Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah dewasa berasal dari bahasa Latin, yaitu adultus yang berarti tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.
pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang
dewasa lainnya (Pieter & Lubis, 2010). Seseorang dikatakan dewasa apabila telah
mampu hidup dan berperan bersama-sama orang dewasa lainnya (Mubin &
Cahyadi, 2006).
Menurut Erikson dalam Upton (2012), usia dewasa dibagi menjadi tiga
tahap antara lain: 1) Masa dewasa awal (19 hingga 40 tahun), 2) Masa dewasa
menengah (40 hingga 65 tahun), 3) Masa dewasa akhir (65 hingga mati).
8
Universitas Sumatera Utara
9
Menurut Anderson dalam Mubin & Cahyadi (2006), seseorang yang sudah
efisien
6. Bertanggung jawab
baru
Ada tiga tahapan perkembangan psikososial pada usia dewasa antara lain:
1. Keintiman vs isolasi (intimacy versus isolation) adalah tantangan pada usia dewasa
muda, hal terpenting pada tahap ini adalah adanya suatu hubungan (Erikson 1902-
1994 dalam Wade & Tavris, 2008). Masa dewasa awal (young adulthood) ditandai
adanya kecenderungan intimacy dan isolation. Pada tahap ini individu sudah mulai
selektif membina hubungan yang intim, hanya dengan orang-orang tertentu yang
sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang
intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan orang
lainnya.
kerjasama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki
pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai
kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan
dalam periode ini ialah rasa cuek, dimana seseorang sudah merasa terlalu bebas,
sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memedulikan dan merasa
tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan sahabat,
tetangga, bahkan dengan orang kekasih kita. Sementara dari segi lain (malignansi)
akan terjadi keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi atau menutup
diri sendiri dari cinta, persahabatan, dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa
benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan.
Orang dewasa muda perlu membentuk hubungan dekat dan cinta dengan orang
lain. Cinta yang dimakdsud tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun
juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain. Ritualisasi yang
terjadi pada tahap ini yaitu adanya afilisiasi dan elitism. Afilisiasi menunjukkan suatu
sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta yang
dibangun dengan sahabat, dan kekasih. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang
kurang terbuka dan selalu menaruh curiga terhadap orang lain. Keberhasilan
masa paruh baya. Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan (Erikson 1902-
1994 dalam Wade & Tavris, 2008). Pada tahap ini salah satu tugas untuk dicapai
ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu
Orang dewasa perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan menjadi
penerus hidup mereka, kerap dengan memiliki anak atau menciptakan suatu
perubahan positif yang memberi manfaat bagi orang lain. Melalui generativitas akan
pemujaan terhadap diri sendiri atau digambarkan dengan tidak perduli dengan siapa
pun.
mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang
ada adalah penolakan, dimana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara
generativitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif. Ritualisasi dalam tahap ini
yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-orang yang berada pada
usia dewasa dan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu apabila orang dewasa
merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami
serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa,
sehingga hubungan di antara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung
akhir dari masa lanjut usia (Erikson 1902-1994 dalam Wade & Tavris, 2008). Hal
terpenting pada masa ini ialah adanya refleksi atas kehidupan. Saat beranjak tua,
orang berusaha mencapai tujuan akhir yaitu kebijaksanaan, ketenangan spiritual, dan
penerimaan dalam hidup. Orang dewasa akhir perlu melihat ke belakang dalam
kehidupan mereka dan merasakan suatu rasa pemenuhan. Keberhasilan tahap ini
Pada fase dewasa awal kesehatan fisik mencapai puncaknya terutama pada
usia 23-27 tahun. Kesehatan fisik berada dalam keadaan baik serta kekuatan tenaga
dan motorik mencapai masa puncak (Mubin & Cahyadi, 2006). Menurut potter &
Perry (2009), orang dewasa awal biasanya sangat aktif, jarang mengalami penyakit
parah (jika dibandingkan kelompok usia tua), cenderung mengabaikan gejala fisik,
Kemampuan berpikir kritis meningkat secara teratur selama usia dewasa awal
pekerjaan yang sesuai merupakan tugas utama individu dewasa awal. Saat individu
pendidikan dan pekerjaan akan menjadi mudah dan lebih memuaskan. Proses
pengambilan keputusan dalam masa dewasa awal harus bersifat fleksibel. Hal ini
disebabkan karena masa dewasa awal terus berkembang dan harus terlibat dalam
perubahan dalam perubahan rumah, tempat kerja. Dan tempat tinggal pribadi. Orang
muda meresa lebih aman dengan perannya serta lebih fleksibel dan terbuka terhadap
perubahan. Individu yang merasa tidak aman cenderung mengalami kesulitan dalam
individu untuk menempatkan dan memisahkan antara tugas pribadi dan tugas sosial.
