Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur tidak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan ridha-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN ALZHEIMER. Makalah ini hadir untuk membantu teman- teman
dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan alzheimer.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak tantangan dan hambatan,
dengan bantuan dari berbagai pihak khususnya Ibu Lina safarina, S.Kp., M.Kep selaku dosen
matakuliah Keperawatan Gerontik. Saya mengucapkan terimakasih. Semoga bantuan yang
telah diberikan kepada saya, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa,
amin.
Saya menyadari banyak sekali kekurangan dari bentuk penyusunan serta materinya.
Kritik serta saran dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menunjang pengetahuan
pembaca. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHAULUAN
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai
populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain pihak akan
menimbulkan masalah serius dalam bidang social ekonomi dan kesehatan, sehingga akan
semakin banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurology karena orang tua tersebut
yang tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai pekerja
atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukan munculnya penyakit degeneratife
otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi yang merupakan
penyebab utama demensia.
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzeimer dan kedua oleh
cerebrovaskuler. Diperkirakan penderita demensia terutama penderita Alzheimer pada
abad terakhir ini semakin meningkat jumlah kasusnya sehingga akan mungkin menjadi
epidemic seperti di Amerika dengan insiden demensia 187 populasi/100.000/tahun dan
penderita alzeimer 123/100.000/tahun serta penyebab kematian keempat atau kelima
1
1.2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem saraf (Alzheimer)
b) Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Definisi Alzheimer
b. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Etiologi Alzheimer
c. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Patofisiologi Alzheimer
d. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Manifestasi Klinis Alzheimer
e. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Penatalaksanaan Alzheimer
f. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan Diagnostik
Alzheimer
g. Mampu memahami konsep tentang Asuhan Keperawatan Alzheimer
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Penyakit Alzheimer (AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer atau
demensia senil jenis Alzheimer (SDAT). Penyakit ini menyebabkan sedikitnya 50 %
semua demensia yang diderita lansia (Lamy,1992). Kodisi ini merupakan penyakit
neurologis degeneratif, progresif, ireversibel, yang muncul tiba-tiba dan ditandai dengan
penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan perilaku dan efek. Dengan
meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin
bertambah banyak. (Brunner & Suddarth, 2002).
3
patogenetik penting karena berupa serat toksik yang tak larut dan terakumulasi dalam
bentuk senile plaques berupa massa serabut amyloid pada korteks celebral yang diisolasi
dari pasien Alzheimer.
Dementia adalah sindrom mental yang ditandai dengan hilangnya kemampuan
intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan mengingat, penilaian, dan
pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan tingkah laku, tetapi tidak disebabkan
oleh kesadaran yang berkabut, depresi atau gangguan fungsional mental lainnya.
Alzheimer merupakan penyakit dementia primer yang tersering. Penyakit Alzheimer
(AD) adalah penyakit yang bersifat degeneraif dan progresif pada otak yang
menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori,
berfikir, dan tingkah laku (Price dan Wilson, 2006).
2.2. Etiologi
Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk penyakit
alzheimer. Bila anggota keluarga paling tidak satu famili lain ada yang menderita
penyakit ini, maka diklasifikasikan sebagai familial. Komponen familial yang
nonspesifik meliputi pencetus lingkungan dan diterminan genetik. Penyakit alzheimer
yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familial disebut sporadik. (Brunner &
Suddarth, 2002).
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament,
predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi
neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi
kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor
pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.
Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya
peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal
bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer
adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran
4
faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya
sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non
spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor
lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
1. Faktor genetic
5
2. Faktor infeksi
4. Faktor imunologis
60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein seperti
penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan
haptoglobuli. Terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita alzheimer
dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang
sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas.
