You are on page 1of 21

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solutio Plasenta

Disusun Oleh:

Ade Indriani 11151001

Ade Sugarina 11151002

Ahmad Hidayat 11151003

Allysiana Zalfa M.S 11151004

Alya Fauziah 11151005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan


rahmat, taufik dan hidayahNya yang telah yang telah diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Solutio Plasenta. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Sistem Reproduksi 2 serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan
pembaca melalui pembahasan ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini terselesaikan. Penulis juga menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini
lebih baik kedepannya. Selain itu juga penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jakarta,April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ............................................................................................................ i

Daftar isi..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Solusio Plasenta ................................................................................. 3


B. Klasifikasi dan Macam Solusio Plasenta ............................................................. 4
C. Etiologi dan Patofisiologi Solusio Plasenta ......................................................... 5
D. Manifestasi Klinik Solusio Plasenta .................................................................... 8
E. Komplikasi Solusio Plasenta................................................................................ 9
F. Pemeriksaan Penunjang Solusio Plasenta .......................................................... 10
G. Penatalaksanaan Solusio Plasenta ...................................................................... 10
H. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Solusio Plasenta............................... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
fundus uteri atau kurpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI, 1991). Solusio
Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22minggu atau berat janin
diatas 500gr (Rustam, 2002).

Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio


placentaadalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus
(korpusuteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin
lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan
pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi
normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang
hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas.

Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas


solusio plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat
pertolongan. Angka kematian perinatal sebesar 25 %. Perdarahan pada solusio
plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada
kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada
atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat
banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali
perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin
telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan
15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan
sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan
makin bertambahnya usia ibu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibuat penulis diatas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya :
1. Apa Pengertian Solusio Plasenta ?
2. Bagaimana Etiologi dan Patofisiologi Solusio Plasenta ?
3. Apa sajakah Manifestasi Klinis dari Solusio Plasenta ?
4. Apa sajakah komplikasi dari Solusio Plasenta ?
5. Apa sajakah Pemeriksaan Penunjang pada Solusio Plasenta ?
6. Apa sajakah Penatalaksanaan pada Solusio Plasenta ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasein dengan Solusio Plasenta ?

C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini, antara lain :

1. Untuk mengetahui Pengertian Solusio Plasenta ?


2. Untuk mengetahui Etiologi dan Patofisiologi Solusio Plasenta ?
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dan tipe-tipe Solusio Plasenta ?
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Solusio Plasenta ?
5. Untuk mengetahui Komplikasi dari Solusio Plasenta ?
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan pada Solusio Plasenta ?
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pasein dengan Solusio Plasenta ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Solusio Plasenta


Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya
merembes diantara selaput ketuban dan uteruss dan kemudian lolos keluar dari
tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dan uterus serta
menyebabkan perdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau
parsial.

Solusio Placenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan placenta


dari implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir, dengan
disertai perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin
di atas 500 gram.

B. Klasifikasi dan Macam Solusio Plasenta


1. Menurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan
menjadi:
Solusio plasenta partsialis : bila hanya sebagian plasenta terlepas dari
tempat pelekatnya.
Solusio plasenta totalis : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari
tempat pelekatnya.
Prolapsus plasenta : bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba
pada pemeriksaan dalam.

2. Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi:


Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan
pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit
atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat
timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus
lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang terus
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin susah diraba
serta bunyi jantung janin susah didengar. Walaupun perdarahan
pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin
telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok,
demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada
dalam keadaan gawat
Solusio plasenta berat
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai
penderita shock. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh
dalam keadaan shock dan janinnya telah meninggal. Uterus teraba
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.

C. Etiologi dan Patofisiologi Solusio Plasenta


Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia
dan eklamsia dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di
Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik dan sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan
adanya hipertensi pada ibu.

2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
c. Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan

3. Faktor usia ibu


Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa
terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan
meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur
ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

4. Faktor penggunaan kokain


Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat
terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif.
Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain
dilaporkan berkisar antara 13-35%.
5. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu)
bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta
menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya.
6. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan
riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini
pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.

7. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus


pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan.

Patofisiologi :
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua
basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari
pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom
subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding
uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit
mendesak jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum
terganggu, serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan
pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak
terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu
berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi.
Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian
akan medesak plasenta sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta
akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan
masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga
dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan
ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya
berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut
dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara
makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru
atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa
sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan
berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan
sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat.
Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan
tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga
berakibat pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan
sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan
hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan
pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh
lainnya.

POHON MASALAH

Trauma

Perdarahan ke dalam desidualbasalis

Terbelah & meninggal lapisan tipis pada miometrium

Terbentuk hematoma desidual

Penghancuran plasenta


Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua

Hematoma retroplasenta

Pelepasan plasenta lebih banyak

Uterus tidak mampu berkontraksi optimal

Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban

Syok hipovolemik

D. Manifestasi Klinik Solusio Plasenta


1. Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan
berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai
dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan
yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
2. Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
3. Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai,
denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna
kemerahan karena tercampur darah.