tidak tanggung jawabnya sewaktu remaja, tetapi juga ingin dianggap sebagai orang
dewasa. Di antara usia 23-28 tahun, individu mulai memperbaiki persepsi diri dan
kemampuannya untuk akrab dengan orang lain. Di usia 29-34 tahun, individu
Sedangkan usia 35-43 tahun merupakan waktu ujian terkuat dalam mencapai tujuan
dan hubungan hidup. Individu membuat perubahan dalam diri sosial, dan tempat
kerjanya. Biasanya stres akibat ujian yang berulang bisa menyebabkan krisis paruh
baya atau midlife crisis, dimana terjadi perubahan pada pasangan pernikahan, gaya
hidup, dan pekerjaan. Perubahan psikososial yang terjadi pada usia dewasa awal
1. Karier
Keberhasilan dalam pekerjaan merupakan hal penting bagi kehidupan pria dan
wanita. Keberhasilan kerja tidak hanya berupa keamanan segi ekonomi, tapi juga
Jumlah keluarga dengan dua karir (two-career families) saat ini mengalami
jawab. Selain adanya peningkatan keuangan keluarga, individu yang bekerja di luar
Namun, kondisi tersebut juga dapat menimbulkan stress yang disebabkan oleh
kebutuhan perawatan anak atau kebutuhan rumah tangga. Untuk menghindari stres ini
2. Seksualitas
seksual. Pada individu dewasa awal, kemampuan fisik biasanya juga dilengkapi
kematangan hubungan seksual. Individu dewasa awal yang gagal mencapai tugas
tidak mendalam dan sementara (Fortinash dan Holoday Worrer, 2004 dalam Potter &
Perry, 2009).
3. Masa Lajang
Tekanan sosial untuk menikah tidak sebesar zaman dulu. Banyak individu
dewasa awal yang tidak menikah sampai akhir usia 20-an, awal usia 30-an, bahkan
ada yang tidak sama sekali. Bagi individu yang memutuskan untuk hidup melajang,
maka yang menjadi bagian penting dalam hidupnya adalah orang tua dan saudara
keluarga. Salah satu penyebab meningkatnya populasi individu yang hidup melajang
adalah karena semakin luasnya kesempatan berkarier bagi wanita. Sebagian besar
individu lajang memilih untuk hidup bersama di luar pernikahan, menjadi orang tua
memutuskan kapan akan memulai membentuk sebuah keluarga. Salah satu faktor
yang mempengaruhi keputusan ini adalah alasan untuk memiliki anak. Tekanan sosial
dapat mendorong pasangan untuk membatasi jumlah anak yang mereka miliki.
kesehatan umum dan lansia juga mempengaruhi keputusan untuk menjadi orang tua,
berhubungan dengan pekerjaan dan stressor dari keluarga. Stres dapat berguna karena
dapat memotivasi klien untuk berubah. Namun, jika stres berkepanjangan dan klien
kesehatan.
Stres Pekerjaan. Stres pekerjaan dapat terjadi tiap hari atau dari waktu ke
waktu. Sebagian besar individu dewasa awal dapat mengatasi krisis tersebut. Stres
pekerjaan dapat terjadi saat datangnya seorang bos baru, batas waktu (deadline)
sudah dekat, mendapatkan tanggung jawab menjadi lebih besar. Stres individu juga
dapat terjadi saat individu merasa tidak puas dengan pekerjaan atau tanggung jawab
yang diberikan. Karena individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tipe stresor
individu muda yang beragam, maka frekuensi terjadinya stres juga meningkat. Stresor
situasional terjadi pada peristiwa seperti kelahiran, kematian, sakit, pernikahan, dan
pilihan karier suami/ istri dan penyebab disfungsi dalam keluarga individu dewasa
awal.
