You are on page 1of 75

HUBUNGAN T INGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU

IBUTENTANG PE RTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK


DI POSYA NDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEM PLAK
BOYOLALI

SKRIPSI
Untuk Memen uhi Salah Satu Syarat Ujian Guna MencapaiGelar Sarjana
Keperawatan

Oleh :
Chlivisia Charnovan Putra
NIM S1 1010

PRO GRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUM A HUSADA
SURAKARTA
2015

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah Nya. Pada akhirnya penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan

Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak Tersedak Di

Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali. Skripsi penelitian ini

disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata ajar skripsi di

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam

penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan

masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus,

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, sekaligus penguji.

3. S. Dwi Sulisetyawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan

skripsi.

4. Ika Subekti Wulandari,S.Kep.,Ns., M.Kepselaku Pembimbing

Pendamping yang telah meberikan bimbingan, masukan dan saran dalam

proses penyusunan skripsi.

iv
5. Bapak Poniman, selaku Kepala Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak

Kabupaten Boyolali yang telah bersedia memberikan ijin untuk melakukan

penelitian.

6. Ibu Ririn Yunianti, Amd.keb selaku Kepala Posyandu Dusun Sadon

Sawahan Ngemplak Boyolali yang telah bersedia memberi izin agar

institusinya dijadikan tempat penelitian.

7. Ibu Sumantinah, selaku Kepala Desa Donohudan Kecematan Ngemplak

Kabupaten Boyolali yang telah bersedia memberikan ijin Validitas dan

Reabilitas.

8. Bapak Waluyo, selaku Kepala Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo

Kabupaten Karanganyar yang telah bersedia memberikan ijin Validitas

dan Reabilitas.

9. Orang tuaku tercinta Bapak Suratno, Alm. Ibu Karsiyemdan kakak tercinta

Ichwan Maulana Putra yang selalu memberikan dukungan, doa, materi dan

kasih sayangnya sepanjang waktu.

10. Teman teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2011 yang selalu

mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

11. Teman teman lain atas dukungan dan semangat yang diberikan.

12. Para responden yang bersedia menjadi bahan penelitian.

13. Semua pihak yang telah memberikan dukunganmoral maupun material

dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

v
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan

mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah

SWT semoga proposal ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Surakarta, 13 Juli 2015

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xiii

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4

1.3 TujuanPenelitian ........................................................................................................... 5

1.4 ManfaatPenelitian ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 7

2.1 Tinjauan Teori .................................................................................................. 7

2.1.1 Tersedak . 7

2.1.1.1 PengertianTersedak .......................................................... 7

2.1.1.2 Gejala Tersedak ................................................................. 8

vii
2.1.1.3 Mekanisme Tersedak ....................................................... 9

2.1.1.4 Klasifikasi Tersedak ....................................................... 10

2.1.1.5 Faktor-Faktor Penyebab Tersedak ............................. 11

2.1.1.6 Perilaku Ibu Saat Tersedak ........................................... 12

2.1.1.7 Komplikasi Tersedak ..................................................... 12

2.1.1.8 Penatalaksanaan Tersedak ............................................ 13

2.1.2 Perilaku ............................................................................................... 18

2.1.2.1 Pengertian Perilaku 18

2.1.2.2 Faktor Faktor .. 18

2.1.2.3 Pengukuran Perilaku 19

2.1.3 Pengetahuan 20

2.1.3.1 Pengertian Pengetahuan ... 20

2.1.3.2 Manfaat Pengetahuan .................................................... 20

2.1.3.3 Tingkat Pengetahuan 21

2.1.3.4 Faktor-Faktor .. 23

2.1.3.5 Pengukuran Pengetahuan 26

2.2 Kerangka Teori ............................................................................................... 27

2.3 Kerangka Konsep .......................................................................................... 28

2.4 Hipotesis ........................................................................................................... 28

2.5 Keaslian Penelitian ........................................................................................ 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 31

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian ......... 31

3.2 Populasi Dan Sampel . 31

ix
3.2.1 Populasi 31

3.2.2 Sampel 32

3.3 Tempat Dan Waktu .. 32

3.3.1 Tempat Penelitian 32

3.3.2 Waktu Penelitian ... 33

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional Dan Skala

Pengukuran. 33

3.5 Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data ....................................... 34

3.5.1 Alat Penelitian . 34

3.5.2 Cara Pengumpulan Data .. 35

3.6 Uji Validitas Dan Reabilitas ....................................................................... 36

3.6.1 Konten Validitas .. 36

3.6.2 Reabilitas . 37

3.7 Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data ........................................... 38

3.7.1 Pengolahan Data .. 38

3.7.2 Analisa Data .39

3.8 Etika Penelitian .............................................................................................. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN .. 43

4.1 Hasil Penelitian .43

4.1.1 Uji Univariat 43

4.1.2 Uji Bivariat 45

BAB V PEMBAHASAN .. 48

5.1 Karakteristik Responden .. 49

x
5.1.1 Usia . 49

5.1.2 Pendidikan ... 49

5.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Tersedak 51

5.3 Perilaku Ibu Dalam Pertolongan Pertama Tersedak .51

5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Dalam Pertolongan

Pertama Tersedak ..53

BAB IV PENUTUP 55

6.1 Kesimpulan .. 55

6.2 Saran 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 29

3.1 Variabel Penelitian 33

4.1 Distribusi 42

RespondenMenurut

Umur

4.2 Distribusi Responden 43

Menurut Pendidikan

4.3 Distribusi Frekuensi 43

Tingkat Pengetahuan

4.4 Distribusi Frekuensi 45

Perilaku

4.5 Hasil Uji Korelasi 46

4.6 Distribusi frekuensi 47

Kolmogorov- Smirnovibu

posyandu sadon

xii
DAFTAR GAMBAR

NomorGambar JudulGambar Halaman

2.1 Tepuk Punggung 14

2.2 Tepuk Dada 15

2.3 Teknik Heimlich 17

2.4 Teknik Heimlich 17

2.5 Kerangka Teori 27

2.6 Kerangka Konsep 28

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan

Lampiran

1 F 01 Usulan Topik Penelitian

2 F 02 Pengajuan Persetujuan Judul

3 F 04Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

4 Surat Ijin Studi Pendahuluan

5 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

6 Surat Ijin Validitas Dan Reabilitas

7 Surat Balasan Validitas Dan Reabilitas

8 F 05 Lembar Oponen

9 F 06 Lembar Audience

10 F 07 Pengajuan Ijin Penelitian

11 Surat Ijin Penelitian

12 Surat Balasan Ijin Penelitian

13 Surat Penjelasan Informan

14 Surat Persetujuan Menjadi Informan

15 Kuesioner

16 Hasil Pengolahan Data (Spss 15.0)

17 Lembar Konsultasi

18 Jadwal Penelitian
xv
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK DI POSYANDU DUSUN SADON
SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI
ChlivisiaCharnovan Putra 1), S. DwiSulisetyawati 2), IkaSubektiWulandari 3), 1S-1
KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta 2Dosen S-1 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta
3
Dosen S-1 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta

Abstrak
Tersedakmerupakankondisitersumbatnyasaluranpernafasanolehbendaasingberup
amakanan, mainandan lain-
lain.Padaumumnyamasyarakatbelumpahamakanpertolonganpertamatersedak.
Penelitianinibertujuanuntukmengetahuiadahubunganatautidakantaratingkatpengetahuan
denganperilakupertolonganpertamapadaanaktersedak.
Penelitianinimenggunakandesain cross-sectional yang dilakukan di
posyanduDusunSadonSawahanNgemplakBoyolalidanteknikpengambilansampelmenggun
akan purposive sampling denganjumlahrespondensebanyak 30 responden.
Hasilpenelitianmenunjukanbahwatingkatpengetahuanibu 83,4%
dikategorikankurangdanperilakuibu 73,3% dikategorikannegatif, didapatkannilaikorelasi
0,021. Uji statistic inimenggunakanujiKolmogorov-Smirnov yaituujialternatifChi Square
denganspss 15.Nila p value = 0,100 (p value <0,05) sehinggadapatdisimpulkanbahwa
Ho
diterimayaitutidakadahubunganantaratingkatpengetahuandenganperilakuibupadapertolo
nganpertamapadaanaktersedak.
Tingkat
pengetahuanibutentangtersedakpadaanaktidakberhubungandenganperilakuibudalampert
olonganpertama.Sehinggaparaibuharusdapatmeningkatkanpengetahuandanpemahamand
alamketrampilanatautindakan yang dibutuhkananaksaatterjaditersedak.
Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku, Tersedak

xvi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA
HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015

ChlivisiaCharnovan Putra

Correlation between Mothers Knowledge Level and Their Behavior in the Application of the First Aid
for Choking Children at Integrated Health Post of SadonSawahan Village, Ngemplak, Boyolali

ABSTRACT

Choking is a condition where respiratory tract clogged by food, toy, etc. In


general, people have not been aware of the first aid for choking. The objective of this
research is to investigate the correlation between the mothers knowledge level and their
behavior in the application of the first aid for choking children.
This research used the cross-sectional design. It was conducted at Integrated
Health Center of SadonSawahan Village, Ngemplak, Boyolali. The samples of research
were 30 respondents and were taken by using the purposive sampling technique.
The result of this research shows that (83.4%) mothers had a poor level of
knowledge and (73.3%) mothers had a negative behavior, and the correlation value was
0.021. The result of the Kolmogorov-Smirnovs Chi Square test aided with the computer
program of SPSS 15 shows that the p-value was 0.100 which was less than 0.05, meaning
that Ho was verified, and there was not any correlation between the mothers knowledge
level and their behavior in the application of the first aid for choking children.
The mothers knowledge level of choking did not relate to their behavior in the
application of the first aid. Thus, mothers are expected to improve their knowledge and
understanding of the skills or actions required if the child are choking.

Keywords: Knowledge, behavior, choking


References: 37 (2001 - 2011)

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tersedak merupakan kondisi gawat darurat yang harus cepat

ditangani, bila terlalu lama akan mengakibatkan kekurangan oksigen dan

mengakibatkan kematian (Knapp J, Mulligan, Smith, 2005). Tersedak

merupakan kondisi tersumbatnya saluran pernafasan oleh benda asing berupa

makanan, mainan dan lain-lain (Brown K, 2005). Tersedak dapat terjadi bila

makanan atau benda asing yang seharusnya menuju kerongkongan,

tetapimenuju tenggorokan karena berbagai sebab (Syah, 2010).

Di Amerika Serikat setiap 5 hari terdapat 1 anak dibawah usia 1

tahun yang meninggal dan lebih dari 10.000 anak dirawat di Unit Gawat

Darurat (American Academy of Pediatrics (AAP), 2014). Di Indonesia sendiri

data yang diperoleh dari RSUD dr. Harjono Ponorogo, kasus adanya benda

asing di tenggorokan adalah sebanyak 157 orang pada tahun 2009 dan 112

orang pada tahun 2010 (Rekam Medik RSUD dr. Harjono Ponorogo). Di

posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali dari 96 anak terdapat 30

orang anak yang mengalami tersedak akibat kemasukan benda asing.

Sebagian besar usia anak yang sering tersedak adalah umur 0-3

tahun.Umur 0-1 tahun adalah fase infant karena memasuki fase dimana

kepuasan dan kenikmatan pada mulutnya untuk mengigit, mengunyah dan

menghisap(Suryabrata, 2006). Pada usia 1-3 tahun (toodler) anak-anak

1
2

memasuki masa keingintahuan yang tinggi dan usia 4-5 masa teraktif anak

(Shelov,2004).Beberapa jenis benda asing yang paling umum penyebab

tersedak adalah makanan, koin, balon, mainan lainnya (Carpenito, 2009).

Pengenalan dini akan tanda-tanda tersedak pada ibu merupakan

langkah awal untuk penanganan tersedak dengan bisa membedakan

kondisisakit yang lain seperti asma, serangan jantung, stroke atau kondisi sakit

lain yang menyebabkan gangguan pernapasan(Smith SA & Norris B, 2003).

Menurut World Health Organization (WHO) karakteristik benda yang

barbahaya untuk anak tersedak adalah bentuk, ukuran, dan konsistensi mainan

tertentu, sehingga harus cepat ditangani secara komprehensif dan terkoordinasi

pencegahannya (Committe on injury, 2007). Beberapa tanda sepertisesak

nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak bernafas,

sedangkan pada usia balita akan memegang lehernya yang merasa seperti

tercekik, sehingga harus cepat dilakukan pertolongan pertama(Edwina,2010).

Pertolongan pertama yang bisa dilakukan pada anak tersedak adalah

Sandwich Manuver dan Heimlich. Heimlichadalah meminta anak untuk

membatukkan dengan keras agar benda asing tersebut keluar, apabila anak

belum bisa bicara meminta membatukkannya lagi (Iskandar J, 2012).

Pertolongan denganSandwich Manuver yaitu dengan membaringkan badannya

di lengan atau paha dengan posisi wajahnya menghadap ke bawah dan kepala

lebih rendah dari tubuh. Topang bagian kepala, di rahang dan tulang pipi

dengan jari. Lalu tepuk pelan punggung bayi dengan tangan sebanyak kurang

lebih lima kali(Lansky, 2007).


3

Berdasarkan dari studi pendahuluan 5 Desember 2014 di Dusun

Sadon pertolongan pertama pada anak tersedak hanya dengan menepuk-nepuk

leher dan diberi minum. Tingkat pengetahuan ibu dalam pertolongan pertama

tentang tersedak masih rendah, itu terbukti dengan angka kejadian yang tinggi

dan salahnya perilaku ibu dalam penangganan tersedak belum tepat. Ibu hanya

memberi minum dan memijit leher anak dalam memberikan pertolongan

pertama anak saat tersedak.

Di Amerika Serikat pemerintah ikut berkolaborasi dalam pencegahan

tersedaknya makanan pada anak-anak, dengan cara membentuk lembaga yang

bertugas memeriksa dan mengatasi bahaya tersedak. Pemerintah juga

melakukan kegiatan pendidikan publik terkait pencegahan tersedak pada anak,

selain itu merancang makanan bentuk, ukuran, tekstur dan lainya untuk

meminimalkan kejadian tersedak pada anak(Pediatrics, 2010). Di Indonesia

pemerintah belum ikut berkontribusi dalam pencegahan anak tersedak dan

belum banyak dilakukan pengenalan dini akibat tersedak pada ibu-ibu melalui

pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 7 ibu di posyandu

dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali yang anaknya mengalami tersedak

mengatakan tidak pernah mengantarkan anaknya ke puskesmas karena ibu

beranggapan bahwa tersedak merupakan masalah tidak serius bagi kesehatan

anaknya. Tersedak merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak, ibu

mempersepsikan tersedak berdampak buruk bagi kesehatan terutama

pernafasan, ibu tidak mengerti bagaimana pertolongan pertama tersedak, ibu


4

tidak melakukan pencegahan tersedak seperti mengawasi anak saat makan dan

bermain. Pertolongan pertama yang dilakukan ibu saat itu adalah dengan

menepuk-nepuk leher dan memberi minum kepada anak selanjutnya diantar ke

puskesmas dan ada juga yang tidak diantar ke puskesmas.

Berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat Dusun Sadon

diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang tersedak pada anak masih

kurang terhadap anak tersedak dan perilaku ibu belum tepat dalam melakukan

pertolongan pertama pada anak tersedak. Berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa hal tersebut dikarenakan masyarakat jarang mendapatkan

penyuluhan tentang tersedak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan

Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak Tersedak Di Dusun

Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

1.2 Rumusan Masalah

Dari data kesehatan di posyandu Dusun Sadon pada tahun 2013

didapatkan 30 anak pernah mengalami tersedak dan ibu belum mengetahui

tentang bahaya tersedak, bagaimana perilaku ibu yang tepat pada saat anak

tersedak, sehingga peneliti ingin mengidentifikasikan tentang Hubungan

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada

Anak Tersedak Di Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.


5

1.3 Tujuan Penelitian

1) Tujuan umum

Penelitian inidilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pertolongan pertama

pada anak saat tersedak.

2) Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada

anak tersedak.

b. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam menerapkan pertolongan pertama

pada anak tersedak.

c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu

tentang pertolongan pertama pada anak tersedak.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi ibu

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi ibu tentang

pertolongan pertama tersedak.

2. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi Posyandu untuk meningkatkan status

kesehatan dan cara mengatasi anak disaat tersedak.

3. Bagi institusi pendidikan

Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang pertolongan

pertama tersedakuntuk pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat


6

merencanakan program-progam misalnya pendidikkan kesehatan tentang

pertolongan pertama tersedak dan cara mengatasinya.

4. Bagi peneliti lain

Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-

penelitian selanjutnya terkait pertolongan pertama pada tersedak, misalnya

faktor yang dapat meningkatkan motivasi ibu menjaga anak agar tidak

tersedak.

5. Bagi peneliti

Penelitianini bermanfaat sebagai proses belajar untukmengaplikasikan

ilmu yang diperoleh dari program Studi Ilmu Keperawatanterkait kesehatan

anak saat tersedak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Tersedak

2.1.1.1 Pengertian Tersedak

Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang

sangat berbahaya, karena dalam beberapa menit akan terjadi

kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga

hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas,

denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang

otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut (Arora,

2011).

Tersedak adalah sumbatan atau hambatan respirasi

olehbenda asingobstruksi pada saluran napas internal, termasuk

faring, hipofaringdan trakea. Obstruksi jalan napas bisa

berakibat fatal jika mengarah ke saluran oksigenasi dan

ventilasi (Knapp J, Mulligan, Smith, 2005).Tersedak adalah

kondisi tersumbatnya saluran pernapasan baik oleh benda

asing, muntah, darah atau cairan lain. Anak-anak dengan

refleks menelan yang belum sempurna lebih mudah tersedak

oleh benda-benda kecil. Tersedak adalah kondisi gawat darurat

yang harus cepat ditangani. Bila dibiarkan terlalu lama tubuh

7
8

bisa mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan dapat

mengakibatkan kematian(Brown K, 2005).

Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran pernapasan

di sekitar tenggorokan (laring) atau saluran pernapasan (trakea).

Aliran udara menuju paru-paru pun terhambat sehingga aliran

darah yang menuju otak dan organ tubuh lain terputus. Karena itu

perlu dilakukan tindakan pertama yang efektif untuk

menyelamatkan nyawa dengan tindakanSandwich Manuver dan

Heilmich(Jaelani, 2012).

2.1.1.2 GejalaTersedak

Gejala tersedak biasanya batuk, muntah, tangan

memberikan sinyal ke tenggorokan, sulit bicara, sesak napas,

dan kadang saat bernapas mengeluarkan bunyi. Hal ini

disebabkan karena seseorang yang sedang makan atau minum

terlalu terburu-buru yang biasanya dibarengi dengan tertawa,

menangis, sampai keracunan alkohol akut (Emedicinehealth,

2009). Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah

batuk-batuk, hal ini normal karena batuk adalah mekanisme

pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari

tenggorokan, akan tetapi semakin besar benda yang masuk

maka gejala yang muncul lebih mirip orang yang tercekik

(choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara atau suara serak,

mengi, hingga tidak nafas dan ini perlu tindakan medis yang
9

segera untuk menghindari gawat nafas.Pada usia balita, maka

balita tersebut akan memegang lehernya yang merasa seperti

tercekik. Tersedak dalam kategori ringan maka ditandai dengan

batuk-batuk hingga muntah. Tersedak dengan kategori berat

maka ditandai dengan batuk-batuk yang semakin lama semakin

jarang dan akhirnya tidak dapat batuk sama sekali. Wajah

membiru dan kemudian pingsan (Edwina, 2010).

2.1.1.3 Mekanisme Tersedak

Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan

minuman secara anatomis terletak di belakang tenggorokan

(jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan

dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah

masuk, maka diantara kerongkongan dan tenggorokan terdapat

sebuah katup (epiglottis) yang bergerak secara bergantian

menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun

pintu. Saat bernafas, katup menutup kerongkongan agar udara

menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup

menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan.

Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju

kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena berbagai

sebab ( Syah, 2010).

Tenggorokan mempunyai 2 saluran yaitu kerongkongan

dan trachea. Kerongkongan (jalan makan) berfungsi


10

memasukkan makanan ke dalam perut, pada awal trachea ada

pita suara. Saat kita makan atau minum, pita suara ini tertutup

yang mencegah makanan masuk ke saluran pernapasan.

Tersedak adalah suatu proses dimana makanan salah masuk

jalur, masuk ke trachea (jalan nafas).Dapat disebabkan oleh

keadaan tidak sadar atau banyak alihan saat makan, seperti

tertawa, ngobrol, dan lain-lain.Saat makanan atau minuman

masuk ke paru-paru dapat menyebabkan aspirasi dan

merupakan hal yang bahaya. Namun apabila tersedak pasti

akan ada reflex batuk, dimana batuk ini akan mengeluarkan

makanan dari jalur yang salah ke jalur yang benar. Saat Anda

tersedak usahakan minum air putih secara sedikit-sedikit

(Dyah, 2012)

2.1.1.4 Klasifikasi Tersedak

Berdasarkan Klasifikasinya tersedak dibagi menjadi dua

yaitu (Edwina, 2010) :

1. Obstruksi totalyaitu pembuntuan saluran pernafasan secara

total sehingga klien tidak dapat bernafas sama sekali, dan

harus segera ditolong karena dalam beberapa menit klien

akan mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi

obstruksi total maka akan terjadi atelektasis.

2. Check valve/Parsial yaitu pembuntuan saluran napas secara

parsial atau tidak secara total, sehingga klien masih dapat


11

bernapas tetapi kurang adekuat, dan benda asing harus

segera dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2

kejaringan. Tetapi pengeluaran benda asing tersebut harus

dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, karena

ditakutkan akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh

orang yang tidak berpengalaman. Bila terjadi obstruksi

parsial maka dapat terjadi emphisema paru.

2.1.1.5 Faktor-faktor penyebab tersedak

Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedak meliputi saat

makan sambil tertawa, makan sambil ngobrol,makan sambil

jalan dan lain-lain. Faktor dari riwayat meliputi usia, factor

kejiwaan, factor fisik, factor personal, proses menelan belum

sempurna dan lain-lain (Adyatmaka, 2008).

Faktor lainnya yang sangat penting yaitu pengetahuan

orang tua mengenai perannya terhadap kesehatan anak, karena

peran orang tua sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan

anak terutama dalam menjaga kebersihan mulut dan makanan

yang dimakan oleh anak. Orang tua yang dominan dalam hal

ini yaitu ibu, pada masa ini ibu berperan sebagai guru pertama

anaknya, ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai

kesehatan anaknya dan mengabaikan hal tersebut sehingga

mengakibatkan tingginya resiko anak mengalami tersedak

(Maharani, 2012).
12

2.1.1.6 Perilaku ibu saat tersedak

Dengan kesibukan setiap para anggota keluarga tidak

menutup kemungkinan mereka akan lalaiserta tidak

memperhatikan saat mengasuh buah hatinya dan semakin

bertambah pula yang mengalami tersedak. Sebagian besar yang

mengasuh anaknya ialah seorang ibu, maka dari itu sebagai ibu

lebih baik mengawasi dan memperhatikan tingkah laku dari

anaknya (Arora, 2011).

Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak.Itu

terjadi akibat kurangnya pengetahuan yang berdampak pada

perilaku ibu dalam menangani tersedak pada anak. Bila

perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak betul maka

anak akan terhindar dari ancaman kematian dan tidak ada luka

dalam setalah dilakukan tindakan, sebaliknya bila perilaku ibu

dalam penanganan tersedak pada anak salah maka akan terjadi

luka dalam yang ibu tidak tahu sehingga bisa menyebabkan

kematian pada anak tersebut (Hull, 2010).

2.1.1.7 Komplikasi Tersedak

Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang

sangat berbahaya, karena dalam beberapa menit akan terjadi

kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga

hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas,

denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang


13

otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut (Arora,

2011).

2.1.1.8 Penatalaksanaan Tersedak

1. Pencegahan Tersedak

Untuk mencegah makanan dari terjebak di

kerongkongan adalah untuk mengambil gigitan kecil,

mengunyah makanan secara perlahan, banyak minum air

ketika menelan, dan menghindari makan keras, makanan

kering. Selain itu, juga bisa dengan mengawasi semua

makanan dan memiliki anak makan di meja atau di kursi

tinggi.Makanan kecil, seperti anggur, rambutan dan lain-

lain harus dipotong menjadi potongan-potongan sangat

kecil.Hindari mainan kecil, seperti bola atau

kelereng.Pertimbangkan untuk menggunakan tester kecil

bagian, atau gulungan kertas toilet kosong, untuk menguji

ukuran mainan. Anak di bawah usia 3 tahun tidak boleh

diberikan mainan yang sesuai sepenuhnya ke dalam silinder

(Shah, 2012).
14

2. Penanganan Tersedak

TindakanSandwich back slap and chest thrust

maneuver usia 0-1 tahun pada bayi atau pada anak dibawah

usia lima tahun dilakukan dengan cara segera(Lansky,

2007) :

Gambar 2.1 : Tepuk punggung

1. Menelentangkan penderita dipangkuan penolong.

2. Berikan pukulan ringan namun cepat pada punggung penderita

diantara kedua tulang belikat sebanyak 4 atau 5 kali.

3. Lakukan upaya ini beberapa kali hingga penolong yakin benda asing

penyebab tersedak telah keluar yang ditandai dengan membaiknya

kesadaran penderita, tak tersumbatnya pernafasan yang

mengakibatkan rasa lega pada bernafas , hilangnya bunyi mengi pada

waktu bernafas.
15

Bila klien anak anakmaka dilakukan tindakan chest

trush(Lansky, 2007) :

Gambar 2.2 : Tekan dada

1. Tidurkan klien di pangkuan dengan terlentang.

2. Pegang leher klien dengan tangan kiri.

3. Tekan dada dengan jari tangan kanan, tekan dengan 3 jari sebanyak 4

kali.

4. Tekan dada, ulangi hentakan sampai berhasil atau penderita

sampaisadar.

Tindakan Heimlich pada anak usia> 1 tahun dilakukan dengan cara :


16

1. Bila korban masih bisa berdiri, penolong berada di belakang

korban

2. Lingkarkan tangan ke dada pasien sedangkan kepalan tangan

berada di perut bagian atas

3. Kemudian hentakan tangan sebanyak empat kali ke arah belakang

atas secara tiba-tiba dengan harapan benda asing akan terdorong

keluar karena tekanan yang dihasilkan.

4. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan

tersebut beberapa kali

5. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan

tersebut beberapa kali

6. Bila penderita tetap merasa sesak nafas, atau muka masih membiru

hingga penderita merasa lega bernafas. Rujukkan ke rumah sakit

untuk tindakan selanjutnya.

7. Pada posisi penderita tengkurap, penolong berlutut diatas penderita

dengan kedua lutut disamping tubuh penderita

8. Miringkan kepala penderita kesamping kiri/kanan.

9. Letakan kedua telapak tangan dibawah tulang belikat.

10. Lakukan penekanan tangan dengan kuat dan cepat kearah dada atas

sekitar empat kali.

11. Lakukan berulang kali dengan interval istirahat sekitar setengah

menit hingga penderita sadar.

12. Bila penderita muntah, bersihkan mulut penderita.


17

13. Tapi bila kesemua tindakan darurat tersebut tidak berhasil, maka

Segera rujukkan kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Gambar 2.3 : Teknik Heimlichpasien sadar

Gambar 2.4 : Teknik Heimlichpasien tidak sadar


18

2.1.2 Perilaku

2.1.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan

atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo

2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka

teori Skinner ini disebut teori S-OR atau Stimulus Organisme

Respon.

2.1.2.2 Fakor faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (2007) dalam (Notoatmodjo

2007), faktor-faktor Yang mempengaruhi perilaku, antara lain;

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai

dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-


19

fasilitas atau saranasarana kesehatan, misalnya puskesmas,

obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.1.2.3 Pengukuran Perilaku

Pengukuran perilaku berisi pernyataan-pernyataan terpilih

yang sesuai dengan perilaku pencegahan dan telah diuji reabilitas

serta validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan

perilaku responden. Kriteria pengukuran perilaku yakni : a).

Perilaku Baik jika nilai 7

b). Perilaku Kurang baik jika nilai 6

Subyek memberi respon dengan skala gutman jawaban ya

diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0 .Perilaku ibu yang

salah dalam penangangan atau pertolongan pertama saat anak

tersedak, diukur dengan kuesioner atau angaket berupa anket yang

berisi data valid tentang perilaku ibu saat mengangani anak

tersedak (Notoatmojo, 2007).


20

2.1.3 Pengetahuan

2.1.3.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari TAHU, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara dan angket yang menanyakan

tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2003)

2.1.3.2 Manfaat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku

baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan

yakni:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

(obyek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek

tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.


21

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti

sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai

denga pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi

perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat, yaitu

(Notoatmojo, 2003) :

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (Comprehension)
22

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar, dengan cara

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu


23

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada

beberapa factor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1. Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada

umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental

ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun

(Singgih, 2008). Daya ingat seseorang itu salah satunya

dipengaruhi oleh umur (Abu Ahmad, 2007). Dari uraian ini,

maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada

umurumur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang.

2. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara

mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.


24

Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model

untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara

terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan,

2007). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula

terhadap tingkat pengetahuan.

3. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan

memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga

hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.

Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman

yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang

(Nasution, 2009).

4. Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu

kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan ini seeorang mengalami suatu proses belajar dan

memperoleh suatu pengetahuan.


25

5. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan adalah

suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu

sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.

6. Informasi

Menurut Wied Hary A (2006), informasi akan

memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah

tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari

berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka

hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

7. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah

tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu

(Notoadmojo, 2007).
26

2.1.3.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas

(Notoatmodjo, 2005). Cara mengukur tingkat pengetahuan

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudahan

dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0

untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan menjadi 3

kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Dikatakan baik (>

75%), cukup (60-75%), dan kurang (<60%) (Nursalam, 2008).


27

2.2 Kerangka Teori

Gejala :

- Sulit bicara

- Sesak nafas
Penyebab :

- Makan sambil jalan Klasifikasi:

- Makan sambil Tersedak - Obstruksi total -


tertawa Check Valve
- Faktor riwayat

Perilaku :

- Kurangnya
pengawasan
Pengetahuan :
- Kurangnya penjagaan
- kurangnya
pengetahuan Komplikasi :
ibu
- Kehilangan
nafas

- Kematian
Gambar 2.5 Kerangka Teori

Sumber : Jaelani, 2012. Syah, 2010. Edwina, 2010. Maharani, 2012.


