Professional Documents
Culture Documents
Genre: Romance
Rating: T
Warning: YAOI! Dont Like? Read it first, then youll know you like it or not. J I
hope you like it.
~.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:!!!!!08*80!!!!!:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.~
In summer
Bel pulang sekolah sudah berdering sejak tadi. Senyum terkembang di wajah Hoya.
Liburan musim panas baru saja akan dimulai. Ia berlari-lari saking senangnya menuju
parkir sepeda. Liburan musim panas itu tandanya bermalas-malasan di rumah. Liburan
musim panas itu tandanya tidak bertemu dengan guru yang menyebalkan. Dan yang
paling menyenangkan lagi, liburan musim panas itu tandanya berkencan dengan
kekasihnya.
Hoya-ya!
Hoya menolehkan kepalanya, Ada apa?
Bukan apa-apa. Hanya menyapamu. Sampai jumpa 2 minggu lagi! seru pemuda itu
seraya mengayuh sepedanya.
.:.:.:!*!:.:.:.
Jalanan yang Hoya lewati cukuplah sepi. Hanya beberapa kendaraan lewat. Selebihnya
adalah pepohonan. Ia bersenandung seraya terus mengayuh sepedanya. Rindangnya
daun pepohonan tak membuat kulitnya dibakar sinar matahari.
Hoya terus mengayuh sepedanya dengan riang. Musim panas yang menyenangkan,
pikirnya.
.:.:.:!*!:.:.:.
Sekumpulan anak yang berlari mengejar layangan itu tertawa-tawa. Mereka sama sekali
tak lupa untuk menyapa Hoya. Hoya tersenyum. Ingat dengan dirinya waktu kecil dulu.
Bermain di tanah lapang, bermain layangan. Atau sekedar berlarian, bahkan bermain
sepak bola. Favoritnya ketika kecil.
Yeoboseyo, Dongwoo ya akhirnya dia memutuskan untuk menelpon saja. Dan siapa
sangkan Dongwoo mau mengangkatnya?
Sedang apa? tanya Hoya kemudian, Sudah makan?
Tidak terdengar sahutan dari Dongwoo. Hoya cukup takut. Takut kalau-kalau ternyata
Dongwoo tidak bisa dan lagi-lagi harus menelan pil kekecewaan.
Ah! Ya.
Jadi bagaimana?
Er.. Untuk itu, maafkan aku. Liburan musim panas itu ada bazar di sekolah.
Hoya mendesah kecewa, Sehari saja, tidak bisa? Oh ayolah, kita tidak pernah pergi
bersama.
Pagi buta begini Hoya sudah menyiapkan daftar belanjaannya. Mulai dari membeli
daging, sayur, hingga beberapa bumbu. Hoya hapal betul apa makanan kesukaan
Dongwoo. Dan Hoya sudah mempelajari bagaimana cara membuatnya tempo lalu.
Makanan favorit Dongwoo adalah yang utama. Ia mau, kencan pertamanya kini sukses
besar. Ia pun sudah menyiapkan kemana saja mereka akan bepergian. Semua sudah
terencana
.:.:.:!*!:.:.:.
Jam 10 pagi. Tepat. Hoya sudah menunggu di ujung jalan tempatnya ia dengan
Dongwoo berpisah tiap kali ia pulang bersama Dongwoo. Hoya sudah di sana sekitar
beberapa menit yang lalu. T-shirt putih dengan jeans hitam. Oh, jangan lupakan hoodie
yang berwarna krem itu. Hoya tampak sangat manis. Begitulah yang orang lewat
pikirkan tentang Hoya. Dengan keranjang anyaman di tangan, dia seperti gadis yang
menunggu kekasihnya.
TIN!
Benarkah? Aih, padahal aku sudah berusaha untuk datang tepat waktu! sahut
Dongwoo seraya mengacak rambut hitam Hoya, Jadi, akan kemana kita sekarang?
Alih-alih menjawab, Hoya meletakkan keranjangnya di jok belakang, Karena ini liburan
musim panas, bagaimana kalau kita ke taman bermain?
Okay! Kita hanya punya waktu sampai pukul 12, dan aku harus kembali ke sekolah.
