You are on page 1of 25

LABORATORIUM FARMASEUTIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

KELARUTAN I

OLEH :

NAMA : AYUFIYAH

NO. STAMBUK : 15020160159

KELAS : C8

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : IDA ERLITA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
KELARUTAN I

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah kelarutan.

Kelarutan memiliki hubungan yang erat dengan sediaan-sediaan cair.

Contohnya air teh, susu panas dan lain-lain. Pengetahuan ini penting

untuk ahli farmasi, sebab dapat membantu memilih medium pelarut yang

paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi

kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan

farmasetis (di bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai

standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang paling mendetail mengenai

kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan

informasi mengenai struktur obat dan gaya antar molekul obat.

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu

larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran

homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas,

cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan

dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran)

(Voigt, 1994 h. 589).

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair

yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, biasanya

dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya cara peracikan atau

penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

(Effendi, 2003 h. 304).

Pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-

sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat

baru dapat diabsobsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus,

sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari

sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (Martin, 1990

h.16).

Pada praktikum kali ini akan dilakukan tiga macam percobaan yaitu

menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif, menentukan pengaruh

pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat, dan menentukan koefisien

distribusi.

B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kelarutan

suatu zat secara kuantitatif, untuk mengetahui kelarutan suatu zat dalam

dua cairan yang tidak saling bercampur dan mempelajari pengaruh pelarut

campur terhadap kelarutan suatu zat.

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan kelarutan suatu

zat secara kuantitatif, menentukan kelarutan suatu zat dalam dua cairan

yang tidak saling bercampur dan menetukan pengaruh pelarut campur

terhadap kelarutan suatu zat

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu

larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran

homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas,

cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan

dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran)

(Voigt, 1994 h. 589).

Larutan kimia dan fisika merupakan campuran dua atau lebih zat

yang homogen. Secara umum, larutan menunjukkan campuran homogen

yang cair meskipun memungkinkan untuk membuat campuran homogen

dari padatan atau gas. Jadi, sangat mungkin membuat larutan padatan

dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan, gas dalam gas dan

padatan-dalam padatan. Tiga yang pertama ini adalah yang paling penting

dalam farmasi (Gennaro, 1990 h. 207).

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat

terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH

larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya

zat terlarut (Martin, 1990 h. 559).

Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berda dalam

kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan didefinisikan

dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan

jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk

disperse molekuler homogenya (Martin, 1990 h. 559).

Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan

yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi

yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu

(Martin, 1990 h. 559).

Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung

zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada

pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut

(Martin, 1990 h. 559).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain

adalah (Lund, 1994 h. 43) :

1. Pengaruh pH

Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan adalah

zat organic yang bersifat asam lemah atau basa lemah, dimana

kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya.

Kelarutan asam-asam organic lemah seperti barbiturate dan

sulfonamide dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena

terbentuknya garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa

organic seperti alkaloida dan anestetik local pada umumnya sukar larut

dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat,

maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air.

2. Temperatur

Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

temperature, titik leleh zat padat, dan panas peleburan molar zat

tersebut.

3. Jenis Pelarut

Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.

Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu

juga sebaliknya.

Kelarutan zat juga tergantung pada struktur zat, seperti

perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin

panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut

dalam air. Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme

sebagai berikut (Lund, 1994 h. 43) :

Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal.

Mencegah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini

bersifat amfiprotil.

Membentuk ikatan hydrogen dengan zat terlarut.

Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik menarik

antara ion-ion karena konstanta dielektriknya yang rendah. Juga tidak

dapat mencegah ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan

hydrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengna

tekanan internal yang sama melalui indoksi antaraksi dipol.

Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-

molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (intermediate

solvent) untuk mencampurkan pelarut polar dan non polar.

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

4. Bentuk Dan Ukuran Partikel

Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran

partikel suatu zat. Konfigurasi molekul dan bentuk susunan Kristal juga

berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak

simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang

bentuknya simetris.

5. Konstanta Dielektrik Pelarut

Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.

Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat

melarutkan zat-zat polar, sedangkan zat-zat non polar sukar larut di

dalamnya. Begitu pula sebaliknya.

Besarnya tetapan dielektrik ini menurut Moore dapat diatur

dengan penambahan pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran

pelarut merupakan hasil penjumlahan dari tetapan dielektrik masing-

masing yang sudah dikalikan dengan persen volume masing-masing

komponen pelarut.

Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran

dibandingkan dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan

istilah co-solvency dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran

dapat menaikkan kelarutan zat tersebut disebut co-solvent.

6. Adanya Zat Lain

Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk

menaikkan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua

bagian yaitu bagian polar dan non polar. Apabila didispersikan dalam

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan

dengan mengorientasikan bagian polar kea rah air dan bagian non

polar kea rah udara, membentuk suatu lapisan monomolekul. Disperse

molekul surfaktan ini secara termodinamika tidak stabil karena bagian

non polar mengganggu interaksi bagian polar surfaktan dengan air.