28

2.3
Kerang
ka Konsep
Variable Dependen

Variable Independen Perilaku Ibu Pertolongan


Pertama
Tingkat Pengetahuan

Gambar 2.6 Kerangka Konsep


Sumber : Arora, 2011. Hull, 2010. Lansky, 2007.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian

yang telah dirumuskan (Hidayat AAA, 2007). Hipotesis didalam suatu

penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau

dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut (Notoatmodjo S, 2005).

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku

ibu terhadap tentang pertolongan pertama pada anak tersedak.

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu

pertolongan pertama pada anak tersedak.


29

2.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuan jurnal,

didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilkukan

peneliti, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian
American Policy Statement Kualitatif Ditemukan banyak anak
Prevention of Choking denganstudy yang mengalami tersedak
Academy of Among cohort akibat makanan mainan dan
Children lain lain. Akibat dari
Pediatrics
kelalaian pengawasan dari
(AAP) orang tua. Sehingga
pemerintah ikut peran serta
dalam penanggulangan
untuk mencegah anak
tersedak dalam beberapa
dekade kedepan.

American Death of a Child in the Kualitatif Dari hasil ditemukann


Emergency Department denganstudy bahwa kurangnya
Academy of cohort pengawasan orang tua
terhadap anak karna orang
Pediatrics
tua terlalu sibuk dengan
(AAP) pekerjaaannya sendiri. Oleh
karena itu orang tua diharus
mengawasi dan menjaga
pengawasan ektra untuk
anaknya saat makan bermain
dan lain-lain.
30

Nama Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian
kuantitatif Untuk margin titik -2, p
Darrell A. Choking and Excelling at <.05, -1 , p <.05, dan 1, p
Worthy, the Free Throw Line <.01 (yang sedikit
Arthur B. penurunan pada 3 juga
Markman, signifikan tapi ini mungkin
and W. Todd karena ukuran sampel yang
Maddox sangat besar) meskipun
perbedaannya tidak
signifikan (p> .05).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional

yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif

antarvariabel (Nursalam, 2011). Penelitian korelasional biasanya dilakukan

bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak dari suatu

kelompok subjek (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini membahas ada atau

tidak hubungan antara variabel pengetahuan dangan variabel perilaku.

Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional yaitu jenis penelitian

yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam 2011). Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak

dibawah usia 5 tahun yang berjumlah 96 orang di Posyandu Dusun

Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

31
32

3.2.2 Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan

sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian

ini adalah ibu yang ada di posyandu dusun Sadon Sawahan Ngemplak

Boyolali dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Ibu yang mempunyai anak dibawah usia 5 tahun

2. Ibu yang pernah menangani tersedak pada anak

3. Bersedia menjadi responden

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah 30 ibu yang anaknya sudah mengalami tersedak,dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling

yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karekteristik populasi yang telah

dikehendaki sebelumnya (Sugiono, 2009).

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat penelitian

Tempat penelitian adalah tempat dimana penelitian tersebut

dilakukan. Penelitian ini dilakukan di posyandu dusun Sadon

Sawahan Ngemplak Boyolali.


33

3.3.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah berapa lamanya waktu yang digunakan

untuk penggambilan data lewat kuesioner. Penelitian ini dilakukan

selama bulan Maret 2015.

(Terlampir)

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

No Variabel Definisi Alat Ukur Indikator Skala


Operasional Penilaian Ukur
1 Pengetahuan Hasil dari Kuesioner A 1. Ordinal
Tersedak tahu dimana (kuesionerpengetahuant Kategoribaikyaitu
seorang dapat entang tersedak)berisi menjawabbenarde
memahami 20 nganrentangnilai
suatu objek pernyataandenganjawab 18-20
tertentu anbenar, salah 2.
Kategorisedangyai
tumenjawabbenard
enganrentangnilai
13-17
3.
Kategorikurangyai
tumenjawabbenard
enganrentangnilai
< 12
2 Perilaku Ibu Tindakan Kuesioner B 1. Nominal
manusia (kuesionerperilaku Kategoripositifden
dalam pertolongan pertama ganrentang nilai
beraktivitas tersedak) berisi 20 46-80
pernyataandenganjawa 2.Kategori
bansangatsetuju (4), negatifdenganrent
setuju(3), ang nilai 20 45
tidaksetuju(2)dansangat
tidaksetuju(1).
34

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pernyataan dan pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Wiratna, 2014).Kuesioner yang digunakan

adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawaban nya

sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).

1. Kuesioner A (kuesionerpengetahuantentang tersedak)

Kuesioneriniberisi 20 pernyataandenganjawabanbenar

10 soal (nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20) dan jawaban

salah 10 (nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19),

Jika jawaban benar mendapat nilai 1 dan jika jawaban salah tidak
mendapat nilai atau (Riyanto,2013).Dikatakan baik apabila respon
dan menjawab pernyataan1820, cukup 13 17, kurang<12.

2. Kuesioner B (kuesioner perilaku tentang tersedak)

Kuesioneriniberisi 20 pernyataandengan pertanyaan

favorable 10 (nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20)

danpernyataan unfavorable 10 (nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17,

19).Penilaian menggunakan skala likert untuk


35

Pernyataan favorable jawaban sangat setuju skor 4, setuju skor 3,

tidak setuju skor 2 dan sangat tidak setuju skor 1. Pertanyaan

unfavorable jawaban sangat setuju skor 1, setuju skor 2, tidak

setuju skor 3 dan sangat tidak setuju skor 4 (Riyanto,

2013).Dikatakan positif apabila responden menjawab pernyataan

1 20 dannegatifjikamenjawabpernyataan 10 20.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengajuan pengusulan proposal penelitian ke Prodi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Proposal disetujui oleh pembimbing I dan II.

3. Peneliti mengajukan surat pendahuluan dan surat penelitian ke

pihak kelurahan

4. Pihak kelurahan memberikkan ijin untuk lahan penelitian

5. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan wawancara, serta

mengumpulkan data awal seperti jumlah anak-anak selama di

posyandu.

6. Peneliti melakukan penelitian di posyandu dusun Sadon Sawahan

Ngemplak Boyolali.

7. Peneliti mengidentifikasi sampel sesuai kriteria inklusi sampel.

8. Memberikan penjelasan peneliti dan persetujuan responden.

9. Menjelaskan cara pengisian kuesioner.


36

10. Menjelaskan berapa lama waktu yang digunakan untuk mengisi

kuesioner, kurang lebih 20 menit.

11. Peneliti mengisi lembar observasi.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Konten Validasi

Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment, setelah

itu diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks

korelasi. Untuk t = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel

berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007).Uji

validitas dilakukan diposyandu Dusun Plesungan Karanganyar dan Dusun

Donohudan Boyolali dengan menggunakan 30 responden.

Rumus Pearson product moment:

NXY - X Y
rxy
NX X NY Y
2 2 2 2

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara x dan y

X : skor butir

Y : skor total

N : ukuran data

Uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan tentang tersedak

pada 30 responden, didapatkan hasil dari 25 item pernyataan, 22 item

diantaranya dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r

tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,361). Sedangkan 3 item pernyataan,


37

yaitu item pernyataan no 6, 20 dan 23 dinyatakan tidak valid karena r

hitung lebih kecil dari nilai r tabel. Pada kuesioner perilaku pertolongan

pertama tersedak juga dilakukan uji validitas. Dari 25 item pernyataan 4

diantaranya dinyatakan tidak valid, yaitu item pernyataan no 1, 3, 8 dan 9.

Item pernyataan dari kedua kuesioner yang telah dinyatakan tidak valid,

selanjutnya tidak diikutsertakan dalam item pertanyaan kuesioner

penelitian ini.

