SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA SURABAYA 2017 1. Bidang Keahlian : Keperawatan Gerontik 2. Kasus : Penurunan Gula Darah pada Lansia Diabetes 3. Kajian Masalah :
F-1
a. Menurut Soegondo (2009,h.22) seseorang dikatakan menderita Diabetes
Mellitus jika memiliki kadar gula darah yang tinggi, gula darah puasa > 126 mg/dl dan pada tes gula darah sewaktu > 200 mg/dl. b. Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar (glukosa) darah akibat kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya (Subiyanto, 2010). c. Diabetes Tipe 2 merupakan Diabetes dengan defisisensi insulin yang disebabkan karena resistensi insulin dan proses sekresi insulin yang berlebihan. Selain itu, Diabetes Tipe 2 ini penanganan yang secara umum tidak memerlukan terapi pemberian insulin (Nabyl 2012,h.21). d. Menurut data World Health Organisation (WHO, 2013), diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita diabetes melitus dan jika ini terus dibiarkan tanpa adanya pencegahan yang dilakukan dapat dipastikan jumlah penderita DM bisa meningkat. e. Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013 kecenderungan prevelensi DM di Indonesia pada tahun 2013 (2,1%) mengalami kenaikan dibanding tahun 2007 (1,1%). f. Proporsi dan perkiraan jumlah penduduk usia > 15 tahun yang terdiagnosis dan merasakan gejala diabetes mellitus di jawa timur terdapat (2,5%) pernah di diagnosis dan belum pernah didiagnosis akan tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami tanda gejala diabetes mellitus, (2,1%) pernah didiagnosis terkena diabetes mellitus, (0,4%) belum pernah didiagnosis terkena diabetes mellitus akan tetapi 1 bulan terakhir mengalami tanda dan gejala diabetes mellitus (Riskesdas, 2013) g. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia menjadi kurang produktif, rentan terhadap penyakit dan banyak bergantung pada orang lain. Ketidakaktifan secara fisik dapat mengakibatkan buruknya profil serum lipoprotein dan meningkatnya resistensi insulin perifer. Diabetes mellitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. (Amelia, 2016). F-2 a. Senam ergonomik adalah suatu teknik senam untuk mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf serta aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan, keringat, termoregulasi, pembakaran asam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat, Kristal oksalat, kesegaran tubuh dan imunitas. Senam ergonomik merupakan senam yang gerakan dasarnya terdiri atas lima gerakan yang masing-masing memiliki manfaat berbeda tetapi saling terkait satu sama lainnya (Wratsongko, 2015). b. Gerakan dalam senam ergonomik adalah gerakan yang efektif, efisien dan logis karena rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang dilakukan oleh manusia sejak dahulu yaitu deviasi gerakan shalat (Wratsongko, 2006). c. Senam ergonomik dapat menurunkan glukosa darah, mencegah osteoporosis dan penyakit lainnya. Senam ergonomik sangat efektif dalam memelihara kesehatan karena gerakannya anatomis, sederhana dan tidak berbahaya sehingga dapat dilakukan oleh semua orang dari anak-anak hingga lanjut usia (Wratsongko, 2006). d. Berdasarkan penelitian (lale, 2015) menunjukan bahwa pemberian senam ergonomis secara signifikan terhadap perubahan depresi pada penderita diabetes mellitus.
4. Judul : Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Diabetes di Griya Werdha Jambangan.