5. Faktor trauma
6
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan
trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia
pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
6. Faktor neurotransmiter
a. Asetilkolin
b. Noradrenalin
c. Dopamin
7
Hasil ini masih kontroversial, kemungkinan disebabkan karena potongan
histopatologi regio hipothalamus setia penelitian berbeda-beda.
d. Serotonin
8
2.3. Patofisiologi
Demensia
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada
penyakit Alzheimer. Antara lain serabut neuron yang kusut (massa kusut neuron yang
tidak berfungsi) dan plak senil atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari
suatu protein besar, protein prekursor amiloid [APP]. Kerusakan neuron tersebut terjadi
secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak. Perubahan
9
serupa juga dijumpai pada tonjolan kecil jaringan otak normal lansia. Sel utama yang
terkena penyakit ini adalah yang menggunakan neurotransmiter asetilkolin. Secara
biokimia, produksi asetilkolin yang dipengaruhi aktifitas enzim menurun. Asetilkolin
terutama terlihat dalam proses ingatan.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang
terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta
adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada
membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP
terbagi menjadi fragmen fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket
yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya
bercampur dengan sel sel glia yang akhirnya membentuk fibril fibril plak yang
membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh.
Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu
hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan
makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam
SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak.
10
Pada musim gugur tahun 1993, FDA mengesahkan obat alzheimer yang pertama,
Tacrine hydrocloride, untuk menanggani gejala penyakit alzheimer. Obat ini akan
memperkuat asetilkolin di otak dan telah dibuktikan dengan dua percobaan klinis dengan
hasil membaiknya ingatan pada penyakit alzheimer ringan sampai sedang. Karena
penggunaan obat ini dapat mengakibatkan hepatotoxic, maka pemberiannya harus
dimonitor (FDA Medical Bulletin,1993).
Percakapan berkembang menjadi sulit karena pasien lupa apa yang akan dikatakan
atau mungkin tidak dapat mengingat kata-kata. Pasien hanya mampu menterjemahkan
kiasan dalam bentuk yang kongkret saja. Misalnya, pada saat udara panas ia dapat saja
menceburkan diri kepancuran air di tengah kota dengan pakaian lengkap. Ia akan
mengalami kesulitan dalam pekerjain sehari-hari seperti mengoperasikan peralatan
sederhana dan mengatur ulang.
2.5. Penatalaksanaan
1. Non Farmakodinamik
11
yang memadai, mengatasi gangguan pola tidur, dan mendukung serta mendidik
pemberi perawatan dalam keluarga.
Meskipun kehilangan kognitif cukup parah, namun ada saat di mana pasien
sadar akan cepat menghilangnya segala kemampuannya. Karena rekreasi penting,
paisen didorong untuk melakukan menikmati aktivitas sederhana. Hobi dan
aktivitas (berjalan-jalan, olahraga, bersosialisasi) dapat memperbaiki kualitas
hidup.
12
d. Meningkatkan Komunikasi
Saat makan bisa merupakan peristiwa sosial yang menyenangkan, namun bisa
juga merupakan saat yang menjengkelkan dan menganggu. Saat makan harus
dijaga dan kale, tanpa konfrontasi. Pasien lebih menyukai makanan yang sudah
dikenal yang tampak mengundang selera makan dan terasa lezat. Untuk
13
menghindari bermain dangan makanan, makanan dihidangkan satu persatu.
Makan sebaiknya dipotong kecil-kecil supaya tidak tercekik. Makanan cair lebih
mudah ditelan bila diolah dengan gelatin. Makanan dan minuman panas harus
disajikan bila sudah hangat. Suhu makanan diperika untuk mencegah terjadi luka
bakar.
14
Keluarga dapat menghubungi Asosiasi Alzheimer atau yang sama camnya yang
memberikan kesempatan bertemu orang lain dengan pengalaman serupa.
2. Farmakologi
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dankeluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin
B, C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan.
a. Inhibitor kolinesterase
b. Thiamin
c. Nootropik
15
d. Klonidin
e. Haloperiodol
Penyakit alzheimer dapat dicegah sejak dini dengan mengosumsi kunyit secara rutin.