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah

baik. Metode item varian yang digunakan untuk mengukur reliabilitas

adalah Cronbach alpa. Uji Cronbachs alpha dapatdigunakan pada tes

yang respon terhadap item yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau 1)

maupun terhadap item skor bukan dikotomi (misal skor 1 sampai 4)

(Azwar 2012). Kuesioner dianggap reliabel apabila nilai alpha 0,7

(Priyatno 2012). Rumus uji Cronbach alpha :

k b2
r11 = 1
t
2
k 1

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 = Jumlah varian siskorbutir soal ke-i

i = 1, 2, 3, 4, n
38

t2 = Variansi total

Setelah didapat nilai hasil uji reliabilitas, maka nilai tersebut

dibandingkan dengan nilai uji reliabilitas tabel. Jika nilai uji reliabilitas

tabel lebih besar dari nilai uji reliabilitas tabel maka pernyataan dinyatakan

reliabel. Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka kuesioner tingkat

pengetahuan tentang tersedak dengan perilaku pertolongan pertama

tersedak dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan dari nilai r hitung tingkat

pengetahuan = 0,963 dan r hitung perilaku pertolongan tersedak = 0,963

lebih besar dari nilai r tabel = 0,361 yang berarti kedua kuesioner layak

digunakan.

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Hidayat (2007) merupakan proses

yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan

dengan baik dan benar. Ada beberapa langkah pengelolahan data

sebagai berikut:

1. Memeriksa data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Penelitian ini disesuaikan dengan sistematika penulisan buku

panduan skripsi.
39

2. Memberi kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Penelitian ini coding disesuaikan dengan kategori dependen dan

independen antara variabel pengetahuan dan perilaku dengan kode

1 2 dan 3.

3. Menyusun data (Entry)

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master table atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontingensi. Data yang dimasukan dalam

penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian, dengan memakai

program Spss 15.

4. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut

kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item. Data

hasil penelitian yang dimasukan sesuaikan dengan kategori

penelitian antara variabel dependen dan independen.

3.7.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang menganalisis tiap

variabel dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data


40

kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk

disajikan dalam bentuk tabulasi, minimum, maksimum, dan mean

dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara

statistik deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi

dari masing-masing variable (Notoatmodjo 2005). Penelitian ini

responden dikarakteristikan sesuai umur dan pendidikan. untuk

karakteristik pengetahuan responden meliputi baik, sedang, kurang

sedangkan karakteristik perilaku responden meliputi positif dan

negatif.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk

mengetahui keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam pertolongan pertama

anak saat tersedak dengan dilakukan uji Chi-Square (Notoatmodjo,

2005).

Chi square adalah pengujian hipotesis mengenai

perbandingan antara frekuensi observasi atau yang benar-benar

terjadi atau aktual dengan frekuensi harapan. Yang dimaksud

dengan frekuensi harapan adalah frekuensi yang nilainya dapat di

hitung secara teoritis. Sedangkanfrekuensi observasi adalah

frekuensi yang nilainya di dapat dari hasil percobaan (Setiadi,

2013).Jika nilai2 (chi square) kecil, berarti kedua frekuensi


41

tersebut sangat dekat, mengarah pada penerimaan kepada hipotesa


nol ( Ho) (Wasis, 2006).

Uji Statistik : =

Keterangan :

Oi = fo = Frekuensi Observasi

Ei = fe = frekuensi Harapan / Teoretis

V = Derajat kebebasan / Degrees of Freedom = k 1

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dapat dibedakan menjadi berikut (Hidayat, 2007) :

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan informan

dengan memberikan lembar persetujuan menjadi informan. Tujuannya

agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak

yang diteliti selama pengumpulan data. Jika informan setuju, maka

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Penelitian ini

responden setuju untuk mengisi lembar persetujuan mengisi kuesioner

penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama

informan pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya

dimengerti oleh peneliti. Penelitian ini identitas responden

disembunyikan dari pihak lain dan hanya peneliti yang mengerti.


42

3. Confidentially (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan

informasi yang diberikanoleh informan. Peneliti hanya melaporkan

kelompok data tertentu saja. Peneliti menjaga kerahasiaan seperti

nama, jawaban responden, agar terjamin sehingga yang mengetahui

hanya peneliti dan reponden. Penelitian ini kerahasian responden

dirahasiakan dan dapat dipertanggung jawabkan dari pihak lain, hanya

peneliti yang mengerti informasi dari responden.

4. Beneficience

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur

penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat

populasi. Penelitian ini bisa bermanfaat untuk peneliti lain

kedepannya.

5. Non maleficience

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

Peneliti tidak menyebar luaskan data yang menurut responden itu

penting. Peneliti mengambil data yang diperlukan peneliti dan tidak

merugikan responden ataupun pihak yang bersangkutan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab empat ini akan menyajikan hasil pengumpulan data

penelitian di Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali. Penelitian

ini berlangsung selama bulan Maret 2015, Pengambilan data menggunakan

angket / kuesioner. Berikut adalah hasil dari analisa univariat dan bivariat :

4.1 Hasil Penelitian

1. Uji Univariat

a. Karakteristik Responden

1) Umur

Karakteristik umur meliputi umur dan dijelaskan menggunakan

distribusi frekuensi dengan presentase atau proporsi.

Tabel 4.1 Distribusi responden menurut umur

Variable Umur Frekuensi Presentase %


(tahun)
19-23 15 50
24-27 12 40
28-31 3 10
Total 30 100

Sebagian besar rata-rata umur responden adalah 19 23 tahun

yaitu sebanyak (50%), umur 24 27 tahun (40%) dan umur 28 31

tahun (10%).

2) Pendidikan

43
44

Karakteristik pendidikan meliputi pendidikan dan dijelaskan

menggunakan distribusi frekuensi dengan presentase atau proporsi.

Tabel 4.2 Distribusi responden menurut Pendidikan

Variable Pendidikkan Frekuensi Presentase %


SD 17 56,6
SMP 8 26,7
SMA 5 16,7
Perguruan Tinggi 0 0
Total 30 100

Sebagian besar rata-rata pendidikan adalah pendidikan SD

(56,6%), pendidikan SMP (26,7%), pendidikan SMA (16,7%) dan

pendidikan Perguruan Tinggi (0).

b. Karakteristik Pengetahuan

Karakteristik responden pengetahuan meliputi, baik, sedang,

kurang. Kategori pada pengetahuan dibagi dalam 3 kategori yaitu baik,

sedang, kurang, dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan

ukuran presentase atau proporsi.

Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Kategori Frekunsi Presentase (%)


Baik (18 20) 1 3,3
Sedang (13 17) 4 13,3
Kurang (< 12) 25 83,4
Total 30 100

Hasil analisa didapatkan, dari 30 responden sebagian besar

pengetahuan kurang (83,4%), pengetahuan sedang (13,3%) dan

pengetahuan baik (3,3%)

c. Karakteristik Perilaku
45

Karakteristik responden berdasarkan perilaku meliputi positif

dan negatif. Vareiabel perilaku dibagi dalam 2 kategori yaitu positif,

negatif, dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran

presentase atau proporsi.

Tabel. 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku

Kategori Frekunsi Presentase (%)


Positif (46 80) 8 26,7
Negatif (20 - 45) 22 73,3
Total 30 100

Hasil analisa didapatkan, dari 30 responden sebagian besar

perilaku negatif (73,3%) dan perilaku positif (26,7%).