Oleh karena itu surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi

membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat

misel mulai terbentuk disebut konsentrasi Konsentrasi Misel Kritik

(KMK).

Sifat yang penting dari misel ini adalah kemampuannya untuk

menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya sukar larut dalam air.

Proses ini dikenal dengan solubilisasi. Solubilisasi terjadi karena

molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misel membentuk

suatu larutan yang jernih dan stabil secara termodinamika. Lokasi

melekul zat terlarut dalam misel tergantung pada pelarut zat tersebut.

Molekul-molekul non polar akan masuk ke bagian non polar dari misel

sedangkan molekul-molekul polar akan teradsorbsi pada permukaan

misel. Molekul-molekul polar akan teradsorbsi pada permukaan misel.

Molekul-molekul semi polar akan teradsorbsi pada permukaan misel.

Molekul-molekul semi polar akan masuk ke daerah palisade dan

membentuk suatu misel campuran.

Selain penambahan surfaktan, dapat juga ditambahkan zat-zat

pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya

penambahan uretan dalam pembuatan injeksi khinin.

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

B. Uraian Bahan

1. Air suling / aquadest (Ditjen POM, 1979 h. 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai bahan

2. Alkohol (Ditjen POM, 1979 h. 63)

Nama resmi : AETHANOLIUM

Nama lain : Alkohol

RM/BM : C2H6O / 0,8119

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap

dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,

mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya

dan nyala api, di tempat sejuk.

Kegunaan : Sebagai bahan

3. Propilen Glikol (Ditjen POM, 1979 h. 534)

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM

Nama lain : Propilenglikol

RM/BM : C3H8O2 / 76,10

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, rasa agak manis, higroskopik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai bahan

4. Paracetamol (Ditjen POM, 1979 h. 37)

Nama resmi : Acetaminophenum

Nama lain : Asetaminofen

Berat molekul : 46,00

Rumus molekul : C8H9NO2

Pemerian : Hablur atau serbukputih, tidak berbau, rasa

pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol P dan dalam 9 bagian

propilenglikol P, larut dalam larutan alkali

hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari

cahaya.

5. Minyak Kelapa (Ditjen POM, 1979 h. 456)

Nama Resmi : OLEUM COCOS

Nama Lain : Minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat,

bau khas, tidak tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

600, sangat mudah larut dalam kloroform P dan

dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya,

ditempat sejuk

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

BAB 3

METODE KERJA

A. Alat yang digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain;

botol semprot, corong pisah, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, magnet

stirer, pipet tetes, stirer dan vial.

B. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain;

alkohol (metanol), aquadest, minyak kelapa, paracetamol dan

propilenglikol.

C. Cara Kerja

1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif

Ditimbang 100 mg paracetamol, masukkan 5 ml air ke dalam vial

dan tambahkan paracetamol. Kocok selama 1 jam dengan

menggunakan stirrer. Jika ada endapan yang larut maka tambahkan

sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh.

Saring larutan dengan menggunakan kertas saring dan keringkan

dengan menggunakan oven. Setelah kering, sampel tersebut

kemudian ditimbang kembali.

2. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan

Dibuat 10 mL campuran pelarut yaitu air, air dan propilenglikol

sesuai dengan tabel yang ada. Ditimbang paracetamol kemudian

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan 100 mg paracetamol

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

kemudian kocok selama 1 jam dengan menggunakan stirrer. Jika ada

endapan yang larut tambahkan sejumlah. Endapan yang tersisa

kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan

dikeringkan dengan oven. Setelah kering sampel tersebut ditimbang

untuk menentukan kadar paracetamol yang larut dan dibuat kurvanya.

3. Cara Menentukan Koefisien Distribusi

Ditimbang paracetamol seberat 100 mg kemudian dimasukkan

kedalam erlenmeyer dan ditanbahkan aquadest hingga mencapai 50

mL. Lalu ambil 25 mL dari larutan tersebut dan masukkan ke dalam

corong pisah kemudian ditambhkan 25 mL minyak kelapa. Kemudian

kocok selama beberapa menit lalu diamkan 10-15 menit hingga cairan

tersebut memisah. Lalu pisahkan cairan dengan menampung cairan

ke dalam erlenmeyer kemudian tentukan kadar paracetamol dalam air

menggunakan spektrofotometer. Terakhir hitung koefisien distribusi.

