You are on page 1of 15

Tuberkulosis Paru pada Anak dan Penatalaksanaannya

Fanny Mariska Sima/ 102014045

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Arjuna Utara, Jakarta Barat

Fanny.96mariska@gmail.com

Pendahuluan

Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis Tuberkulosis (TB) dan salah
satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium
tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang
terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat
badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam, berkeringat
di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12
minggu. TB pada anak tidaklah sama dengan penyakit TB pada dewasa, banyak dari pasien
TB anak menjadi kronis karena tidak ditangani dengan baik dan dapat menyebabkan
kematian, oleh sebab itu penulis akan menjelaskan tentang penyakit TB paru anak mulai dari
anamnesisnya sampai ke prognosis.

Anamnesis

Anamnesis memiliki pengertian memperoleh data atau keterangan tentang kehidupan


pasien yang diperoleh melalui wawancara kepada pasien itu sendiri atau orang yang paling
dekat dengan pasien tersebut, mengenai penyakit yang sekarang dideritanya ataupun penyakit
dahulu serta riwayat keluarganya untuk mempertimbangkan kondisi yang diwariskan dalam
keluarga pasien tersebut, anamnesis juga penting untuk membantu mendiagnosis penyakit
yang diderita pasien.1-2 Pertanyaan dalam anamnesis untuk skenario ini meliputi :

- Identitas pasien, meliputi :


Nama :-
Umur : 5 tahun
Alamat :-
Pekerjaan :-

1
- Keluhan utama : batuk tidak kunjung sembuh
meliputi ;
sejak : 2 minggu lalu
batuk : dahak? darah? Waktu tertentu?
Faktor pemberat :-
- RPS
Keluhan penyerta, meliputi :
Napsu makan dan berat badan : menurun
Demam : (+) ringan terutama malam hari
Riwayat pengobatan selama terkena penyakit ini : -
- RPD
Apakah dulu pernah sakit seperti ini? Kapan?
Riwayat alergi : -
Riwayat Imunisasi : -
Riwayat penyakit kronis: -
- RPK
Apa dikeluarga ada yang pernah sakit seperti ini?: -
Riwayat alergi keluarga: -
Riwayat penyakit kronis keluarga: -
- Riwayat sosial (kebersihan, pola makan): -

Pemeriksaan Fisik

Digunakan untuk memeriksa tubuh pasien untuk menemukan gejala klinis pada
penyakit tersebut. Pemeriksaan fisik seharunya dilakukan secara sistematis dari kepala hingga
kaki agar tidak ada gejala klinis yang terlewat. PF akan dilakukan inpeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi.

Hasil pemeriksaan fisik pada skenario ini adalah :


Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
BB : 15 kg
TTV : TD 90/60 mmHg, RR 24x/menit, Suhu o C
Palpasi : kelenjar getah bening servikal teraba 1,5cm, kenyal, bilateral,
multiple.

2
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti TB sama seperti penyakit menular lainnya, yaitu menemukan kuma
penyebab (Mycobacterium tuberculosis) pada pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura, ataupun biopsi jaringan. Diagnosis pasti TB ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi yang terdiri dari beberapa cara, yaitu pemeriksaan
mikroskopis apusan langsung atau biopsi jaringan untuk menemukan BTA dan pemeriksaan
biakan kuman TB. Pada anak dengan gejala TB, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
mikrobiologi. Pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan pada anak karena sulitnya
mendapatkan contoh uji. Contoh uji dapat diambil berupa dahak, induksi dahak atau
pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut, apabila fasilitas tersedia.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi
(PA/Patologi Anatomi) yang dapat memberikan gambaran yang khas. Pemeriksaan PA akan
menunjukkan gambaran granuloma dengan nekrosis perkijuan di tengahnya dan dapat pula
ditemukan gambaran sel datia langhans dan atau kuman TB.3-5 macam-macam pemeriksaan
penunjang lainnya untuk M tuberculosis, antara lain :5-8
- Pemeriksaan biakan kuman, pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode
konvensional ialah dengan menggunakan Egg base media (Lowenstein-Jensen,
Ogawa, Kudoh) sebagai goal standard atau agar base media (Middle brook)
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat
mendeteksi
- Foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto
apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).