2. Uji Bivariat

Uji bivariat adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui

keterkaitan dua variable. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan

pertama saat tersedak diposyandu Dusun Sadon. Karena data ini

merupakan data nominal dengan nominal, maka untuk membuktikan

hipotesis yang diujikan peneliti menggunakan teknik uji Chi Square

yang hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi

Perilaku pengetahuan Total P


Baik Sedang kurang
Positif 2 0 6 8 0,021
Negative 0 6 16 22
Total 2 6 22
46

Pada tabel 4.5 menunnjukkan bahwa tingkat perilaku ibu yang

berkategori positif terdapat 2 ibu dan pengetahuan dikategorikan baik

dalam pertolongan pertama tersedak, sedangkan tingkat perilaku negatif

terdapat 6 ibu dengan pengetahuan sedang dalam pertolongan pertama

tersedak, sedangkan perilaku kategori perilaku positif ada 6 ibu dan

kurangnya pengetahuan pertolongan pertama tersedak,dan kategori

perilaku negatif 16 ibu dan pengetahuan dalam kategori kurang

pertolongan pertama tersedak.

Berdasarkan uji Chi Square didapatkan nilai Expected

Countkurang dari 5 di tabel b,c, dan d masing-masing 1,5; 1.5; dan 4.5 jadi

tidak layak di uji dengan Chi Square harus menggunakan uji alternatif

yaitu uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kolmogorov-Smirnov Ibu Posyandu

Sadon

Perilaku
pengetahuan Total P
Positif Negatif
Baik 2 0 2 0,100
Sedang 0 6 6
Kurang 6 16 22
Total 8 22 30

Tabel 4.6 pada uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nila p =

0,100 karena nilai p > 0,005 maka Ho di terima, sehingga dapat di

simpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu

pada pertolongan pertama saat anak tersedak.


BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan pada

ibu-ibu tentang pertolongan pertama pada tersedak di posyandu Dusun Sadon

Sawahan Ngemplak Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan anatara pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan pertama

saat anak tersedak di posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya

bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada

pertolongan pertama saat anak tersedak di posyandu Dusun Sadon Sawahan

Ngemplak Boyolali. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015

dengan jumlah responden sebanyak 30 responden yang mempunyai anak

dibawah 5 tahun sebagai responden di posyandu Dusun Sadon Sawahan

Ngemplak Boyolali.

47
48

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Usia

Sebagian besar usia responden di Dusun Sadon Sawahan

Ngemplak Boyolali adalah 19 23 tahun yaitu sebanyak (50%), umur

24 27 tahun (40%) dan umur 28 31 tahun (10%). Usia yang

terbanyak adalah usia 19 23 tahun, pada usia ini pola pikir seseorang

masih fase masa remaja akhir menuju kedewasaan. Jadi usia seseorang

akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap

informasi yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap

dan pola pikir seseorang semakin meningkat dan berkembang

(Notoatmodjo 2003). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja

(Wawan & Dewi 2011). Bertambahnya usia seseorang akan

mempengaruhi perilaku dalam melakukan tindakan.

5.1.2 Pendidikan

Hasil analisa yang didapat sebagian besar responden di Dusun

Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali yang berpendidikan SD sebanyak

56,6% dengan jumlah sebanyak 17 responden, yang berpendidikkan

SMP sebanyak 26,7% dengan jumlah 8 responden dan yang

berpendidikan SMA sebanyak 16,7% dengan jumlah 5


49

responden. Pendidikan terbanyak adalah pendidikan SD karna pada

umumnya didaerah daerah desa lebih mementingkan masalah

ekonomi dari pada masalah pendidikan. Rata-rata tingkat pendidikan

ibu cukup, tetapi selisih dengan pendidikan SMP 26,7% dan SD

56,6%. Salah satu faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang

adalah adalah tingkat pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang

lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi dan menerima

hal-hal baru yang berpengaruh pada sikap positif (Herijulianti 2003).

Pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan

pengetahuan dan perilaku. Hal tersebut dikarenakan pendidikan

mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang

maka daya tangkap terhadap informasi semakin tinggi, sehingga akan

semakin mudah umtuk menerima informasi. Semakin tingginya

pendidikan seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam melakukan

tindakan. Orang dengan pendidikan rendah cenderung pasif dalam

mencari informasi bisa disebabkan karena kemampuannya yang

terbatas dalam memahami informasi atau karena kesadaran pentingnya

informasi yang masih rendah (Notoatmodjo 2005). Pendidikan yang

rendah akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan

tindakan.
50

5.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Tersedak

Tersedak adalah kondisi dimana tersumbatnya saluran pernafasan oleh

benda asing berupa makanan, mainan dan lain-lain (Brown K, 2005). Dari 30

responden yang telah diujikan didapatkan, sebagian besar pengetahuan kurang

(83,4%), pengetahuan sedang (23,3%) dan pengetahuan baik (3,3%). Hal itu

sesuai menurutNotoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011),

pengetahuanmerupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan

penginderaanterhadap suatu obyek. Sedangkan menurut (Wawan & Dewi,

2011). Pengetahuansangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

bahwa dengan pendidikanyang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi, umur,

intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi dan pengalaman

(Hendra, 2008).

Fakta menyebutkan bahwa faktor pendidikan merupakan penyebab dari

tingkat pengetahuan menjadi rendah, sedangkan ada faktor lainnya yaitu

kurangnya informasi sehingga seseorang tidak memahami dalam pertolongan

pertama pada anak tersedak. Dalam hal ini seseorang dalam tingkat pendidikan

dan pengetahuan rendah akan menjadi kurang informasi bila tidak mencari

informasi yang akurat dan benar (Notoadmojo, 2007).


51

Hasil ini sesuai dengan kenyataan yang di peroleh peneliti, sebagian

responden yang ada di Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali

berpendidikan rendah yaitu SD. Oleh karena itu pengetahuan terbilang rendah.

Maka tingginya tingkat pendidikan akan mempengaruhai pengetahuan

seseorang.

Menurut Notoatmodjo (2003) menunjukkan bahwa usia seseorang akan

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi yang

diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola pikir

seseorang semakin berkembang. Umur cukup terhadap tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan &

Dewi, 2011).

5.3 Perilaku Ibu Dalam Pertolongan Pertama Tersedak

Perilaku didefinisikan sebagai satu kecenderungan yang ditunjukkan

oleh seseorang individu terhadap suatu perkara atau benda atau peristiwa

(Robbins dikutip dalam Ilhaamie & Ahmad 2008).

Dalam penelitian ini sebagian besar ibu-ibu didapatkan hasil analisa

dari 30 responden sebagian besar perilaku negatif (73,3%) dan perilaku positif

(26,7%). Perilaku terbentuk dalam perkembangan individu, karena faktor

pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

pembentukan perilaku individu yang bersangkutan menurut Walgito (2003).

Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pertolongan pertama


52

tersedak meliputi pengetahuan, sikap, pengalaman dan keyakinan (Lawrence,

2007).

Fakta menyebutkan bahwa kurangnya pengetahuan membuat seseorang

tidak peduli lingkungan sekitar untuk melakukan tindakan pertolongan pertama

dengan benar, namun dalam kenyataan pengetahuan mempengaruhi perilaku

seseorang untuk melakukan tindakan yang positif dalam hal pertolongan

pertama tersedak pada anak (Arora, 2011).

Proses terbentuknya perilaku dipengaruhi adanya tujuan dan motivasi

akan tindakan yang dilakukan (Wawan & Dewi, 2011). Ketrampilan seseorang

dalam melakukan tindakan dipengaruhi oleh perilaku dan pengalaman individu

itu sendiri. Perilaku yang tanggap disertai pengalaman yang mendalam akan

menentukan keberhasilan dalam melakukan pertolongan pertama tersedak

(Notoadmojo, 2012).

5.4Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Dalam Pertolongan

Pertama Tersedak

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat perilaku ibu yang

berkategori positif terdapat 2 ibu dan pengetahuan dikategorikan baik dalam

pertolongan pertama tersedak, sedangkan tingkat perilaku negatif terdapat 6 ibu

dan pengetahuan sedang dalam pertolongan pertama tersedak, sedangkan

perilaku kategori perilaku positif ada 6 ibu dan pengetahuan kurang


53

pertolongan pertama tersedak,dan kategori perilaku negative 16 ibu dan

pengetahuan dalam kategori kurang pertolongan pertama tersedak.