Kunyit merupakan herbal penguat daya ingat (anti-alzheimer), salah satu tanaman obat
yang berpeluang sebagai pengganti pengobatan kimiawi yang dapat memperlambat
datangnya penyakit pikun. Penyakit alzheimer merupakan sejenis penyakit pikun yang
umum terjadi pada manusia usia lanjut, secara alamiah pikun biasa terjadi karena
penurunan kondisi fisik otak. Zat dalam kunyit yang berperan untuk ini adalan curcumin,
dimana akan mampu memepertahankan kualitas otak hingga usia lanjut. Namun
konsumsi kunyit yang terlalu berlebihan juga akan mampu memicu sakit perut, gangguan
hati serta ginjal. Jadi, kunyit ini dikonsumsi dalam jumlah sedang secara rutin untuk
mendapatkan efek terapi yang diinginkan.
16
Cara pencegahan yang lainnya yaitu dengan tetap menerapkan gaya hidup sehat
misalnya berolahraga rutin, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, mengonsumsi
sayur dan buah segar karena ini mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat
radikal bebas yang akan mampu merusak sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental
dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan juga
merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit alzheimer.
1. Neuropatologi
17
dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile
plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
3) Degenerasi neuron
4) Perubahan vakuoler
5) Lewy body
2. Pemeriksaan Neuropsikologik
18
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh
beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan
ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa
a. Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui
bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan
kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang
diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh
demensia karena berbagai penyebab.
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem.
19
4. EEG
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif.
Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
20
2.7. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
e. Makanan/cairan
f. Hiygene
g. Neurosensori
21
Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif, dan atau
gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau
kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif,
mengambil keputusan, mengingat yang berlalu. afasia dan disfasia; kesulitan
dalam menemukan kata- kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya
berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti;
terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk
membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus ).
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor
predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya).
i. Interaksi social
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum:
2) B1 (Breathing)
a) Inspeksi
b) Palpasi
22
Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
c) Perkusi
d) Auskultasi
3) B2 (Blood)
Hipotensi postural.
4) B3 (Brain)
a) Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Saraf III, IV dan VI. tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf
ini
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
23
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan
proses senilis serta penurunan aliran darah regional
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada vasikulasi dan indera pengecapan normal
e) Pengkajian Refleks
24
b. Pengkajian Aspek Kognitif
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan memori
2. Defisit perawatan diri : Mandi
3. Resiko jatuh
36
37
38
39
40
41
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Alzheimer adalah jenis kepikunan yang dapat melumpuhkan pikiran dan kecerdasan
seseorang. Keadaan ini ditunjukkan dengan kemunduran fungsi intelektual dan
emosional secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-
hari. Menurut dr. Samino, SpS (K), Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI),
alzheimer timbul akibat terjadinya proses degenerasi sel-sel neuron otak di area temporo-
parietal dan frontalis. Demensia Alzheimer juga merupakan penyakit pembunuh otak
karena mematikan fungsi sel-sel otak.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif
dengan penurunan daya ingat secara progresif. Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh
penderita sendiri, mereka sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang.
Cara pencegahan penyakit alzheimer yaitu dengan tetap menerapkan gaya hidup sehat
misalnya berolahraga rutin, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, mengonsumsi
sayur dan buah segar karena ini mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat
radikal bebas yang akan mampu merusak sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental
dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan juga
merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit alzheimer.
3.2. Saran
Kita tahu otak merupakan organ yang sangat kompleks. Dimana di otak terdapat area-
area yang mengatur fungsi tertentu. Untuk itu ada beberapa tips yang bisa diikuti bila ada
anggota keluarga ada yang menderita penyakit alzheimer : Buat cacatan kecil, untuk
membantu mengingat, Ciptakan suasana yang menyenangkan, Hindari memaksa pasien
untuk mengingat sesuatu atau melakukan hal yang sulit karena akan membuat pasien
cemas, Usahakan untuk berkomunikasi lebih sering, Buatlah lingkungan yang aman.
42
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan kepererawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia A, dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC
43