3
Gambar 1. Bayangan Infiltrat pada Daerah Apeks Paru Kanan8

Gambar 2. Gambaran Kavitas pada Paru.8


- Polymerase chain reaction (PCR): Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang
dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam
pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Apabila hasil pemeriksaan
PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang kearah diagnosis TB,
maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB.
- Pemeriksaan serologi, dengan berbagai cara, antara lain :
o Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon
humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah
dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam
waktu yang cukup lama

4
o Mycodot, uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh
manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang
direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini
kemudian dicelupkan ke dalam serum penderita, dan bila di dalam serum
tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai
yang sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan warna
pada sisir yang dapat dideteksi dengan mudah
- Uji tuberkulin Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di
daerah dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan prevalensi
tuberkulosis yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik
kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Jika awalnya negatif mungkin dapat
menjadi positif jika diulang 1 bulan kemudian. Sebenarnya secara tidak langsung
reaksi yang ditimbulkan hanya menunjukkan gambaran reaksi tubuh yang analog
dengan ;
a) reaksi peradangan dari lesi yang berada pada target organ yang terkena infeksi
b) status respon imun individu yang tersedia bila menghadapi agent dari basil tahan
asam yang bersangkutan (M.tuberculosis).
- Sistem Skoring, membantu tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam
mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang sederhana sehingga
diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis maupun overdiagnosis TB.

Tabel 1. Sistem skoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang3,4

5
Working Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak menutup kemungkinan pasien
menderita TB paru.

Differential Diagnosis
1) Asma bronkial
Asma merupakan penyakit kronik tersering pada anak. Patogenesis asma dapat
diterangkan secara sederhana sebagai bronkokonstriksi akibat proses inflamasi yang
terjadi terus-menerus pada saluran napas. Karena itu pemberian anti-inflamasi
memegang peranan penting pada pengobatan dan kontrol asma. Gejala klinis utama
asma anak pada umumnya adalah mengi berulang dan sesak napas, tetapi pada anak
tidak jarang batuk kronik dapat merupakan satu-satunya gejala klinis yang ditemukan.
Biasanya batuk kronik itu berhubungan dengan infeksi saluran napas atas. Selain itu
dapat juga disertai gejala batuk malam hari. Sebagian besar manifestasi akan muncul
sebelum usia 6 tahun dan kebanyakan gejala awal sudah ditemukan pada masa bayi,
berupa mengi berulang atau tanpa batuk yang berhubungan dengan infeksi virus.
Sebagian sangat besar asma pada anak mempunyai dasar atopi, dengan alergen
merupakan pencetus utama serangan asma. Diperkirakan bahwa sampai 90% anak
pasien asma mempunyai alergi pada saluran napas, terutama terhadap alergen dalam
rumah (indoor allergen) seperti tungau debu rumah, alternaria, kecoak, dan bulu
kucing. Telah disebutkan sebelumnya bahwa sebagian besar pasien asma berasal dari
keluarga atopi.9,10
2) Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang merupakan penyebab utama kematian pada
balita di dunia. Umumnya pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang
bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain.
Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma
pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah adenoviruses,
rhinovirus, influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV) dan para influenza virus.
Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas
seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.10-11

6
3) Bronkitis akut
Infeksi saluran napas atas dapat meluas ke jalan napas bawah dan melibatkan mukosa
bronkus. Dimana anak akan mengalami batuk yang mengganggu dan kadang disertai
dengan produksi sputum dan kemungkinan bisa terdapat mengi, kebanyakan keadaan
umum anak akan sakit ringan karena penyakit ini dapat sembuh sendiri. Brokitis akut
biasanya disebabkan infeksi virus.10

Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis atau yang dikenal dengan batang tahan asam (BTA), sifat umum
kuman TB diantaranya adalah berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul, panjang 1-10 mikron, lebar 0.2-0.6 mikron. Bersifat tahan asam
dengan pewarnaa Ziehl-neelsen (berwarna merah di bawah mikroskop), tahan terhadap suhu
rendah pada suhu 40 sampai -700. Sangat peka terhadap panas, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Dalam sputum pada suhu 30-370 dapat bertahan kurang lebih 1 minggu, dan dapat
bersifat dormant.3