Uji Kolmogorov-Smirnov menunnjukkan nilai p = 0,100 karena nilai p

>0,005 maka Ho di terima, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada

hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan pertama saat

anak tersedak, ini di karenakan pengkajian perilaku ibu hanya melalui

kuesioner tanpa melalui observasi. Pengkajian pengetahuan tidak diketahui

secara mendalam oleh peneliti karena hanya di kaji secara tertulis.

Berdasarkan faktanya pengetahuan memiliki kategori yaitu baik, sedang

dan kurang, sedangkan dalam perilaku berdasarkan kategori positif dan negatif.

Fakta diatas menyatakan tingkat pengetahuan rendah dengan perilaku negatif

menjadi faktor utama seseorang untuk tidak melakukan tindakan pertolongan

pertama pada anak. Hal ini menyatakan tingkat pendidikan yang mempengaruhi

faktor pengetahuan. Aspek yang meliputi pengetahuan yaitu perilaku yang

kurang dalam menerima informasi dapat mempengaruhi pengetahuan ibu.

Tingkat pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi motivasi dalam mencari

informasi.

Tindakan seseorang dipengaruhi oleh perilaku dan pengetahuannya

(Sunardi, 2004). Sebagai informasi yang di simpan dalam ingatan,pengetahuan

didapatkan dari serangkaian proses pengolahan informasi.Pengetahuan yang

lebih luas akan mempengaruhi perilaku untuk berubah ataumenetap (Gunarsa,

2008).
BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Karakteristik usia ibu, sebagian besar umur responden adalah 19 23 tahun yaitu

sebanyak (50%).

2. Karakteristik ibu berdasarkan pendidikan adalah pendidikan SD (56,6%).

3. Tingkat pengetahuan tentang tersedak dengan kategori pengetahuan kurang

terdapat 25 orang (83,4%).

4. Perilaku pertolongan pertama tersedak sebagian besar perilaku negatif terdapat 22

orang (73,3%) dan perilaku positif terdapat 8 orang (26,7%).

5. Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan pertama

saat anak tersedak di Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.

6.2 Saran

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat memberikan gambaran dan mengaplikasikan pertolongan

pertama tersedak secara benar serta dapat memberikan informasi kepada

tetangga atau orang lain tentang pertolongan pertama tersedak pada anak.

54
55

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lain dapat menggunakan media

penyuluhan kesehatan berupa kegiatan pendidikan kesehatan dalam upaya

untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu serta meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak baik di tingkat puskesmas maupun Rumah Sakit.

3. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dimasukkan dalam materi tentang media pendidikan

kesehatan sehingga meningkatkan praktikum tentang pendidikan kesehatan

dengan berbagai jenis media dan pembuatan media yang sesuai dengan sasaran

penyuluhan.

4. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain yang berupa,

tingkat perilaku dengan pengetahuan. Misalnya dengan mengkaji lebih dalam,

perilaku dengan pengetahuan pada responden.


DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics.(2007). Committee on injury and poison


prevention. Injuryprevention and control for children and
youth.Widome MD, ed. 3rd ed. Elk Grove Village,IL:American
Academy of Pediatrics, 678-684.

American Academy of Pediatrics. (2010). Death of a child in the emergency


department. Patricia OMalley, MD, Isabel Barata,MD, Sally
Snow,RN.American Academy of Pediatrics, 313-330

American Academy of Pediatrics. (2010). Prevention Of Choking Among.


American Academy of Pediatrics, 601-607

Arora.(2011). Pertolongan pertama. Jakarta: EGC

Brown Kirschman K, Smith GA. (2007). Resale of recalled childrens products


online: an examination of the worlds largest yard sale. Inj
Prev.;13(4):228 231

Bruner and Suddart.(2007). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8.


Jakarta: EGC.

Carpenito.(2009).Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Jakarta:


EGC.

Darrell A. Worthy, Arthur B. Markman, & W. Todd Madox. (2009). Choking and
Excellingn at the free throw line. The International Journal, 19 (1), 53
58

Edwina. (2010). Pertolongan pertama dan bedah klinis. Jakarta: Refika Aditama

Gunarsa, Singgih. (2008), Psikologi Perawatan, PT BPK Gunung Mulia,


Jakarta.

Harris CS, Baker SP, Smith GA, Harris RM. (2004). Childhood asphyxiation by
food: a national analysis and overview. JAMA.;251(17):22312235

Herjajulianti, E dkk (2003), Pendidikan kesehatan gigi, EGC, Jakarta

Hull. (2007). Thinking about choking? Attentional processes and paradoxical


performance. Personality and Social Psychology Bulletin, 23, 937-
944.
Ilhaamie & Ahmad Wan SW (2008), Pengaruh Perilaku dan Demografi Ke
AtasProduktiviti Kerja Pensyarah Muslim : Kajian Di Universiti
Malaya diakses tanggal 6 Desember 2013http://e-
journal.um.edu.my/filebank/published_article/2590/932.pdf

Iskandar. (2008). Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kualitatif dan


kuantitatif. Jakarta : Gaung Persada Press

Knapp J, Mulligan-Smith D. (2005). American Academy of Pediatrics Committee


on Pediatric Emergency Medicine. Death of a child in the
emergency department. American Academy of Pediatrics,
115(5):14321437

Lansky. (2007). Pertolongan pertama pada anak tersedak. Jakarta : Refika


Aditama

Markman, A. B., Maddox, W. T., & Worthy, D. A. (2006). Choking and excelling
under pressure. Psychological Science, 17, 944-948.

Nelson. (2006). Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Jakarta: EGC

Notoatmodjo S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Pt. Rioneka


Cipta.

Notoatmodjo S.(2007). Ilmu perilaku dan sikap. Jakarta: Rinera Cipta

Notoatmodjo, S. (2005), Promosi kesehatan teori dan aplikasi, Rineka


cipta,Jakarta.

Notoatmojo. S. (2003). Metodologi penelitian kesehatan. Cetakan ke dua Edisi


Revisi. Jakarta: Rineke Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta: SalembaMedika

Nursalam. (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


(Edisi Pertama). Jakarta: Salemba Medica

Nursalim, Muhammad.(2007). Psikologi pendidikan. Surabaya:Unesa University


Press.

Pratomo, (2001). Metode penelitian dan pengukuran dalam penelitian.Jakarta :


Salemba Medica
Slamet Suprapti, Markam Sumarmo. (2003). Psikologi klinis. Jakarta: UI Press

Smelzer, C & Bare, G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah


brunner&suddarth. Edisi 8. (Terjemahan). Jakarta : EGC

Smith SA, Norris B. (2003). Reducing the risk of choking hazards: mouthing
behavior of children aged 1 month to 5 years. Inj ControlSaf
Promot.;10(3):145154

Sugiyono. (2008.) Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung :


Alfabeta

Sunardi, Euis (2004), Mengasuh dengan Hati Tantangan yang menyenangkan,


PTElex Media Komputindo, Jakarta.

Suryabrata, Sumardi, drs.,B.A. (2006). Psikologi kepribadian. Jakarta: Raja


Grafindo Persada

Syah. (2010). Psikologi pendidikan. Bandung : PT. Remaja.

Walgito Bimo. (2003), Psikologi Sosial,Yogyakarta: C.V ANDI Offset.

Wawan, A & Dewi M (2011), Teori & Pengukuran Pengetahuan, Perilaku,


danPerilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta

Wiramihardja, Sutardjo. A. (2007). Pengantar psikologi klinis. Bandung: Refika


Aditama

You might also like