
dengan jarak 2 mingg dan bila kadar Hb > 7 gr/dl tetapi disertai gejala klinis seperti
Facies Cooley, gangguan tumbuh kembang, fraktur tulang curiga adanya hemopoisis
ekstrameduler. Pada penanganan selanjutnya, transfusi darah diberikan Hb 8 gr/dl
sampai kadar Hb 11-12 gr/dl. Darah diberikan dalam bentuk PRC, 3 ml/kgBB untuk
setiap kenaikan Hb 1 g/dL.
B. Kelasi Besi
Saat ini sudah tersedia kelasi besi oral, namun penggunaannya di Indonesia
belum dilakukan.
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah
merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan transfusi
darah ataupun terapi khelasi besi.. Asam Folat 2x1 mg/hari untuk memenuhi
kebutuhan yang meningkat.
D. Splenektomi
Indikasi :
H.1 SKRINING
H.2 PENCEGAHAN
Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, pasangan bisa diperiksa
dan bila termasuk karier, pasangan tersebut ditawari diagnosis prenatal dan
terminasi kehamilan pada fetus dengan thalasemia berat
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
7. Markum : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI, Jakarta : 1991, hal
331
8. Paediatrica Indonesiana, The Indonesian Journal of pediatrics and Perinatal
Medicine, volume 46, No.5-6. Indonesian Pediatric Society, Jakarta: 2006,
page 134-138
9. Permono B, Sutaryo, dkk. Buku Ajar Hemotologi-Onkologi Anak Cetakan