Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
2017
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini terselesaikan. Penulis juga menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini
lebih baik kedepannya. Selain itu juga penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Jakarta,April 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover
Daftar isi..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
fundus uteri atau kurpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI, 1991). Solusio
Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22minggu atau berat janin
diatas 500gr (Rustam, 2002).
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan
15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan
sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan
makin bertambahnya usia ibu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibuat penulis diatas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya :
1. Apa Pengertian Solusio Plasenta ?
2. Bagaimana Etiologi dan Patofisiologi Solusio Plasenta ?
3. Apa sajakah Manifestasi Klinis dari Solusio Plasenta ?
4. Apa sajakah komplikasi dari Solusio Plasenta ?
5. Apa sajakah Pemeriksaan Penunjang pada Solusio Plasenta ?
6. Apa sajakah Penatalaksanaan pada Solusio Plasenta ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasein dengan Solusio Plasenta ?
C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini, antara lain :
PEMBAHASAN
2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
c. Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan
Patofisiologi :
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua
basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari
pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom
subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding
uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit
mendesak jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum
terganggu, serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan
pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak
terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu
berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi.
Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian
akan medesak plasenta sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta
akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan
masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga
dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan
ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya
berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut
dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara
makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru
atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa
sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan
berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan
sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat.
Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan
tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga
berakibat pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan
sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan
hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan
pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh
lainnya.
POHON MASALAH
Trauma
Penghancuran plasenta
Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua
Hematoma retroplasenta
Syok hipovolemik
3. Perdarahan pascapartum
a. Pada solusio plasenta sedang sampai berat, terjadi infiltrasi darah ke
otot rahim sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan
perdarahn karena atonia uteri
b. Kegagalan pembekuan darah menambah banyaknya perdarahan
2) Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi,
keadaan janin.
Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan b.d. perdarahan ditandai dengan
conjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun, muka pucat, dan lemas.
b. Risiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi
darah ke plasenta berkurang.Nyeri akut b.d. kontraksi uterus
ditandai terjadi distress/ pengerasan uterus, nyeri tekan uterus.
c. Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan
patologi yang dialaminya.
d. Risiko terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan
3. Rencana Keperawatan
4. Evaluasi
No. Dx Evaluasi
1 Perfusi jaringan pasien adekuat
2 Fetal distress tidak terjadi
3 Klien dapat mengontrol nyeri yang dideritanya
4 Cemas klien berkurang atau hilang
5 Shock hipovolemik tidak terjadi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Solusio Placenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan placenta
dari implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir, dengan
disertai perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin di
atas 500 gram. Perdarahan atrium adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28
minggu. Penyebab perdarahan antepartum, yaitu kelainan plasenta dan kelainan
serviks dan vagina.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun,
15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai
penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin
bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit
menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis
dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin,
perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap.
Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa
gejala kombinasi.
B. Saran
Jika terjadi perdarahan anterpartum sebagai tenaga kesehatan harus
melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan
ke rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan transfusi darah.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata :
EGC.
Limas, Endri. (2010). Askep dan LP Solusio Plasenta. (Akses tanggal 22 Maret
2014). file:///H:/lp-dan-askep-solusio-plasenta.html