E. Komplikasi Solusio Plasenta


Komplikasi pada ibu, meliputi :
1. Perdarahan, yang dapat menimbulkan:
a. Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
b. Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai
syok
c. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma

2. Gangguan pembekuan darah


a. Masuknya tromboplastin ke dalam sikulasi darah yang menyebabkan
pembekuan darah intravaskular disertai hemolisis
b. Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah
c. Oliguria
Terjadi sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan
produksi urine makin berkurang

3. Perdarahan pascapartum
a. Pada solusio plasenta sedang sampai berat, terjadi infiltrasi darah ke
otot rahim sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan
perdarahn karena atonia uteri
b. Kegagalan pembekuan darah menambah banyaknya perdarahan

Kompikasi pada janin ditandai dengan adanya perdarahan yang tertimbun di


belakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah janin
sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin
dalam rahim bergantung pada seberapa besar bagian plasenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri.\

F. Pemeriksaan Penunjang Solusio Plasenta


1. Pemeriksaan laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan
silinder dan leukosit.
b. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit,
trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu
tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
2. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :
a. Terlihat daerah terlepasnya plasenta
b. Janin dan kandung kemih ibu
c. Darah
d. Tepian plasenta

3. Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

G. Penatalaksanaan Solusio Plasenta


1. Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila
solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak
menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-
langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu
sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan.
Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata
secara klinis.
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio
caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami
hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya
plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal
lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya
sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian
darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi
persalinan pervaginam.

H. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solutio Plasenta


1. Pengkajian
a. Identitas klien secara lengkap
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri, Rahim keras
seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan
dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim
tegang, Perdarahan yang berulang-ulang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah,
darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari
perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien
pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat
pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli)
dll.
d. Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre
eklampsi, tali pusat pendek atau trauma uterus.
e. Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta
tidak mengetahui asal dan penyebabnya.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d apatis
Postur tubuh : biasanya gemuk
Raut wajah : biasanya pucat
Tanda-tanda vital
Tensi : normal sampai turun (syok)
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
Pemeriksaan cepalo caudal
Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah
mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok.
Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
Mata : conjunctiva anemis
Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat
dan dangkal Abdomen
Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area
perut, terlihat linea alba dan ligra
Palpasi rahim keras, fundus uteri naik
Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan
janin.
Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar
darah yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua
paha / femur.
Ekstimitas
Akral dingin, tonus otot menurun.

2) Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi,
keadaan janin.
Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan b.d. perdarahan ditandai dengan
conjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun, muka pucat, dan lemas.
b. Risiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi
darah ke plasenta berkurang.Nyeri akut b.d. kontraksi uterus
ditandai terjadi distress/ pengerasan uterus, nyeri tekan uterus.
c. Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan
patologi yang dialaminya.
d. Risiko terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan
3. Rencana Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Rencana Keperawatan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan perfusi Setelah diberikan Monitor tanda tanda vital TD, frekuensi nadi yang
jaringan askep, diharapkan rendah, frekuensi RR dan
b.d. perdarahan perfusi jaringan suhu tubuh yang tinggi
ditandai dengan pasien adekuat, menunjukkan gangguan
conjungtiva anemis, dengan kriteria hasil: sirkulasi darah
akral dingin, Hb Conjunctiva Observasi tingkat Mengantisipasi
turun, muka pucat, tidak anemis pendarahan setiap 15-20 terjadinya shock
dan lemas. Akral hangat menit
Hb normal Catat intake dan output Produksi urin yang
Muka tidak kurang dari 30 ml/jam
pucat, dan pasien menunjukkan penurunan
tidak lemas. fungsi ginjal
Kolaborasi dalam Cairan infus isotonic
pemberian terapi infuse dapat mengganti volume
isotonik darah yang hilang akibat
pendarahan
Kolaborasi dalam Tranfusi darah dapat
pemberian tranfusi darah menggan volume darah
apabila Hb rendah yang hilang akibat
pendarahan
2. Risiko tinggi Setelah diberikan Jelaskan risiko terjadinya Memberikan penjelasan
terjadinya letal askep, diharapkan distress janin/kematian mengenai risiko
distress berhubungan tidak terjadi fetal janin pada ibu terjadinya distress janin
dengan perfusi darah distress, dengan pada klien membuat
ke plasenta kriteria hasil: klien kooperatif pada
berkurang . DJJ setiap tindakan yang
normal/terdengsr akan diberikan
Observasi perubahan Penurunan frekuensi
Adanya frekuensi dan pola DJ plasenta mengurangi
pergerakan bayi janin kadar oksigen janin
Bayi lahir sehingga menyebabkan
selamat perubahan frekuensi
jantung janin
Berikan O2 10-12 liter Meningkatkan supali
dengan masker jika oksigen janin
terjadi tanda-tanda fetal
distress
3. Nyeri akut Setelah diberikan Jelaskan penyebab nyeri Memberikan informasi
b.d. kontraksi uterus askep, diharapkan pada klien mengani penyabab nyeri
ditandai terjadi klien dapat yang dideritanya akan
distress/ pengerasan beradaptasi dengan membuat klien kooperatif
uterus, nyeri tekan nyeri yang dengantindakan yang
uterus dideritanya, dengan akan diberikan
kriteria hasil : Ajarkan teknik relaksasi Teknik relaksasi distraksi
Klien dapat distraksi pernapasan pernapasan dapat
melakukan mendorong klien relaks
tindakan untuk dan memberikan klien
mengurangi cara mengatasi dan
nyeri. mengontrol tingkat nyeri
Klien kooperatif Berikan posisi yang Posisi miring mencegah
dengan tindakan nyaman (miring ke kiri / penekanan pada vena
yang diberika kanan) cava
Berikan teknik relaksasi Meningkatkan relaksasi
massage pada perut dan dan meningkatkan
punggung kooping dan kontrol
klien terhadap nyeri
Libatkan suami dan Melibatkan suami dan
keluarga dalam tindakan keluarga dapat
pengontrolan nyeri memberikan dukungan
mental kepada klien
Kolaborasi dalam Obat analgetik dapat
pemberian obat analgetik mengurangi nyeri yang
dirasakan klien dengan
memblok impuls nyeri
4. Cemas b.d. kurang Setelah diberikan Anjurkan klilen untuk Mengungkapkan
terpapar informasi askep, mengemukakan hal-hal perasaan tentang hal-hal
klien mengenai diharapkan klien yang dicemaskan yang dicemaskan dapat
keadaan patologi tidak cemas dan mengurangi beban
yang dialaminya dapat mengerti pikiran klien
tentang keadaannya, Beri penjelasan tentang Mengurangi kecemasan
dengan kriteria hasil kondisi janin klien mengenai kondisi
: janinnya
Klien Beri penjelasan tentang Mengurangi kecemasan
melaporkan kondisi klien klien mengenai
cemas kondisinya
berkurang Anjurkan keluarga untuk Dukungan keluarga dapat
Klien tampak mendampingi dan memberikan rasa aman
tenang dan tidak memberi dukungan kepada klien dan
gelisah kepada klien mengurangi kecemasan
klien
Anjurkan Memberikan perasaan
penggunaan/kontinuitas rileks sehingga dapat
teknik pernapasan dan menurunkan kecemasan
latihan relaksasi. klien
5. Risiko terjadinya Setelah diberikan Kaji pendarahan setiap Mengetahui adanya
shock hemoragik askep, 15-30 menit gejala syok sedini
b.d. perdarahan diharapkan shock mungkin.
hipovolemik tidak Oservasi TTV setiap 15 Mengetahui kondisi klien
terjadi, dengan menit dan apabila TTV dan untuk mengetahui
kriteria hasil : normal, observasi TTV adanya gejala syok sedini
Perdarahan dilakukan setiap 30 menit mungkin
berkurang Awasi adanya tanda- Mendeteksi adanya
TTV normal tanda syok, pucat, gejala syok sedini
Kesadaran keringat dingin, dan mungkin
komposmentis kepala pusing.
Kolaborasi dalam Mempertahankan volume
pemberian terapi cairan cairan sehingga sirkulasi
bisa adekuat

4. Evaluasi
No. Dx Evaluasi
1 Perfusi jaringan pasien adekuat
2 Fetal distress tidak terjadi
3 Klien dapat mengontrol nyeri yang dideritanya
4 Cemas klien berkurang atau hilang
5 Shock hipovolemik tidak terjadi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Solusio Placenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan placenta
dari implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir, dengan
disertai perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin di
atas 500 gram. Perdarahan atrium adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28
minggu. Penyebab perdarahan antepartum, yaitu kelainan plasenta dan kelainan
serviks dan vagina.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun,
15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai
penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin
bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit
menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis
dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin,
perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap.
Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa
gejala kombinasi.
B. Saran
Jika terjadi perdarahan anterpartum sebagai tenaga kesehatan harus
melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan
ke rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan transfusi darah.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata :
EGC.

NANDA, 2007. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2007


2008, NANDA
International, Philadephia.

Limas, Endri. (2010). Askep dan LP Solusio Plasenta. (Akses tanggal 22 Maret
2014). file:///H:/lp-dan-askep-solusio-plasenta.html

Anonimous. (2008). Karakteristik Kasus Solusio Plasenta di Bagian Obstetri dan


Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode 1 Januari 2002-31
Desember 2006. (Akses
tanggal 22Maret 2014). http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristi
k-kasus-solusio-plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-
pekanbaru-periode-1-januari-2002-31-desember-2006/

Anonimous. (2009). Askep Solusio Plasenta. (Akses tanggal 22 Maret


2014). http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-
plasenta.html

Anonimous. (2009). Solusio Plasenta. (Akses tanggal 22 Maret


2014). http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/solusio-plasenta.html#axzz0y6Pwti9X

You might also like