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

BAB 4

HASI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Menentukan Kelarutan Suatu Zat Secara Kuantitatif

Tabel I. Kelarutan Suatu Zat Secara Kuantitatif


Berat
Berat
Volume Kertas Berat Jumlah
PCT Kertas A X
Air Saring + Residu terlarut
(g) Saring (N/m) (mg/mL)
(ml) Residu (g) (g)
(g)
(g)

0,1 5 2,60 2,67 0,07 0,03 0,265 38,0592

Perhitungan :
Berat residu = 2,67 gr 2,60 gr
= 0,07 gr

Jumlah terlarut = 0,1 0,07


= 0,03 gr

Diketahui nilai dari kurva baku : a = 0,025


b = 0,063
r = 0,999

y-a volume dipipet


X = x FP FP =
b volume sampel
0,265 0,025 100 mL
= x 2000 =
0,063 0,05 mL
= 7619,04 ppm = 2000 kali
7619,04 mg
= x 5 mL
1000 mL
= 38,0592 mg/mL

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

2. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat

Tabel II. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan


Berat
Berat Kertas
Berat Jumlah
Kertas Saring A X
Pelarut Residu terlarut KD
Saring + (N/m) (mg/mL)
(g) (g)
(g) Residu
(g)

A 2,67 3,14 0,47 0,13 61,84 0,259 0,251

Perhitungan :
Berat residu = 3,14 gr 2,67 gr
= 0,47 gr

Jumlah terlarut = 0,6 gr 0,47 gr


= 0,13 gr

Diketahui nilai dari kurva baku : a = -0,023


b = 0,045
r = 0,999

Diketahui Konstanta Dielektrik : Air = 80,4


Alkohol = 23,3
Propilenglikol (PG) = 34

KD = (%Air x KD Air) + (%alkohol x KD Alkohol) + (%PG + KD PG)


60 0 40
= ( x 80,4) + ( x 23,3) + ( x 34)
100 100 100
= 48,24 + 0 + 13,6
= 61,84
y-a
X = x FP
b
0,259 (-0,023)
= x 2000 = 12533,334 ppm
0,045

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

12533,334 mg
= x 5 mL
1000 mL
= 0,251 mg/mL

3. Cara membuat koefisien Distribusi

Tabel III. Membuat Kosfision Distribusi


PCT Volume Air Volume minyak A X
K
(g) (mL) (mL) (N/m) (mg/mL)

0,1 25 25 0,611 155,03 2,817

Perhitungan :
Diketahui nilai dari kurva baku : a = 0,025
b = 0,063
r = 0,999

y-a volume dipipet


X = x FP FP =
b volume sampel
0,611 0,025 100 mL
= x 666,67 =
0,063 0,15 mL
= 6201,1 ppm = 666,67 kali
6201,1 mg
= x 25 mL
1000 mL
= 155,03 mg/mL

C2 Minyak = 100 155,03


= -55,03
C1
K =
C2
155,03
=
-55,03
= 2,817

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

B. Pembahasan

Kelarutan adalah suatu bentuk kuantitatif sebagai konsentrasi zat

terlarut dalam suatu larutan jenuh pada temperat tertentu, secara

kualitatif, di definisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat

untuk membentuk dispersi molekular homogen (Martin, 1990).

Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk Menentukan kelarutan

suatu zat secara kuantitatif, menentukan kelarutan suatu zat dalam dua

cairan yang tidak saling bercampur, menetukan pengaruh pelarut campur

terhadap kelarutan suatu zat, menentukan pengaruh pH terhadap

kelarutan suatu zat dan menentukan pengaruh surfaktan terhadap

kelarutan suatu zat.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain;

botol semprot, corong pisah, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, magnet

stirer, pipet tetes, stirer dan vial.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain;

alkohol (metanol), aquadest, minyak kelapa, paracetamol dan

propilenglikol.

Dalam menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif, cara kerja

yang dilakukan ialah; ditimbang 100 mg paracetamol, masukkan 5 ml air

ke dalam vial dan tambahkan asam salisilat. Kocok selama 1 jam menit

dengan menggunakan stirrer. Jika ada endapan yang larut maka

tambahkan sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan

jenuh. Saring larutan dengan menggunakan kertas saring dan keringkan

dengan menggunakan oven. Setelah kering, sampel tersebut kemudian

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

ditimbang kembali. Setelah itu diperoleh data kelarutan 0,1 gr parasetamol

dalam 5 ml air dengan berat residu yaitu 0,07 gr, nilai A yaitu 0,265 N/m

dan X yaitu 38,0592 mg/mL.