Setiap keluarga memiliki peran atau tugas tertentu bagi anggotanya. Peran
tersebut membuat keluarga dapat berfungsi dan menjadi bagian yang efektif dalam
masyarakat. Saat peran tersebut berubah akibat penyakit, maka krisis situasional
fisik yang pada akhirnya akan mengganggu relasi dengan pasangannya (Pieter &
Lubis, 2010). Perubahan yang paling terlihat adalah rambut memutih, kulit keriput,
dan penebalan pinggang. Sering sekali perubahan fisiologis selama masa dewasa
menengah berdampak pada konsep diri dan bentuk tubuh (Potter & Perry, 2009).
Badan yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat disembuhkan atau ditutup-tutupi
sama berbahayanya bagi penyesuaian diri pribadi dan sosial pada masa dewasa dini
pergaulan sosial. Sebagai akibatnya mereka selalu frustasi, semakin sering mereka
melihat orang yang sebenarnya berpotensi kurang dari mereka berhasil, semakin
besar rasa frustasi mereka (Hurlock, 1980). Beberapa perubahan lainnya dapat terjadi
antara lain; mulai terjadinya proses menua secara gradual, mulai menurunnya
Perubahan fungsi kognitif pada individu dewasa menengah jarang terjadi, kecuali jika
yang diharapkan, seperti anak-anak yang keluar dari rumah, sampai peristiwa yang
tidak diharapkan, seperti perceraian atau kematian seorang teman dekat. Perubahan
psikososial yang terjadi pada usia dewasa menengah dapat dilihat dari beberapa aspek
antara lain:
1. Transisi Karier
Perubahan kaier terjadi karena pilihan atau perubahan di tempat kerja atau
peluang kerja, atau mencari pekerjaan yang lebih menantang. Pada beberapa kasus
individu dewasa menengah untuk mencari pekerjaan baru. Bila tidak diantisipasi,
2. Seksualitas
Setelah kepergian anak terakhir dari rumah, pasangan akan membangun kembali
3. Psikososial Keluarga
antara lain:
Beberapa individu dewasa menengah memilih untuktetap lajang, tetapi ada juga
yang memilih untuk menjadi orang tua baik secara biologis ataupun adopsi. Banyak
individu dewasa menengah lajang yang memiliki sanak keluarga tapi untuk
kematian istri/suami, perpisahan, perceraian, dan pilihan untuk menikah atau tidak
menikah lagi. Klien yang berstatus janda, akibat perpisahan atau perceraian,
Kepergian anak terakhir dari rumah merupakan suatu stresor. Beberapa orang
tua merasa senang karena bebas dari tanggung jawab mengasuh anak, sedangkan
sebagian lain merasa kesepian atau kehilangan arah karena perubahan ini.
anak-anak dan merawat orang tua yang berusia lanjut dan sakit-sakitan. Selanjutnya
Kebutuhan keluarga akan pemberi layanan kini terus meningkat. Individu dewasa
menengah dan orang tua berusia lanjut sering mengalami konflik prioritas berkaitan
dengan hubungan mereka, sedangkan individu lanjut usia berusaha untuk tetap tidak
bergantung.
Sebagian besar orang dewasa paruh baya dan orang tua mereka memiliki hubungan
yang dekat dan saling mengasihi didasarkan kepada kontak yang sering terjadi dan
bantuan yang bersifat mutual (Antonucci & Akiyama, 1997; Bengtson, 2001 dalam
dengan perubahan, konflik, dan kontrol terhadap lingkungan. Individu dewasa sering
terjadi pada usia pertengahan. Ansietas memotivasi individu dewasa untuk meninjau
ulang tujuan hidup dalam menstimulasi produktivitas. Namun, bagi beberapa individu
dewasa, ansietas dapat memicu penyakit psikosomatik dan kematian. Pada kasus ini,
individu dewasa menengah memandang kehidupan sebagai waktu hidup yang tersisa.
