Professional Documents
Culture Documents
S DENGAN APENDIKSITIS DI
Oleh:
Kelompok 5
BOJONEGORO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S
LAMONGAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Perceptee
ii
BAB 1
1.1 Definisi
Apendiksitis merupakan terjadinya inflamasi atau peradangan pada
sering didahului oleh obstruksi lumen apendiks oleh jaringan limfoid atau
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
1.2 Etiologi
Terjadinya apendiksitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi
ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada
lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang
asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering
jairngan limfoid.
1
2. Dalam beberapa jam, nyeri menjadi lebih terlokalisasi dan dapat
1.4 Klasifikasi
Klasifikasi apendiksitis berdasarkan klinikopatologis adalah sebagai
rangsangan local seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc. Burney,
2
infark dan gangrene. Dinding apendiks berwarna ungu, hijau
1.5 Patofisiologi
Apendiksitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekolit. Penjelasan ini sesuai dengan
serat dalam makanan yang rendah. Pada stadium awal dari apendiksitis,
3
dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangrene.
perforasi yang terjadi di bungkus oleh omentum, abses local akan terjadi.
1.6 Pathway
APENDICITIS
Tekanan intraluminal ()
Mual dan muntah Aliran darah terganggu Menghambat aliran limfe
Lemas Nafsu makan Ulserasi dan invasi bakteri Gangrene dan perforasi
menurun pada dinding apendiks
MK. Anoreksia Ke peritoneum: Trombosis pada vena
Intoleransi MK. Nutrisi peritonitis intraluminal
Pembengkakan dan iskemi
Aktivitas kurang dari Tindakan apendictomy
kebutuhan Terputusnya kontinuitas jaringan
tubuh
Luka post op Kontak dengan lingkungan
MK. Nyeri akut Kebersihan luka tidak adekuat
1.7 Pemeriksaan Penunjang Imun menurun
MK. Resiko tinggi Infeksi
1. Laboratorium:
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP).
4
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan
1.8 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik
apendiks, sekum, dan letak usus halus. Komplikasi usus buntu juga dapat
residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, fistula tinja eksternal, fistula
1.9 Penatalaksanaan
1. Pembedahan diindikasikan bila diagnose apendisitis telah ditegakkan.
2. Antibiotik dan cairan iv diberikan sampai pembedahan dilakukan.
3. Analgesik diberikan setelah diagnose ditegakkan.
4. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko
perforasi.
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana
5
3. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai
sign).
4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semaik bertambah bila
apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan positif dan
inflamasi.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
menurun.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang
dalam batas normal, Skala nyeri berkurang menjadi nyeri ringan (1-3).
Intervensi Rasional
1. Jelaskan pada pasien tentang R1. Informasi yang tepat dapat
6
pasien tentang nyeri.
2. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan R2. Mengetahui sejauh mana tingkat
selanjtnya.
3. Ajarkan teknik tarik napas R3. Merileksasikan otot-otot dan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN APENDIKSITIS DI RUANG TERATAI RSUD DR.
SOEGIRI LAMONGAN
2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa-Indonesia
Alamat : Sugio-Lamongan
Penanggung Jawab : Dwi Joko
2. Keluhan Utama
7
Nyeri pada area luka operasi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada area luka operasi pada perut bagian kanan
penyakit hepatitis.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang pernah memiliki sakit seperti
dirinya. Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat diabetes dan hipertensi.
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Garis Perkawinan
: Garis keturunan
: tinggal 1 rumah
: garis kedekatan
Pola Komunikasi: komunikasi pasien dengan keluarga baik dan selalu
mendapat feedback.
Pola pengambilan keputusan: pengambilan keputusan diambil dengan
musyawarah keluarga.
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi Terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan cemas dengan sakit yang sedang dialami.
b. Kebersihan Diri:
Di rumah: pasien mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari,
8
c. Aktivitas Sehari-hari: Akivitas pasien dirumah sakit tirah baring karena
harus bedrest.
d. Rekreasi: Pasien tidak pernah berlibur selama sakit.
e. Olahraga: Pasien tidak pernah olahraga saat sakit.