Hoya tersentak mendengar penuturan Dongwoo. Ia pikir, ini akan berlanjut sampai
mereka benar-benar lelah hingga tak dapat menggerakkan kedua kakinya.
.:.:.:!*!:.:.:.
Jadi, ingin naik apa? tanya Dongwoo, Ah! Bagaimana kalau roller coaster? Aku sudah
lama sekali memimpikan untuk menaiki itu!
Honya tersenyum tipis, Baiklah! Ayo kita berlomba. Siapa yang paling lambat, dia harus
membelikan es krim! seru Hoya seraya berlari mendahului Dongwoo
Ya! Kau curang, Hoya! Jangan mencuri start! protes Dongwoo. Toh akhirnya ia juga
berlari mengejar Hoya.
.:.:.:!*!:.:.:.
Curang atau tidak, toh akhirnya kau akan tetap membayarkan es krim untukku. Karena
larimu itu lambat sekali. Hoya terkekeh. Ia menggigiti sendok es krimnya, Kau tidak
akan menang dariku soal lari.
Yeoboseyo? Dongwoo tampak diam sebelum akhirnya melirik Hoya yang masih asyik
dengan es krimnya.
Wae? tanya Hoya. Namun Dongwoo malah menggeleng.
Hoya melihat gelagat Dongwoo yang sedikit aneh. Ia pun meletakkan sendok es
krimnya dan mulai bertanya.
Ada apa?
Err.. Mereka kekurangan panitia. Dan satu-satunya harapan mereka adalah aku. Aku
Dongwoo tampak tidak enak hati pada Hoya. Ini bahkan baru jam 11. Itupun belum
genap. Padahal rencananya mereka akan mengakhiri kencan ini jam 12 siang nanti.
Tidak usah. Aku masih ingin di sini. Es krimnya masih. Sayang sekali kalau dibiarkan
begitu saja. Hoya terkekeh pelan, Sana cepat pergi. Nanti mereka kelimpungan
mencarimu! usir Hoya dengan senyum jailnya.
Em!
.:.:.:!*!:.:.:.
oHoyhhhhhhhhhhhhhJalanan tampak sangat ramai. Bagaimanapun juga ini hari
Minggu. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk berlibur barang sehari.
Kepenatan akan hidup menuntut mereka untuk melakukannya.
Hoya tersenyum miris tatkala ia melihat beberapa muda-mudi yang bergandeng tangan.
Ah, rasanya ingin sekali melakukannya dengan Dongwoo. Bahkan di antara mereka pun
tak segan-segan memberi ciuman walaupun hanya di pipi atau dahi.
Andai saja Dongwoo mau bersikap seperti itu. Oh, Hoya tahu Dongwoo bukan tipe
orang yang romantis. Seperti apa yang ia impi-impikan selama ini. Dongwoo bukan tipe
orang yang suka memanjakannya. Ia hanya seperti itu. Seperti Dongwoo apa adanya.
Tak pernah ada kata cinta selain saat dulu mereka menyatakan. Apalagi ciuman? Hanya
1 kali, itu pun juga saat pertama mereka berkencan. Berkencanpun itu sangat jarang.
Hhhh terkadang Hoya ragu, keputusan untuk menerima Dongwoo menjadi
kekasihnya benar atau salah. Tapi begitu dia menganggukkan kepalanya, seharusnya
dia setuju dengan segala konsekuensi yang datang nanti.
Hoya lagi-lagi menghela napas. Padahal orang tuanya selalu mengatakan, satu helaan
napas, maka satu keberuntungan hilang. Paling tidak keberuntungannya sudah hilang
tanpa ia mendenguskan napas tadi. Jadi mungkin dengusan napas itu untuk membayar
hilangnya keberuntungannya.
.:.:.:!*!:.:.:.
Dongwoo tak bisa fokus, sedari tadi. Segala yang dia pegang berakhir dengan tidak
baik. Semua rekannya memandangnya heran. Bos mereka yang biasanya cekatan
entah lenyap kemana.
Woohyun memutar bola matanya malas, Ada masalah? Ceritakan padaku, kay?
Dongwoo menggeleng, Nothing. Mungkin hanya sedikit kurang enak badan, elaknya
Aku tahu kau berbohong padaku. Kau tahu, tidak ada orang di dunia ini yang berhasil
membohongi seorang Nam Woohyun. Nam Woohyun terlalu hebat. Jadi, katakanlah.