Secara jelas, penyakit yang mengancam kehidupan, transisi pernikahan, atau stresor
berbagai cara. Meskipun lebih sering ditemukan pada usia antara 22-44 tahun, tetapi
dapat ditemukan juga pada individu dewasa pada usia pertengahan dan ditimbulkan
oleh banyak faktor. Faktor resiko depresi adalah menjadi wanita, kegagalan atau
sedih, murung, putus asa, jatuh dalam kesedihan, dan penuh dengan air mata. Gejala
lainnya adalah gangguan pola tidur seperti sulit tidur (insomnia) atau tidur yang
kewaspadaan. Perubahan fisik seperti penurunan atau penambahan berat badan, sakit
kepala, atau selalu merasa lelah walaupun telah beristirahat juga merupakan gejala
depresi. Individu yang mengalami depresi pada usia pertengahan biasanya mengalami
ansietas dengan intensitas sedang sampai berat dan mengalami keluhan fisik.
Perubahan suasana hati dan depresi biasanya terjadi saat menopause. Penyalagunaan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
antara lain:
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi
karena energy getaran gempa dirambat ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi,
ditimbulkan oleh gangguan impulsive dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut
bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran. Kecepatan
tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25- 100 Km/jam
3. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah erupsi. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan
4. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun campuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi,
dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat
a. Kehilangan tempat tinggal untuk sementara waktu atau bisa terjadi untuk
merah).
c. Berpisah dengan kepala keluarga karena ayah atau suami banyak yang
memilih untuk tetap tinggal di rumah dengan alas an menjaga rumah, harta
atau penampungan, pendidikan, kesehatan dan sarana air bersih yang tidak
memadai.
kurang bersih dan tidak kondusif serta sarana pelayanan kesehatan yang
kurang memadai.
h. Hilangnya harga diri dan kemampuan baik sebagai individu maupun sebagai
kegiatan arisan, kegiatan adat atau budaya yang tidak dapat dilaksanakan di
lokasi pengungsian.
Tuhan). Akibatnya timbul perasaan marah, stress dan frustasi dengan situasi
dan kondisi yang serba tidak menentu, trauma, putus asa, merasa tidak
k. Berpikir tidak realistis dan mencari kekuatan supra natural untuk mencegah
diberi ujian atau hukuman bahkan cobaan kepada orang-orang yang merasa
Menurut Sumarno (2013), beberapa gejala psikologis yang dapat terjadi karena
a. Stress
individu terganggu keseimbangannya. Stres terjadi akibat adanya situasi dari luar
ataupun dari dalam diri yang memunculkan gangguan, dan menuntu individu
berespon secara sesuai. Stres merupakan suatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia, bahkan seperti bagian dari kehidupan itu sendiri. Masyarakat atau warga
yang mengalami akibat dari erupsi merapi, mengalami stres diantaranya: gelisah,
tegang, cemas, mengalami kelelahan, ketegangan otot dan sulit tidur. Ada pula yang
tekanan darah dan detak jantungnya meningkat, sakit kepala, perut mulas, gatal-gatal
dan diare. Stres juga dapat merubah perilaku seseorang, misalnya masyarakat menjadi
lebih mudah marah, lebih suka menyendiri, nafsu makan berkurang, merasa tidak
b. Depresi
Depresi adalah suatu gangguan mental yang paling sering terjadi pada para
mengalami pasca trauma. Depresi berupa perasaan sedih yang berat berkepanjangan,
putus asa, merasa tidak tertolong lagi. Biasanya karena kehilangan sesuatu yang
dicintai, kehilangan anggota keluarga, rumah, sawah lading, ternak dan harta benda
c.Trauma
kejadian yang berbahaya, baik bagi fisik maupun psikologis seseorang, yang
membuatnya tidak lagi merasa aman, menjadikannya merasa tidak berdaya dan peka
dampak ringan, seperti korban menjadi peragu dalam berbuat sesuatu. Keragu-raguan
ini disebabkan rasa takut mengalami peristiwa yang sama, dan pada tahap awal bisa
dikatakan wajar jika rasa takutnya tidak digeneralisir. Pada kenyataannya ketakutan
karena trauma sering menjalar ke berbagai hal. Sebagai contoh seseorang yang
pernah mengalami musibah banjir akan merasakan takut jika melihat sungai, hal
tersebut mengakibatkan dirinya takut ketika melewati jembatan. Begitu pula yang
dialami oleh korban bencana gunung meletus, dirinya akan merasa takut dengan