Epidemiologi
Dalam laporan WHO 2013, terdapat 8,6 jt kasus yang tercatat pada tahun 2012 dari
seluruh dunia, dimana 170.000 orang meninggal dunia. Sedangkan kasus TB paru pada anak
secara global mencapai 6% (530.000 pasien TB anak/tahun) dengan angka kematian
mencapai 74.000 kematian/tahun atau sekitar 8% dari total kematian karena TB.3
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-
14 tahun. negatif pada morbiditas dan mortalitas anak. Data TB anak di Indonesia
menunjukkan proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus TB pada tahun 2010 adalah
9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada tahun 2011 dan 8,2% pada tahun 2012. Apabila dilihat
data per provinsi, menunjukkan variasi proporsi dari 1,8% sampai 15,9%. Hal ini
menunjukan kualitas diagnosis TB anak masih sangat bervariasi pada level provinsi. Kasus
TB Anak dikelompokkan dalam kelompok umur 0-4 tahun dan 5-14 tahun, dengan jumlah
kasus pada kelompok umur 5-14 tahun yang lebih tinggi dari kelompok umur 0-4 tahun.
Kasus BTA positif pada TB anak tahun 2010 adalah 5,4% dari semua kasus TB anak,
sedangkan tahun 2011 naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 menjadi 6%.3,4
7
Patogenesis dan Cara Penularan3-4,8
Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif, baik dewasa maupun anak.
Anak yang terkena TB tidak selalu menularkan pada orang di sekitarnya, kecuali anak
tersebut BTA positif atau menderita adult type TB. Paru merupakan port dentree lebih dari
98% Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percik renik
dahak yang infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Selanjutnya, kuman TB
akan masuk ke alveolus, kuman TB tersebut akan di hancurkan dalam makrofag, tetapi
kuman TB memiliki kemampuan untuk bertahan dan berkembang biak dalam makrofag dan
menyebabkan lisisnya makrofag tersebut. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat
tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon. Dari fokus primer Ghon, kuman TB
menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang
mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya
inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena,
gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer
(primary complex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda dengan
pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak
masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit.
Masa inkubasi TB bervariasi selama 212 minggu, biasanya berlangsung selama 48
minggu, sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran limfogen dan
hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional
membentuk kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara limfohematogen. Dapat juga
terjadi penyebaran hematogen langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang
dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji
tuberkulin positif (selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif). Setelah imunitas
selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan mengalami resolusi secara
sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis perkijuan dan
enkapsulasi, jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan
keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar
limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya
8
biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB.
Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal pada awal infeksi, akan
membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus dapat terganggu.
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran
hematogenik tersamar (occult hematogenic spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar
secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman
TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh, bersarang di organ yang
mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe
superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang, ginjal,
dan lain-lain, yang pada umumnya bersifat dormant tetapi bisa menjadi reaktivasi saat
dewasa.

Manifestasi Klinis3-4
Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:
- Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat
atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
- Demam lama (2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak
disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
- Batuk lama 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan.
- Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
- Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
- Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare

Komplikasi3

Karena kuman TB dapat menyebar ke pembuluh darah dan limfe, kuman TB juga dapat
berkembang-biak di organ-organ ektraparu dan biasanya kuman TB ini akan menyerang
organ dengan vaskularisasi baik, antara lain :

9
- Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli /servikal)
Pembesaran KGB multiple (>1 KGB), diameter >/= 1cm, konsistensi kenyal, tidak
nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens.
- Tuberkulosis otak dan selaput otak
Meningitis TB : adanya gejala-gejala meningitis akibat keterlibatan
saraf-saraf yang terkena
Tuberkuloma otak : ditandai dengan adanya lesi desak ruang.
- Tuberkulosis sistem skeletal
Tulang belakang (spondilitis) :penonjolan tulang belakang (gibbus)
Tulang panggul ( koksitis) :pincang, gangguan berjalan, atau tanda
peradangan daerah panggul.
Tulang lutut (gonitis) :pincang dan/atau bengkak pada daerah lutut
tanpa sebab jelas.
Tulang kaki dan tangan ( spina ventosa/ daktilitis)
- Skrofuloderma
Ditandai dengan ulkus disertai dengan jembatan kulit atar tepi ulkus (skin bridge).
- Tuberkulosis mata
Adanya konjungtivitis fliktenularis, dan tuberkel koroid (pada funduskopi)
- Dan orang lainnya seperti peritonisis TB, TB ginjal, dan lainnya.

Penatalaksanaan3,4

Tatalaksana medikamentosa TB Anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan profilaksis


(pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan profilaksis TB
diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis primer) atau anak yang terinfeksi tapi tanpa
sakit TB (profilaksis sekunder). Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB Anak adalah obat
TBtidak boleh diberikan monoterapi, pemberian gizi harus adekuat, dan mencari penyakit
penyerta, jika ada, harus ditatalaksana secara bersamaan. Berdasarkan status TB, kasus TB
anak dapat di tatalaksana sebagai berikut :

Tabel 2. Tindakan Berdasarkan Status TB12

Kelas TB Kontak Infeksi Sakit Tindakan

0 - - - -

10
I + - - Profilaksis I

II + + - Profilaksis II

III + + + Terapi

Keterangan :

Kelas 0 : seseorang atau sekelompok orang yang tidak mengalami kontak


dengan pasien TB paru dewasa aktif, tidak terinfeksi, dan tidak sakit TB
Kelas I : orang/anak yang sedang mengalami kontak dengan pasien TB paru
dewasa aktif, namun tidak/belum terinfeksi TB, dan tidak sakit TB
Kelas II : orang/anak yang sedang mengalami kontak dengan pasien TB paru
dewasa aktif, telah terinfeksi TB, namun tidak sakit.
Kelas III : orang/anak yang sedang mengalami kontak dengan pasien TB paru
dewasa aktif, telah terinfeksi TB, dan sakit TB.