Kita teman dekat, bukan?
Jadi apa? Aku baik-baik saja. Sudah kukatakan, bukan? Berhenti menanyaiku!
Membantah, Dongwoo menyuarakan, Aku akan di sini sampai acara selesai. Jangan
khawatir!
.:.:.:!*!:.:.:.
Acara berlangsung dengan meriah, tak ada kesulitan yang berarti. Semua dapat teratasi
dengan baik.
Sudah pukul 4 sore. Dongwoo mengehela napas. Oh, ia begitu tidak enak hati dengan
Hoya. Bagaimanapun juga, Hoya sudah mempersiapkan acara kencan mereka, dan ia
telah menghancurkan segalanya.
Tangan kekarnya terjulur hendak meraih keranjang itu. Ia membuka tatkala keranjang itu
sudah sampai di pangkuannya.
Makanan.
Dan semuanya adalah makanan favoritnya. Pasti Hoya berniat untuk mengajaknya
makan siang bersama, atau apalah itu. Dan lagi-lagi Dongwoo telah merusaknya.
Sungguh, ia makin tak enak hati dengan Hoya.
.:.:.:!*!:.:.:.
Pukul 4 lebih sekarang. Hoya melangkahkan kakinya menuju ruang TV. Tangannya
sibuk mengusuk rambutnya yang basah.
Hhhh. lagi-lagi ia menghela napas. Entah sudah keberapa kalinya dalam 1 hari ini ia
menghela napas.
Aish! gerutunya.
.
Hoya-ya
Hoya masih belum bisa menguasai dirinya, Ah-ah, ya.. aku punya waktu sampai nanti
malam. Ia masih speechless..
Dongwoo terkekeh, Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang! seru Dongwoo seraya
menarik lengan Hoya.
.:.:.:!*!:.:.:.
Aku tahu. Jangan khawatir ujar Dongwoo sembari mengusap rambut halus Hoya.
Hoya tersenyum. Sesaat kemudian tangannya teralih pada DVD yang ada di depannya.
Dengan sekali tekan, lagu pun mengalun.
.:.:.:!*!:.:.:.
Dongwoo tersenyum simpul melihat Hoya yang tampak begitu menawan tatkala angin
laut memainkan rambutnya. Segeralah Dongwoo berlari menghampiri Hoya yang
tampak begitu senang.
Lihat apa yang kubawa! tukas Dongwoo sembari menyodorkan keranjang anyaman.
Dongwoo mengangguk, Aku menghabiskan seluruh makanan yang kau bawa. Lalu aku
mengisinya dengan yang baru.
Benarkah?!
Tentu saja.
Hoya dan Dongwoo pun mulai menggelar tikar yang ada. Menata makanan, dan
akhirnya duduk bersama di temaram malam yang hanya berhiaskan lilin.
Aku tahu aku tidak bisa romantis. Ini hal teromantis yang pernah aku lakukan. Ujar
Dongwoo
Dan ini adalah hal teromantis yang pernah aku dapatkan. Terimakasih.
Bukan candle light dinner yang mahal memang, dan bukan pula dinner di restoran
mewah. Hanya dinner. Tapi artinya lebih dari sebatas dinner.
Dongwoo mengusap lembut pipi Hoya. Perlahan-lahan, ia mulai menghapus jarak yang
tercipta. Satu ciuman lembut pun berhasil ia dapatkan.
Nado
Keduanya mengakhiri ciumannya dengan perasaan canggung. Entah itu Hoya, atau pun
Dongwoo.
Untuk?
Segalanya!
In summer
Orang bilang, musim panas itu menyebalkan. Debu berterbangan diantara asap
kenalpot perkotaan.
Orang bilang, musim panas itu mengesalkan. Matahari bersinar menyengat kulit sampai
ke tulangnya juga.
Orang bilang, musim panas itu adalah hal yang paling buruk. Tidak ada hujan, tanah
pun kering kerontang.
In summer
The End
Annyeong!! Fic terahir dari In Summer Series. Semoga kalian pada suka ya?
Oh iya, sekalian mau ngucapin Mohon Maaf Lahir dan Batin ya..