Untuk percobaan menentukan pengaruh pelarut campur terhadap

kelarutan; dibuat 10 mL campuran pelarut yaitu air, air dan propilenglikol

sesuai dengan tabel yang ada. Ditimbang paracetamol kemudian

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan 100 mg paracetamol

kemudian kocok selama 1 jam menit dengan menggunakan stirrer. Jika

ada endapan yang larut tambahkan sejumlah. Endapan yang tersisa

kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan dikeringkan

dengan oven. Setelah kering sampel tersebut ditimbang untuk

menentukan kadar paracetamol yang larut dan dibuat kurvanya. Sehingga

diperoleh data kelarutan 0,6 gr paracetamol dalam pelarut campur (air +

propilenglikol) dengan perbandingan 60:40 diperoleh berat residu 0,47 gr,

konstanta dielektrik pelarut campur yaitu 61,84, nilai A yaitu 0,259 N/m

dan X yaitu 0,251 mg/mL. Dari data tersebut, dapat dilihat dari

perbandingan antara kelarutan paracetamol dalam satu pelarut saja

dibandingkan dengan kelarutan paracetamol dalam pelarut campur. Dari

sini dapat disimpulkan bahwa pengaruh pelarut campur itu sebagai

kosolven, yaitu kosolven bertindak sebagai pelarut tambahan untuk

mempercepat kelarutan.

Untuk percobaan cara menentukan koefisien distribusi; ditimbang

paracetamol seberat 100 mg kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer

dan ditanbahkan aquadest hingga mencapai 50 mL. Lalu ambil 25 mL dari

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

larutan tersebut dan masukkan ke dalam corong pisah kemudian

ditambhkan 25 mL minyak kelapa. Kemudian kocok selama beberapa

menit lalu diamkan 10-15 menit hingga cairan tersebut memisah. Lalu

pisahkan cairan dengan menampung cairan ke dalam erlenmeyer

kemudian tentukan kadar paracetamol dalam air menggunakan

spektrofotometer. Terakhir hitung koefisien distribusi. Sehingga diperoleh

data kelarutan 0,1 gr paracetamol dalam air 25 mL air + 25 mL minyak

dengan nilai A yaitu 0,0611 N/m, X yaitu 155,03 mg/mL dan K yaitu 2,817.

Adapun kesalahan-kesalahan data yang diperoleh itu diakibatkan

oleh kurang ketelitian dan kehati-hatian praktikan dalam melakukan

praktikum.

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum kelarutan I dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

1. Semakin tinggi konstanta dialektrik suatu zat maka semakin tinggi pula

kelarutan suatu zat.

2. Pelarut campur berpengaruh sebagai kosolven yaitu mempercepat

kelarutan

B. Saran

Sebaiknya asisten dapat terus mendampingi praktikan saat

praktikum berlangsung agar dapat mengurangi resiko kesalahan yang

terjadi.

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017, Penuntun Praktikum Farmasi Fisika, Universitas Muslim


Indonesia, Makassar.

Ditjen POM., 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Gennaro, Alfonso R., 1990, Remingtons Pharmaceutical Sciences,18th


Edition, Mack Publishing Company, Easton Pennsylvania.

Lund, W., 1994, The Pharmaceutical Codex Principles and Practice of


Pharmaceutics, The Pharmaceutical Press, London.

Martin, 1990, Farmasi Fisik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

LAMPIRAN

Lampiran I. Skema Kerja

A. Menentukan Kelarutan Suatu Zat Secara Kuantitatif

Dimasukkan 100 mg paracetamol kedalam


5 mL air

Kocok menggunakan stirer selama 1 jam


(Jika ada endapan yang larut saat pengocokan,
maka tambahkan pct dalam jumlah tertentu)

Saring dan tentukan kadar paracetamol


yang terlarut

B. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat

Buat 10 mL pelarut campur seperti yang


tertera pada tabel

Ambil 5 mL pelarut campur dan


masukkan 100 mg paracetamol
ke masing-masing pelarut

Kocok menggunakan stirer selama 1 jam


(Jika ada endapan yang larut saat pengocokan,
maka tambahkan pct dalam jumlah tertentu)

Saring dan tentukan kadar paracetamol


yang terlarut

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

C. Cara menentukan koefisien distribusi

Ditimbang 100 mg paracetamol


Kemudian masukkan kedalam erlenmeyer
Lalu larutkan dengan aquadest hingga 50 mL

Ambil 25 mL larutan tersebut dan


masukkan kedalam corong pisah lalu
tambahkan minyak kelapa 25 mL

Kocok selama beberapa menit lalu


diamkan selama 10-15 menit
hingga cairan berpisah

Pisahkan air dengan minyak dengan


menampungnya ke dalam erlenmeyer

Tentukan kadar paracetamol


dalam air

Hitung koefisien distribusi

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

Lampiran II. Gambar Alat dan Bahan

Paracetamol Propilenglikol Minyak kelapa

Gelas Kimia Gelas Ukur Erle

Labu takar

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159
KELARUTAN I

air + propilenglikol Pemisahan minyak dan pct dalam corong pisah

Beberapa alat dan bahan

Endapan pct Endapan pct


Pada metode kuantitatif pada pelarut campur

AYUFIYAH IDA ERLITA


15020160159

You might also like