7. Pola Istirahat dan Tidur
Di rumah: pasien jarang tidur siang, tidur malam jam 22.00-05.00 (8 jam).
Di rumah sakit: Pasien tidur siang 12.00-14.00 WIB dan malam jam
seperti biasa.
9. Pola Koping
Dalam menghadapi penyakitnya pasien mengatakan pasrah dan
tua.
12. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam, dan menjalankan sholat 5 waktu
dirumah. Tapi selama di rumah sakit pasien tidak bias menjalankan sholat
5 waktu karena kondisinya yang baru selesai operasi dan selalu merasa
simetris, penggunaan otot bantu napas (-), batuk (-), sputum (-),
9
bunyi napas vesikuler, sianosis (-), gelisah (-), fokal fremitus
simetris.
b. B2 (Blood)
- Gejala (Subyektif): pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
jantung lup dup, suhu= 36,90C, CRT <2 detik, membrane mukosa
kiri.
N4 (troklearis) = bola mata dapat memutar dengan normal.
N5 (trigeminus) = normal (dapat merasakan sentuhan kulit)
N6 (Abdusen) = normal (dapat menggerakkan bola mata)
N7 (Fasialis) = Normal (dapat merasakan manis dan asin)
N8 (Vestibulokoklearis) = normal (dapat mendengar dengan baik)
N9 (Glosofaringeus) = tidak ada gangguan menelan
N10 (Vagus) = dapat merasakan pahit
N11 (aksesorius) = dapat mengangkat kedua kaki
N12 (hipoglosus) = lidah dapat bergerak ke kiri dan ke kanan
penyakit ginjal.
- Tanda (Obyektif): pasien terpasang dower kateter dengan urine
kemih (-).
e. B5 (Bowel)
10
- Gejala (Subyektif): pasien mengatakan nafsu makan berkurang,
makan habis 2 sendok bubur halus, tidak ada nyeri ulu hati, tidak
kekuatan otot
5 5
5 5
Keterangan:
0 = tidak ada kontraksi otot
1 = teraba getaran kontraksi otot
2 = menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi
3 = menggerakkan anggota gerak menahan gravitasi
4 = sendi aktif dan melawan tahanan
5 = kekuatan otot normal.
g. Integumen
- Gejala (Subyektif): Pasien tidak ada keluhan pada kulit.
- Tanda (Obyektif): terdapat lesi insisi post op apendiktomy pada
jaundice (-).
Hasil
No. Jenis Pemeriksaan Metode Normal
Pemeriksaan
ELEKTROLIT ISE
1. Clorida serum ISE 98 94-111 meg/L
2. Kalium serum ISE 4.0 3,8-5,0 meq/L
11
3. Natrium serum ISE 133 136-144 meq/L
FAAL GINJAL
1. Serum kreatinin Jaffe 0,91 0,50-1,10
2. Urea Bartelot 17 10-50 mg/dl
FAAL HATI
1. SGOT IFCC 34 <37 u/L
2. SGPT IFCC 51 <39 u/L
GLUKOSA DARAH
1. Glukosa darah acak Hexokinase 102 <200 mg/dl
HEMATOLOGI ANALYZER
1. Hemoglobin DC Detection 13,3 L= 13,2-17,3 g/dl
P= 11,7-15,5 g/dl
2. Leukosit Flowcytometri 11.900 L= 3800-10600/uL
P= 3600-11000/uL
3. LED Westergren 85-100 10-20 /jam
4. Diff count Slide 0-0-0-90-10-0 2-4/0-1/50-70/25-
40/2-8
5. PVC Flowcytometri 37,4 L= 40-52%
P= 35-47%
6. Trombosit Flowcytometri 365.000 150000-440000/uL
15. Terapi
12
2.2 Analisa Data
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. S No. RM : 2487xx
Diagnosa Medis : Apendiksitis Ruangan : Teratai
14