Prinsip pengobatan TB anak dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), antara lain :

* OAT (Obat Anti Tuberkulosis) diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam
obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman
intraseluler dan ekstraseluler.
* Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka panjang selain
untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kekambuhan
* Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan
minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan
berat ringannya penyakit.
Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil
pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
Selama tahap intensif dan lanjutan OAT pada anak diberikan setiap hari untuk
mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak
diminum setiap hari.

11
* Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah:
O Kategori Anak dengan 3 macam obat : 2HRZ/4HR
O Kategori Anak dengan 4 macam obat :2HRZE(S)/4-10HR (untuk
kondisi tertentu)
Tabel 3. Dosis Obat Anti Tuberkulosis untuk Anak dan Efek Sampingnya.3,4

Tabel 4. Kategori OAT Anak dan Peruntukannya.3,4

12
Tabel 5. Algoritma Tatalaksana TB anak

Pencegahan

TB pada anak bisa dicegah dengan cara imunisasi BCG dan juga tindakan profilaksis, tetapi
karena TB pada anak biasanya didapat dari penularan TB dewasa, oleh sebab itu harus dicari
sumber penyebarannya dan harus di terapi. Imunisasi BCG cukup 1 kali saja, tak perlu
diulang (booster). Sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang
dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, sehingga memerlukan
pengulangan. Diberikan pada anak saat usia dibawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah
usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi
sudah kemasukan kuman Mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila
hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke
rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasikan BCG.5,13

Prognosis

TB merupakan penyakit yang bisa bertahan lama di dalam tubuh manusia karena bersifat
dorman, TB memiliki prognosis yang baik apabila pengobatannya adekuat dan pasien mau
meminum OAT dengan rajin dan teratur untuk membunuh kuman TB yg intrahepatik
maupun ekstrahepatik.

13
Kesimpulan

Sesuai skenario dimana ada anak laki-laki usai 5 tahun dengan keluhan batuk tidak kunkung
sembuh sejak 2 minggu lalu, disertai demam ringan pada malam hari dan pembesaran KGB,
dan didiagnosis menderita TB paru, di Indonesia termasuk negara endemis Tuberkulosis
(TB). TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular
melalui droplet. Untuk mendiagnosis penyakit ini, diperlukan juga pemeriksaan penunjang
untuk mendiagnosis pasti yang mana goal standardnya adalah tes mikrobiologi dan
tuberkulin. Kuman TB merupakan bakteri batang tahan asam yang dapat bersifat dorman
dalam tubuh dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau pembuluh limfe dan
menyerang organ-organ yang bervaskularisasi baik seperti otak, mata, ginjal, dll, oleh sebab
itu memerlukan pengobatan yang lama. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah
bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam, berkeringat di malam hari,
juga diare persisten. TB dapat diobati dan dicegah, obatnya terdapat beberapa macam dan
harus di berikan minimal 3 kombinasi untuk mencegah resistensi, dan pencegahannya bisa
diberikan imunisasi (BCG).

daftar Pustaka

1. Nn. Anamnesis. diunduh dari http://kamuskesehaan.com/arti/anamnesis. pada 10 Juli


2016
2. Nn. Anamnesis. diunduh dari http://kbbi.web.id/anamnsis. Pada 10 Juli 2016
3. Dinihari TN, Siagian V. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Bakti
Husada ; 2014.h.38-47
4. Dinihari TN, Dewi RK. Petunjuk teknis manajemen TB anak. Jakarta: Bakti Husada ;
2013.h.1-30
5. Swaminathan S, Rekha B. Pediatric tuberculosis: global overview and challenges.
CID 2010:50:184-93
6. Marais BJ, Gie RP, Schaaf S, et al. Childhood pulmonary tuberculosis, old wisdoms
and new challenges. Am J Respir Crit Care Med 2006:173:1078-90
7. Pedoman penatalaksanaan TB. Diunduh dari
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf pada 10 Juli 2016
8. Djojodibroto D. Respirologi (respiratoty medicine). Jakarta: ECG;2009.h.151-8
9. Akib AAP. Asma pada anak. Sari Pediatri 2002:4(2):78-82

14
10. Hull D. Johnston DI. Jalan napas dan paru-paru. Dalam : Dasar-dasar pediatri, edisi 3.
Jakarta: EGC; 2008.h.120-9
11. Anwar A, Dharmayanti I. Pneumonia pada anak balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional 2014 : 8(8): 359-64
12. Setyanto DB. Anak tersangka TB. Dalam: Kumpulan tips pediatri. Jakarta : IDAI;
2011.h. 282-5
13. Nn. Imunisasi BCG untuk mencegah TB (tuberkulosis). Diunduh dari
http://posyandu.org/imunisasi-bcg.html pada 12 Juli 2016

15

You might also like